1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan apakah terdapat perbedaan tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility Disclosure) antar industri pada perusahaan yang terdaftar di Indeks Kompas 100 berdasarkan pedoman Global Reporting Initiative (GRI) G4. Corporate Social Responsibility (CSR) masih menjadi isu hangat hingga saat ini baik di dalam negeri maupun di dunia. CSR bermula dari banyaknya keluhan maupun kritikan yang disampaikan oleh masyarakat, pemerintah dan organisasi non pemerintah seperti lembaga swadaya masyarakat mengenai dampak-dampak secara langsung maupun tidak langsung terkait kondisi sosial dan lingkungan yang timbul akibat aktivitas operasional perusahaan. Beberapa aktivitas operasi perusahaan menimbulkan dampak kerusakan lingkungan. Contoh kasus kerusakan lingkungan yang timbul di Indonesia di antaranya adalah kasus lumpur panas dan gas PT Lapindo Brantas yang disebabkan oleh explorasi gas, Sungai Citarum yang tercemar limbah berbahaya akibat aktivitas beberapa perusahaan di sekitarnya, limbah PT Mitra Saruta Indonesia di Gresik yang melebihi ambang batas, kasus pencemaran lingkungan oleh PT Sidomuncul, pencemaran Teluk Buyat akibat aktivitas operasi PT Newmont Minahasa Raya, dan lain-lain. Berdasarkan kasus-kasus tersebut permasalahan mengenai CSR menjadi topik yang semakin hangat diperbincangkan, serta menjadi hal yang penting dan menimbulkan isu kontekstual yang menarik yang dapat dicermati dan diteliti.
2 Gagasan utama yang mendasari pengungkapan atas CSR adalah untuk mencapai keseimbangan antara People (kesejahteraan sosial), Planet (kualitas ekologi), dan Profit (kemakmuran ekonomi). Ketiga gagasan utama tersebut akan saling mendukung dalam mewujudkan keberlanjutan perusahaan. Menurut Braco dan Rodrigues (2007) gagasan mengenai CSR berkaitan dengan isu etika dan moral terkait pembuatan keputusan dan perilaku perusahaan. Aktivitas operasional perusahaan dapat menimbulkan dampak sosial dan lingkungan secara langsung maupun tidak langsung, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Berdasarkan dampak yang dapat ditimbulkan, perusahaan diharapkan memiliki etika dan moral yang baik dalam menjalankan aktivitas operasionalnya yang sesuai dengan undangundang yang ada, serta menjaga hubungan sosial dan kelestarian lingkungan. Persaingan pada dunia usaha menuntut perusahaan untuk terus meningkatkan profit dan melakukan pertumbuhan. Peningkatan profit dapat ditandai dengan meningkatnya volume penjualan atas produk di pasar, sedangkan pertumbuhan perusahaan dapat ditandai dengan meningkatnya nilai investasi yang ditanamkan di dalam perusahaan. Profit dan pertumbuhan merupakan salah satu indikator keberhasilan perusahaan, tetapi hal tersebut belum menjamin keberlangsungan hidup (sustainability) perusahaan. Pencapaian keberlangsungan hidup perusahaan dapat tercermin melalui penerimaan publik atas eksistensi perusahaan. Publik menerima eksistensi perusahaan berdasarkan kualitas produk yang dipasarkan, harga produk serta yang tidak kalah penting adalah bagaimana perusahaan membangun hubungan baik dengan para pemangku kepentingan (stakeholders) melalui kepedulian perusahaan
3 terhadap kondisi sosial dan lingkungannya. Bentuk kepedulian perusahaan yang diinginkan publik tidak hanya berupa keterlibatan perusahaan dalam kegiatankegiatan sosial, melainkan juga dalam bentuk pengintegrasian kegiatan bisnis dan operasional perusahaan terkait dengan berbagai aspek sosial seperti etika bisnis perusahaan, publikasi dan promosi produk perusahaan di media masa yang menghormati norma-norma masyarakat. Perusahaan dapat menerbitkan laporan tahunan maupun laporan keberlanjutan sebagai sarana pertanggungjawaban perusahaan kepada publik. Beberapa peneliti terdahulu menyatakan bahwa jumlah perusahaan yang mempublikasikan informasi terkait kinerja lingkungan dan sosial terus mengalami peningkatan selama beberapa tahun terakhir (Kolk, 2004; CSR Network, 2003; O'Dwyer y Owen, 2005). Menurut CorporateRegister.com (2013), jumlah laporan keberlanjutan meningkat setiap tahunnya, namun tingkat kenaikan laporan keberlanjutan menurun yang disebabkan oleh terjadinya resesi ekonomi di berbagai negara. Pemerintah Indonesia sebagai regulator tidak tinggal diam dalam menghadapi tuntutan publik terkait permasalahan sosial dan lingkungan. Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan berbagai kebijakan untuk melindungi kepentingan publik terkait dampak sosial maupun lingkungan yang timbul atas aktivitas operasi perusahaan. Undang Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang disahkan DPR tanggal 20 Juli 2007, merupakan suatu perubahan besar terkait pengaturan CSR di Indonesia. Pada pasal 74 ayat 1 undangundang tersebut menyatakan bahwa perseroan yang menjalankan kegiatannya di
4 bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan, terkait dengan semakin banyak kerusakan lingkungan yang terjadi di Indonesia seperti kerusakan hutan maupun habitat lain, polusi udara dan air, hingga secara ekstrim yaitu perubahan iklim. Selain perusahaan yang berkaitan dengan sumber daya alam, pada pasal 66 ayat 2 c menyatakan bahwa laporan tahunan perseroan yang disampaikan oleh direksi pada RUPS setelah ditelaah oleh dewan komisaris harus memuat laporan pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Undang Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, menyatakan bahwa setiap penanam modal mempunyai kewajiban untuk melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan. Selain itu Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup telah diatur dalam undang-undang Nomor 32 tahun 2009. Tuntutan dari berbagai pihak atas pelaksanaan aktivitas CSR yang dilakukan perusahaan mendorong pihak publik memerlukan informasi mengenai sejauh mana perusahaan telah berkontribusi terhadap aktivitas sosial dan lingkungan, maupun seberapa efektif etika bisnis dijalankan. Informasi tersebut dapat melindungi hak masyarakat pada umumnya untuk dapat hidup aman dan tentram, kesejahteraan karyawan terjamin, dan jaminan keamanan atas produk yang dikonsumsi. Salah satu sumber informasi yang dapat digunakan untuk mengetahui gambaran mengenai kinerja ekonomi, lingkungan dan sosial perusahaan adalah laporan tahunan (annual report) maupun laporan keberlanjutan (sustainability report). Laporan tahunan maupun laporan keberlanjutan digunakan perusahaan sebagai sarana pertanggungjawaban kepada publik.
5 Laporan keberlanjutan merupakan laporan yang dapat menggambarkan sejauh mana tanggung jawab sosial perusahaan terhadap para pemangku kepentingan. Untuk memudahkan dalam hal penyusunan maupun memperbandingkan informasi yang tersedia di dalam laporan keberlanjutan maka dibutuhkan suatu pedoman. World Business Council for Sustainability Development (1999) menyatakan bahwa GRI merupakan panduan penyusunan laporan keberlanjutan yang dapat diterapkan dan diterima secara luas. Studi yang dilakukan oleh Bank Dunia (2003) menemukan bahwa GRI merupakan standar global yang paling berpengaruh kedua terhadap praktik tanggung jawab sosial perusahaan. GRI menyediakan suatu pedoman pelaporan keberlanjutan yang secara berkala ditinjau untuk memberikan panduan yang terbaik dan termutakhir bagi pelaporan keberlanjutan yang efektif. Pedoman GRI terbaru yang digunakan sebagai panduan bagi perusahaan di dunia dalam penyusunan laporan keberlanjutan adalah GRI G4. GRI G4 dikeluarkan pada tanggal 22 Mei 2013. Pedoman GRI G4 merupakan generasi keempat yang dikeluarkan oleh GRI dan merupakan penyempurnaan bagi pedoman sebelumnya yaitu, GRI G3.1. Pedoman ini terdiri atas dua ikhtisar pengungkapan, yaitu: (1) standar umum dan (2) standar khusus. Standar khusus mengatur mengenai pengungakapan yang dapat dilaporkan perusahaan yang dibagi ke dalam 3 kategori. Kategori tersebut meliputi kategori ekonomi, kategori lingkungan dan kategori sosial. Sedangkan dalam kategori sosial dibagi menjadi beberapa sub-kategori yang meliputi praktik ketenagakerjaan dan kenyamanan bekerja, hak asasi manusia, masyarakat dan
6 tanggung jawab atas produk. Kategori yang ada di dalam GRI G4 memiliki beberapa indikator yang kemudian dapat digunakan sebagai penilaian pelaporan keberlanjutan (sustainability reporting). Belum adanya peraturan pemerintah yang mewajibkan perusahaan untuk melaporkan laporan keberlanjutan menyebabkan masih sedikit perusahaan di Indonesia yang mengungkapkan CSR dalam laporan tersendiri. Oleh karena itu, perusahaan-perusahaan yang telah menyusun maupun membuat laporan keberlanjutan sebagian besar mengacu pada pedoman yang dikeluarkan oleh GRI. Praktek pelaporan atas CSR sangat bervariasi antara satu industri dengan industri lainnya bergantung pada sifat dari aktivitas bisnis yang dilakukan (McWilliams et al., 2006). Perusahaan yang aktivitas operasinya berkaitan langsung dengan alam memiliki kecenderungan potensi merusak lingkungan yang tinggi. Hal tersebut terjadi terkait aktivitas yang dilakukan perusahaan dalam proses produksi berlangsung. Sektor-sektor tersebut banyak menggunakan maupun menghasilkan zat-zat berbahaya dan limbah yang terkadang beracun jika dalam proses pembuangannya tidak diolah terlebih dahulu. Selain itu, aktivitas perusahaan terkadang menyebabkan polusi udara yang dapat menyebabkan gangguan pernafasan dan dapat merusak lapisan ozon yang membahayakan bagi seluruh makhluk hidup. Polusi air pun banyak terjadi akibat belum sempurnanya proses pengolahan limbah yang dilakukan oleh perusahaan. Apabila hal tersebut tidak ditangani dengan baik maka akan memberikan dampak yang buruk bagi kondisi lingkungan maupun sosial.
7 Sweeney dan Coughlan (2008); Kolk dan Perego (2010) menyatakan bahwa berdasarkan hasil atas beberapa studi, beragam industri digunakan untuk mengidentifiasi perbedaan antar sektoral yang bertujuan untuk menilai pengungkapan CSR yang lebih tinggi di beberapa industri dibandingkan industri lainnya. Menurut Campbell (2003); Morhardt (2010) industri digunakan untuk menganalisis perbedaan atau analogi dalam suatu sektor. Campbell (2006) menyatakan bahwa jenis dari industri dapat mempengaruhi aturan dalam pelaporan CSR, selain itu menurut Amran dan Haniffa (2011) CSR yang dilakukan oleh suatu perusahaan dapat menjadi acuan bagi perusahaan lain pada industri yang sama. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbandingan pengungkapan CSR antar industri yang terdaftar di Indeks Kompas 100 berdasarkan pedoman GRI G4. 1.2 Rumusan Masalah Masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah: Apakah terdapat perbedaan tingkat pengungkapan CSR antar industri pada perusahaan yang terdaftar di Indeks Kompas 100 berdasarkan pedoman GRI G4? 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan tingkat pengungkapan CSR antar industri pada perusahaan yang terdaftar di Indeks Kompas 100 tahun 2013 berdasarkan pedoman GRI G4. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk menganalisis kategori yang paling dominan dilaporkan dalam pengungkapan CSR berdasarkan pedoman GRI G4.
8 1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi perusahaan, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan mengenai pengungkapan CSR di dalam laporan keberlanjutan yang sesuai dengan standar internasional pedoman GRI G4. 2. Bagi investor, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan investasi, dimana investasi tidak hanya didasarkan pada laba perusahaan saja, tetapi investor perlu mengetahui bagaimana pelaksanaan dan pengungkapan atas CSR untuk menilai keberlanjutan perusahaan dimasa yang akan datang. 3. Bagi lembaga maupun institusi yang membuat peraturan maupun standar seperti pemerintah maupun Otoritas Jasa Keuangan (OJK), hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi untuk meningkatkan kualitas peraturan maupun standar yang telah ada maupun yang akan dibuat. 4. Bagi akademisi, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu referensi mengenai tingkat pengungkapan CSR berdasarkan pedoman GRI G4 pada berbagai jenis industri yang terdaftar di Indeks Kompas 100. 1.5 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan merupakan rangkuman sementara dari sisi tesis, yaitu suatu gambaran mengenai isi tesis secara keseluruhan dan dari sistematika itulah dapat dijadikan suatu arahan bagi pembaca untuk menelaahnya. Secara berurutan dalam sistematika penulisan ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
9 BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan ini mengemukakan mengenai latar belakang penelitian, perumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab kedua merupakan kajian pustaka berisi mengenai definisi CSR, pengungkapan CSR, dan konsep pelaporan CSR berdasarkan GRI. Pada bab ini juga akan dibahas mengenai penelitian terdahulu yang dapat digunakan sebagai referensi dalam penelitian ini. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ketiga memaparkan mengenai metodologi yang berhubungan dengan data dan metodologi yang berhubungan dengan analisa. Pada bab ini akan dipaparkan mengenai deskripsi data yang meliputi laporan tahunan atau laporan keberlanjutan perusahaan perusahaan yang terdaftar di Indeks Kompas 100 periode tahun 2013. BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN Bab keempat akan menyajikan analisis mengenai hasil temuan yang telah dikembangkan. Selain itu, pada bab ini akan dipaparkan pembahasan maupun interpretasi dari hasil penelitian. BAB V PENUTUP Bab kelima akan menyajikan kesimpulan sebagai hasil dari penelitian dan dilanjutkan dengan saran-saran yang sekiranya dapat dijadikan bahan pemikiran bagi yang berkepentingan.