BAB I PENDAHULUAN. karena itu dalam artikel website tanggal 31 Desember

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapat

BAB I PENDAHULUAN. negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Gambar 1.1 Sumber Pendapatan Negara. Berdasarkan Gambar 1.1 menujukkan bahwa di Negara Indonesia, sumber

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, namun bagi

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan nasional dapat berjalan dengan baik demi kemajuan dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2014

BAB I PENDAHULUAN. toleransi dari pihak fiskus, dikarenakan fiskus menginginkan perolehan pajak

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran atau pungutan yang dilakukan oleh pemerintah dari masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan suatu iuran yang dikenakan kepada wajib pajak atas penghasilan

BAB I PENDAHULUAN. karena itu, perencanaan diperlukan agar laba dapat dicapai dalam perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional demi kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat. Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapat timbal balik secara langsung

BAB I PENDAHULUAN. pengeluaran termasuk pengeluaran pembangunan. Menurut Prof. Dr.

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber penerimaan utama negara yang digunakan untuk. Semakin besarnya pengeluaran pemerintah untuk pembiayaan

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Negara yang paling

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan perpajakan (

BAB I PENDAHULUAN. sehingga terciptalah kesejahteraan nasional. Dalam melaksanakan pembangunan,

BAB I PENDAHULUAN. dapat memberikan kontribusi positif bagi pelaksanaan pembangunan. Pajak

BAB I PENDAHULUAN. dari sektor pajak. Lebih dari 70 % pengeluaran Negara dibiayai oleh pajak

Judul : Pengaruh Corporate Governance, Profitabilitas dan Koneksi Politik pada Tax Avoidance

BAB I PENDAHULUAN. Perpajakan pasal 1 ayat 1, definisi pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang

BAB I PENDAHULUAN. dibagi akan dua yaitu fungsi budgetair yaitu pajak sebagai sumber dana bagi

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan nasional serta menjadi unsur utama untuk

BAB I PENDAHULUAN. Definisi pajak menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 pasal 1 ayat 1,

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa dekade lalu, pajak hanya dianggap sebagai pelengkap

PENGARUH RETURN ON ASSET, LEVERAGE, UKURAN PERUSAHAAN DAN KOMPENSASI RUGI FISKAL TERHADAP TAX AVOIDANCE

BAB I PENDAHULUAN. disamping penerimaan dari sumber migas dan non migas. Pajak juga merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bentuk partisipasi masyarakat dalam pembangunan tanah air dan negara. Pajak

BAB 1 PENDAHULUAN. APBN melalui sektor perpajakan (Candra, 2012). Pentingnya peranan pajak

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak merupakan sektor pemasukan tersebesar kas negara. Penerimaan

BAB I PENDAHULUAN. negeri tertarik untuk mendirikan perusahaan guna memanfaatkan sumber daya yang

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di Indonesia kini cukup pesat dilihat dari segi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan komisaris independen terhadap tax avoidance membutuhkan kajian teori

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Pendapatan Negara negara yang diaturkan pada undang-undang dengan tidak mendapatkan timbal

BAB I PENDAHULUAN. Negara dalam Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Negara yang digunakan untuk infrastruktur, pendidikan, kesehatan dan

HALAMAN PENGESAHAN...

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PENGHINDARAN PAJAK PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendapatan negara maupun pembiayaan.ibarat sebuah bahtera, berlayar hingga akhirnya mampu berlabuh. APBN menjadi motor

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan pendapatan terbesar negara yang dikelola pemerintah untuk

I. BAB I PENDAHULUAN. Tujuan perpajakan adalah untuk meningkatkan pendapatan yang akan digunakan

BAB I PENDAHULUAN. negara yang utama. Lebih kurang 70% APBN bersumber dari pajak. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. pajak adalah beban yang akan mengurangi laba bersih. Perbedaan kepentingan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (tax avoidance) sepanjang hal itu dimungkinkan sesuai aturan.

BAB I PENDAHULUAN. anggarannya. Indonesia merupakan salah satu negara yang mengandalkan

BAB II TINJAUAN PUSATAKA

BAB I PENDAHULUAN. banyak didanai dari sektor pajak. Undang-Undang perpajakan mewajibkan para

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang Undang Ketetapan Umum dan Tata Cara Perpajakan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak memegang peranan penting dalam perekonomian negara kita. Hal ini dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN. Begitu juga di negara Indonesia. Pajak merupakan salah satu unsur terbesar dalam

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 tentang ketentuan umum dan tata

BAB V PENUTUP. Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian ini adalah :

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Realisasi Penerimaan Negara Tahun (Dalam Miliar Rupiah) Sumber Penerimaan 2013 % 2014 % 2015 %

BAB I PENDAHULUAN. Pajak menurut undang-undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Dasar 1945 Amandemen III yang berbunyi Pajak dan pungutan lain yang bersifat

BAB I PENDAHULUAN. program-program pembangunan yang dapat dinikmati rakyat. Sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak memiliki peranan penting dalam perekonomian negara kita. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. negara sebagai sumber pendapatan untuk membiayai semua pengeluaran negara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan utama bagi suatu

BAB II TINJAUAN PUSATAKA. menerima wewanang (agen). Teori keagenan merupakan basis teori yang

BAB I PENDAHULUAN. Widyawati, 2016). Bahkan secara persentase, setidaknya pajak memenuhi kurang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Era globalisasi membuka peluang interaksi dan komunikasi tanpa batas antar

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sehingga tidak mengherankan ketika pemerintah kemudian membuat aturan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dengan kondisi bangsa Indonesia yang masih dalam kategori

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang terbesar, terbukti. (

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber utama penerimaan negara. Pajak

PENDAHULUAN BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. Pajak memiliki peranan penting dalam proses pembangunan suatu bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kesejahteraan suatu penduduk dapat tercapai apabila di dalam suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. menetapkan target yang tinggi untuk penerimaan pajaknya yaitu sebesar RP

BAB 1 PENDAHULUAN. berlimpah dan terletak pada kondisi geografis yang strategis, tidak mengherankan

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan pajak (Tax Planning). Keduanya sama-sama menggunakan cara legal. untuk mengurangi atau memperkecil beban pajak.

BAB I PENDAHULUAN. undang-undang seperti yang dinyatakan dalam pasal 23A Undang-Undang Dasar

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Laba perusahaan dalam perpajakan digunakan sebagai dasar. perhitungan pajak. Dalam UU KUP No. 28 Tahun 2007, pajak merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dan berkembang untuk kelangsungan negara dan kesejahtraan dari masyarakat. pendapatan negara melalui sektor penerimaan pajak.

BAB I PENDAHULUAN. jelas. Berdasarkan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, salah satu tujuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. untuk keperluan negara diatur dengan undang undang. Hal ini. tarif pajak yang tertuang pada Undang-Undang No.36 tahun 2008 pasal 17

BAB I PENDAHULUAN. Definisi pajak menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak hingga saat ini masih menjadi primadona dalam penerimaan negara dan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut membuat banyak perusahaan akhirnya memakai berbagai cara untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (manajemen suatu usaha) dengan principal (pemilik usaha). Model

BAB I PENDAHULUAN. sakit, dan lain lain. Karena dari pajak yang dilunasi oleh masyarakat pemerintah. mempunyai dana untuk membangun hal tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. penghindaran pajak oleh perusahaan adalah penggunaan utang. Keputusan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. kontrak dimana si agen menutup kontrak untuk melakukan tugas-tugas tertentu

BAB I PENDAHULUAN. komprehensif untuk mengungkapkan (disclosure) semua fakta, baik transaksi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan umum (Siti Resmi, 2011:1). Fungsi pajak ada 2 yaitu fungsi

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang terus menerus

BAB I PENDAHULUAN. terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Perkembangan perusahaan real estate

BAB I PENDAHULUAN. membiayai pengeluaran pemerintah dan pembangunan. Hal ini tertuang dalam

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. menghubungkan antara karakteristik perusahaan khususnya capital intensity dan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Menurut Soemitro dalam Mardiasmo (2013) pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Oleh karena itu dalam artikel website www.kemenkeu.go.id tanggal 31 Desember 2013 memberitakan bahwa pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pajak (DJP) telah menyusun langkah untuk optimalisasi penerimaan pajak, salah satunya program kerja penguatan penegakan hukum bagi penghindar pajak, yaitu untuk memberikan rasa keadilan, maka bagi wajib pajak yang tidak menjalani kewajiban perpajakannya dengan benar akan dilakukan penegakan hukum mulai dari pemeriksaan, penyidikan dan penagihan serta penyempurnaan peraturan perpajakan untuk lebih memberikan kepastian hukum dan perlakuan yang adil dan wajar. Dalam artikel website www.setkab.go.id tanggal 05 Januari 2015 memberitakan bahwa Menteri Keuangan (Menkeu) Bambang Brodjonegoro mengemukakan realisasi pendapatan negara tahun 2014 mecapai Rp. 1.537,2 triliun dan realisasi belanja negara tahun 2014 sebesar Rp. 1.764,6. Pendapatan negara dari perpajakan pada tahun 2014 mencapai Rp 1.143,3

2 triliun atau 64,79% dari jumlah realisasi belanja negara tahun 2014, sedangkan jumlah realisasi penerimaan negara bukan pajak (PNBP) yaitu Rp 390,7 triliun atau 22,14% dari jumlah realisasi belanja negara tahun 2014. Sebagian besar pendapatan negara yaitu dari pajak, seperti yang terlihat pada diagram dibawah ini : Gambar 1.1 Perkembangan Pendapatan Negara Tahun 2013-2015 1,600.00 1,400.00 1,200.00 Trilliun Rupiah 1,000.00 800.00 600.00 885.00 1,031.70 1,235.80 PAJAK PNBP 400.00 200.00-324.30 324.30 252.40 2013 2014 2015 Tahun Sumber : rapbn website www.kemenkeu.go.id Berdasarkan diagram diatas penerimaan negara di sektor pajak khususnya ditargetkan selalu meningkat. Namun demikian, usaha untuk mengoptimalkan penerimaan sektor pajak bukan tanpa kendala. Salah satu kendala dalam rangka optimalisasi penerimaan pajak adalah adanya penghindaran pajak (Tax Avoidance), bahkan tidak sedikit perusahaan yang melakukan penghindaran pajak, Judi dan Setiyono (2012).

3 Dalam artikel website www.pajak.go.id tanggal 12 Agustus 2014, Tax Avoidance (Penghindaran Pajak) adalah Penataan transaksi untuk memperoleh keuntungan pajak, manfaat, atau pengurangan dengan cara yang sesuai dengan hukum pajak. Penghindaran pajak (tax avoidance) merupakan usaha meringankan beban pajak dengan tidak melanggar undang-undang, sedangkan penggelapan pajak (tax evasion) adalah usaha meringankan beban pajak dengan cara melanggar undang-undang, Mardiasmo (2013). Meskipun tax avoidance dilakukan dengan cara-cara yang legal namun tetap merugikan negara karena mengurangi pendapatan negara. Salah satu fenomena kasus penghindaran pajak di Indonesia yaitu, dugaan kasus penghindaran pajak yang dimuat dalam berita online (www.detik.com) pada tanggal 11 September 2013 memberitakan Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Utara (Kakanwil Ditjen Pajak Sumut) I Medan Harta Indra Tarigan mengungkapkan, Ditjen Pajak menemukan tujuh modus yang dilakukan para pengembang properti menghindari pajak. Dalam artikel website www.pajak.go.id tanggal 12 Agustus 2014 oleh Ibnu Wijaya memberitakan terkait dengan penghindaran pajak tidak dapat dilepaskan dari suatu pandangan bahwa karena tidak ada hukum yang dilanggar, penghindaran pajak seharusnya tidak dilarang. Setiap orang memiliki kebebasan mengatur urusannya masing-masing sebagaimana dia kehendaki, dan selama tidak ada peraturan yang dilanggar maka otoritas pajak tidak dapat melakukan intervensi.

4 Pendapat ini pertama kali disuarakan dalam putusan pengadilan tertinggi di Inggris dalam kasus yang sangat terkenal yang disebut The Duke of Westminster Case (IRC v Duke of Westminster, 1936). Kasus tersebut terkait suatu kesepakatan antara The Duke of Westminster dengan tukang kebunnya untuk merubah pembayaran gaji tukang kebunnya tersebut menjadi pembayaran anuitas sebagai balas atas jasa-jasa yang telah dilakukan oleh tukang kebunnya dimasa lalu. Dalam peraturan perpajakan inggris pada saat itu, pembayaran anuitas tersebut dapat dikurangkan dari penghasilan kena pajaknya Duke of Westminster, sedangkan pembayaran gaji merupakan biaya yang tidak dapat dikurangkan. Komisaris pajak melakukan koreksi atas pembayaran tersebut, dengan menyatakan bahwa pembayaran anuitas tersebut secara substansi merupakan pembayaran gaji, sehingga tidak dapat dikurangkan sebagai biaya. Kasus tersebut berakhir dipengadilan, dimana hakim menolak koreksi yang dilakukan oleh komisaris pajak. Penghindaran pajak sering dikaitkan dengan perencanaan pajak (tax planning), dimana keduanya sama-sama menggunakan cara yang legal untuk mengurangi atau bahkan menghilangkan kewajiban pajak. Batas antara penghindaran pajak seringkali tidak jelas. Meskipun secara literal tidak ada hukum yang dilanggar, semua pihak sepakat bahwa penghindaran pajak merupakan sesuatu yang secara praktik tidak dapat diterima. Hal ini dikarenakan penghindaran pajak secara langsung berdampak pada tergerusnya basis pajak, yang mengakibatkan berkurangnya penerimaan pajak yang dibutuhkan negara, (www.pajak.go.id).

5 Begitu marak praktik penghindaran pajak, tidak hanya di Indonesia tetapi diseluruh dunia pun terjadi hal yang serupa. Hal ini dikarenakan bagi perusahaan, pajak merupakan beban bagi perusahaan yang akan mengurangi laba bersih, Erly (2011). Jika keuntungan yang diperoleh perusahaan besar secara otomatis pajak penghasilan yang dibayarkan ke kas negara juga besar. Sedangkan menurut Krisnata dan Supramono (2012) bagi perusahaan, pajak dianggap sebagai beban yang akan mengurangi keuntungan perusahaan. Hal itu menyebabkan perusahaan mencari cara untuk mengurangi beban pajak. Upaya minimalisasi beban pajak terutang ini sering disebut dengan perencanaan pajak (tax planning), Erly (2011). Tax Avoidance merupakan salah satu strategi tax planning. Selain melakukan tax avoidance dengan menggunakan celah undang-undang perpajakan (loopholes), perusahaan dapat memperkecil pajak dengan memanfaatkan biaya yang dapat dikurangi (deductible expense). Prinsip deductible expenses merupakan prinsip yang lazim dipakai dalam perencanaan pajak, yang pada umumnya mengubah biaya yang tidak boleh dikurangkan menjadi biaya yang boleh dikurangkan. Berdasarkan penelitian sebelumnya, kondisi keuangan perusahaan dikaitkan dengan penghindaran pajak (tax avoidance), diantaranya memfokuskan pada tingkat profitabilitas perusahaan. Profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan dalam memperoleh laba pada masa mendatang dan merupakan indikator dari keberhasilan operasi perusahaan, Kusumawati dalam Rinaldi dan Charoline (2015). Perusahaan yang memperoleh laba diasumsikan tidak melakukan tax avoidance karena mampu mengatur

6 pendapatan dan pembayaran pajaknya, I Gusti dan Ketut (2014). Dan ada pula yang mengasumsikan bahwa perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi memiliki kesempatan untuk mempromosikan diri dalam tax planning yang mengurangi jumlah beban kewajiban perpajakan, Chen, et. al., dalam Tommy dan Maria (2013). Profitabilitas perusahaan dengan penghindaran pajak akan memiliki hubungan yang positif dan apabila perusahaan ingin melakukan penghindaran pajak maka harus semakin efisien sehingga tidak perlu membayar pajak dalam jumlah besar, Theresa (2012). Metode pengukuran profitabilitas dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan Return On Asset (ROA). Kondisi keuangan berikutnya yang diprediksi mempengaruhi penghindaran pajak (tax avoidance) adalah leverage. Menurut Made (2011), leverage adalah rasio yang mengukur berapa besar penggunaan utang dalam pembelanjaan perusahaan. Kaitannya dengan pajak yaitu jika perusahaan memiliki kewajiban pajak tinggi maka perusahaan akan memiliki utang yang tinggi pula. Oleh sebab itu perusahaan akan berusaha melakukan penghindaran pajak. Namun ada pula yang berasumsi bahwa semakin tinggi nilai dari rasio leverage, berarti semakin tinggi jumlah pendanaan dari utang pihak ketiga yang digunakan perusahaan dan semakin tinggi pula biaya bunga yang timbul dari utang tersebut. Biaya bunga yang semakin tinggi akan memberikan pengaruh berkurangnya beban pajak perusahaan. Semakin tinggi nilai utang perusahaan maka nilai CETR perusahaan akan semakin rendah (Richardson

7 dan Lanis) dalam Tommy dan Maria (2013) dan Laila (2015). Metode pengukuran leverage dalam penelitian ini yaitu dengan total debt to equity ratio (DER). Dan yang terakhir peneliti menganalisis keterkaitan antara ukuran perusahaan terhadap tax avoidance. Secara umum ukuran perusahaan (organization size) dapat diartikan sebagai suatu perbandingan besar atau kecilnya suatu objek. Ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar kecil perusahaan menurut berbagai cara, antara lain : total aktiva, log size, penjualan, kapitalisasi pasar dan lain-lain Hasibuan dalam Theresa, (2012). Perusahaan yang memiliki total aset besar menunjukkan bahwa perusahaan tersebut relatif lebih stabil dan mampu menghasilkan laba yang lebih besar dibandingkan perusahaan yang memiliki total aset sedikit atau rendah. Hal ini juga menggambarkan bahwa perusahaan lebih stabil dan lebih mampu dalam menghasilkan laba dibanding perusahaan dengan total aset yang kecil, Indriani dalam Rachmawati dan Triatmoko dalam Tommy dan Maria (2013). Adapun yang mengemukakan bahwa semakin besar perusahaan maka akan semakin rendah CETR yang dimilikinya, hal ini dikarenakan perusahaan besar lebih mampu menggunakan sumber daya yang dimilikinya untuk membuat suatu perencanaan pajak yang baik (political power theory), Siegfried dalam Richardson dan Lanis dalam Tommy dan Maria, (2013). Namun perusahaan tidak selalu dapat menggunakan power yang dimilikinya untuk melakukan perencanaan pajak karena adanya batasan berupa

8 kemungkinan menjadi sorotan dan sasaran dari keputusan regulator political cost theory, Watts dan Zimmerman dalam Tommy dan Maria, (2013). Ukuran perusahaan dalam penelitian ini menggunakan proksi log total aset. Berdasarkan penelitian tiap-tiap variabel independen terhadap variabel dependen diatas menunjukkan bahwa adanya pengaruh satu sama lain. Selain itu juga terdapat perbedaan hasil kesimpulan dari penelitian-penelitian sebelumnya. Untuk itu peneliti ingin mencoba menguji kembali pengaruh tiap-tiap variabel independen terkait terhadap penghindaran pajak (tax avoidance). Penelitian yang mendasari penelitian ini adalah penelitian Tommy Kurniasih dan Maria M. Ratna Sari (2013) yang menggunakan lima variabel independen yaitu return on assets, leverage, corporate governance, ukuran perusahaan dan kompensasi kerugian fiskal terhadap tax avoidance. Sedangkan dalam penelitian ini dilakukan pengurangan dua variabel independen yaitu corporate governance dan kompensasi kerugian fiskal. Peneliti mengambil sampel dari perusahaan Property dan Real Estate karena seperti yang diketahui bahwa tingkat bisnis Property dan Real Estate saat ini sedang meningkat, sehingga peneliti tertarik untuk menguji pengaruh variabel variabel independen diatas terhadap tax avoidance pada perusahaan property dan Property dan Real Estate. Berdasarkan fenomena yang ada, maka penulis terdorong untuk melakukan pengujian kembali untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel-variabel terkait mempengaruhi

9 penghindaran pajak (tax avoidance). Dengan mengembangkan penelitian terdahulu, untuk itu peneliti melakukan penelitian ini dengan judul Pengaruh Profitabilitas, Leverage, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Tax Avoidance (Studi Empiris pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013-2015). B. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang penelitian diatas peneliti merumuskan masalah sebagai berikut : 1. Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap tax avoidance? 2. Apakah leverage berpengaruh terhadap tax avoidance? 3. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap tax avoidance? C. Tujuan dan Kontribusi Penelitian 1. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti empiris atas hal hal sebagai berikut : a. Untuk menganalisis pengaruh profitabilitas terhadap tax avoidance. b. Untuk menganalisis pengaruh tingkat leverage terhadap tax avoidance. c. Untuk menganalisis pengaruh ukuran perusahaan terhadap tax avoidance.

10 2. Kontribusi Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian, adapun kontribusi penelitian yang diperoleh adalah sebagai berikut : a. Bagi Peneliti Penelitian ini berguna menambah pengetahuan dan wawasan peneliti mengenai pengaruh profitabilitas, leverage, dan ukuran perusahaan terhadap tax avoidance. b. Bagi Masyarakat Penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan bagi Direktorat Jenderal Pajak agar dapat lebih memperhatikan hal-hal yang mempengaruhi penghindaran pajak. Bagi pemerintah, penelitian ini dapat dijadikan tolak ukur untuk memperbaiki sistem yang masih lemah yang dapat merugikan negara. c. Bagi Akademisi Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para akademisi sebagai referensi untuk menambah pengetahuan para akademisi mengenai pengaruh profitabilitas, leverage, dan ukuran perusahaan terhadap penghindaran pajak.