RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 127/PUU-VII/2009 Tentang UU Pembentukan Kab. Tambrauw Distrik-distrik yang tidak dimasukkan

dokumen-dokumen yang mirip
RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 105/PUU-XI/2013 Cakupan Wilayah Kabupaten Tambraw. Lodewijk Mandacan, selanjutnya disebut sebagai Pemohon II;

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 4/PUU-XII/2014 Cakupan Wilayah Kabupaten Tambrauw

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 37/PUU-X/2012 Tentang Peraturan Perundang-Undangan Yang Tepat Bagi Pengaturan Hak-Hak Hakim

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 94/PUU-XII/2014 Pemilihan Pimpinan DPRD Provinsi dan Kabupaten/Kota

PUTUSAN Nomor 127/PUU-VII/2009 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 45/PUU-XV/2017 Kewajiban Pengunduran Diri Bagi Anggota DPR, DPD dan DPRD Dalam PILKADA

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 85/PUU-XII/2014 Pemilihan Pimpinan DPRD Kabupaten/Kota

I. PEMOHON Tomson Situmeang, S.H sebagai Pemohon I;

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Nomor 27/PUU-XIV/2016

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 18/PUU-IX/2011 Tentang Verifikasi Partai

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 90/PUU-XV/2017 Larangan Bagi Mantan Terpidana Untuk Mencalonkan Diri Dalam Pilkada

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

KUASA HUKUM Fathul Hadie Ustman berdasarkan surat kuasa hukum tertanggal 20 Oktober 2014.

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 88/PUU-XII/2014 Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

KUASA HUKUM Munathsir Mustaman, S.H., M.H. dan Habiburokhman, S.H., M.H. berdasarkan surat kuasa hukum tertanggal 18 Desember 2014

KUASA HUKUM Heru Widodo, S.H., M.Hum., dkk berdasarkan surat kuasa hukum tertanggal 22 Januari 2015.

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Nomor 2/PUU-XV/2017 Syarat Tidak Pernah Melakukan Perbuatan Tercela Bagi Calon Kepala Daerah

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 4 / PUU-X / 2012 Tentang Penggunaan Lambang Negara

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 55/PUU-IX/2011 Tentang Peringatan Kesehatan dalam Promosi Rokok

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 96/PUU-XIII/2015 Penundaan Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Calon Tunggal)

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 140/PUU-XIII/2015 Hak Konstitusional Untuk Dipilih Dalam Hal Pasangan Calon Berhalangan Tetap

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 21/PUU-XVI/2018

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 44/PUU-XV/2017

I. PEMOHON Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), diwakili oleh Kartika Wirjoatmodjo selaku Kepala Eksekutif

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 31/PUU-XIV/2016 Pengelolaan Pendidikan Tingkat Menengah Oleh Pemerintah Daerah Provinsi

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 130/PUU-VII/2009 Tentang UU Pemilu Anggota DPR, DPD & DPRD Tata cara penetapan kursi DPRD Provinsi

KUASA HUKUM Dra. Endang Susilowati, S.H., M.H., dan Ibrahim Sumantri, S.H., M.Kn., berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 26 September 2013.

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 73/PUU-XV/2017

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

OBJEK PERMOHONAN Pengujian Materiil Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara terhadap Undang-Undang Dasar 1945.

I. PEMOHON Imam Ghozali. Kuasa Pemohon: Iskandar Zulkarnaen, SH., MH., berdasarkan surat kuasa khusus tertanggal 15 Desember 2015.

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 62/PUU-XV/2017

I. PEMOHON Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), diwakili oleh Kartika Wirjoatmodjo selaku Kepala Eksekutif

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 103/PUU-XIII/2015 Penolakan Pendaftaran Calon Peserta Pemilukada

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 84/PUU-XI/2013 Penyelenggaraan RUPS

PERBAIKAN RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 26/PUU-VII/2009 Tentang UU Pemilihan Presiden & Wakil Presiden Calon Presiden Perseorangan

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 33/PUU-XV/2017 Eksploitasi Ekonomi Terhadap Anak

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 70/PUU-XV/2017

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 66/PUU-XII/2014 Frasa Membuat Lambang untuk Perseorangan dan Menyerupai Lambang Negara

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 95/PUU-XV/2017 Penetapan Tersangka oleh KPK Tidak Mengurangi Hak-hak Tersangka

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 15/PUU-XIII/2015

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 34/PUU-XIV/2016 Persyaratan Bagi Kepala Daerah di Wilayah Provinsi Papua

Kuasa Hukum Dwi Istiawan, S.H., dan Muhammad Umar, S.H., berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 29 Juli 2015

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 30/PUU-XIV/2016

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 9/PUU-XIV/2016 Upaya Hukum Kasasi dalam Perkara Tindak Pidana Pemilu

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 128/PUU-XIII/2015 Syarat Calon Kepala Desa dan Perangkat Desa

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 43/PUU-XIV/2016 Kewenangan Jaksa Agung Untuk Mengenyampingkan Perkara Demi Kepentingan Umum

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 80/PUU-XII/2014 Ketiadaan Pengembalian Bea Masuk Akibat Adanya Gugatan Perdata

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 12/PUU-XVI/2018 Privatisasi BUMN menyebabkan perubahan kepemilikan perseroan dan PHK

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 56/PUU-XIII/2015 Kualifikasi Pemohon dalam Pengujian Undang-Undang dan Alasan yang Layak dalam Pemberian Grasi

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 65/PUU-XV/2017

I. PEMOHON Bastian Lubis, S.E., M.M., selanjutnya disebut Pemohon.

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 67/PUU-XV/2017

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 54/PUU-X/2012 Tentang Parliamentary Threshold dan Electoral Threshold

Kuasa Hukum Prof. Dr. Yusril Ihza Mahendra, S.H., M.Sc., dkk, berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 2 Maret 2015.

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 4/PUU-XV/2017 Pemilihan Pimpinan DPR oleh Anggota DPR Dalam Satu Paket Bersifat Tetap

Kuasa Hukum: Fathul Hadie Utsman sebagai kuasa hukum para Pemohon, berdasarkan Surat Kuasa Khusus bertanggal 20 Oktober 2012.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 75/PUU-XII/2014 Status Hukum Ketetapan MPR Nomor I/MPR/2003 dan Ketetapan MPRS Nomor XXXIII/MPRS/1967

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 5/PUU-XII/2014 Tugas dan Wewenang Notaris dan Formasi Jabatan Notaris

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 75/PUU-XV/2017

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 61/PUU.D-VIII/2010 Tentang Perlindungan dan Penghargaan Terhadap Hak-Hak Buruh

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 68/PUU-XII/2014 Syarat Sahnya Perkawinan (Agama)

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 57/PUU-XV/2017

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 20/PUU-XVI/2018 Parliamentary Threshold

KUASA HUKUM Dr. A. Muhammad Asrun, S.H., M.H., dan Vivi Ayunita Kusumandari, S.H., berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 7 Oktober 2014.

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 84/PUU-XII/2014 Pembentukan Pengadilan Hubungan Industrial di Kabupaten/Kota

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 20/PUU-X/2012 Tentang Peralihan Saham Melalui Surat Kesepakatan Bersama

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 73/PUU-XII/2014 Kedudukan dan Pemilihan Ketua DPR dan Ketua Alat Kelengkapan Dewan Lainnya

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 79/PUU-XII/2014 Tugas dan Wewenang DPD Sebagai Pembentuk Undang-Undang

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 63/PUU-XII/2014 Organisasi Notaris

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 104/PUU-XIV/2016 Keterwakilan Anggota DPD Pada Provinsi Baru Yang Dibentuk Setelah Pemilu 2014

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 37/PUU-XIV/2016 Pemilihan Kepala Daerah DKI Jakarta

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 121/PUU-XII/2014 Pengisian Anggota DPRP

I. PEMOHON Imam Ghozali. Kuasa Pemohon: Iskandar Zulkarnaen, SH., MH., berdasarkan surat kuasa khusus tertanggal 15 Desember 2015.

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 28/PUU-XIV/2016 Dualisme Penentuan Unsur Pimpinan DPR Provinsi Papua dan Papua Barat

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN KEDUA Perkara Nomor 79/PUU-XII/2014 Tugas dan Wewenang DPD Sebagai Pembentuk Undang-Undang

Kuasa Hukum Dwi Istiawan, S.H., dan Muhammad Umar, S.H., berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 29 Juli 2015

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 19/PUU-XIII/2015 Batas Waktu Penyerahan/Pendaftaran Putusan Arbitrase Internasional

I. PEMOHON Serikat Pekerja PT. PLN, selanjutnya disebut Pemohon

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 40/PUU-XVI/2018 Dua Kali Masa Jabatan Bagi Presiden atau Wakil Presiden

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Nomor 33/PUU-XIV/2016 Kewenangan Mengajukan Permintaan Peninjuan Kembali. Anna Boentaran,. selanjutnya disebut Pemohon

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 38/PUU-XI/2013 Tentang Penyelenggaraan Rumah Sakit

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 33/PUU-XIV/2016 Kewenangan Mengajukan Permintaan Peninjuan Kembali. Anna Boentaran,. selanjutnya disebut Pemohon

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 87/PUU-XIV/2016 Pengalihan Pengawasan Ketenagakerjaan dari Pemerintah Kabupaten/ Kota ke Pemerintah Provinsi

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 99/PUU-XIV/2016 Korelasi Perjanjian Kerja Untuk Waktu Tertentu dan Perjanjian Kerja Untuk Waktu Tidak Tertentu

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 16/PUU-VIII/2010 Tentang UU Kekuasaan Kehakiman, UU MA dan KUHAP Pembatasan Pengajuan PK

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 51/PUU-XIV/2016 Hak Konstitusional untuk Dipilih Menjadi Kepala Daerah di Provinsi Aceh

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MAYBRAT DI PROVINSI PAPUA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

III. KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 53/PUU-XIV/2016 Persyaratan Menjadi Hakim Agung dan Hakim Konstitusi

Transkripsi:

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 127/PUU-VII/2009 Tentang UU Pembentukan Kab. Tambrauw Distrik-distrik yang tidak dimasukkan I. PEMOHON I 1. Maurits Major; 2. Barnabas Sedik; 3. Marthen Yeblo, S.H.; 4. Stevanus Syufi; 5. Hofni Ajoi, selanjutnya disebut Para Pemohon. KUASA HUKUM Edward Dewaruci, S.H., M.H., Lioni T. Antiyan, S.H., Joko Suwignyo, S.H., M. Abdul Qodir, S.H., Tedhi Hermawan, S.H., Baskoro Ari Prakoso, S.H., dan Rina Irsni Wardodo, S.H. Para Advokat dan Konsultan Hukum pada kantor ADN Law Firm yang berkedudukan di Jiwasraya Building, 5th Floor suite 502-503 Jalan Raya Arjuno 95-99 Surabaya 60251, Jawa Timur II. KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI : Pemohon dalam permohonan sebagaimana dimaksud menjelaskan, bahwa ketentuan yang mengatur kewenangan Mahkamah Konstitusi untuk menguji Undang-Undang Nomor 56 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kabupaten Tambrauw di Provinsi Papua Barat adalah : Pasal 24C ayat (1) UUD 1945 Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji undang-undang terhadap undang-undang dasar, memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh undang-undang dasar, memutus pembubaran partai politik, dan memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum. Pasal 10 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. III. KEDUDUKAN PEMOHON (LEGAL STANDING) Bahwa menurut ketentuan Pasal 51 Ayat (1) UU Nomor 24 tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (UU MK), agar seseorang atau suatu pihak dapat diterima sebagai pemohon dalam permohonan pengujian undang-undang terhadap UUD 1945, maka orang atau pihak dimaksud haruslah; 1

a. menjelaskan kedudukannya dalam permohonannya, yaitu apakah yang sebagai perorangan warga negara Indonesia, kesatuan masyarakat hukum adat, badan hukum, atau lembaga negara; b. kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusionalnya, dalam kedudukan sebagaimana dimaksud pada huruf (a), sebagai akibat diberlakukannya undang-undang yang dimohonkan pengujian. Atas dasar ketentuan tersebut Pemohon perlu terlebih dahulu menjelaskan kedudukannya, hak konstitusi yang ada pada Pemohon, beserta kerugian spesifik yang akan dideritanya sebagai berikut : Pemohon adalah perorangan warga negara Indonesia yang menganggap hak dan/atau kewenangan konstitusionalnya telah dirugikan oleh berlakunya undang-undang, yaitu Undang- Undang Nomor 56 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kabupaten Tambrauw di Provinsi Papua Barat IV. NORMA-NORMA YANG DIAJUKAN UNTUK DIUJI. A. NORMA MATERIIL - Sebanyak 5 (lima) norma : 1. Pasal 3 Ayat (1) Kabupaten Tambrauw berasal dari sebagian wilayah Kabupaten Sorong yang terdiri atas cakupan wilayah: a. Distrik Fef; b. Distrik Miyah; c. Distrik Yembun; d. Distrik Kwoor; e. Distrik Sausapor; dan f. Distrik Abun. 2. Pasal 3 ayat (2) Cakupan wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digambarkan dalam peta wilayah yang tercantum dalam lampiran dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Undang-Undang ini. 3. Pasal 5 ayat (1) Kabupaten Tambrauw mempunyai batas-batas wilayah: a. sebelah utara berbatasan dengan Samudera Pasifik; 2

b. sebelah timur berbatasan dengan Distrik Amberbaken dan Distrik Senopi Kabupaten Manokwari; c. sebelah selatan berbatasan dengan Distrik Aifat Utara, Distrik Mare, dan Distrik Sawiat Kabupaten Sorong Selatan; dan d. sebelah barat berbatasan dengan Distrik Sayosa dan Distrik Moraid Kabupaten Sorong. 4. Pasal 5 ayat (2) Batas wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digambarkan dalam peta wilayah yang tercantum dalam lampiran dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Undang-Undang ini. 5. Pasal 5 ayat (3) Penegasan batas wilayah Kabupaten Tambrauw secara pasti di lapangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri paling lambat 5 (lima) tahun sejak diresmikannya Kabupaten Tambrauw. B. NORMA UUD 1945 SEBAGAI ALAT UJI - Sebanyak 3 (tiga) norma, yaitu : 1. Pasal 28C ayat (2) berbunyi : Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif untuk membangun masyarakat bangsa dan negara. 2. Pasal 28H ayat (1) berbunyi : Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. 3. Pasal 28I ayat (2) berbunyi : Setiap orang berhak bebas dari perlakuan diskriminatif atas dasar apapun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu. 3

V. Alasan-Alasan Pemohon Dengan Diterapkan UU a quo Bertentangan Dengan UUD 1945, karena : 1. berdasarkan surat usulan Bupati Manokwari Nomor 130/1192 tanggal 9 November 2006 dan Surat Bupati Sorong Nomor 146.1/235 tanggal 14 Mei 2007 tentang Usulan Pembentukan Kabupaten Tambrauw dan memperhatikan Keputusan DPRD Kabupaten Manokwari Nomor : 05/KPTS/DPRD-MKW/2006 tanggal 12 September 2006 tentang Persetujuan Usul Pembentukan Kabupaten Tambrauw, Surat Ketua DPRD Kabupaten Sorong Nomor : 130/54/2007 tanggal 8 Februari 2007 perihal Penyampaian Keputusan DPRD Propinsi Kabupaten Sorong tentang Pemekaran Kabupaten Tambrauw dan rekomendasi DPRD Propinsi Papua Barat Nomor : 160/101/DPRD/PB/2007 tanggal 11 Mei 2007 tentang Persetujuan Pembentukan Kabupaten Tambrauw. 2. berdasarkan Surat Gubernur Papua Barat Nomor : 130/412/GPB/2007 tanggal 8 Juni 2007 kepada Menteri dalam negeri perihal usulan Pembentukan Kabupaten Tambrauw yang wilayahnya mencakup 2 (dua) bagian wilayah dari Kabupaten Manokwari dan Kabupaten Sorong dan Surat Gubernur Papua Barat No.125/770/GPB tertanggal 5 September 2007 kepada Menteri Dalam Negeri tentang Usul Pembentukan Kabupaten Tambrauw, dimana cakupannya meliputi 10 Distrik yakni, distrik di wilayah kabupaten Manokwari antara lain distrik Kebar, Amberbaken, Mubrani, Senopi sedangkan untuk wilayah kabupaten Sorong, yakni distrik Moraid, Sausapor, Yembun, Abun, Fef dan Miyah. 3. berdasarkan Keputusan DPRD Provinsi Papua Barat Nomor : 23 Tahun 2007 tertanggal 17 Desember 2007 tentang Persetujuan Penetapan Dan Pengesahan Cakupan Wilayah Pembentukan Dan Batas Wilayah Kabupaten Tambrauw, memutuskan pembentukan Kabupaten Tambrauw merupakan penggabungan 10 (Sepuluh) distrik yang terdiri dari 4 (empat) distrik dari wilayah Kabupaten Manokwari dan 6 (enam) distrik dari wilayah kabupaten Sorong, yaitu distrik Morait, distrik Sausapor, distrik Fef, distrik Abun, distrik Yembun, distrik Meyah, distrik Amberbaken, distrik Kebar, distrik Senopi dan distrik Mubran. Sedangkan untuk batas wilayahnya antara lain sebelah Barat : Kabupaten Sorong distrik Makbon, sebelah Timur : Kabupaten Manokwari, kali kasi distrik sidei, sebelah Utara : Lautan Pasifik dan sebelah Selatan : Kabupaten Sorong Selatan dan Kabupaten Teluk Bintuni. 4

4. dalam naskah akademik/ Kajian Akademik dari Universitas Negeri Papua Tahun 2006 dan draf awal dari RUU tentang pembentukan kabupaten Tambrauw telah disebutkan dan untuk selanjutkan untuk ditetapkan dipertahankan untuk wilayah kabupaten Tambrauw. Bunyi Pasal 3 Draft Awal tersebut adalah : Kabupaten Tambrauw berasal dari sebagaian wilayah kabupaten Manokwari dan Kabupaten Sorong yang terdiri atas cakupan wilayah : a. Distrik Amberbaken; b. Distrik Kebar; c. Distrik senopi; d. Distrik Mubrani; e. Distrik Sausapor; f. Distrik Moraid; g. Distrik Abun; h. Distrik Fei; i. Distrik Yembun; dan j. Distrik Meyah; Pasal 5 ayat (1) Kabupaten Tambrauw mempunyai batas-batas wilayah : a. Sebelah utara berbatasan dengan lautan pasifik. b. Sebelah timur berbatasan dengan distrik Sidey kabupaten Manokwari. c. Sebelah selatan berbatasan dengan kabupaten Sorong Selatan d. Sebelah barat berbatasan dengan kabupaten Sorong 5. Namun setelah RUU tentang Pembentukan Kabupaten Tambrauw di propinsi Papua Barat tersebut dibahas di Departemen Dalam Negeri dan DPR akhirnya diundangkan oleh Presiden menjadi UU No. 56 Tahun 2008 pada tanggal 26 November 2008, ketentuan yang ada di dalam Pasal 3 dalam RUU tersebut dihilangkan sebagian. Pasal 3 UU No. 56 Tahun 2008 berbunyi: Pasal 3 ayat (1) : Kabupaten Tambrauw berasal dari sebagaian wilayah kabupaten Sorong yang terdiri atas cakupan wilayah : a. Distrik fei; b. Distrik Miyah; c. Distrik Yembun; 5

d. Distrik Kwoor; e. Distrik Sausapor ; dan f. Distrik Abun. Pasal 5 ayat (1) ; a. Sebelah utara berbatasan dengan samudera Pasifik b. Sebelah timur berbatasan dengan Distrik Amberbaken dan Distrik Senopi Kabupaten Manokwari. c. Sebelah selatan berbatasan dengan distrik aifat Utara, Distrik mare, dan Distrik Sawiat, 6. berdasarkan Amanat Presiden RI Nomor : R.04/ Pres/ 02/ 2008 tertanggal 1 Februari 2008 yang ditujukan pada Ketua DPR RI kemudian menjadi dasar Rancangan Undang- Undang (RUU) tentang Pembentukan Kabupaten-Kabupaten di Indonesia dan diantaranya adalah Rancangan Undang-Undang tentang Pembentukan Kabupaten Tambrauw, telah memperkuat bahwa cakupan wilayah Kabupaten Tambrauw sebenarnya mencakup 10 (sepuluh) distrik. Namun dengan tidak masuknya beberapa distrik yakni Distrik Amberbaken, Distrik Kebar, Distrik Mubrani, Distrik Senopi dan Distrik Moraid sebagaimana yang ada dalam Musyawarah Masyarakat Adat Tambrauw, Surat Bupati Manokwari, Keputusan DPRD Kabupaten Manokwari, Surat Bupati Sorong, rekomendasi Provinsi Papua Barat, Surat dari Gubernur Papua Barat dan RUU tentang Pembentukan Kabupaten Tambrauw ke dalam UU No. 56 Tahun 2008, secara struktural telah menyimpangi aspirasi masyrakat adat Tambrauw bahkan menyebabkan terjadinya pembunuhan karakter terhadap masyarakat adat Tambrauw. 7. berdasarkan Kajian Akademik Pembentuk/ Pemekaran Kabupaten Tambrauw dari Pusat Penelitian Pemberdayaan Fiskal dan Ekonomi Daerah Universitas Negeri Papua tahun 2006, menjelaskan dari segi wilayah secara definitif calon Kabupaten Tambrauw terdiri dari 56 (lima puluh enam) desa/ kampung dengan 6 (enam) distrik terletak di Kabupaten Sorong dan 4 (empat) distrik terletak di Kabupaten Manokwari. Dengan cakupan wilayah yang meliputi 10 (Sepuluh) distrik tersebut, Kabupaten Tambrauw memiliki potensi ekonomi yang besar dan apabila dikembangkan akan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, meningkatkan perekonomian daerah baik secara regional maupun nasional. 8. dengan mengacu pada uraian di atas, dan diberlakukanya UU No. 56 Tahun 2008 sebagaimana dimaksud di atas telah diingkari. Pasal 3 dan Pasal 5 telah memberikan batasan-batasan terhadap aspirasi masyarakat adat untuk menjadi kesatuan etnis tersebut untuk menjadi satu wilayah di Kabupaten Tambrauw, dan wujud penyelenggaraan 6

pemerintahan dan pembangunan yang sentralistik dan tidak memenuhi rasa keadilan, belum sepenuhnya memungkinkan tercapainya kesejahteraan rakyat, belum sepenuhnya menampakkan penghormatan terhadap hak asasi manusia di dalam UUD 1945, sehingga Pasal 3 dan Pasal 5 UU No. 56 Tahun 2008 bertentangan dengan Pasal 28H, sehingga masyarakat adat di wilayah Tambrauw secara etnis tidak dapat mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. 9. bahwa Pasal 3 dan Pasal 5 UU No. 56 Tahun 2008 bertentangan dengan UUD 1945 dan telah mengabaikan hak-hak dasar penduduk asli masyarakat adat Tambrauw. Adalah bertentangan dengan Pasal 28C ayat (2) juncto Pasal 28H ayat (1) juncto Pasal 28I ayat (2) UUD 1945. Maka dengan diundangkannya UU No. 56 Tahun 2008, secara hukum, hak-hak dasar masyarakat Tambrauw untuk memenuhi kebutuhan ekonomi, untuk memberdayakan potensi daerah, kehidupan sosial budaya, sosial politik, jumlah penduduk, luas wilayah, pertahanan, keamanan dan faktor lain menjadi terhambat. 10. proses pembentukan atau pengusulan daerah otonomi baru di kabupaten Tambrauw seharusnya mengacu UU No. 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Propinsi Papua, UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 78 Tahun 2007 didasari pada 3 (tiga) persyaratan, yakni administratif, teknis, dan fisik kewilayahan. 11. Ketiadaan mengenai beberapa distrik yang tercantum dalam UU No. 56 Tahun 2008 dalam Pasal 3 tersebut jelas berpotensi menimbulkan kerugian terhadap hak konstitusional bagi Para Pemohon dan mengabaikan hak-hak masyarakat adat setempat. Oleh karena itu, sudah sepatutnya UU No. 56 Tahun 2008 yang tidak menyerap aspirasi masyarakat adat Tambrauw dalam proses pembentukannya tersebut dinyatakan bertentangan dengan UUD 1945. 12. Bahwa selain hak konstitusional warga masyarakat adat yang tidak tertampung dengan di undangkannya UU No. 56 Tahun 2008, maka secara jelas negara tidak mengakui dan menghormati masyarakat adat Tambrauw beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip negara kesatuan Republik Indonesia yang diatur dalam undang-undang. 7

V. PETITUM 1. Menerima dan mengabulkan Permohonan Para Pemohon. 2. Menyatakan bahwa materi muatan Pasal 3 dan Pasal 5 Undang-Undang Nomor 56 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kabupaten Tambrauw di Provinsi Papua Barat bertentangan dengan UUD 1945. 3. Menyatakan bahwa materi muatan Pasal 3 dan Pasal 5 Undang-Undang Nomor 56 Tahun 2008 tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat dengan segala akibat hukumnya. ATAU Atau apabila Majelis Hakim Konstitusi berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-adilnya (ex aequo et bono) 8