BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja adalah aset sumber daya manusia yang merupakan penerus generasi bangsa di masa mendatang. Remaja adalah mereka yang berusia 10-20 tahun dan ditandai dengan perubahan dalam bentuk dan ukuran tubuh, fungsi tubuh, psikologis dan aspek fungsional. Menurut umur remaja dapat dibagi menjadi remaja awal/early adolescence (10-13 tahun), remaja menengah/middle adolescence (14-16 tahun) dan remaja akhir/late adolescence (17-20 tahun) (Behrman, Kliegman & Jenson, 2004). Pertumbuhan remaja putri umumnya terjadi pada usia 10-11 tahun yang ditandai dengan beberapa perubahan yaitu perkembangan payudara dan menstruasi. Perkembangan payudara merupakan tanda awal dari pubertas dimana daerah puting susu dan sekitarnya mulai membesar. Pengeluaran sekret vagina terjadi pada usia 10-13 tahun, keringat ketiak mulai diproduksi pada usia 12-13 tahun, karena berkembangnya kelenjar apokrin yang juga menyebabkan keringat ketiak mempunyai bau yang khas (Suryani dan Widyasih, 2010). Peristiwa paling penting pada masa pubertas anak gadis adalah menstruasi atau haid yang merupakan pertanda biologis dari kematangan seksual. Menstruasi terjadi pada usia 12-13 tahun. Jika remaja tidak dibekali informasi tentang haid/menstruasi yang benar, maka dapat menimbulkan perasaan negatif seperti kecemasan dan ketakutan akan muncul setiap kali mengalami menstruasi (Suryani dan Widyasih, 2010). 1
2 Gangguan lain yang berhubungan dengan menstruasi yaitu Premenstrual Syndrome (PMS) atau ketegangan pra menstruasi yang terjadi beberapa hari sebelum menstruasi bahkan sampai menstruasi berlangsung. Hal ini terjadi karena ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron menjelang menstruasi. Gejala klinik dari Premenstrual Syndrome (PMS) antara lain gangguan emosional, gelisah, susah tidur, perut kembung, mual serta payudara tegang, sakit terkadang seperti tertekan (Kumalasari dan Andhyantoro, 2012). Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh American College of Obstetricians and Gynecologist), sedikitnya 85% dari wanita menstruasi mengalami minimal satu dari gejala PMS dan umumnya terjadi pada usia 14-50 tahun dengan gejala yang bervariasi dan berubah-ubah pada tiap wanita dari bulan ke bulan (Saryono, 2009). Hasil penelitian di Asia Pasifik menyatakan bahwa di Jepang wanita dewasa yang mengalami PMS sebanyak 34%. Di Hongkong kejadian PMS 17% pada wanita dewasa dan di Pakistan terdapat 13% kejadian PMS pada populasi wanita dewasa (Elvira, 2010). Penelitian yang dilakukan di Indonesia bersama WHO pada tahun 1981 menunjukan bahwa premenstrual syndrome dialami oleh 23% wanita Indonesia (Essel, 2007). Penelitian yang dilakukan oleh Cristianty dalam Monica (2010) menemukan lebih dari setengah (60,8%) siswi SMA di Surabaya mengalami PMS dengan gejala ringan dan hanya 39,2% yang disertai gejala berat. Penelitian Saryono dan Sejati (2009) menyatakan sindrom prementruasi terjadi pada sekitar 70-90% wanita pada usia 20-40 tahun. Penelitian yang dilakukan di daerah Kabupaten Purworejo didapatkan 24,6% remaja putri mengalami PMS (Nurmiaty, 2011). Sebagian besar wanita mengalami gejala-gejala sebelum menstruasi, tetapi mereka tidak menyadari jika mengalami premenstrual syndrome. Remaja dengan
3 premenstrual syndrome mengalami berbagai gangguan dalam lingkup belajar maupun aktivitas sehari-hari. Menurut Prawiroharjo (2005) premenstrual syndrome membuat wanita tidak dapat beraktivitas secara normal dan memerlukan pengobatan. Keadaan tersebut menyebabkan menurunnya kualitas hidup wanita, sebagai contoh siswi yang mengalami premenstrual syndrome tidak dapat berkonsentrasi dalam belajar dan motivasi belajar menurun karena nyeri yang dirasakan. Premenstrual syndrome merupakan bagian dari masalah kesehatan reproduksi. Berdasarkan data penjaringan SMP Dinas Kesehatan Tahun 2015 mengenai masalah kesehatan reproduksi didapatkan bahwa Puskesmas I Penebel merupakan puskesmas yang memiliki masalah kesehatan reproduksi terbanyak se-kabupaten Tabanan. Jumlah masalah kesehatan reproduksi berdasarkan data penjaringan kesehatan pada SMP yang dilaksanakan oleh Puskesmas I Penebel pada tahun 2015 tercatat 102 kasus. Masalah kesehatan reproduksi di SMP Negeri 1 Penebel sebanyak 37 kasus, diantara 37 kasus 23 orang diantaranya merupakan siswi. Masalah kesehatan reproduksi yang terjadi di SMP Negeri 3 Penebel sebanyak 65 kasus, 33 orang diantaranya merupakan siswi. Siswi yang mengalami masalah kesehatan reproduksi dengan kriteria, siswi yang merasakan nyeri perut yang hebat pada saat menstruasi, siswi yang pernah mengalami keputihan dan siswi yang mengalami gatal-gatal di sekitar kemaluan (Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Tabanan, 2015). Studi pendahuluan yang dilakukan di SMP Negeri 1 Penebel, berdasarkan data UKS pada tahun 2011 terdapat 80 kunjungan remaja putri dengan keluhan nyeri haid. Kunjungan remaja putri meningkat sampai 95 kunjungan dengan nyeri haid pada tahun 2012. Hasil wawancara dengan pegawai UKS diperoleh keterangan bahwa setiap harinya ada saja siswi yang datang ke UKS karena tidak bisa mengikuti pelajaran
diakibatkan nyeri yang dialami. Penatalaksanaan yang biasa dilakukan di UKS yaitu dengan mengoleskan balsam dan memberikan air minum hangat. 1.2 Rumusan Masalah Premenstrual syndrome sering dianggap gejala yang wajar terjadi bagi wanita sebelum mendapat menstruasi sehingga sering tidak ada tindakan khusus untuk mencegah gejala tersebut. Berdasarkan data penjaringan SMP Dinas Kesehatan Tahun 2015 mengenai masalah kesehatan reproduksi didapatkan bahwa Puskesmas I Penebel merupakan puskesmas yang memiliki jumlah siswa yang memiliki masalah kesehatan reproduksi terbanyak se-kabupaten Tabanan. Jumlah masalah kesehatan reproduksi berdasarkan data penjaringan kesehatan pada SMP yang dilaksanakan oleh Puskesmas I Penebel pada tahun 2015 tercatat 102 kasus. Masalah kesehatan reproduksi di SMP Negeri 1 Penebel sebanyak 37 kasus, diantara 37 kasus 23 orang diantaranya merupakan siswi. Masalah kesehatan reproduksi yang terjadi di SMP Negeri 3 Penebel sebanyak 65 kasus, 33 orang diantaranya merupakan siswi. Jumlah masalah kesehatan reproduksi yang tinggi disebabkan kurangnya pengetahuan remaja putri mengenai kesehatan reproduksi khususnya premenstrual syndrome. Pengetahuan yang kurang akan mempengaruhi sikap remaja putri terhadap menstruasi berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Gambaran Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri mengenai Premenstrual Syndrome di Wilayah Kerja Puskesmas I Penebel Kabupaten Tabanan Tahun 2016.
5 1.3 Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimanakah pengetahuan remaja putri mengenai premenstrual syndrome di Wilayah Kerja Puskesmas I Penebel Kabupaten Tabanan Tahun 2016? 2. Bagaimanakah sikap remaja putri mengenai premenstrual syndrome di Wilayah Kerja Puskesmas I Penebel Kabupaten Tabanan Tahun 2016? 1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap remaja putri mengenai premenstrual syndrome di Wilayah Kerja Puskesmas I Penebel Kabupaten Tabanan Tahun 2016. 1.4.2 Tujuan Khusus Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1. Pengetahuan remaja putri mengenai premestrual syndrome di Wilayah Kerja Puskesmas I Penebel Kabupaten Tabanan Tahun 2016. 2. Sikap remaja putri mengenai premenstrual syndrome di Wilayah Kerja Puskesmas I Penebel Kabupaten Tabanan Tahun 2016. 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat teoritis Hasil penelitian ini dapat menjadi informasi untuk lebih menggembangkan ilmu pengetahuan khususnya di bidang kesehatan reproduksi untuk memperkuat teori mengenai gambaran pengetahuan dan sikap mengenai premenstrual syndrome. Hasil penelitian ini juga diharapkan bisa dijadikan acuan bagi penelitian-penelitian berikutnya yang berkaitan dengan premenstrual syndome.
1.5.2 Manfaat praktis Memberikan informasi kepada semua pihak tentang gambaran pengetahuan dan sikap remaja putri mengenai premenstrual syndrome di Wilayah Kerja Puskesmas I Penebel Kabupaten Tabanan Tahun 2016. Manfaat penelitian ini dari aspek kesehatan masyarakat, dapat dilakukan upaya untuk mencegah gejala-gejala premenstual syndrome, sehingga terhindar dari pengaruh-pengaruh dari gejala premenstrual syndrome. 1.6 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian di bidang kesehatan reproduksi remaja yang menggambarkan pengetahuan dan sikap remaja putri mengenai premenstrual syndrome di Wilayah Kerja Puskesmas I Penebel Kabupaten Tabanan Tahun 2016.