I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan warna yang terjadi pada gigi depan seringkali menimbulkan masalah estetika yang berpengaruh terhadap penampilan dan menimbulkan dampak psikologis berupa rasa rendah diri (Halim, 2006). Perubahan warna gigi dapat bersifat fisiologik dan patologik serta diklasifikasikan menjadi dua yaitu intrinsik dan ekstrinsik (Chandra dan Gopikrishna, 2010). Perubahan warna intrinsik dapat disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut, yaitu: gangguan kongenital, usia gigi progresif, riwayat trauma dan asupan obat seperti tetrasiklin pada masa kanak-anak dan kehamilan, terapi endodontik, restorasi lama yang berubah warna, karies gigi, dan fluorosis gigi. Keparahan dan intensitas perubahan warna gigi bervariasi pada setiap kasus (Hattab dkk., 1999 cit. Awdah dkk., 2016). Beberapa metode dan pendekatan untuk memperbaiki perubahan warna gigi meliputi pemakaian pasta gigi dengan pemutih, pembersihan dengan scaling dan polishing untuk menghilangkan stain dan tartar, pemutihan gigi intrakoronal pada gigi non-vital, pemutihan gigi ekstrakoronal pada gigi vital, mikroabrasi email dengan bahan abrasif dan asam, pembuatan crown dan veneer (Joiner, 2006). Pemutihan gigi intrakoronal merupakan metode yang sederhana, konservatif dan efektif dengan biaya relatif murah untuk memperbaiki diskolorasi gigi setelah perawatan endodontik (Ferrari dkk., 2012). Menurut Zimmerli dkk. (2010) 1
perawatan pemutihan gigi non vital merupakan perawatan intervensi invasif minimal jika dilakukan secara benar dengan sedikit resiko. Terdapat beberapa teknik pada perawatan pemutihan gigi non vital, yaitu walking bleach, non-vital power bleach, dan inside/outside bleaching (Setien dkk., 2008 cit. Alqahtani, 2014). Walking bleach merupakan metode yang lebih aman (Kimyai, 2009) dibandingkan metode pemutihan gigi intrakoronal dengan pemanasan atau sinar yang dapat menyebabkan resorpsi akar eksternal (Summit dkk., 2006). Bahan pemutih gigi yang digunakan dalam teknik walking bleach pertama kali adalah sodium perborat yang dicampur air, kemudian dimodifikasi menggunakan campuran sodium perborat dengan hidrogen peroksida 30 % atau 35 % dan selanjutnya mulai digunakan hidrogen peroksida 35 % sebagai bahan tunggal (Fearon, 2009), juga sodium perkarbonat dan karbamid peroksida (Zimmerli dkk., 2010). Bahan pemutih yang diaplikasikan ke dalam kamar pulpa pada teknik walking bleach berkontak langsung dengan dentin dan melalui tubuli dentin akan mencapai email (Muraguchi dkk., 2007). Hidrogen peroksida yang digunakan sebagai bahan pemutih beraksi sebagai oksidator kuat dalam bentuk radikal bebas, molekul oksigen reaktif, dan anion hidrogen peroksida. Hidrogen peroksida mampu menghilangkan kromofor melalui pemecahan ikatan ganda molekul organik, menghasilkan molekul terlarut, dan berkurangnya unsur pigmen yang kurang memantulkan cahaya selanjutnya mengakibatkan efek pemutihan (Eimar dkk., 2012). 2
Prosedur yang dilakukan setelah pemutihan gigi adalah pembilasan dengan air destilasi untuk menghilangkan sisa bahan pemutih pada permukaan gigi, tetapi tidak semua radikal bebas yang ada dalam mekanisme ini hilang. Sejumlah oksigen dapat bertahan di dalam email, dentin ataupun jaringan pulpa (Oliveira dkk., 2011). Sisa radikal bebas bahan pemutih gigi akan menyebabkan kerusakan bahan tumpatan komposit yang diaplikasikan segera setelah tindakan pemutihan gigi (Kaya dkk., 2008; Oliveira dkk., 2011) dan kebocoran mikro restorasi (Alqahtani, 2014). Sisa radikal bebas bahan pemutih gigi menyebabkan perlekatan dan polimerisasi resin terganggu dan hybrid layer yang yang terbentuk kurang teratur (Han dkk., 2014). Kunt dkk. (2011) menyebutkan bahwa sisa radikal bebas bahan pemutih akan mengganggu propagasi vinil radikal bebas resin komposit selama proses penyinaran sehingga menyebabkan terminasi dini pada rantai polimer. Hal ini menyebabkan polimer yang terbentuk berkualitas rendah sehingga kekuatan bonding menurun. Kebocoran mikro restorasi pada gigi pasca perawatan saluran akar dapat mempengaruhi keberhasilan perawatan saluran akar yang telah dilakukan. Faktor yang beresiko menyebabkan kebocoran mikro restorasi harus diminimalkan. Penundaan restorasi selama 24 jam sampai 3 minggu setelah pemutihan gigi merupakan cara yang dianjurkan untuk menghindari efek negatif yang disebabkan oleh sisa radikal bebas (Darze dkk., 2015). Metode lain yang dianjurkan untuk menurunkan resiko kebocoran mikro sehubungan dengan pemutihan gigi meliputi pembilasan dengan alkohol pada email yang telah di bleaching, pemakaian bahan 3
adhesif yang mengandung pelarut organik, dan pembilasan kavitas dengan antioksidan sebelum prosedur restorasi (Xavier dkk., 2014). Antioksidan merupakan substansi yang dapat bereaksi dengan radikal bebas yang merupakan hasil degradasi dari hidrogen peroksida, menetralkan sisa radikal bebas yang terperangkap di dalam struktur gigi (Freire dkk., 2009) dan mengembalikan efek oksidasi hidrogen peroksida dalam sistem biologis (Feiz dkk., 2011). Macam-macam bahan antioksidan antara lain sodium askorbat, butilhidroksinisol, katalase, etanol, aseton, glutathion, α-tokoferol, dan sodium bikarbonat (Han dkk., 2014). Sodium askorbat merupakan antioksidan yang netral dan biokompatibel mampu menghilangkan sisa peroksida dan oksigen (Han dkk., 2014). Sodium askorbat dapat mengembalikan perubahan potensial reaksi oksidasi pada substrat bonding yang teroksidasi sehingga polimerisasi radikal bebas pada resin dapat berlangsung tanpa terminasi dini (Kimyai dkk., 2009; Subramonian dkk., 2015). Faktor-faktor penting yang harus dipertimbangkan dalam pemakaian antioksidan untuk membantu meningkatkan bonding setelah pemutihan gigi antara lain tipe, konsentrasi, bentuk sediaan dan lama aplikasi bahan antioksidan (Briso dkk., 2013). Terdapat berbagai pendapat mengenai pengaruh konsentrasi dan lama aplikasi sodium askorbat terhadap bond strength resin komposit. Menurut Freire dkk. (2009) dalam penelitian reaksi kinetik kimianya menetapkan bahwa besarnya konsentrasi sodium askorbat berbanding lurus dengan konsentrasi hidrogen peroksida sedangkan lama aplikasi tidak berpengaruh. Menurut Thapa dkk. (2013) 4
sodium askorbat konsentrasi 10% merupakan konsentrasi yang umum digunakan pada berbagai studi. Sediaan sodium askorbat yang digunakan dapat berupa gel atau larutan. Sodium askorbat sediaan gel memiliki kelebihan yaitu mudah diaplikasikan dan lebih nyaman karena dapat menggunakan tray untuk aplikasi beberapa gigi, namun daya alir lambat dan membutuhkan waktu yang lebih lama. Sedangkan sodium askorbat sediaan larutan memiliki daya alir yang tinggi sehingga membutuhkan waktu yang lebih singkat namun aplikasi sulit untuk beberapa gigi (Awdah, 2016 ). Menurut Dabas dkk. (2011) lama aplikasi berbanding lurus dengan bond strength komposit dari pada konsentrasi sodium askorbat. Lama aplikasi sodium askorbat bentuk larutan selama 10 menit merupakan lama aplikasi yang umum digunakan oleh penelitian sebelumnya (Ismail, 2015) walaupun terdapat variasi waktu dari beberapa peneliti lain. Penelitian Awdah dkk. (2016) menunjukkan aplikasi antioksidan sodium askorbat 10% sediaan gel selama 3 jam maupun sodium askorbat 10% sediaan larutan selama 10 menit dapat mengembalikan berkurangnya shear bond strength email setelah vital in- office bleaching dengan hidrogen peroksida 38% dan tidak ada perbedaan yang signifikan antara keduanya. Penelitian Dabas dkk. (2011) menunjukkan aplikasi sodium askorbat 10% sediaan hidrogel selama 30 menit setelah pemutihan gigi dengan karbamid peroksida selama 8 jam per hari dalam 5 hari meningkatkan shear bond strength resin komposit pada email. Demikian juga penelitian Sani dan Esmaili (2011) 5
menunjukkan aplikasi sodium askorbat 10% sediaan hidrogel selama 10 menit sebelum bonding setelah pemutihan gigi dengan hidrogen peroksida 9,5% selama 6 jam per hari dalam 7 hari dapat mengembalikan berkurangnya shear bond strength pada email. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1) Apakah terdapat pengaruh bentuk sediaan antioksidan sodium askorbat 10 % terhadap kebocoran mikro tumpatan resin komposit pasca walking bleach dengan hidrogen peroksida 35 %. 2) Apakah terdapat pengaruh lama aplikasi antioksidan sodium askorbat 10 % terhadap kebocoran mikro tumpatan resin komposit pasca walking bleach dengan hidrogen peroksida 35 %. 3) Apakah terdapat interaksi antara bentuk sediaan dan lama aplikasi antioksidan sodium askorbat 10% terhadap kebocoran mikro tumpatan resin komposit pasca walking bleach dengan hidrogen peroksida 35%. C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : mengetahui pengaruh bentuk sediaan dan lama aplikasi antioksidan sodium askorbat 10 % terhadap kebocoran mikro tumpatan resin komposit pasca walking bleach dengan hidrogen peroksida 35 %. 6
D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam bidang kedokteran gigi khususnya dalam usaha mengurangi risiko kebocoran mikro pada tahap perawatan tumpatan resin komposit setelah tindakan walking bleach dengan hidrogen peroksida 35%. E. Keaslian Penelitian Penelitian Awdah dkk. (2016) tentang efek sodium askorbat 10% sediaan gel selama 3 jam dan sodium askorbat 10% sediaan larutan selama 10 menit setelah in-office bleaching dengan hidrogen peroksida 38% yang menunjukkan tidak ada perbedaan shear bond strength yang signifikan. Bedanya dengan penelitian ini adalah pada penelitian ini akan melihat pengaruh bentuk sediaan dan lama aplikasi antioksidan sodium askorbat 10% terhadap kebocoran mikro tumpatan resin komposit pasca walking bleach dengan hidrogen peroksida 35 %. 7