PENDAHULUAN PERUMUSAN MASALAH. Bagaimana pengaruh interaksi antar korosi terhadap tegangan pada pipa?

dokumen-dokumen yang mirip
Analisa Tegangan pada Pipa yang Memiliki Korosi Sumuran Berbentuk Limas dengan Variasi Kedalaman Korosi

PIPELINE STRESS ANALYSIS PADA ONSHORE DESIGN JALUR PIPA BARU DARI CENTRAL PROCESSING AREA(CPA) JOB -PPEJ KE PALANG STATION DENGAN PENDEKATAN CAESAR

NAJA HIMAWAN

DESAIN DAN ANALISIS FREE SPAN PIPELINE

ANALISIS KEKUATAN SISA PADA SUBSEA PIPELINE AKIBAT KOROSI PITTING INTERNAL

Dosen Pembimbing: Dr.Ir. Wisnu Wardhana, SE, M.Sc. Prof.Ir.Soegiono

Optimasi Konfigurasi Sudut Stinger dan Kedalaman Laut dengan Local Buckling Check

Prasetyo Muhardadi

Ir. Imam Rochani, M,Sc. Prof. Ir. Soegiono

SIDANG P3 TUGAS AKHIR JURUSAN TEKNIK KELAUTAN 28 JANUARI 2010

ANALISA KONFIGURASI PIPA BAWAH LAUT PADA ANOA EKSPANSION TEE

Analisa Pemasangan Ekspansi Loop Akibat Terjadinya Upheaval Buckling pada Onshore Pipeline

Tugas Akhir (MO )

STUDI PARAMETER PENGARUH TEMPERATUR, KEDALAMAN TANAH, DAN TIPE TANAH TERHADAP TERJADINYA UPHEAVAL BUCKLING PADA BURRIED OFFSHORE PIPELINE

ANALISIS MID-POINT TIE-IN PADA PIPA BAWAH LAUT

Analisa Rancangan Pipe Support Sistem Perpipaan dari Pressure Vessel ke Air Condenser Berdasarkan Stress Analysis dengan Pendekatan CAESAR II

SIDANG P3 JULI 2010 ANALISA RESIKO PADA ELBOW PIPE AKIBAT INTERNAL CORROSION DENGAN METODE RBI. Arif Rahman H ( )

BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN

Perhitungan Teknis LITERATUR MULAI STUDI SELESAI. DATA LAPANGAN : -Data Onshore Pipeline -Data Lingkungan -Mapping Sector HASIL DESAIN

PENENTUAN WELDING SEQUENCE TERBAIK PADA PENGELASAN SAMBUNGAN-T PADA SISTEM PERPIPAAN KAPAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

ANALISA KEANDALAN DENTED PIPE DI SISI NUBI FIELD TOTAL E&P INDONESIE. Abstrak

DESAIN BASIS DAN ANALISIS STABILITAS PIPA GAS BAWAH LAUT

BAB I PENDAHULUAN. kini, misalnya industri gas dan pengilangan minyak. Salah satu cara untuk

PERANCANGAN DAN ANALISA SISTEM PERPIPAAN PROCESS PLANT DENGAN METODE ELEMEN HINGGA

PANDUAN PERHITUNGAN TEBAL PIPA

OPTIMASI DESAIN ELBOW PIPE

BAB IV DATA SISTEM PERPIPAAN HANGTUAH

BAB III METODE PENELITIAN. Diagram alir studi perencanaan jalur perpipaan dari free water knock out. Mulai

Analisa Resiko Penggelaran Pipa Penyalur Bawah Laut Ø 6 inch

BAB IV PERHITUNGAN ANALISA DAN PEMBAHASAN

Analisa Laju Erosi dan Perhitungan Lifetime Terhadap Material Stainless Steel 304, 310, dan 321

Optimasi konfigurasi sudut elbow dengan metode field cold bend untuk pipa darat pada kondisi operasi

LAMPIRAN A GRAFIK DAN TABEL. 1. Grafik untuk menentukan dimensi optimal bejana tekan. [Ref.5 hal 273]

SKRIPSI PURBADI PUTRANTO DEPARTEMEN METALURGI DAN MATERIAL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA GENAP 2007/2008 OLEH

PENENTUAN PERBANDINGAN DIAMETER NOZZLE TERHADAP DIAMETER SHELL MAKSIMUM PADA AIR RECEIVER TANK HORISONTAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Kekuatan Tangki CNG Ditinjau Dengan Material Logam Lapis Komposit Pada Kapal Pengangkut Compressed Natural Gas

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Ketebalan pipa dapat berbeda-beda sesuai keadaan suatu sistem perpipaan.

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB III DATA DESAIN DAN HASIL INSPEKSI

TUGAS AKHIR PIPELINE STRESS ANALYSIS TERHADAP TEGANGAN IJIN PADA PIPA GAS ONSHORE DARI TIE-IN SUBAN#13 KE SUBAN#2 DENGAN PENDEKATAN CAESAR II

ANALISIS KEKUATAN PIPA BAWAH LAUT TERHADAP KEMUNGKINAN KECELAKAAN AKIBAT TARIKAN JANGKAR KAPAL

ANALISIS KEKUATAN COMPRESIVE NATURAL GAS (CNG) CYLINDERS MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

RISK ASSESSMENT OF SUBSEA GAS PIPELINE PT. PERUSAHAAN GAS NEGARA Tbk.

Abstrak. Kata kunci: Hydrotest, Faktor Keamanan, Pipa, FEM ( Finite Element Method )

ANALISA KEGAGALAN PIPA BAJA TAHAN KARAT 316L DI BANGUNAN LEPAS PANTAI PANGKAH-GRESIK

Bab 3 Data Operasi Sistem Perpipaan pada Topside Platform

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

Tugas Akhir. Studi Corrosion Fatigue Pada Sambungan Las SMAW Baja API 5L Grade X65 Dengan Variasi Waktu Pencelupan Dalam Larutan HCl

Optimasi Konfigurasi Sudut Stinger dan Kedalaman Laut Dengan Local Buckling Check

ANALISA BUCKLING PADA SAAT INSTALASI PIPA BAWAH LAUT: STUDI KASUS SALURAN PIPA BARU KARMILA - TITI MILIK CNOOC DI OFFSHORE SOUTH EAST SUMATERA

ABOVE WATER TIE IN DAN ANALISIS GLOBAL BUCKLING PADA PIPA BAWAH LAUT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

DESAIN DAN ANALISIS TEGANGAN PADA SISTEM PERPIPAAN LEPAS PANTAI UNTUK SPM 250,000 DWT

ANALISA RESIKO PADA REDUCER PIPELINE AKIBAT INTERNAL CORROSION DENGAN METODE RBI (RISK BASED INSPECTION)

Jumlah Anoda (N) Tahanan Kabel (R2) Tahanan Total (Rt) = Ic / Io = 21,62 / 7 = 3,1. R2 = R1 + α (T2 T1) = 0, ,00393 (30-24) = 0,02426 ohm/m

ANALISIS TEGANGAN TERHADAP RISIKO TERJADINYA BUCKLING PADA PROSES PENGGELARAN PIPA BAWAH LAUT

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. melakukan perancangan sistem perpipaan dengan menggunakan program Caesar

Analisa Rancangan Pipe Support pada Sistem Perpipaan High Pressure Vent Berdasarkan Stress Analysis dengan Pendekatan Caesar II

ANALISA SISA UMUR PEMAKAIAN (REMAINING LIFE ASSESMENT) AIR RECEIVER COMPRESSOR TANK MENGGUNAKAN METODE ULTRASONIC TEST ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

DESAIN DAN ANALISIS TEGANGAN PADA SISTEM OFFSHORE PIPELINE

UJIAN P3 TUGAS AKHIR 20 JULI 2010

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. dalam tugas akhir ini adalah sebagai berikut : Document/Drawing Number. 2. TEP-TMP-SPE-001 Piping Desain Spec

ANALISA FATIGUE AKIBAT TEKANAN INTERNAL SIKLIS PADA DENTED PIPE

Existing : 790 psig Future : 1720 psig. Gambar 1 : Layout sistem perpipaan yang akan dinaikkan tekanannya

Analisa Pemasangan Loop Ekspansi Akibat Terjadinya Upheaval Buckling pada Onshore Pipeline

DESAIN TANGKI DAN TINJAUAN KEKUATANNYA PADA KAPAL PENGANGKUT COMPRESSED NATURAL GAS (CNG)

2.10 Caesar II. 5.10Pipe Strees Analysis

ANDHIKA HARIS NUGROHO NRP

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print) G-249

Dosen Pembimbing: 1. Ir. Imam Rochani, M.Sc. 2. Ir. Handayanu, M.Sc., Ph.D.

Analisa Integritas Pipa Milik Joint Operation Body Saat Instalasi

ANALISA DESAIN SISTEM SS IMPRESSED CURRENT CATHODIC PROTECTION (ICCP) PADA OFFSHORE PIPELINE MILIK JOB PERTAMINA PETROCHINA EAST JAVA

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Jurnal FEMA, Volume 1, Nomor 4, Oktober 2013

Bab III Data Perancangan GRP Pipeline

ANALISIS PENGARUH SALINITAS DAN TEMPERATUR AIR LAUT PADA WET UNDERWATER WELDING TERHADAP LAJU KOROSI

BAB I PENDAHULUAN I. 1 LATAR BELAKANG

4 BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA

ANALISIS RISER INTERFERENCE KONFIGURASI STEEL CATENARY RISER AKIBAT PENGARUH GELOMBANG ACAK

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Review Desain Condensate Piping System pada North Geragai Processing Plant Facilities 2 di Jambi Merang

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

SUSTAINABLE PRODUCT DEVELOPMENT FOR SHIP DESIGN USING FINITE ELEMENT APLICATION AND PUGH S CONCEPT SELECTION METHOD

Analisa Pengaruh Water Hammer Terhadap Nilai Strees Pipa Pada Sistem Loading-Offloading PT.DABN

I. PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG

Bab IV Analisis Perancangan Struktur GRP Pipeline Berdasarkan ISO 14692

BAB V ANALISA HASIL. Dari hasil perhitungan awal dapat diketahui data-data sebagai berikut :

OLEH : NATAN HENRI SOPLANTILA NRP.

Gambar 3.1 Upheaval Buckling Pada Pipa Penyalur Minyak di Riau ± 21 km

Perancangan Konstruksi Turbin Angin di Atas Hybrid Energi Gelombang Laut

ANALISA KONFIGURASI PIPA BAWAH LAUT PADA ANOA EKSPANSION TEE

Gambar 5. 1 Sistem Pipeline milik Vico Indonesia

MODIFIKASI DESAIN RANGKA SANDARAN KURSI PADA PERANGKAT RENOGRAF TERPADU

Manual SACS - Properti

ANALISIS KEGAGALAN AKIBAT KOROSI DAN KERETAKAN PADA PIPA ALIRAN GAS ALAM DI NEB#12 PETROCHINA INTERNATIONAL JABUNG LTD

Tugas Akhir ANALISA PENGARUH TEBAL DAN GEOMETRI SPOKE BERBENTUK SQUARE BAN TANPA ANGIN TERHADAP KEKAKUAN RADIAL DAN LATERAL

Transkripsi:

PENDAHULUAN Korosi yang menyerang sebuah pipa akan berbeda kedalaman dan ukurannya Jarak antara korosi satu dengan yang lain juga akan mempengaruhi kondisi pipa. Dibutuhkan analisa lebih lanjut mengenai interaksi antar korosi dan pengaruhnya terhadap tegangan pada pipa.

PENDAHULUAN PERUMUSAN MASALAH Bagaimana pengaruh interaksi antar korosi terhadap tegangan pada pipa? Berapa jarak agar tidak terjadi interaksi tegangan antar korosi yang berbentuk limas persegi pada arah longitudinal dan circumfarential pipa? Berapa jarak agar tidak terjadi interaksi tegangan antar korosi yang berbentuk limas persegi pada arah longitudinal dan circumfarential pipa?

PENDAHULUAN TUJUAN Mengetahui pengaruh interaksi antar korosi terhadap tegangan pada pipa. Mengetahui jarak agar tidak terjadi interaksi tegangan antar korosi yang berbentuk limas persegi pada arah longitudinal dan circumfarential pipa. Mengetahui jarak agar tidak terjadi interaksi tegangan antar korosi yang berbentuk limas persegi pada arah longitudinal dan circumfarential pipa.

PENDAHULUAN MANFAAT Dapat mengetahui pengaruh interaksi antar korosi terhadap tegangan pada pipa. Dapat mengetahui jarak agar tidak terjadi interaksi tegangan antar korosi yang berbentuk limas persegi pada arah longitudinal dan circumfarential pipa. Dapat mengetahui jarak agar tidak terjadi interaksi tegangan antar korosi yang berbentuk limas persegi pada arah longitudinal dan circumfarential pipa.

PENDAHULUAN BATASAN MASALAH Korosi diasumsikan berbentuk limas dengan permukaan berbentuk persegi dan persegi panjang. Variasi yang digunakan dalam Tugas Akhir ini adalah variasi jarak antar korosi, dimensi (ukuran) korosi dan kedalaman korosi Variasi jarak antar korosi dimulai dari jarak terdekat sampai tidak terjadi interaksi antar korosi. Variasi kedalaman korosi adalah 20%, 50%, dan 80% dari tebal dinding pipa. Variasi ukuran permukaan korosi adalah perbandingan antara panjang dan lebar permukaan korosi, yaitu 1:1, dan 1:0.5. Sehingga bentuk korosi adalah limas persegi dan limas persegi panjang.

BATASAN MASALAH Lanjutan.. Analisa interaksi antar korosi dilakukan terhadap korosi dengan bentuk, ukuran dan kedalaman yang sama. Jarak antar korosi adalah kearah panjang pipa (longitudinal) dan ke arah lingkaran pipa (circumferential). Korosi diasumsikan sebagai pitting corrosion. Korosi yang ditinjau hanya dari internal corrosion Beban yang bekerja pada pipa adalah beban internal (internal pressure). Beban eksternal tidak diperhitungkan.

METODOLOGI PENELITIAN Mulai Studi literatur dan pengumpulan data Pemodelan tegangan pada pipa Perhitungan manual tegangan von mises Sesuai atau tidak Pemodelan korosi tunggal dan jamak pada pipa

METODOLOGI PENELITIAN A Bentuk limas persegi dengan variasi kedalaman: 20% dari tebal pipa 50%dari tebal pipa 80% dari tebal pipa Bentuk limas persegi panjang dengan variasi kedalaman: 20% dari tebal pipa 50% dari tebal pipa 80% dari tebal pipa Distribusi tegangan von mises: Arah longitudinal Arah circumfarential Analisa dan pemabahasan Selesai

ANALISA DATA & PERHITUNGAN TEGANGAN DATA PIPA Parameter Nilai Satuan Nilai Satua Diameter 12 Inchi 0.305 m Length 12 m 12 m Wall thickness 0.373 Inchi 0.0095 m Corrosion allowance 0.125 inchi 0.003175 m n PERHITUNGAN TEGANGAN Parameter Nilai Satuan Hoop stress 72.10 MPa Longitudinal stress 70.84 MPa Von mises stress 71.45 MPa Material API 5L Grade X52 - API 5L Grade X52 - Pipe type Seamless - Seamless - Product Gas - Gas - SMYS 52000 Psi 3.59E+08 Pa SMTS 66000 Psi 4.55E+08 Pa Modulus young 30000000 psi 2.07E+011 Pa Poisson's ratio 0.3-0.3 - Design pressure 1442 Psi 9.94E+06 Pa MAOP 651 Psi 4.49 Pa Density 61.01 pcf 977.03 Kg/m 3

Tabel 4.1 Data Umum Desain Pipa (Chevron Indonesia Company, 2013) PEMODELAN PIPA DAN KOROSI 1 AREAS TYPE NUM Y Z X JUL 19 2014 03:46:26 Pipa yang dianalisa adalah pipa gas sepanjang 12 m

Tabel 4.1 Data Umum Desain Pipa (Chevron Indonesia Company, 2013) PEMODELAN KOROSI BERBENTUK LIMAS PERSEGI Korosi dimodelkan berbentuk limas pesegi dengan variasi kedalaman 20%, 50%, dan 80% dari tebal pipa

Pemodelan Korosi Berbentuk Limas Persegi Kedalaman 20 % Single Corrosion Grafik meshing sensitivity Distribusi tegangan pada arah longitudinal Kondisi tegangan pada pipa Distribusi tegangan pada arah circumfarential

Pemodelan Korosi Berbentuk Limas Persegi Kedalaman 20 % Double Corrosion (arah longitudinal) dengan Jarak 46.5 mm dengan Jarak 65.50mm dengan Jarak 56.50mm dengan Jarak 77.78mm

Pemodelan Korosi Berbentuk Limas Persegi Kedalaman 20 % Double Corrosion (arah circumfarential) dengan Jarak 37.07 mm dengan Jarak 45.72mm dengan Jarak 45.72mm dengan Jarak 61.87mm

Tabel 4.1 Data Umum Desain Pipa (Chevron Indonesia Company, 2013) Pemodelan Korosi Berbentuk Limas Persegi Kedalaman 20 % Double Corrosion dengan Jarak 77.78 mm (arah longitudinal) dengan Jarak 61.87mm (arah circumfarential)

Pemodelan Korosi Berbentuk Limas Persegi Kedalaman 50 % Single Corrosion Grafik meshing sensitivity Distribusi tegangan pada arah longitudinal Kondisi tegangan pada pipa Distribusi tegangan pada arah circumfarential

Pemodelan Korosi Berbentuk Limas Persegi Kedalaman 50 % Double Corrosion (Arah Longitudinal) dengan Jarak 48.5mm dengan Jarak 88.50 mm dengan Jarak 68.5mm dengan Jarak 110.99 mm

Pemodelan Korosi Berbentuk Limas Persegi Kedalaman 50 % Double Corrosion (Arah Circumfarential) dengan Jarak 37.8 mm dengan Jarak 102.15 mm dengan Jarak 77.8 mm dengan Jarak 113.08 mm

Tabel 4.1 Data Umum Desain Pipa (Chevron Indonesia Company, 2013) Pemodelan Korosi Berbentuk Limas Persegi Kedalaman 50 % Double Corrosion dengan Jarak 110.99 mm (arah longitudinal) dengan Jarak 113.08 mm (arah circumfarential)

Pemodelan Korosi Berbentuk Limas Persegi Kedalaman 80 % Single Corrosion Grafik meshing sensitivity Distribusi tegangan pada arah longitudinal Kondisi tegangan pada pipa Distribusi tegangan pada arah circumfarential

Pemodelan Korosi Berbentuk Limas Persegi Kedalaman 80 % Double Corrosion (Arah Longitudinal) dengan Jarak 58.5 mm dengan Jarak 119.20 mm dengan Jarak 98.5 mm dengan Jarak 129.20 mm

Pemodelan Korosi Berbentuk Limas Persegi Kedalaman 80 % Double Corrosion (Arah Circumfarential) dengan Jarak 47.33 mm dengan Jarak 110.38 mm dengan Jarak 85.5 mm dengan Jarak 114.84 mm

Tabel 4.1 Data Umum Desain Pipa (Chevron Indonesia Company, 2013) Pemodelan Korosi Berbentuk Limas Persegi Kedalaman 80 % Double Corrosion Distribusi tegangan pada arah longitudinal Distribusi tegangan pada arah circumfarential

Pemodelan Korosi Berbentuk Limas Persegi Panjang Kedalaman 20 % Single Corrosion Grafik meshing sensitivity Distribusi tegangan pada arah longitudinal Kondisi tegangan pada pipa Distribusi tegangan pada arah circumfarential

Pemodelan Korosi Berbentuk Limas Persegi Panjang Kedalaman 20 % Double Corrosion (arah longitudinal) dengan Jarak 49.10mm dengan Jarak 68.23mm dengan Jarak 58.62mm dengan Jarak 80 mm

Pemodelan Korosi Berbentuk Limas Persegi Panjang Kedalaman 20 % Double Corrosion (arah circumfarential) dengan Jarak 23.52 mm dengan Jarak 46.72mm dengan Jarak 36.72mm

Tabel 4.1 Data Umum Desain Pipa (Chevron Indonesia Company, 2013) Pemodelan Korosi Berbentuk Limas Persegi Panjang Kedalaman 20 % Double Corrosion dengan Jarak 80 mm (arah longitudinal) dengan Jarak 46.72 mm (arah circumfarential)

Pemodelan Korosi Berbentuk Limas Persegi Panjang Kedalaman 50 % Single Corrosion Grafik meshing sensitivity Distribusi tegangan pada arah longitudinal Kondisi tegangan pada pipa Distribusi tegangan pada arah circumfarential

Pemodelan Korosi Berbentuk Limas Persegi Panjang Kedalaman 50 % Double Corrosion (Arah Longitudinal) dengan Jarak 48.5mm dengan Jarak 106 mm dengan Jarak 68.5mm dengan Jarak 129.98 mm

Pemodelan Korosi Berbentuk Limas Persegi Panjang Kedalaman 50 % Double Corrosion (Arah Circumfarential) dengan Jarak 33.26 mm dengan Jarak 54 mm dengan Jarak 46.62 mm dengan Jarak 61.87 mm

Tabel 4.1 Data Umum Desain Pipa (Chevron Indonesia Company, 2013) Pemodelan Korosi Berbentuk Limas Persegi Panjang Kedalaman 50 % Double Corrosion dengan Jarak 129.98 mm (arah longitudinal) dengan Jarak 61.87 mm (arah circumfarential)

Pemodelan Korosi Berbentuk Limas Persegi Panjang Kedalaman 80 % Single Corrosion Grafik meshing sensitivity Distribusi tegangan pada arah longitudinal Kondisi tegangan pada pipa Distribusi tegangan pada arah circumfarential

Pemodelan Korosi Berbentuk Limas Persegi Panjang Kedalaman 80 % Double Corrosion (Arah Longitudinal) dengan Jarak 40 mm dengan Jarak 130 mm dengan Jarak 100 mm dengan Jarak 137.50 mm

Pemodelan Korosi Berbentuk Limas Persegi Panjang Kedalaman 80 % Double Corrosion (Arah Circumfarential) dengan Jarak 35.26 mm dengan Jarak 55.47 mm dengan Jarak 45.72 mm dengan Jarak 66.43 mm

Tabel 4.1 Data Umum Desain Pipa (Chevron Indonesia Company, 2013) Pemodelan Korosi Berbentuk Limas Persegi Panjang Kedalaman 80 % Double Corrosion Distribusi tegangan pada arah longitudinal Distribusi tegangan pada arah circumfarential

VERIFIKASI DENGAN PERHITUNGAN MANUAL Tegangan (MPa) Bentuk korosi Kedalaman (mm) Perhitungan software Arah longitudinal Arah circumfarential Perhitungan manual Limas persegi Limas persegi panjang 1.9 72.28 72.38 4.75 72.90 72.35 7.6 73.42 72.26 1.9 73.33 73.54 4.75 73.11 73.38 7.6 73.46 73.38 71.45 71.45

KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN Dari analisa yang telah dilakukan, dapat disimpulkan: Interaksi antar korosi mengakibatkan tegangan yang terjadi pada pipa menjadi semakin meningkat jika dibandingkan dengan single corrosion. Jarak maksimum antar korosi agar tidak terjadi interaksi berbeda pada setiap ukuran dan kedalaman korosi. Untuk korosi berbentuk limas persegi dengan kedalaman 1.9 mm pada arah longitudinal adalah sejauh 77.78 mm sedangkan pada arah circumferential sejauh 61.87 mm. Untuk kedalaman 4.75 mm pada arah longitudinal sejauh 110.99 mm sedangkan arah circumferential sejauh 113.08 mm. Sedangkan untuk kedalaman 7.6 mm, pada arah longitudinal sejauh 129.20 mm, dan pada arah circumferential sejauh 114.84 mm. Kemudian untuk korosi yang berbentuk limas persegi panjang dengan kedalaman 1.9 mm pada arah longitudinal adalah 80 mm, sedangkan pada arah circumferential adalah 46.52 mm. Untuk kedalaman 4.75 mm pada arah longitudinal adalah sejauh 129.98 mm sedangkan pada arah circumferential adalah sejauh 61.87 mm. Dan untuk kedalaman 7.6 mm pada arah longitudinal adalah sejauh 137.5 mm sedangkan arah circumferential adalah sejauh 72.62 mm.

SARAN Untuk mendapatkan hasil yang lebih sempurna, ada beberapa masukan dan saran yang dapat digunakan dalam penelitian-penelitian selanjutnya, antara lain: Beban yang bekerja pada Tugas Akhir ini berupa internal pressure saja. Untuk penelitian selanjutnya dapat memperhitungkan beban-beban eksternal. Korosi dapat dimodelkan dalam bentuk yang lain. Pada Tugas Akhir ini, analisa interaksi antar korosi dilakukan terhadap korosi dengan ukuran dan kedalaman yang sama. Untuk penelitian selanjutnya dapat memvariasikan ukuran dan kedalaman korosi untuk mendapatkan jarak maksimum antar korosi.

DAFTAR PUSTAKA ASTM section III.2002. Metal Test Methods and Analytical Procedures. New York: ASTM International. ASTM A36.1999. Standart Specification for Carbon Structural Steel. Washington DC : ASTM International. ASTM A709. 2000. Standard Spesification for Carbon and High-Strength Low-Alloy Structural Steel Shapes, Plates, and Bars and Quenched-and-Tempered Alloy Structural Plates for Bridges 1. New York: ASTM International. ASME B31.3 th.1999. Process Piping, American Society for Mechanical Engineering; New York. Azhar, A. F. R,. 2007. Analisa Resiko Offshore Pipeline dengan Menggunakan Metode RBI (Risk Based Inspection). Surabaya: FTK-ITS. Callister, W. D. 2007. Material Science and Engineering An Introduction 7ed, Wiley. Chakrabarti, S. K., 2005, Handbook of Offshore Engineering, Elsevier, Oxford. Chamsudi, Achmad. 2005. Piping Stress Analysis. Badan Tenaga Nuklir Nasional PUSPITEK, Serpong. Christian B, Stahle B, 1998, Simulation of Corrosion Fatigue Crack Growth Under Mixed-mode Loading Diantoro, Lukman Wahyu. 2013. Analisa Pengaruh Korosi Terhadap Kelayakan Pipa Proses pada Well Testing Barge. Surabaya: PPNS-ITS. DnV RP F-101 th 2010, Recommended Practice Corroded pipelines. Det Norske Veritas, Norway Guo, B. 2005. Offshore Pipeline. Elsevier, United States J.P. Kenny & Partner Ltd,. 1993. Structural Analysis of Pipeline Span. HSE Books. USA

DAFTAR PUSTAKA Jones, R.H, 1992, Stress Corrosion Cracking, USA: ASM International. Kannappan Sam, P.E. 1986. Introduction to Pipe Stress Analysis. John Wiley & Sons.Inc., U.S.A. Soegiono, 2007, Pipa Laut. Airlangga University Press, Surabaya. Subiyanto, Nani. 2013. Analisis Kekuatan Sisa Pada Subsea Pipeline Sepinggan Lawe-Lawe Akibat Korosi Pitting Internal dengan Metode Numerik. Surabaya: FTK-ITS. Sukmawan, Ryan H., 2010. Analisa Kekuatan Sisa Pipeline Akibat Internal Corrosion Berbasis Keandalan. Surabaya: FTK-ITS. Supomo, Heri, 2003. Buku Ajar Korosi. Jurusan Teknik Perkapalan FTK ITS Surabaya http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-kesehatan/reaksi-kimia-kimia-kesehatanmateri_kimia/korosi-2/. Diakses pada tanggal 20 Oktober 2013, jam 8.00 WIB.