ANALISIS POTENSI KEKERINGAN GEOMORFOLOGI MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KABUPATEN PURWOREJO

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengantar Latar Belakang

ANALISIS POTENSI LAHAN PERTANIAN SAWAH BERDASARKAN INDEKS POTENSI LAHAN (IPL) DI KABUPATEN WONOSOBO PUBLIKASI KARYA ILMIAH

ANALISIS POTENSI KEKERINGAN FISIK LAHAN DI KABUPATEN KULON PROGO TAHUN 2016

ANALISA KERUANGAN PADA KUALITAS PENDIDIKAN DI KABUPATEN PURWOREJO

Pemetaan Potensi Rawan Banjir Berdasarkan Kondisi Fisik Lahan Secara Umum Pulau Jawa

ANALISIS POTENSI TANAH LONGSOR DI KECAMATAN DLINGO, KABUPATEN BANTUL MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) TAHUN 2016

TOMI YOGO WASISSO E

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

EVALUASI RENCANA TATA RUANG WILAYAH BERDASARKAN INDEKS POTENSI LAHAN MELALUI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KABUPATEN SRAGEN

ESTIMASI POTENSI LIMPASAN PERMUKAAN MENGGUNAKAN PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI DAERAH ALIRAN SUNGAI SERANG

PEMETAAN DAERAH RAWAN LONGSOR DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS STUDI KASUS KABUPATEN BONDOWOSO

APLIKASI PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI UNTUK KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN KOTA BEKASI. Dyah Wuri Khairina

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK KAWASAN INDUSTRI DI WILAYAH PENGEMBANGAN INDUSTRI KABUPATEN KARAWANG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS KEMAMPUAN LAHAN DI KECAMATAN BANDAR KABUPATEN BATANG PROVINSI JAWA TENGAH NASKAH PUBLIKASI

KAJIAN INDEKS POTENSI LAHAN TERHADAP PEMANFAATAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KABUPATEN SRAGEN

ANALISIS INDEKS POTENSI LAHAN (IPL) TERHADAP PRODUKTIVITAS LAHAN PERTANIAN DI KABUPATEN SRAGEN

Ali Achmad 1, Suwarno 2, Esti Sarjanti 2.

BAB III METODE PENELITIAN. adanya dan mengungkapkan fakta-fakta yang ada, walaupun kadang-kadang

ANALISIS KESESUAIAN MEDAN UNTUK BANGUNAN MENGGUNAKAN PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KECAMATAN PAJANGAN KABUPATEN BANTUL

APLIKASI PJ UNTUK PENGGUNAAN TANAH. Ratna Saraswati Kuliah Aplikasi SIG 2

KAJIAN KAWASAN RAWAN BANJIR DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI DI DAS TAMALATE

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan Mencapai derajat Sarjana S-1 Fakultas Geografi

PEMETAAN DAERAH RAWAN LONGSOR LAHAN DI KECAMATAN DAU, KABUPATEN MALANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN GEOMORFOLOGI

Geo Image (Spatial-Ecological-Regional)

ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG

ANALISIS KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN TERHADAP KERAWANAN BENCANA DI KECAMATAN CILONGOK KABUPATEN BANYUMAS

BAB I PENDAHULUAN. sehingga masyarakat yang terkena harus menanggapinya dengan tindakan. aktivitas bila meningkat menjadi bencana.

Geo Image 1 (10) (2012) Geo Image.

KAJIAN JENIS TANAH TERHADAP TINGKAT BAHAYA EROSI DI KECAMATAN PATIKRAJA DENGAN APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (SIG)

ANALISIS DAERAH POTENSI LONGSORLAHAN DENGAN APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KECAMATAN SLOGOHIMO KABUPATEN WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

ANALISIS KERAWANAN DAN KEJADIAN TANAH LONGSOR DI KABUPATEN KULON PROGO DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

ANALISIS KESESUAIAN ARAHAN FUNGSI KAWASAN TERHADAP PENGGUNAAN LAHAN DENGAN PEMANFAATAN SIG DI KABUPATEN PATI TAHUN 2016

TINGKAT KERAWANAN BENCANA TSUNAMI KAWASAN PANTAI SELATAN KABUPATEN CILACAP

Kartika Pratiwi Sigit Heru Murti B.S.

BAB IV METODE PENELITIAN

ANALISIS TINGKAT RAWAN KEKERINGAN LAHAN SAWAH DENGAN PEMANFAATAN PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2014

III. METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG

PERENCANAAN MITIGASI BENCANA LONGSOR DI KOTA AMBON Hertine M. Kesaulya¹, Hanny Poli², & Esli D. Takumansang³

ANALISIS DAERAH RAWAN LONGSOR BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (Studi Kasus : Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat)

EVALUASI ARAHAN PEMANFAATAN LAHAN TAMBAK DI KABUPATEN SAMPANG MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

ANALISIS DAERAH RAWAN LONGSOR DI KECAMATAN WAY KRUI TAHUN 2015 (JURNAL) Oleh. Catur Pangestu W

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Jumlah Penduduk Kabupaten Bantul

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMETAAN DAERAH RAWAN LONGSOR KABUPATEN KARO PROVINSI SUMATERA UTARA

NASKAH PUBLIKASI Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan Mencapai derajat Sarjana S-1 Fakultas Geografi

PEMANFAATAN CITRA PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK PEMETAAN LAHAN KRITIS DI DAERAH KOKAP DAN PENGASIH KABUPATEN KULONPROGO

ANALISIS KESESUAIAN MEDAN UNTUK BANGUNAN MENGGUNAKAN PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KECAMATAN PAJANGAN KABUPATEN BANTUL

ANALISIS SPASIAL KEMAMPUAN INFILTRASI SEBAGAI BAGIAN DARI INDIKASI BENCANA KEKERINGAN HIDROLOGIS DI DAS WEDI, KABUPATEN KLATEN-BOYOLALI

TUGAS UTS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PEMETAAN DAERAH RAWAN BANJIR DI SAMARINDA

ANALISIS TINGKAT KERAWANAN KEBAKARAN PERMUKIMAN DENGAN PEMANFAATAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KECAMATAN PAKUALAMAN, KOTA YOGYAKARTA

Jumlah desa, dusun dan luas Kabupaten Bantul per kecamatan dapat

Evaluasi Kemampuan Lahan untuk Mendukung Pengembangan Pariwisata Wilayah Pesisir Pacitan

EVALUASI PENEMPATAN LOKASI POS PEMADAM KEBAKARAN DI KOTA SEMARANG

Faktor penyebab banjir oleh Sutopo (1999) dalam Ramdan (2004) dibedakan menjadi persoalan banjir yang ditimbulkan oleh kondisi dan peristiwa alam

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL TAHUN 2006 DAN 2014 BERDASARKAN CITRA QUICKBIRD

ANALISIS DAERAH RESAPAN AIR DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KABUPATEN BOYOLALI, JAWA TENGAH NASKAH PUBLIKASI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pemetaan Potensi Lahan di Kabupaten Tapin Kalimantan Selatan Menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG)

Analisis Kesesuaian Lahan untuk Lokasi Permukiman Kecamatan Bantul, Kabupaten Bantul

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK BANGUNAN TEMPAT TINGGAL DI KECAMATAN PLAYEN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PEMANFAATAN LAHAN BERBASIS MITIGASI BENCANA LONGSOR DI KOTA MANADO

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KAJIAN KERAWANAN BANJIR DAS WAWAR. Sukirno, Chandra Setyawan, Hotmauli Sipayung ABSTRAK

BAB IV METODE PENELITIAN

ANALISIS SPASIAL INDEKS KEKERINGAN KABUPATEN KUDUS JAWA TENGAH MENGGUNAKAN QUANTUM GIS

ANALISIS KUALITAS TINGKAT PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DI KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2010

EVALUASI LAHAN UNTUK KAWASAN LINDUNG DAN BUDIDAYA DENGAN APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) DI KABUPATEN KARANGANYAR, JAWA TENGAH

KAJIAN KEMAMPUAN LAHAN DI KECAMATAN SLOGOHIMO KABUPATEN WONOGIRI

ANALISIS TINGKAT KERUSAKAN PENGGUNAAN LAHAN AKIBAT BANJIR LAHAR PASCA ERUPSI GUNUNGAPI MERAPI TAHUN 2010 DI SUB DAS KALI PUTIH JURNAL PUBLIKASI ILMIAH

ANALISIS TINGKAT RAWAN KEKERINGAN LAHAN SAWAH DENGAN PEMANFAATAN PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2014

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 60 TAHUN 2013 TENTANG

Analisis Spasial untuk Menentukan Zona Risiko Banjir Bandang (Studi Kasus: Kabupaten Sinjai)

PENGARUH PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP DEBIT PUNCAK PADA SUBDAS BEDOG DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. R. Muhammad Isa

Evaluasi Tingkat Bahaya Longsor Terhadap Lahan Permukiman Di Gunung Padang Kota Padang Sumatera Barat. Oleh :

APLIKASI PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK PEMETAAN DAERAH RAWAN BANJIR DI KOTA MALANG

ANALISIS KESESUAIAN LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN PEMUKIMAN (STUDI KASUS DAERAH WADO DAN SEKITARNYA)

APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK IDENTIFIKASI DEGRADASI LAHAN AKIBAT PERTANIAN HORTIKULTURA DI SEBAGIAN KECAMATAN GARUNG

ANALISIS POTENSI LAHAN PERTANIAN SAWAH BERDASARKAN INDEKS POTENSI LAHAN (IPL) DI KABUPATEN WONOSOBO

ANALISIS KONDISI RESAPAN AIR DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

3/30/2012 PENDAHULUAN PENDAHULUAN METODE PENELITIAN

ANALISIS TINGKAT KERAWANAN KEBAKARAN PERMUKIMAN DENGAN PEMANFAATAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KECAMATAN PAKUALAMAN, KOTA YOGYAKARTA

PETUNJUK PRAKTIKUM KARTOGRAFI TEMATIK (DIGITAL) Oleh : Prima Widayani

KABUPATEN PURWOREJO. Data Agregat per Kecamatan KABUPATEN PURWOREJO

PEMANFAATAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI UNTUK ANALISIS RISIKO LONGSOR DI KECAMATAN TIRTOMOYO KABUPATEN WONOGIRI

Analisis Spasial Untuk Menentukan Zona Risiko Bencana Banjir Bandang (Studi Kasus Kabupaten Pangkep)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif

ANALISIS SPASIAL UNTUK MENENTUKAN ZONA RISIKO BANJIR BANDANG (STUDI KASUS KABUPATEN SINJAI)

Sutarno Program Studi Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta Contact Author :

Pemanfaatan Citra landsat 8 dan SIG untuk Pemetaan Kawasan Resapan Air (Lereng Barat Gunung Lawu)

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Ummi Kalsum 1, Yuswar Yunus 1, T. Ferijal 1* 1 Program Studi Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala PENDAHULUAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

PRIORITAS PENANGANAN BANJIR KECAMATAN TELANAIPURA KOTA JAMBI TAHUN 2012

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN... i. HALAMAN PERNYATAAN... iii. INTISARI... iii. ABSTRACT... iv. KATA PENGANTAR...

BAHAN DAN METODE. Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian

Transkripsi:

ANALISIS POTENSI KEKERINGAN GEOMORFOLOGI MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KABUPATEN PURWOREJO Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 Pada Jurusan Geografi Fakultas Geografi Oleh : Poppy Arsaninghyang E100150125 PROGRAM STUDI GEOGRAFI FAKULTAS GEOGRAFI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017

i

ii

HALAMAN PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Publikasi Ilmiah ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya. Surakarta, 3 Januari 2017 Poppy Arsaninghyang E100150125 iii

ANALISIS POTENSI KEKERINGAN GEOMORFOLOGI MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KABUPATEN PURWOREJO Poppy Arsaninghyang 1, Yuli Priyana 2 1 Maasiswa Fakultas Geografi Universitas Muammadiya Surakarta 2 Dosen Fakultas Geografi Universitas Muammadiya Surakarta poppyarsaninghyang@gmail.com Abstrak Kekeringan geomorfologi merupakan sebuah fenomena alam yang terjadi di permukaan bumi. Kekeringan selalu mengancam ketika musim kemarau tiba untuk itu sangat diperlukan pemetaan potensi kekeringan geomorfologi di Kabupaten Purworejo yang akan memberikan informasi daerah potensi kekeringan geomorfologi di Kabupaten Purworejo dengan tujuan penelitian yaitu (1) mengetahui sebaran tingkat potensi kekeringan geomorfologi di Kabupaten Purworejo, dan (2) menganalisis faktor dominan yang berpotensi terjadinya kekeringan geomorfologi di Kabupaten Purworejo. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode analisis data sekunder. Metode analisis data sekunder terdiri dari metode pengolahan data sekunder, metode pengolahan data dan metode analisis data yang meliputi metode analisis SIG. Analisis SIG berupa metode kuantitatif berjenjang untuk menghasilkan peta potensi kekeringan geomorfologi. Parameter yang digunakan dalam penelitian adalah kemiringan lereng, drainase, penggunaan lahan, dan tekstur tanah. Analisis SIG berupa metode kuanlitatif berjenjang untuk mengetahui faktor dominan yang mempengaruhi potensi kekeringan geomorfologi di Kabupaten Purworejo. Hasil penelitian terbagi menjadi tiga kelas meliputi kelas rendah, kelas sedang, dan kelas tinggi. Klasifikasi kelas rendah berada pada bentuklahan Marine dibagian selatan Kabupaten Purworejo dengan persentase 5%, klasifikasi kelas sedang berada pada bentuklahan Fluvial dibagian tengah Kabupaten Purworejo dengan persentase 39%, sedangkan klasifikasi kelas tinggi berada pada bentuklahan Denudasional dibagian utara Kabupaten Purworejo dengan persentase 55%. Faktor dominan yang mempengaruhi terjadinya kekeringan geomorfologi di Kabupaten Purworejo adalah kemiringan lereng dan tekstur tanah. Kemiringan lereng yang mempengaruhi kekeringan geomorfologi adalah kemiringan lereng agak curam, kemiringan lereng curam, dan kemiringan lereng terjal sedangkan tekstur tanah mempengaruhi kekeringan geomorfologi adalah lempung. Kata Kunci : Kekeringan Geomorfologi, Parameter Fisik, Analisis SIG 1

ANALYSIS OF THE POTENTIAL DROUGHT GEOMORPHOLOGY USING GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM IN PURWOREJO REGENCY Abstract Geomorphology drought is a natural phenomenon that occurs on the surface of the earth. Drought is always threatened when the dry season arrives for the indispensable mapping of potential drought geomorphology in Purworejo which will provide information on areas of potential drought geomorphology in Purworejo research objectives: (1) determine the distribution of the level of potential drought geomorphology in Purworejo, and (2) analyze the dominant factors that potentially drought geomorphology in Purworejo. The method used in this research is secondary data analysis method. Secondary data analysis method consists of secondary data processing method, data processing method and data analysis methods include methods of GIS analysis. GIS analysis in the form of a tiered quantitative methods to produce maps of potential drought geomorphology. The parameters used in the study is the slope, drainage, land use, and soil texture. GIS analysis form kuanlitatif tiered method to determine the dominant factor affecting the potential drought geomorphology in Purworejo. Results of the study were divided into three classes include low grade, medium grade and high grade. Low-grade classification of landforms Marine is located in the southern part of Purworejo with a percentage of 5%, the classes were in the middle of landforms Fluvial Purworejo with a percentage of 39%, while high-grade classification of landforms Denudasional are in the northern part of Purworejo with a percentage of 55%. The dominant factor affecting the occurrence of drought geomorphology in Purworejo is a slope and soil texture. Slope that affect drought geomorphology is rather steep slope, steep slope, and the slope is steep while the drought affecting geomorphological soil texture is clay. Keywords: Drought Geomorphology, Physical Parameters, GIS Analysis 2

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan, serta penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam, faktor non alam, maupun faktor manusia, sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis (UU RI 24/2007 pasal 1 butir 1). Kabupaten Purworejo merupakan salah satu daerah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang memiliki resiko kekeringan yang tinggi, berdasarkan indeks resiko bencana kekeringan Jawa Tengah dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana 2013. Kekeringan geomorfologi terjadi akibat pengaruh dari kondisi alam aslinya dengan faktor fisik seperti karakteristik topografi dan kemampuan permukaan tanah dalam menyimpan cadangan air. Penelitian tentang kekeringan geomorfologi menggunakan sistem informasi geografis yang diharapkan mampu untuk mengetahui faktor-faktor yang paling berpotensi terhadap terjadinya kekeringan geomorfologi dan menghasilkan peta tematik yang mampu mengetahui sebaran wilayah berpotensi terhadap terjadinya kekeringan geomorfologi. Parameter yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan dari faktor fisik berupa kemiringan lereng, bentuk lahan, drainase, permeabilitas, tekstur tanah, dan penggunaan lahan. 1.2 Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian dari permasalahan diatas, dirumuskan tujuan dari penelitian sebagai berikut : (1) Mengetahui sebaran tingkat potensi kekeringan geomorfologi di Kabupaten Purworejo, (2) Menganalisis faktor dominan yang mempengaruhi potensi kekeringan geomorfologi di Kabupaten Purworejo II. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam analisis potensi kekeringan geomorfologi yaitu Pertama, metode analisis SIG kuantitatif berjenjang untuk mengetahui sebaran potensi kekeringan geomorfologi. Kedua, metode 3

yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui faktor dominan yang mempengaruhi potensi kekeringan geomorfologi dengan cara melihat harkat atribut tertinggi pada setiap parameter. Pemberian harkat pada tiap parameter tidak sama sesuai dengan kontribusinya terhadap penentuan kekeringan geomorfologi. Semakin tinggi harkat pada suatu variabel, maka semakin tinggi berpengaruh terhadap terjadinya kekeringan geomorfologi. Semakin rendah harkat pada suatu variabel, semakin rendah berpengaruh terhadap terjadinya kekeringan geomorfologi yang dapat dilihat tabel 1.1, 1.2, 1.3, 1.4. Tabel 1.1 Pemberian Harkat Parameter Kemiringan lereng Parameter Kelas Harkat Datar Agak Landai 1 2 Landai 3 Kemiringan lereng Agak curam 4 Curam 5 6 Sangat curam 7 Terjal Sumber : Sudaryatno, 2015 dengan perubahan Tabel 1.2 Pemberian Harkat Parameter Drainase Parameter Kelas Harkat Baik 1 Drainase Sedang 2 Buruk 3 Sangat buruk 4 Sumber : Sudaryatno, 2015 dengan perubahan Tabel 1.3 Pemberian Harkat Parameter Penggunaan Lahan Parameter Kelas Harkat Penggunaan Lahan Tubuh air Hutan, Kebun campuran, Perkebunan Permukiman, Semak Pertanian lahan kering, Tegalan, Sawah 1 2 3 4 Sumber : Sudaryatno, 2015 dengan perubahan 4

Tabel 1.4 Pemberian Harkat Parameter Penggunaan Lahan Parameter Kelas Harkat Pasir halus (regosol,litosol,organosol) Lempung berpasir halus (podsolik, andosol) 1 2 Tekstur Tanah Lempung berdebu (aluvial coklat, andosol, mediteran) 3 Lempung berliat (gley humus, rensina, podsol) Liat (grumusol, latosol, aluvial kelabu) 4 5 Sumber : Sudaryatno, 2015 dengan perubahan Metode Analisis Data Analisis SIG dilakukan untuk menjawab tujuan penelitian pertama yaitu untuk mengetahui sebaran potensi kekeringan geomorfologi dengan metode kuantitatif berjenjang. Tahap akhir dari analisis SIG akan menghasilkan peta potensi kekeringan geomorfologi. Analisis deskriptif dilakukan agar menjawab tujuan penelitian kedua yaitu untuk mengetahui faktor dominan yang mempengaruhi potensi kekeringan geomorfologi. Faktor dominan didapatkan dari hasil penggabungan tabel atribut parameter kemiringan lereng, drainase, tekstur tanah, dan penggunaan lahan. Penentuan faktor dominan berdasarkan kelas potensi tinggi yang kemudian dilihat parameter mana yang memiliki skor tertinggi. Cara menentukan faktor dominan adalah dengan menjumlahkan masing-masing skor parameter kemiringan lereng, drainase, tekstur tanah, dan penggunaan lahan yang kemudian didapatkan nilai hasil akhir dari penjumlahan masingmasing skor parameter kemiringan lereng, drainase, tekstur tanah, dan penggunaan lahan. Nilai tersebut menjadi hasil parameter apa yang merupakan faktor dominan yang mempengaruhi potensi kekeringan geomorfologi. 5

III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Tingkat Potensi Kekeringan Geomorfologi Tingkat potensi kekeringan geomorfologi dipengaruhi oleh parameter diantaranya kemiringan lereng, drainase, tekstur tanah, dan penggunaan lahan. Peta tingkat potensi kekeringan geomorfologi terbagi menjadi 3 kelas yaitu rendah, sedang, dan tinggi dengan menggunakan pola warna gradasi merah yaitu warna merah sangat tua, warna merah tua, dan warna merah muda. Warna gradasi merah memperlihatkan jika warna semakin tua maka tingkat potensi kekeringan geomorfologi tinggi sedangkan warna semakin muda maka tingkat potensi kekeringan geomorfologi rendah. Semua peta parameter antara lain peta kemiringan lereng, peta drainase, peta tekstur tanah, dan peta penggunaan lahan masingmasing diberi harkat kemudian digabungkan (intersect) dan hasilnya berupa peta intersect kemudian peta potensi kekeringan geomorfologi dibuat setelah ditumpangsusunkan (overlay) dengan peta bentuk lahan sehingga akan terlihat pada jenis bentuk lahan mana saja yang berpotensi kekeringan geomorfologi. Tingkat potensi kekeringan geomorfologi untuk kelas tinggi terdapat pada bentuk lahan Denudasional disebagian Kecamatan Pituruh, Kecamatan Kemiri, Kecamatan Gebang, Kecamatan Bruno, Kecamatan Bener, Kecamatan Loano, Kecamatan Bagelen, dan Kecamatan Kaligesing yang ditunjukkan pada peta potensi kekeringan geomorfologi warna merah sangat tua. Tingkat potensi kekeringan geomorfologi untuk kelas sedang terdapat pada bentuk lahan Fluvial disebagian Kecamatan Butuh, Kecamatan Kutoarjo, Kecamatan Bayan, Kecamatan Banyuurip, dan Kecamatan Purworejo yang ditunjukkan pada peta potensi kekeringan geomorfologi warna merah tua. Tingkat potensi kekeringan geomorfologi untuk kelas rendah terdapat pada bentuk lahan Marine disebagian Kecamatan Purwodadi, Kecamatan Ngombol, dan Kecamatan Grabag yang ditunjukkan pada peta potensi kekeringan geomorfologi warna merah muda 6

Gambar 3.1 Peta Potensi Kekeringan Geomorfologi Di Kabupaten Purworejo 7

3.2 Analisis Faktor Dominan Potensi Kekeringan Geomorfologi Faktor dominan yang mempengaruhi potensi kekeringan geomorfologi di Kabupaten Purworejo dapat diketahui dari peta hasil intersect yaitu Peta Drainase, Peta Penggunaan Lahan, Peta Tekstur Tanah, dan Peta Kemiringan Lereng. Hasil peta intersect tersebut kemudian dilakukan overlay dengan Peta BentukLahan sehingga dapat menghasilkan peta hasil akhir yaitu Peta Potensi Kekeringan Geomorfologi di Kabupaten Purworejo. Peta tersebut sudah menggunakan unit analisis yaitu bentuklahan. Penentuan faktor dominan berdasarkan kelas potensi tinggi yang kemudian dilihat parameter mana yang memiliki skor tertinggi. Cara menentukan faktor dominan adalah dengan menjumlahkan masing-masing skor parameter kemiringan lereng, drainase, tekstur tanah, dan penggunaan lahan yang kemudian didapatkan nilai hasil akhir dari penjumlahan masingmasing skor parameter kemiringan lereng, drainase, tekstur tanah, dan penggunaan lahan. Nilai tersebut menjadi hasil parameter apa yang merupakan faktor dominan yang mempengaruhi potensi kekeringan geomorfologi yang dapat dilihat pada tabel Tabel 1.5 Jumlah Total Skor Potensi Kelas Tinggi Parameter Jumlah Total Skor Potensi Kelas Tinggi Kemiringan Lereng 318 Tekstur Tanah 308 Penggunaan Lahan 217 Drainase 159 Sumber : Hasil Pengolahan, 2017 Berdasarkan tabel diatas yang memiliki jumlah skor potensi kelas tinggi adalah kemiringan lereng dan tekstur tanah yang memiliki jumlah paling tinggi dibandingkan dengan penggunaan lahan dan drainase yang dapat diartikan sebagai faktor dominan yang dapat mempengaruhi potensi kekeringan geomorfologi. Kemiringan lereng pada bagian utara Kabupaten Purworejo memiliki dominasi kemiringan lereng curam hingga terjal serta tekstur tanah lempung yang berada pada bentuklahan Denudasional. Kemiringan lereng pada bagian tengah Kabupaten Purworejo memiliki dominasi kemiringan lereng landai dan tekstur tanah geluh yang berada 8

pada bentuklahan Fluvial. Kemiringan lereng pada bagian selatan Kabupaten Purworejo memiliki dominasi kemiringan lereng landai dan tekstur tanah pasir yang berada pada bentuklahan Marine. IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan 1. Persebaran tingkat potensi kekeringan geomorfologi memiliki tiga kelas yaitu kelas tinggi, kelas sedang, dan kelas rendah meliputi : a. Kelas tinggi berada pada bentuklahan Denudasional dibagian utara Kabupaten Purworejo di wilayah sebagian Kecamatan Pituruh, Kecamatan Kemiri, Kecamatan Gebang, Kecamatan Bruno, Kecamatan Bener, Kecamatan Loano, Kecamatan Bagelen, dan Kecamatan Kaligesing dengan persentase sebesar 55%. b. Kelas sedang berada pada bentuklahan Fluvial dibagian tengah Kabupaten Purworejo di wilayah Kecamatan Butuh, Kecamatan Kutoarjo, Kecamatan Bayan, Kecamatan Banyuurip, sebagian Kecamatan Purworejo, sebagian Kecamatan Purwodadi, sebagian Kecamatan Ngombol, dan sebagian Kecamatan Grabag dengan persentase sebesar 39%. c. Kelas rendah berada pada bentuklahan Marine dibagian selatan Kabupaten Purworejo di wilayah Kecamatan Purwodadi, sebagian Kecamatan Ngombol, dan sebagian Kecamatan Grabag dengan persentase sebesar 5%. 2. Faktor dominan yang mempengaruhi potensi kekeringan geomorfologi di Kabupaten Purworejo adalah kemiringan lereng dan tekstur tanah. 4.2 Saran 1. Analisis potensi kekeringan geomorfologi di Kabupaten Purworejo sangat diperlukan untuk dapat mengetahui persebaran wilayah yang akan terdampak terjadinya kekeringan geomorfologi sehingga dengan adanya pemetaan dapat membantu untuk mencegah terjadinya kekeringan geomorfologi di Kabupaten Purworejo 9

2. Semakin banyak parameter yang dibutuhkan maka akan diperoleh hasil yang lebih baik pula sehingga hasilnya dapat bermanfaat dalam menangani masalah potensi kekeringan geomorfologi di Kabupaten Purworejo. DAFTAR PUSTAKA Badan Nasional Penanggulangan Bencana. 2014. Indeks Risiko Bencana Indonesia Tahun 2013. Direktorat Pengurangan Risiko Bencana Deputi Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan. Bogor. Undang-Undang Republik Indonesia, Nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana pasal 1 ayat 1. Putranto, Subhakti Adi. 2011. Agihan Kerentanan Kekeringan di Provinsi DIY Menggunakan Parameter Geomorfologi dan Hidrometeorologi. Skripsi. Fakultas Geografi. Universitas Gadjah Mada.Yogyakarta. Sudaryatno. 2015. Integrasi Citra Penginderaan Jauh dan SIG Untuk Penyusunan Model Kerentanan Kekeringan (Kasus di Provinsi Jateng dan DIY). Disertasi. Fakultas Geografi. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta Zahara, Frida Hudaeni. 2010. Studi Tingkat Kerawanan Kekeringan di Kabupaten Kulon Progo. Skripsi. Fakultas Geografi. Universitas Gadjah Mada.Yogyakarta. 10