BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kesehatan. Menurut Undang-Undang No. 36 Tahun (2009), kesehatan adalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. disebabkan oleh kondisi geografis Indonesia yang memiliki banyak pulau sehingga

BAB 1 : PENDAHULUAN. mekanisme asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. berdasarkan amanat Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang No. 40 tahun 2004

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Nasional (SJSN) ditetapkan dengan pertimbangan utama untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

1 BAB I PENDAHULUAN. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) telah dilaksanakan sejak 1 Januari 2014

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dengan tujuan menjamin kesehatan bagi seluruh rakyat untuk memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. berpusat di rumah sakit atau fasilitas kesehatan (faskes) tingkat lanjutan, namun

BAB I PENDAHULUAN. asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hak tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara mengakui bahwa kesehatan menjadi modal terbesar untuk

2016 GAMBARAN KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS TALAGA BODAS PADA ERA JKN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. juga mengakui hak asasi warga atas kesehatan. Perwujudan komitmen tentang

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan nafkah, yang berada di luar kekuasaannya (Kemenkes RI, 2012).

DANA KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PADA FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA MILIK PEMERINTAH DAERAH. mutupelayanankesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948 tentang Hak Azasi

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian. promotif dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang

VI. PENUTUP A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah. Pada era JKN

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 1.1 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948 tentang Hak Azasi

BAB I PENDAHULUAN. (Yustina, 2015). Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR TAHUN 2015

BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN TRANSFORMASI PT. ASKES (PERSERO) PT. Askes (Persero)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan di Indonesia diatur dalam Undang Undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. sejak 1 Januari 2014 yang diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan

BAB 1 PENDAHULUAN. asuransi sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Universal Health Coverage (UHC) yang telah disepakati oleh World

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan khusus kepada penduduk miskin, anak-anak, dan para lanjut usia

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Inggris pada tahun 1911 (ILO, 2007) yang didasarkan pada mekanisme asuransi

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang

REGULASI DI BIDANG KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN UNTUK MENDUKUNG JKN

APOTEKER, FKTP DAN ERA JKN. Oleh Helen Widaya, S.Farm, Apt

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal dengan meningkatkan

DR. UMBU M. MARISI, MPH PT ASKES (Persero)

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa (PBB) tahun 1948 tentang hak asasi manusia. Berdasarkan. kesehatan bagi semua penduduk (Universal Health Coverage).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal yang paling penting dalam setiap kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. setelah krisis ekonomi melanda Indonesi tahun 1997/1998. Sebagian besar

Program Rujuk Balik Bagi Peserta JKN

Dr. Hj. Y. Rini Kristiani, M. Kes. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kebumen. Disampaikan pada. Kebumen, 19 September 2013

DUKUNGAN REGULASI DALAM PENGUATAN PPK PRIMER SEBAGAI GATE KEEPER. Yulita Hendrartini Universitas Gadjah Mada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam rangka mewujudkan komitmen global sebagaimana amanat resolusi

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang teramanat dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945

(GSI), safe motherhood, program Jaminan Persalinan (Jampersal) hingga program

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penggerakan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat. 1

B U P A T I T A N A H L A U T PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 50 TAHUN 2014

Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara 2 Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara di dunia yang menganut prinsip negara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA PALANGKA RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

WALIKOTA LANGSA PERATURAN WALIKOTA LANGSA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang Kesehatan No 36 tahun 2009 menyatakan bahwa. upaya seluruh potensi bangsa Indonesia, baik masyarakat, swasta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang Undang Nomor 24 tahun 2011 mengatakan bahwa. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) adalah badan hukum yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KONSEP PELAYANAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI PELAYANAN KESEHATAN

2 Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Dae

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang

BAB I PENDAHULUAN. (PBB) tahun 1948 (Indonesia ikut menandatangani) dan Undang-Undang Dasar

Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA BENGKULU TENTANG SISTEM RUJUKAN PELAYANAN KESEHATAN PERORANGAN.

BAB I PENDAHULUAN. Miskin (JPKMM) atau lebih dikenal dengan program Askeskin ( ) yang kemudian

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu dan terjangkau.

BAB I PENDAHULUAN. individu, keluarga, masyarakat, pemerintah dan swasta. Upaya untuk meningkatkan derajat

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.693,2012

drg. Usman Sumantri, MSc. Dewan Jaminan Sosial Nasional

MEKANISME PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN DANA KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PADA FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA

2 BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang diselenggarakan melalui mekanisme

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 29 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas dan berdaya saing (UU No. 17/2007).

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BUPATI DHARMASRAYA PERATURAN BUPATI DHARMASRAYA NOMOR : 7 TAHUN 2014 TENTANG

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu kebutuhan pokok hidup manusia yang bersifat mutlak adalah kesehatan. Menurut Undang-Undang No. 36 Tahun (2009), kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pemerintah bertanggung jawab merencanakan, mengatur, menyelenggarakan, membina dan mengawasi penyelenggaraan upaya kesehatan yang merata. Pemerintah melalui Undang-Undang No 40 tahun (2004) menetapkan kebijakan bahwa jaminan sosial wajib d2kuti bagi seluruh masyarakat Indonesia dengan menerapkan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) melalui suatu Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Peserta JKN akan membayar iuran kepada BPJS dan mendapatkan pelayanan kesehatan pada fasilitas-fasilitas kesehatan yang sudah ada. Fasilitas kesehatan dibedakan menjadi fasilitas kesehatan primer, dan fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjutan. Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) merupakan fasilitas kesehatan yang melakukan pelayanan kesehatan perorangan yang bersifat non spesialistik untuk keperluan observasi, diagnosis, perawatan, pengobatan, dan pelayanan kesehatan lainnya. Fasilitas kesehatan tingkat pertama meliputi puskesmas, praktik dokter, dokter gigi, klinik pratama atau yang setara, dan rumah sakit kelas D atau yang setara. Masyarakat atau

peserta JKN mendapat pelayanan kesehatan secara berjenjang dimulai dari fasilitas kesehatan tingkat pertama (BPJS, 2015). Peningkatan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dicapai dengan mendekatkan sarana pelayanan kesehatan kepada masyarakat antara lain melalui puskesmas. Puskesmas merupakan fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya (Kementrian Kesehatan, 2014a). Pelaksanaan JKN merupakan momen perubahan bagi sistem pelayanan kesehatan termasuk pelayanan kefarmasian. Melalui implementasi JKN diharapkan terwujudnya kendali mutu dan biaya dalam pelayanan kesehatan. Kendali mutu terhadap penggunaan obat diantaranya dilakukan melalui pemantauan kepatuhan penggunaan obat terhadap clinical pathway, standar terapi, serta upaya pemantauan efektifitas obat yang ada dalam Fornas. Kendali biaya dilakukan melalui penggunaan penetapan harga melalui e-catalogue serta upaya pemantauan efektifitas pelaksanaan e-catalogue. Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan tertib administrasi pengelolaan keuangan daerah terkait dengan pembayaran dana kapitasi, Pemerintah mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2014 tentang Pengelolaan dan Pemanfaatan Dana Kapitasi JKN pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Milik Pemerintah Daerah. Peraturan tersebut mengatur pengelolaan dan pemanfaatan dana kapitasi mulai dari penganggaran hingga pertanggungjawaban. Dana Kapitasi yang diterima oleh FKTP dimanfaatkan seluruhnya untuk pembayaran jasa pelayanan

kesehatan sekurang-kurangnya 60% dari penerimaan dana kapitasi dan sisanya 40% untuk dukungan biaya operasional pelayanan kesehatan. Biaya operasional meliputi pengelolaan sediaan farmasi (Kementrian Kesehatan, 2014b). Pemanfaatan dana kapitasi berhubungan dengan anggaran pengadaan obat dan tingkat ketersediaan obat. Pemanfaatan dana kapitasi di beberapa Puskesmas belum terbagi rata antara jasa pelayanan dan operasional. Di kabupaten Balangan untuk jasa pelayanan menggunakan 100% dana kapitasi dan dukungan operasional belum termanfaatkan (Syarkani, 2016), penelitian lain di Kalimantan timur dana kapitasi juga digunakan seluruhnya untuk jasa pelayanan (Budiarto dan Kristiana, 2015). Di Puskesmas Watubanga dana kapitasi untuk bahan medis dan obat adalah 14%, jasa pelayanan 80% dan sisanya digunakan untuk kegiatan di luar gedung seperti transportasi petugas dalam pelayanan home care, Puskesmas keliling dan pemeliharaan ambulan (Sholihin dkk, 2016). Kapitasi memberi kesempatan bagi sistem kesehatan untuk mengendalikan biaya pengobatan yang efektif agar dapat beroperasi lebih stabil dan dapat diprediksi. Risiko utama dari kapitasi adalah undertreatment, substitusi dari layanan kesehatan tidak memadai, biaya beralih ke sistem layanan lain, dan hasil pengobatan yang lebih buruk (Cuffel dkk., 2002). Penggunaan suatu obat yang tidak rasional dapat mengakibatkan hasil pengobatan yang lebih buruk. Hal ini terjadi jika dampak negatif yang diterima lebih besar dibanding manfaatnya. Dampak negatif berupa dampak klinik yang mempengaruhi outcome klinik terapi yang diharapkan dan dampak ekonomi yang mengakibatkan meningkatnya biaya pengobatan suatu penyakit. Faktor lain yang mempengaruhi pengobatan yang

tidak rasional adalah ketersediaan obat di puskesmas. Dalam bidang farmasi angka kapitasi untuk komponen obat dinilai layak dan memiliki nilai keekonomian jika besaran nominalnya dikalikan dengan jumlah total peserta JKN yang terdaftar di puskesmas dapat mencukupi pengadaan seluruh obat yang digunakan untuk pelayanan kesehatan selama periode tertentu serta dapat menjamin bahwa seluruh pasien peserta JKN yang berobat bisa mendapatkan pengobatan yang rasional (Sudarsono, 2016). Oleh karena itu pihak Puskesmas harus dapat mengatur kebutuhan obat, mengatur besaran biaya kapitasi agar tidak terjadi kekosongan obat dan undertreatment. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam menghitung persentase komponen obat dalam besaran kapitasi yaitu jumlah peserta JKN yang terdaftar di puskesmas, angka morbiditas tiap kelompok penyakit, utilization rate, prescription cost untuk tiap kelompok penyakit dan nilai besaran kapitasi yang dibayarkan oleh BPJS Kesehatan kepada Puskesmas. Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa terdapat perbedaan antara nilai presception cost dan nilai persentase angka komponen obat secara aktual dan standar. Faktor yang mempengaruhi perbedaan tersebut adalah durasi pengobatan, pemilihan obat, dan dosis. Perbedaan tersebut dapat mengakibatkan pengobatan yang tidak rasional. (Sudarsono, 2016) Pelayanan kesehatan sebelum era JKN mencakup fasilitas kesehatan yang berasal dari penyelenggara yang berbeda. Fasilitas kesehatan (faskes) yang dicakup dalam Program Jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas), Asuransi kesehatan (Askes) bagi PNS, penerima pensiun, dan Program Jaminan kesehatan

daerah (Jamkesda). Beragamnya jenis faskes dan perbedaan standar penilaian FKTP dalam masa peralihan dapat menyebabkan adanya perbedaan mutu layanan yang diterima oleh pasien JKN dan berpengaruh terhadap kepuasan pasien. Pemerintah melalui BPJS Kesehatan akan melaksanakan program optimalisasi pelayanan primer sehingga FKTP dapat memberikan pelayanan kesehatan yang memuaskan pasien. Hal ini merupakan tantangan bagi pemerintah untuk dapat mengubah pola pikirnya (mindset) pada saat berintegrasi dalam JKN yaitu pemerintah harus memahami bahwa jaminan pembiayaan kesehatan pada dasarnya merupakan salah satu upaya pencapaian universal health coverage di Indonesia(Suryantoro, 2014). Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) sebagai gate keeper wajib memberikan pelayanan primer yang komprehensif. Hasil penelitian Suciati (2013) tentang kualitas layanan Puskesmas Kelurahan Sukorame Kecamatan Mojoroto Kota Kediri menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kualitas layanan kesehatan terhadap pasien berdasarkan jenis kepesertaan. Ketidakpuasan pasien terhadap mutu layanan kesehatan dapat disebabkan karena adanya perbedaan harapan pasien terhadap kualitas pelayanan. Perbedaan mutu pelayanan kesehatan pada jenis fasilitas kesehatan disebabkan karena kompetensi pemberi layanan, sistem peresepan obat, sistem rujukan pasien, kemudahan akses ke layanan kesehatan, ketersediaan fasilitas dan kondisi lingkungan fisik faskes tersebut (Aga dkk., 2005). Daerah istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan salah satu daerah dengan angka kemiskinan tinggi (Kementrian Kesehatan, 2014). Kota Yogyakarta

merupakan daerah yang berkembang dan memiliki nilai kepadatan penduduk tertinggi yaitu 12.699 jiwa/km 2 (BPS, 2015) sehingga kebutuhan dan kesadaran akan kesehatan tinggi. Dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan jumlah Puskesmas yang memadai sehingga angka kunjungan meningkat. Berdasarkan data resmi Pemerintah Kota Yogyakarta, warga miskin tercatat 17% dari total penduduk yang tercatat resmi pada tahun 2013 yaitu 406.660 jiwa, tersebar di 14 kecamatan dan 45 kelurahan. Jumlah warga miskin cenderung bergerak naik setiap tahun sehingga pembiayaan kesehatan masyarakat miskin harus diupayakan. Program JKN merupakan salah satu upaya dalam pembiayaan kesehatan. Laporan Survailans Terpadu Penyakit (STP) di Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta pada tahun 2014 menunjukkan 5 penyakit tertinggi yaitu hipertensi, penyakit pada sistem otot dan jaringan pengikat, infeksi akut lain pada saluran pernafasan atas, penyakit pulpa dan jaringan periapikal, serta penyakit kulit alergi (Dinas Kesehatan, 2015). Dari paparan di atas maka perlu adanya penelitian mengenai analisis biaya obat terhadap biaya kapitasi pada lima penyakit terbesar di Puskesmas Kota Yogyakarta. B. Perumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah terdapat perbedaan antara nilai prescription cost aktual dengan nilai prescription cost standar dari masing-masing lima penyakit terbesar di Puskesmas Kota Yogyakarta? 2. Apakah terdapat perbedaan besarnya persentase angka komponen obat aktual dengan persentase angka komponen obat standar dalam besaran tarif kapitasi

di Puskesmas Kota Yogyakarta? 3. Apakah terdapat perbedaan nilai prescription cost aktual antar Jenis Kartu Pasien dari masing-masing lima penyakit terbesar di Puskesmas Kota Yogyakarta? C. Keaslian Penelitian Berdasarkan dari penelusuran kepustakaan yang dilakukan, peneliti belum menemukan penelitian yang memiliki tema penelitian serupa dengan rancangan penelitian ini. Berikut adalah beberapa contoh penelitian dengan tema penelitian pengelolaan dana kapitasi di Puskesmas yang pernah dilakukan adalah seperti terlihat pada tabel 1. Penelitian Budiarto dan kristiana (2015) Agus Syarkani (2016) Tabel 1. Keaslian Penelitian Hal yang membedakan Judul Penelitian Tempat Pemanfaatan dana Penelitian deskriptif dengan variabel Kalimantan kapitasi oleh pemanfaatan dana Kapitasi. timur dan Fasilitas Kesehatan Sampel Penelitian adalah Puskesmas jawa tengah Tingkat pertama perawatan dan non perawatam, klinik (FKTP) dalam pratama, praktek dokter. penyelenggaraan Hasil menunjukkan pemanfaatan dana JKN kapitasi di Jawa tengah sebanyak 58,99% untuk jasa tenaga dan 41,01% untuk biaya operasional. Di Kalimantan Timur biaya kapitasi 100% digunakan untuk jasa pelayanan Pengelolaan dana kapitasi Puskesmas Program jaminan kesehatan nasional di kabupaten balangan Penelitian deskriptif dengan variabel pemanfaatan dana Kapitasi. Sampel Penelitian adalah stakeholder yang berhubungan langsung dengan pengelolaan dana kapitasi Puskesmas. Hasil menunjukkan pemanfaatan dana kapitasi puskesmas di Kabupaten Balangan untuk jasa pelayanan adalah 100%. Kabupaten Balangan, Banten

Penelitian Sudarsono (2016) Penelitian yang dilakukan Tabel 1. Lanjutan Hal yang membedakan Judul Penelitian Tempat Penelitian Deskriptif analitik dengan Kota variabel bebas DRP s dan Variabel Pangkalpinang terikat adalah nilai prescription cost. Subjek Penelitian adalah pasien rawat jalan dengan diagosa 8 besar penyakit di Puskesmas Kota Pangkalpinang. Mengidentifikasi DRP s tiap resep serta melihat perbedaan nilai prescription cost pada peresepan di puskesmas. Nilai standar ditentukan dengan metode FGD (Focus Group Discussion) dokter Puskesmas di Kota Pangkalpinang Identifikasi drug related problems dan analisis nilai prescription cost dan persentase komponen obat dalam besaran tarif kapitasi Puskesmas di Kota Pangkalpinang Analisis Biaya Obat Terhadap Biaya Kapitasi Pada Lima Penyakit Terbesar di Puskesmas Kota Yogyakarta (Studi Pada Tiga Puskesmas Kota Yogyakarta) Penelitian Analitik Observasional dengan variabel nilai prescription cost dan angka komponen obat. Subjek Penelitian adalah pasien rawat jalan dengan diagnosa lima besar penyakit di Puskesmas Kota Yogyakarta. Nilai Standar didapat dari pedoman terapi Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta dan Permenkes no 5 Tahun 2014. Kota Yogyakarta D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Puskesmas diharapkan menjadi bahan masukan bagi pihak manajemen dalam mempertimbangkan perencanaan pembiayaan suatu penyakit. 2. Bagi BPJS Kesehatan dapat menggambarkan total biaya penyakit dan persentase biaya pengobatan terhadap biaya kapitasi, sehingga dapat menjadi bahan evaluasi dalam melakukan perbaikan terhadap program BPJS. 3. Bagi Pemerintah dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam evaluasi regulasi pelaksanaan pelayanan BPJS di Puskesmas.

4. Bagi Masyarakat dapat memberikan gambaran biaya yang digunakan selama menjalani terapi pengobatan. 5. Bagi Peneliti dapat memberikan wawasan mengenai penelitian dan memberi masukan kepada pihak terkait mengenai penelitian tersebut serta memberi saran bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian serupa. E. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui perbedaan antara nilai prescription cost aktual dengan nilai prescription cost standar dari masing-masing lima penyakit terbesar di Puskesmas Kota Yogyakarta. 2. Mengetahui perbedaan besarnya persentase angka komponen obat aktual dengan persentase angka komponen obat standar dalam besaran tarif kapitasi di Puskesmas Kota Yogyakarta. 3. Mengetahui perbedaan prescription cost aktual antar Jenis Kartu Pasien Pasien dari masing-masing lima penyakit terbesar di Puskesmas Kota Yogyakarta.