BAB I PENDAHULUAN. Pasca krisis moneter tahun 1997, Perbankan syariah menunjukkan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. ekonomi. Oleh karena itu, Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. bank mungkin giat dalam mempromosikan penawaran dan mengumpulkan

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan pemberi layanan perbankan bagi masyarakat. Bank merupakan suatu lembaga keuangan yang ada di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. sekunder, maupun tersier dalam kehidupan sehari-hari. Adakalanya masyarakat tidak

BAB I PENDAHULUAN. terhadap perekonomian dalam masyarakat di suatu Negara, bank sebagai lembaga

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhinya, baik kebutuhan primer, sekunder maupun tersier. Ada kalanya

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan permasalahan dan kehidupan dunia yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. tersebut diatur dengan rinci landasan hukum serta jenis jenis usaha yang dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Bank syariah secara umum bertujuan untuk mendorong dan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan bank dan lembaga keuangan syariah. Dimana perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan adalah mekanisme pembagian keuntungannya. Pada bank syariah,

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian suatu negara bisa berjalan dengan lancar. Pertumbuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. Abdul Ghafur Anshori, Perbankan Syariah di Indonesia, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2009), hlm. 31.

BAB I PENDAHULUAN. keberlanjutan entitas bisnis dan untuk mengukur kemampuan bersaing dalam

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang membutuhkan dana (defisit unit). Bank syariah secara resmi

BAB I PENDAHULUAN. Fluktuasi tingkat bunga akhir-akhir ini memberikan perhatian lebih kepada

BAB I PENDAHULUAN. roda perekonomian di suatu negara. Pada perekonomian yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. sektor perbankan. Berdasarkan sistem operasionalnya, perbankan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan kurangnya inisiatif perbankan. Perkembangan bank yang makin pesat

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana. tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya (Kasmir,

BAB 1 PENDAHULUAN. hidupnya. Untuk melakukan kegiatan bisnis tersebut para pelaku usaha

BAB I PENDAHULUAN. terpenuhi. Perkembangan pertumbuhan ekonomi di era globalisasi seperti

BAB I PENDAHULUAN. umum dan meliputi seluruh aspek kehidupan manusia. Agama islam tidak hanya meliputi

Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Bank yang mencerminkan pada Bank-bank Timur Tengah, bank yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari ajaran Islam, termasuk aspek ekonomi. Dalam ushul fiqh, ada

BAB 1 PENDAHULUAN. perantara jasa keuangan (financial intermediary), memiliki tugas pokok yaitu

BAB I PENDAHULUAN. bidang perbankan merupakan salah satu bidang yang mendapat perhatian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dunia modern, peran bank sangat besar dalam mendorong pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam (Fiqh Muamalah), PT. Grafindo Persada, Jakarta, 2003, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. pemilik dana. Perbankan di Indonesia mempunyai dua sistem antara lain sistem

BAB I PENDAHULUAN. Hampir semua sektor yang berhubungan dengan berbagai kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada era modern ini perbankan syariah telah menjadi fenomena global,

BAB I PENDAHULUAN. eksistensi perbankan syariah, memicu tumbuhnya bank-bank syariah di

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan Al-Qur an dan Hadist Nabi Muhammad SAW. Al-Qur an dan

BAB 1 PENDAHULUAN. bagi hasil, bahkan memungkinkan bank untuk menggunakan dual system,

BAB I PENDAHULUAN. dari dunia perbankan. Jika dihubungkan dengan pendanaan, hampir semua

BAB I PENDAHULUAN. Akad memfasilitasi setiap orang dalam memenuhi kebutuhan dan kepentingannya

BAB I PENDAHULUAN. disetujuinya Undang-undang No.10 Tahun Dalam Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN 1.8 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Adapun salah satu ukuran keberhasilan suatu bank adalah

ANALISIS KINERJA KEUANGAN BANK MUAMALAT INDONESIA PERIODE TAHUN (Dengan Pendekatan PBI No.9/1/PBI/2007)

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat; kedua, penyaluran dana (financing) merupakan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri perbankan syariah di Indonesia saat ini sudah

BAB I PENDAHULUAN. menetapkan perbankan syariah sebagai salah satu pilar penyangga dual-banking

BAB 1 PENDAHULUAN. nilai-nilai normatif dan rambu-rambu Ilahi (Antonio, 2001).

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan perbankan syariah sistem pembiayaan mudharabah

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Pertumbuhan Pembiayaan Bank Syariah dan Kredit Bank Konvensional

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan kelembagaan perbankan syariah di Indonesia mengalami

Tinjauan Pelaksanaan Skema Musyarakah Pada Produk Pembiayaan Dana Berputar (PDB) Di PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Garut

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana, sedangkan bank

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk penyimpanan dana, pembiayaan kegiatan usaha atau kegiatan lainnya yang sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan penting dalam perekonomian. Keberadaan perbankan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai tempat untuk berkomunikasinya antar anggota keluarga dan juga. sebagai tempat berkumpulnya sebuah keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. dengan nilai moraldan prinsip-prinsip syari ah Islam.

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam perekonomian suatu negara. Menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain, pembiayaan adalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat tidak sesuai dengan kondisi keuangan yang dimiliki.

BAB I PENDAHULUAN. ditengah kondisi perekonomian yang masih dalam tahap pemulihan, membuktikan

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan suatu lembaga atau badan usaha yang saat ini mulai

BAB I PENDAHULUAN. syariah prinsipnya berdasarkan kaidah al-mudharabah. Berdasarkan prinsip

BAB I PENDAHULUAN. suatu badan usaha atau institusi yang kekayaannya terutama dalam bentuk

BAB 1 PENDAHULUAN. hasil baru dipraktekan dalam perekonomian di Indonesia. Antara sistem

BAB I PENDAHULUAN. variasi dari jumlah dan jenis perusahaan perbankan di Indonesia cukup luas, mulai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saat ini Indonesia memiliki dua jenis lembaga perbankan, yaitu perbankan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perekonomian yang semakin modern seperti sekarang ini, uang

No. 14/ 33 /DPbS Jakarta, 27 November Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dengan tumbuhnya pemahaman masyarakat bahwa bunga (interest) dan

sejak zaman Rasulullah, seperti pembiayaan, penitipan harta, pinjam-meminjam uang, bahkan pengiriman uang. Akan tetapi, pada saat itu, fungsi-fungsi

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 9/5/PBI/2007 TENTANG PASAR UANG ANTARBANK BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. pertama kali yang berdiri di Indonesia yaitu Bank Muamalat dapat membuktikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perekonomian pasti ada hubungannya dengan dunia keuangan dan

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai syariah dalam operasional kegiatan usahanya. Hal ini terutama didorong

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan defisit transaksi berjalan ke tingkat yang sustainable. Dari sisi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai financial

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini hampir semua kegiatan perekonomian. dilakukan oleh lembaga keuangan, misalnya bank, lembaga keuangan non bank,

BAB I PENDAHULUAN. krisis, perbankan syariah mulai dapat berdiri sedangkan sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan

BAB I PENDAHULUAN. Muhammad, Pengantar Akuntansi Syariah, Salemba Empat, Jakarta, 2002, hlm. 35.

BAB 1 PENDAHULUAN. kenaikan yang baik. Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) seperti. Baitul Maal wat Tamwil (BMT) dan Koperasi JASA Keuangan Syariah

BAB I PENDAHULUAN. sebelum pemerintah secara formal meletakkan dasar-dasar hukum operasionalnya

BAB I PENDAHULUAN. pinjaman pada dunia perbankan dan inilah yang terjadi pada perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-Undang No. 7 Tahun tentang Perbankan(Muhammad 2011:17). Sampai saat ini kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. umat agama lain. Islam adalah rahmatan lil alamin rahmat bagi alam semesta.

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Indikator Utama Perbankan Syariah (dalam milyar rupiah)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. periode 5 tahun terakhir ini telah muncul bank-bank yang menjalankan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. dengan negara Indonesia ini. Sistem keuangan negara Indonesia sendiri terdiri

BAB I PENDAHULUAN. penentuan return yang akan diperoleh para depositornya. Bank syariah tidak hanya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. melalui jasa kredit yang sangat dibutuhkan masyarakat dalam menjalankan

BAB I PENDAHULUAN. Bank syariah adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah

BAB I PENDAHULUAN. konvensional. Namun, orang awam dan orang-orang mengenal bank syari ah dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terletak pada aturan keseluruhan yang menentukan kegiatan-kegiatan ekonomi bagi semua

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Krisis yang melanda dunia perbankan Indonesia menunjukkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. syariah di Indonesia. Masyarakat mulai mengenal dengan apa yang disebut

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 5/ 19 /PBI/2003 TENTANG PERLAKUAN KHUSUS TERHADAP KREDIT ATAU PEMBIAYAAN BANK PERKREDITAN RAKYAT PASCA TRAGEDI BALI

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-undang nomor 10 tahun 1998 pengertian bank umum

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasca krisis moneter tahun 1997, Perbankan syariah menunjukkan perkembangan yang signifikan. Perkembangan ini disebabkan oleh dua faktor di antaranya perkembangan internal dunia perbankan sendiri dan juga perkembangan eksternal dunia perbankan. Tidak hanya terbatas pada perkembangan dunia perbankan sendiri akan tetapi perkembangan dunia perbankan juga meliputi beberapa sektor, seperti sektor riil dalam perekonomian, politik, hukum, dan sosial. Seiring dengan perkembangan perbankan dunia, maka perkembangan perbankan di Indonesia semakin pesat pula dikarenakan pola pikir masyarakat muslim dan perkembangan akan kebutuhan bank syariah yang meningkat. Oleh karena itu, aktivitas bisnis yang dikembangkan oleh masyarakat muslim di Indonesia harus berpedoman pada aturan dan hukum syara yang berlaku. 1 1 Disarikan dari Muhammad, Model-Model Akad Pembiayaan Di Bank Syariah, (UII Press Yogyakarta, 2009), h. 3. 1

2 Bank syariah merupakan salah satu instrumen yang digunakan untuk menegakkan aturan-aturan ekonomi Islami. Sebagai bagian dari sistem ekonomi lembaga tersebut merupakan bagian dari keseluruhan sistem sosial. Oleh karena itu, keberadaannya harus dipandang dalam keberadaan masyarakat, serta nilainilai yang berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. 2 Perkembangan perbankan syariah di Indonesia merupakan suatu perwujudan dari kebutuhan masyarakat yang menghendaki suatu sistem perbankan yang mampu menyediakan jasa keuangan yang sehat, juga memenuhi prinsip-prinsip syariah. 3 Perkembangan sistem keuangan berdasarkan prinsip syariah sebenarnya telah dimulai sebelum pemerintah secara formal meletakkan dasar-dasar hukum operasionalnya. Perbankan syariah di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat dari tahun ke tahun. Secara institusional, jumlah bank syariah pada tahun 2000 terdiri dari 2 BUS (Bank Umum Syariah) dan 3 UUS (Unit Usaha Syariah) dan menjadi 3 BUS 19 UUS pada akhir tahun 2005. Perkembangan dari segi jaringan kantor, pada tahun 2000 terdapat 140 kantor, dan bertambah menjadi 550 pada akhir 2005. Belum lagi total aset perbankan syariah pada tahun 2005 mencapai Rp 20,88 triliun yang sebelumnya Rp 15,21 triliun pada tahun 2004. Hal ini menujukkan kinerja perbankan syariah di Indonesia sudah sangat cepat dan baik dalam waktu yang relatif singkat. (Statistik Perbankan Syariah Bank Indonesia, 2005). 4 Dunia perbankan Islam kembali mendapatkan angin segar pada tahun 2008 setelah disahkannya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah. Undang-Undang ini berisi 13 bab dan 17 pasal, diharapkan dapat mempercepat proses akselerasi perkembangan perbankan syariah itu sendiri. 2 Muhammad, Model-Model Akad Pembiayaan Di Bank Syariah, (UII Press Yogyakarta, 2009), h. 2. 33 Burhanuddin S, Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), h. 30. 4 Ahmad Rodoni, Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Zikrul Hakim, 2008), h. 2.

3 Melihat hal tersebut, kemajuan dan perkembangan bank syariah secara kuantitatif sangat menggembirakan. Tentunya perkembangan ini harus diimbangi dengan perkembangan secara kualitas. Kualitas perbankan syariah sangat ditentukan oleh kemampuan kinerja bank syariah dan kelangsungan usahanya. Kinerja dan kelangsungan usaha bank yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah sangat dipengaruhi oleh kualitas dari penanaman dana atau pembiayaan. Aspek kelembagaan dimulai dengan didirikannya Bank Muamalat Indonesia pada tahun 1991. Kemudian menyusul Bank Syariah Mandiri yang merupakan konversi dari Bank Susila Bakti. Kemudian bank tersebut adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan syariah secara murni. 5 Setelah proses penyehatan Bank Susila Bakti menjadi bank umum syariah maka hal tersebut menjadikan eksistensi perbankan syariah semakin kuat dan semakin kompetitif. Proses merger yang dilakukan oleh Bank Susila Bakti hingga menjadi PT Bank Syariah Mandiri adalah sebagai upaya untuk mengembangkan dan melihat peluang terciptanya transaksi yang berbasis atau berprinsip syariah. Pada prinsipnya PT Bank Syariah Mandiri tidak hanya terbatas pada bidang perbankan saja, melainkan juga kegiatan ekonomi dan investasi. Lebih dari itu produkproduk pembiayaan yang ditawarkan oleh Bank Syariah Mandiri sangat beragam seperti pembiayaan murâbahah, musyârakah, dan mudlârabah. Salah satu produk unggulan dari Bank Syariah Mandiri adalah pembiayaaan murâbahah. 5 Abdul Ghofur Anshori, Perbankan Syariah Di Indonesia, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2009), h. 42.

4 Murâbahah merupakan salah satu produk paling populer dalam praktik pembiayaan pada perbankan syariah. Selain mudah dalam perhitungannya, baik bagi nasabah maupun manajemen bank, produk ini memiliki beberapa kesamaan dengan sistem kredit pada perbankan konvensional. Meskipun demikian secara prinsip murâbahah sangat jauh berbeda dengan suku bunga dalam perbankan konvensional. 6 Murâbahah adalah transaksi kepercayaan (trustworthiness) sebab pembeli telah memercayakan penjual untuk menentukan harga asal barang yang dibelinya. Oleh karena itu, ketika bank menawarkan skim pembiayaan murâbahah, maka sebenarnya bank menawarkan kepercayaan dan goodwill yang tinggi kepada nasabah dan sebaliknya nasabah juga memberikan kepercayaan yang penuh kepada pihak bank. Konsep amanah dan saling mempercayai yang diberikan inilah yang membedakan murâbahah dengan pinjaman yang berbasis bunga tetap. Pembiayaan murâbahah ini ditetapkan untuk perbankan syariah melalui Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 32/34/Kep/Dir tentang Bank Umum berdasarkan Prinsip Syariah, yang kemudian diperbarui dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/24/PBI/2004 tentang Bank Umum yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/35/PBI/2005 dan Surat Keputusan Direksi Bank indonesia Nomor 32/36/Kep/Dir tentang Bank Perkreditan Rakyat berdasarkan prinsip syariah, yang kemudian diperbarui dan disempurnakan dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/17/PBI/2004 tentang Bank Perkreditan Rakyat berdasarkan Prinsip Syariah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/25/PBI/2006. Selanjutnya ditegaskan kembali dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008. 7 6 Rachmadi Usman, Produk dan Akad Perbankan Syariah di Indonesia, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2009), h. 176. 7 Disarikan dari Rachmadi Usman, Produk..., h. 178.

5 Perkembangan bank syariah baik dari sektor produktif maupun konsumtif berpengaruh terhadap penyaluran dana yang diberikan oleh perbankan kepada nasabah yaitu adanya wanprestasi dari nasabah, yang tentunya akan membawa dampak non performing financing pada brand image perbankan itu sendiri. Sebagaimana kita ketahui pembiayaan murâbahah banyak ditemui dan diaplikasikan dalam pembiayaan rumah, kendaraan bermotor maupun transaksitransaksi bisnis yang lain. Dalam penelitian ini, peneliti mengkaji bagaimana pelaksanaan akad dan pencegahan wanprestasi yang menggunakan pembiayaan murâbahah dikarenakan pembiayaan merupakan sumber pendapatan terbesar, namun sekaligus sumber risiko operasi bisnis perbankan yang terbesar dan berakibat pembiayaan bermasalah atau wanprestasi (default) yang tentunya akan mengganggu operasional dan likuiditas bank. Alasan lain dalam mengkaji masalah ini yaitu karena masih sedikit ditemuinya permasalahan yang kompleks terkait adanya wanprestasi terhadap produk pembiayaan murâbahah khususnya pada Bank Syariah Mandiri CFBO (Consumer Financing Bussiness Office) Soekarno-Hatta Malang yang hanya fokus pada bidang consumer (konsumtif). Sebagaimana dalam Bank Syariah lain yang sampai saat ini masih banyak ditemukan kasuskasus wanprestasi dari nasabahnya. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti mencoba mengkaji beberapa permasalahan terkait murâbahah yang dipraktikkan di BSM CFBO (Consumer Financing Bussiness Office) Soekarno-Hatta Malang. Dalam pelaksanaan yang terjadi apakah sudah memenuhi prinsip-prinsip syariah dalam kaitannya dengan

6 pelaksanaan pembiayaan murâbahah dan cara pencegahan yang dilakukan Bank Syariah Mandiri untuk menekan dan meminimalisasi adanya wanprestasi. Setelah membaca latar belakang yang dikemukakan di atas, penulis berkeinginan mengangkat judul IMPLEMENTASI AKAD DAN PENCEGAHAN WANPRESTASI PADA PRODUK PEMBIAYAAN MURÂBAHAH DI BANK SYARIAH MANDIRI SOEKARNO-HATTA MALANG PERSPEKTIF FIQH MUAMALAH B. Rumusan Masalah: Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana pelaksanaan akad dan pencegahan wanprestasi pada produk pembiayaan murâbahah di Bank Syariah Mandiri CFBO Soekarno-Hatta Malang? 2. Bagaimana pelaksanaan akad dan pencegahan wanprestasi pada produk pembiayaan murâbahah yang dilakukan Bank Syariah Mandiri CFBO Soekarno-Hatta Malang Perspektif Fiqih Muamalah? C. Tujuan Penelitian Bedasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat disusun tujuan sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pelaksanaan akad pelaksanaan akad dan pencegahan wanprestasi pada produk pembiayaan murâbahah di Bank Syariah Mandiri CFBO Soekarno-Hatta Malang?

7 2. Untuk mengetahui pelaksanaan akad dan cara pencegahan wanprestasi pada produk pembiayaan murâbahah di Bank Syariah Mandiri CFBO Soekarno- Hatta Malang Perspektif Fiqih Muamalah. D. Manfaat Penelitian Secara umum penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih keilmuan yang nantinya dapat menjawab permasalahan yang terjadi di masyarakat tentang akad murâbahah. Adapun lebih rinci dari manfat penelitian ini yaitu terbagi menjadi dua, yakni: 1. Manfaat teoritis a. Sebagai sumbangsih keilmuan dalam bidang ekonomi Islam/syariah pada Jurusan Hukum Bisnis Syariah Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang. b. Penelitian ini dapat dijadikan landasan teori bagi peneliti yang akan datang dalam hal yang sama. c. Sebagai sarana menambah wawasan keilmuan agar lebih mengenal tentang produk-produk dari perbankan syariah dan juga Bank Syariah Mandiri CFBO Soekarno-Hatta Malang. 2. Manfaat Praktis a. Hasil penelitian ini diharapakan dapat dijadikan referensi untuk melihat lebih jauh hasil penerapan Bank Syariah Mandiri CFBO Malang dalam menerapkan produknya sesuai prinsip-prinsip syariah. b. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi manajemen untuk menentukan kebijakan ataupun keputusan dimasa yang akan datang serta

8 dapat digunakan sebagai barometer untuk meningkatkan profitabilitas Bank Syariah Mandiri CFBO Soekarno-Hatta Malang. c. Bagi penulis penelitian ini berguna untuk memenuhi tugas akhir akademik sebagai persyaratan kelulusan studi strata 1 (S-1) di Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri (UIN) Maluana Malik Ibrahim Malang. Serta sebagai wahana untuk mengaplikasikan teori yang telah diperoleh selama belajar di bangku kuliah. E. Definisi Operasional Untuk menghindari kesalahpahaman dalam memahami judul dalam penelitian ini, maka perlu adanya penjelasan makna dan maksud dari istilah yang ada pada judul penelitian, antara lain: 1. Murâbahah Merupak akad jual beli atas barang tertentu, dimana penjual menyebutkan dengan jelas barang yang diperjualbellikan, termasuk harga pembelian barang kepada pembeli, kemudian ia mensyaratkan atasnya laba/keuntungan dalam jumlah tertentu. 8 2. Wanprestasi Suatu keadaan yang dikarenakan kelalaian/kesalahan. Debitur tidak dapat memenuhi prestasi seperti yang telah ditentukan dalam perjanjian dan bukan 8 Muhammad, Sistem dan Prosedur Operasional Bank Syariah, (Yogyakarta: UII Press Anggota IKAPI, 2008), h. 103.

9 dalam keadaan memaksa. 9 Peneliti mengkaji tentang proses pencegahan wanprestasi oleh nasabah selaku debitur. 3. Fiqh Muamalah Hukum yang mengatur hubungan antara satu individu dengan individu lain atau antara individu dengan negara Islam atau hubungan antara negara Islam dengan negara-negara yang lain. 10 Dalam pengertian ini, Fiqh muamalah yang mengandung pemahaman dari sudut pandang Fatwa DSN-MUI. F. Sistematika Penulisan Sebagai upaya untuk menjaga keutuhan pembahasan ini agar lebih terarah maka peneliti menggunakan sistematika penulisan sebagai berikut: Bagian pendahuluan dibahas pada Bab I yang meliputi latar belakang masalah, yaitu bagian yang berisikan argumen yang menunjukkan latar belakang keyakinan peneliti bahwa penelitian dengan judul yang diajukan adalah benarbenar penting dan relevan untuk segera diteliti. Bagian rumusan masalah, yakni untuk menanyakan secara tersurat pertanyaan-pertanyaan yang ingin dicari jawabannya. Tujuan penelitian, mengungkapkan sasaran yang ingin dicapai dalam penelitian. Manfaat penelitian berisi alasan kelayakan atas masalah yang diteliti. Selanjutnya tinjauan pustaka pada Bab II yang terdiri atas dua komponen yaitu penelitian terdahulu yang berisikan penelitian-penelitian yang telah dilakukan dalam lingkup pembiayaan murâbahah. Bagian kedua yaitu kajian teori 9 Yogiikhwan.wordpress.com/2008/03/20/wanprestasi-sanksi-ganti-kerugian-dan-keadaa-memaksa/ diakses pada tanggal 4 Juni 2013. 10 Abdul Aziz Muhammad Azzam, (Fiqh Muamalah: Sistem Transaksi dalam Fiqh Islam), (Jakarta: Amzah, 2010), h. 6.

10 yang berisikan pemaparan tentang teori-teori akad dalam muamalah sesuai prinsip syariah. Metode penelitian dijadikan sebagai instrumen dalam penelitian untuk menghasilkan penelitian yang lebih terarah dan sistematis dan dibahas pada Bab III. Adapun pembagian dari metode penelitian ini antara lain: lokasi penelitian, jenis penelitian, pendekatan penelitian, sumber data, metode pengumpulan data, metode pemeriksaan data dan metode analisis data yang digunakan sebagai rujukan bagi peneliti dalam menganalisis semua data yang sudah diperoleh. Paparan dan analisis data yang terdiri atas deskripsi objek penelitian dibahas pada bab IV. Dalam paparan data dibahas tentang praktek pembiayaan akad murâbahah pada Griya BSM CFBO Soekarno-Hatta, serta cara pencegahan terhadap wanprestasi pada akad murâbahah yang dilakukan oleh Bank Syariah Mandiri CFBO Soekarno-Hatta Malang. Bagian terakhir yaitu bagian penutup, terdiri atas kesimpulan dan saran yang dibahas pada Bab V. Kesimpulan yang dipaparkan oleh penelitiakan memuat poin-poin yang merupakan inti pokok dari data yang telah disimpulkan. Singkatnya, kesimpulan merupakan jawaban inti dari rumusan masalah yang peneliti paparkan. Sedangkan saran memuat tentang hal yang dirasa belum dilakukan dalam penelitian ini, namun kemungkinan dapat dilakukan penelitian yang terkait berikutnya.