BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ikat celup merupakan upaya penciptaan ragam hias permukaan kain setelah ditenun dengan tali sebagai perintang atau menolak warna. Ikat celup di Indonesia tersebar berbagai daerah sebagaimana Saunders (1997 : 5) dalam bukunya Contemporary Tie and Dye Textiles of Indonesia mengungkapkan bahwa Jawa, Bali, Lombok, Sumatra Selatan, Kalimantan, dan Sulawesi adalah lokasi diproduksinya ikat celup. Pengolahan ikat celup secara umum terbagi menjadi 6 yaitu dijumput, ditritik, dilipat, diikat, disimpul-diikat dan memasukan sesuatu sebelum kain diikat serta perpaduan antar metode tersebut (Ribonson, 1970 : 13-28). Ikat celup menghasilkan kain yang memiliki efek visual warna khas dan unik, meskipun dilakukan pengulangan proses akan menghasilkan visual yang tak terduga. Kekhasan dan keunikan ikat celup menarik perhatian bagi para desainer indonesia untuk mengolahnya menjadi produk fashion. Ghea Panggabean dan Carmanita di era 90 an mempopulerkan ikat celup dengan ciri khas jumputan. Kemudian di tahun 2013 ikat celup kembali populer oleh Dian Wahyu Utami (Dian Pelangi). Ia mengolah ikat celup untuk busana muslim dengan nuansa warna pastel. Hasil observasi di wilayah Surakarta seperti pasar Klewer dan Pusat Grosir Solo (PGS) dijumpai produk tekstil teknik ikat celup berupa produk perlengkapan tari (selendang dan kain), sarung bantal, dan mayoritas berupa 1
2 pakaian. Motif ikat celup pada pakaian adalah geometri, seperti lingkaran, persegi dan garis. Fenomena tersebut menjelaskan bahwa ikat celup bermotif geometri untuk pakaian diminati masyarakat. Pakaian menjadi barang penting untuk menunjang penampilan. Remaja memiliki cara untuk memilih dan memberi makna identitas diri. Pemilihan dan penggunaan pakaian menjadikan seseorang untuk hidup bermasyarakat, bergaul dalam suatu kelompok masyarakat tertentu (Wanda, 2009:103). Menangkap peluang pakaian ikat celup, maka perancangan Tugas Akhir ini akan berfokus pada pengolahan motif. Ide motif yang ditawarkan adalah geometri, dengan pertimbangan banyak produk tekstil ikat celup dipasar seperti lingkaran, persegi, garis. Potensi ikat celup tradisi yang unik dan khas dari motif geometri bisa menjadi kekuatan desain yang memiliki nilai pembeda yang tinggi dengan produk tekstil serupa. Produk tekstil ikat celup diarahkan untuk blus remaja putri.
3 1. Ikat Celup B. Studi Pustaka Ikat celup adalah teknik menghias kain dengan cara diikat dengan tali. Bagian yang tertutup tali tadi, setelah kain diberi warna kemudian dilepas maka akan tetap berwarna putih. Ikat celup yang berkembang di Jawa, khususnya Surakarta dan Yogyakarta disebut dengan istilah tritik, jumputtan dan pelangi. Secara etimologi tritik berasal dari kata dijelujur (ditarik), jumputan dari kata jumput atau dicomot (ditarik), dan plangi dari kata plong atau kosong (Nian, 1990:90).Ada beberapa teknik ikat celup selain ditarik, dicomot/dijelujur sebagaimana Ribonson (1970:13-28) dalam bukunya Exploring Fabric Printing mengungkapkan bahwa dilipat, diikat dan dilipat, memasukan sesuatu (batu/kelereng) sebelum kain diikat, dan perpaduan antar teknik sepertii dijelujur, diikat dan ditarik tergolong teknik ikat celup. Berikut ini adalah klasifikasi teknik ikat celup : Gambar 1. Ikat Celup Tritik / dijelujur (kiri) dan Jumputan / ditarik (kanan) Sumber : Nian, 1990
4 Gambar 2. Ikat Celup Pelangi Sumber : http://femaledaily.com Gambar 3. Ikat Celup dilipat (proses-kiri) dan (hasil-kanan) Sumber : Ribonson, 1970 Gambar 4. Ikat Celup dilipat (proses-kiri) dan (hasil-kanan) Sumber : http://kaizenjourney.blogspot
5 Gambar 5. Ikat Celup dilipat (proses-kiri) dan (hasil-kanan) Sumber : http://kaizenjourney.blogspot Gambar 6. Ikat Celup dilipat dan ikat Sumber : Ribonson, 1970 Gambar 7. Ikat Celup dimasukan sesuatu (batu/ kelereng) sebelum kain diikat Sumber : Ribonson, 1970
6 Gambar 8. Ikat Celup dijelujur, diikat ditarik (kiri-proses) dan hasilnya (kanan) Sumber : Ribonson, 1970 Pewarnaan ikat celup dapat dilakukan dengan cara mencolet atau mencelup. Zat warna yang digunakan adalah zat warna alam dan sintetis. Ciri khas dari kain ikat celup adalah batasan antara dua warna tidak tajam, bahkan kedua warna tersebut saling bertindih. Mungkin, karena ini yang memberikan keunikan dan daya tarik yang artistik kepada jenis kain ikat celup (Djumena, 1990:96). Penggunaan ikat celup pada mulanya masih berwujud lembaran kain, seperti kain sindur, kemben dan dodot, sedangkan selendang telah berkembang di Palembang (Hitchcock, 1991:97). Kini, perkembangan ikat celup tidak hanya menjadi produk setangah jadi (lembaran kain ataupun selendang) akan tetapi menjadi produk jadi (pakaian). 2. Geometri Ornamen adalah seni yang menggunakan elemen-elemen (motif) sebagai media untuk memperindah sesuatu atau estetis, baik secara dua dimensi maupun tiga dimensi. Ornamen terdiri dari geometris, tumbuhan, binatang, figur manusia
7 dan benda-benda artifiaial sesuai kepentingan dan pemaknaannya masing-masing. Geometri menurut kamus besar Bahasa Indonesia adalah menerangkan sifat-sifat garis, bidang dan ruang. Bentuk geometri adalah zig-zag (segitiga, belah ketupat),spiral (lingkaran) dan meander (bentuk lurus dari spiral) (Guntur, 2004:53-64). Berikut ini adalah beberapa bentuk geometri dan aplikasi ikat celup : Gambar 9. Zig-zag Gambar 10. Zig-zag pada ikat celup Sumber : Guntur, 2004 Sumber : Nian, 1990 Gambar 11. Meander dan Spiral Gambar 12. Spiral pada ikat celup Sumber : Guntur, 2004 Sumber : Ribonson, 1970
8 3. Remaja Remaja (Adolesensi) merupakan masa perjuangan terakhir bagi remaja, jelas dan sudah pasti menjelang kedewasaan. Rentang usia sekitar 17-21 tahun untuk remaja putri. Remaja pada masa ini mulai merasa memahami dan menyadari tujuan hidupnya. Ia memiliki pendirian tertentu dan memilih satu pola hidup (Kartini,1989:66). Pola tersebut tercermin dalam penampilan berbusana. Kecenderungan remaja adalah senang mengikuti trend fashion, ketinggalan trend yang sedang populer maka akan dianggap ketinggalan zaman oleh lingkungan sekitarnya (http:gayahidupku.com). Remaja mudah membelanjakan uang untuk keperluan fesyen dan penampilan (Quart, 2008). Para remaja akan memilih fesyen dengan desain maupun material tekstil yang unik sebab bagi mereka pakaian, seperti yang ditulis Malcolm Barnard, adalah ekspresi pribadi dan pakaian juga membantu mengkomunikasikan identitas dalam posisi sosial tertentu (Barnard, 1996). 4. Pakaian Pakaian menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sesuatu yang dipakai oleh manusia untuk menutupi tubuh. Pakaian yang kita gunakan seharihari adalah segala sesuatu yang dipakai oleh tubuh sebagai penutup tubuh dan pemakaiannya disesuaikan dengan situasi dan kondisi. Kata Kasual merupakan kata serapan dari Bahasa Inggris : casual artinya sederhana (Echollas, Sadlly, 1989:110). Pakaian kasual dapat diartikan sebagai pakaian sederhana, maksudnya sederhana dalam pembahasan ini adalah ditinjau dari potongan baju dan bentuk. Pakaian kasual seringkali dipakai di luar kegiatan
9 resmi, seperti pakaian untuk jalan-jalan. Hampir semua orang suka bergaya kasual, karena gaya pakaian seperti ini paling mudah untuk diaplikasikan. Bagi yang menyukai gaya simple dan praktis, kasual bisa jadi pilihan dan sesuai dengan jiwa yang aktif. C. Fokus Permasalahan 1. Bagaimana merancang motif geometri berdasarkan inspirasi dari ikat celup tradisi untuk menghasilkan produk inovatif? 2. Bagaimana mengaplikasikan produk tekstil inovatif untuk blus remaja putri?