BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Trombosit Trombosit adalah bagian dari beberapa sel-sel besar dalam sumsum tulang belakang yang berbentuk cakram bulat, oval, bikonveks tidak berinti dan hidup sekitar 10 hari. Jumlah trombosit antara 150.000 400.000 mililiter, sekitar 30 40% terkonsentrasi dalam limpa dan sisinya bersirkulasi dalam aliran darah. Trombosit berperan penting dalam pembekuan darah. Trombosit dihasilkan dalam sumsum tulang dengan fragmentasi sitoplasma megakariosit. Precursor megakariosit-megakarioblas timbul dengan proses diferensiasi dari sel asal hemopoetik. (Hoffbrand, 1987) Trombosit dalam keadaan normal bersirkulasi ke seluruh tubuh melaui aliran darah. Namun, dalam beberapa detik setelah kerusakan suatu pembuluh, trombosit tertarik ke daerah tersebut sebagai respon terhadap kolagen terpajang di lapisan subendotel pembuluh. Trombosit melekat ke permukaan yang rusak dan mengeluarkan beberapa zat (serrotonin dan histamine) yang menyebabkan terjadinya vasokonstriksi pembuluh darah. Fungsi lain dari trombosit adalah mengubah bentuk dan kualitas setelah berkaitan dengan pembuluh yang cedera. Trombosit akan menjadi lengket dan menggumpal bersama membentuk sumbat trombosit yang secara efektif menutup darah yang luka. Penimbunan trombosit yang berlebihan dapat menyebabkan penurunan aliran darah ke jaringan atau sumbat menjadi sangat besar, sehingga lepas dari 6
7 tempat semula dan mengalir ke hilir sebagai suatu embolus dan menyumbat aliran ke hilir. Guna mencegah pembentukan suatu emboli, maka trombosit tersebut mengeluarkan bahan guna membatasi luka penggumpalan tesebut. Bahan utama yang dikeluarkan oleh trombosit untuk membatasi pembekuan adalah postaglandin tromboksan A2 dan prostasikin I2. Tromboksan A2 meranggsang penguraian trombosit dan menyebabkan vasokontriksi lebih lanjut pada pembuluh darah (handayani, hal 11) 1. Struktur Trombosit Ultra struktur trombosit dibagi menjadi 3 komponen, yaitu (kosasih, 2008:Ulva,2012) : a. Membran trombosit Terbentuk dari lapisan fosfolipid dua lapis (bilayer) dengan distribusi fosfollipid yang asimetris. Membran trombosit menggandung glikoprotein yang berfungsi sebagai reseptor. Melalui reseptor tersebut, trombosit berinteaksi dengan zat yang menyebabkan agregasi, zat inhibtor, faktor koagulasi seperti fibrinogen, faktor von Willebrand (VWF) dan thrombin, serta dengan dinding pembuluh darah dan dengan trombosit lain. b. Sitoplasma Sitoplasma dalam tombosit terdapat beberapa organel : mitokondria, cadangan glikogen, serta granula penyimpanan: granula padat ( dense bodies), granula dan lisosom.
8 Isi granula : 2 kelompok 1) Protein spesifik untuk trombosit: β-trombogobulin (β - TG),platelet faktor 4 (PF4) 2) Potein yang berasal dari plasma, misalnya fibrinogen, fibronektin dan faktor V (Kosasih, 2008:Ulva,2012) Isi granula padat: 1) Kandungan kalsium tinggi 2) Serotonin 3) Adenosine difosfat (ADP) 4) Adenosine trifosfat (ATP). ADP dalam granula padat lebih banyak dibandinggkan dengan ATP (3:2) c. Lisosom Mengandung hidrolase asam: β-glukuronidase, katepsin, β-galaktosidase, elasta dan kolagenase. Sekresi trombosit, lisosom lebih lambat melepaskan isinya dibanding granula dan granula padat, dan diperlukan inhibitor yang lebih kuat dan menginduksi penglepasan isi lisosom. 2. Pembentukan Sumbat Trombosit Proses hemostasis yang normal, trombosit memenuhi tugasnya membentuk sumbat trombosit inisial, maka harus terdapat trombosit dalam jumlah memadai di dalam sirkulasi dan trombosit tersebut harus berfungsi normal. Fungsi hemostasis norrmal memerlukan peran serta trombosit yang berlangsung secara teratur, yang penting dalam pembentukan sumbat hemostatik primer yang pada awalnya membentuk, adhesi trombosit, agregasi
9 trombosit, dan akhirnya reaksi pembebasan trombosit disertai rektrumen trombosit lain. 2.2 Fungsi trombosit Trombosit merupakan salah satu komponen hemostasis utama selain pembuluh darah dan pembekuan darah pada mekanisme hemostasis. Menurut Setiabudy (2007) fungsi trombosit secara umum adalah: 1). Mengawali penyumbatan pembuluh darah dengan membentuk sumbat trombosit. 2). Menjaga stabilitas sumbat trombosit. Fungsi utama trombosit adalah pembentukan sumbat respon hemostasis normal terhadap cedera vascular. mekanik selama Berikut adalah gambaran dan penjelasan fungsi mekanik trombosit menurut Hoffbrand, 2005. Gambar 1. Reaksi Fungsi Trombosit (Hoffbrand, 2005)
10 1. Adhesi trombosit Trombosit menjadi aktif apabila terpajan kolagen subendotel dan bagian yang cedera. Adhesi trombosit melibatkan suatu interaksi antara glikoprotein membran trombosit dan jaringan yang terpajan atau cedera. Adhesi trombosit bergantung pada faktor protein plasma yang disebut faktor von Willebrand, yang memiliki hubungan integral dan kompleks dengan faktor koagulasi antihemofilia VIII plasma dan reseptor trombosit yang disebut glikoprotein 1b membran trombosit. Organ yang tidak memiliki faktor von Wilebrand. Mereka yang tidak mempunyai glikoprotein 1b trombosit memperlihatkan sindrom Bernard-Soulier yang jarang. Adhesi trombosit behubungan dengan peningkatan daya lekat trombosit sehingga trombosit berlekatan satu sama lain serta endothel atau jaringan yang cedera, dengan demikian terbentuk sumbat hemoststik primer atau inisial (Sacher, hal.157). 2. Reaksi pelepasan Pemaparan (exposure) terhadap kolagen atau aksi trombosit mengakibatkan pelepasan isi granula trombosit yang mencakup ADP, serotonin, fibrinogen, enzim lisosom, dan faktor penetralisasi heparin (faktor 4 trombosit). Kolagen dan thrombin mengaktifkan sintesis prostaglandin trombosit yang mengarah pada pembentukan zat stabil, tromboksan A2, yang merendahkan kadar camp trombosit dan mengawali reaksi pelepasan. Reaksi pelepasan dihambat oleh zat-zat yang meningkatkan kadar (cyclic AMP) trombosit. Zat tersebut adalah prostaglandin prostasilkin (PGI2) yang disinteeis oleh sel endotel pembuluh darah (Hoffbrand, 1987).
11 3. Agregasi trombosit Agregasi adalah kemampuan trombosit melekat trombosit satu sama lain untuk membentuk suatu sumbat. Agregasi awal terjadi akibat kontak permukaan dan pembebasan ADP dari tromboit lain yang melekat ke permukaan endotel. Hal ini disebut gelombang agregasi primer. Semakin banyak trombosit yang terlibat, maka lebih banyak ADP yang dibebaskan sehingga terjadi gelombang agregasi sekunder disertai rektrumen lebih banyak trombsit. Agregasi berkaitan dengan perubahan bentuk trombosit dari discoid menjadi bulat. Gelombang agregasi sekunder merupakan fenomena ireversibel, sedangkan perubahan bentuk awal dan agregasi primer masih reversible (Kosasih, 2008; Ulva, 2012). 2.3 Faktor yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan trombosit. 1) Kemoterapi dan sinar X dapat menurunkan hitung trombosit. 2) Penggunaan darah kapiler menyebabkan hitung trombosit cenderung lebih rendah. 3) Pengambilan sampel darah yang lamban menyebabkan trombosit saling melekat (agregasi) sehingga jumlah menurun palsu. 4) Tidak segera mencampur darah dengan antikoagulan atau pencampuran yang kurang adekuat juga dapat menyebabkan agregasi trombosit, bahkan dapat terjadi bekuan. 5) Perbandingan volume darah dengan antikoagulan tidak sesuai dapat menyebabkan kesalahan pada hasil.
12 2.4 Hitung jumlah trombosit Trombosit dapat berfungsi dengan baik jika kuantitas (jumlah) dan kualitasnya memadai. Pembentukan sumbat hemostatik akan berlangsung dengan normal jika jumlah trombosit memadai dan kemampuan trombosit untuk beradhesi dan beragregasi baik. Hitung jumlah trombosit pada banyak rumah sakit dikota-kota besar telah menggunakan alat hitung otomatis, sehingga pengerjaanya dapat dengan mudah dan cepat, namun analis juga harus memperhatikan bahan pemeriksaan serta alat pemeriksaan dengan benar. a. Bahan pemeriksaan Bahan pemeriksaan yang dianjurkan untuk pemeriksaan hitung trombosit adalah darah EDTA. Pengambilan sampel darah diharuskan memakai spuit plastik yang bersih untuk mencegah penempelan trombosit pada dinding tabung. Sampel darah dapat diambil dari kapiler atau vena, tetapi pemeriksaan menggunakan darah kapiler kurang valid dibandingkan dengan darah vena. Darah kapiler cenderung menunjukkan jumlah trombosit lebih rendah dibandingkan dengan darah vena dan kurang konstan, hal ini kemungkinan karena sejumlah trombosit tertinggal pada sisi kulit yang ditusuk (Ratnaningsih dan setyowati, 2003). b. Alat penampung darah (tabung vacutainer) Tabung vacutainer merupakan tabung yang direkomendasikan oleh National Committee for Clinical Laboratory antikoagulan dan darah yang tepat dibandingkan cara konvensional, namun demikian memerlukan biaya yang
13 lebih mahal. Dari segi ekonomi harga EDTA vacutainer per spesimen 4 kali harga EDTA konvensional per spesimen (Nurrachmat, 2005). Uji laboratorium Hitung jumlah trombosit a. Metode langsung (Rees Ecker) Hitung trombosit secara langsung menggunakan kamar hitung yaitu dengan mikroskop cahaya. Hitung trombosit cara Rees-Ecker, darah diencerkan ke dalam larutan yang mengandung Brilliant Cresyl Blue sehingga trombosit tercat biru muda. Sel trombosit dihitung dengan menggunakan kamar hitung standar dan mikroskop. Secara mikroskopik trombosit tampak refraktil dan mengkilat berwarna biru muda/lila lebih kecil dari eritrosit serta berbentuk bulat, lonjong atau koma tersebar atau bergerombol. Cara ini memiliki kesalahan sebesar 16-25%, penyebabnya karena faktor teknik pengambilan sampel yang menyebabkan trombosit bergerombol sehingga sulit dihitung, pengenceran tidak akurat dan penyebaran trombosit yang tidak merata (Widmann,1995). b. Metode fase-kontras Hitung trombosit metode fase kontras, dilakukan dengan cara darah diencerkan ke dalam larutan ammonium oksalat 1% sehingga semua eritrosit dihemolisis. Trombosit dihitung dengan menggunakan kamar hitung standar dan mikroskop fase kontras. Sel-sel lekosit dan trombosit tampak bersinar dengan latar belakang gelap. Trombosit tampak bulat atau bulat telur dan berwarna biru muda/lila terang. Bila fokus dinaik-turunkan tampak perubahan yang bagus/kontras, mudah dibedakan dengan kotoran karena sifat
14 refraktilnya. Kesalahan dengan metode ini sebesar 8 10%. Metode fase kontras adalah pengitungan secara manual yang paling baik. Penyebab kesalahan yang utama pada cara ini, selain faktor teknis atau pengenceran yang tidak akurat, adalah pencampuran yang belum merata dan adanya perlekatan trombosit atau agregasi (Widmann,1995). c. Modifikasi metode fase-kontras dengan plasma darah Hitung trombosit metode ini sama seperti metode fase-kontras tetapi sebagai pengganti pengenceran dipakai plasma. Darah dibiarkan pada suhu kamar sampai tampak beberapa mm plasma. Selanjutnya plasma diencerkan dengan larutan pengencer dan dihitung trombosit dengan kamar hitung seperti pada metode fase-kontras (Widmann,1995). d. Metode tidak langsung Metode ini menggunakan sediaan apus darah yang diwarnai dengan pewarna Wright, Giemsa atau May Grunwald. Sel trombosit dihitung pada bagian sediaan dimana eritrosit tersebar secara merata dan tidak saling tumpang tindih. Metode hitung trombosit tak langsung adalah metode Fonio yaitu jumlah trombosit dibandingkan dengan jumlah eritrosit, sedangkan jumlah eritrosit itulah yang sebenarnya dihitung. Cara ini sekarang tidak digunakan lagi karena tidak praktis, dimana selain menghitung jumlah trombosit, juga harus dilakukan hitung eritrosit. Penghitungan trombosit secara tidak langsung yang menggunakan sediaan apus dilakukan dalam 100 eritrosit yaitu jumlah sel x 1000 memiliki sensitifitas dan spesifisitas yang baik untuk populasi trombosit normal dan
15 tinggi (trombositosis). Korelasinya dengan met ode otomatis dan bilik hitung cukup erat. Sedangkan untuk populasi trombosit rendah (trombositopenia) di bawah 100.000 per mmk, penghitungan trombosit dianjurkan dalam 10 lp x 2000 karena memiliki sensitifitas dan spesifisitas yang baik. Korelasi dengan metode lain cukup erat (Widmann,1995) e. Hitung Trombosit Otomatis Penghitung sel otomatis mampu mengukur secara langsung hitung trombosit selain hitung lekosit dan hitung eritrosit. Trombosit dan eritrosit dihitung bersama-sama, namun keduanya dibedakan berdasarkan ukuran. Partikel yang lebih kecil dihitung sebagai trombosit dan partikel yang lebih besar dihitung sebagai eritrosit. Prinsip metode ini yaitu impedansi dan light scattering. Teknik ini dapat mengalami ketidak tepatan hasil apabila jumlah lekosit lebih dari 100.000/µl darah, terjadi fragmentasi eritrosit yang berat, cairan pengencer berisi partikel-partikel eksogen, sampel sudah terlalu lama didiamkan sewaktu pemrosesan atau trombosit saling melekat (Widmann,1995). Pemeriksaan laboratorium hitung trombosit secara otomatis Menurut Yamin dan Gunawan (2004), tahap pra analitik pemeriksaan laboratorium hitung trombosit secara otomatis sebagai berikut. 1) Tahap Pra analitik Tahap pra analitik merupakan proses yang harus dilalui sebelum sampel pasien diperiksa, tahap pra analitik pemeriksaan hitung jumlah trombosit meliputi:
16 a). Pemilihan jenis spesimen sesuai dengan parameter pemeriksaan yang dikehendaki. b). Pemakaian antikoagulan. c). Persiapan pasien dan peralatan yang digunakan untuk pengambilan darah. d). Teknik sampling atau pengumpulan spesimen. e). Penyimpanan dan cara pengiriman ke laboratorium. Tahap pra analitik menjadi sangat penting pada pemeriksaan ini karena akan mempengaruhi hasil yang dikeluarkan pada tahap selanjutnya yaitu tahap analitik. Tahap pra analitik yang sangat penting pada pemeriksaan jumlah trombosit adalah pengambilan sampel. Pengambilan sampel darah sebaiknya dilakukan dengan cepat dan tepat. Pengambilan darah yang lamban beresiko menyebabkan trombosit saling melekat (agregasi) sehingga hasil hitung trombosit rendah palsu. Tidak segera mencampur darah dengan antikoagulan atau pencampuran yang kurang kuat juga dapat menyebabkan agregasi trombosit, bahkan dapat terjadi bekuan (Gandasoebrata, 2007). 2) Tahap analitik (Hitung trombosit dengan hematologi analizer ) Tahap analitik merupakan proses pengukuran sampel. Tahap ini sampel akan diperiksa atau diukur jumlah trombositnya secara otomatis menggunakan alat analisis sel darah otomatis. Hematologi analizer merupakan suatu penganalisis sel darah yaitu Alat hitung sel darah otomatis yang sangat membantu pemeriksaa darah rutin, akurasi dan presisi yang lebih besar dibandingkan dengan metode manual, dengan Waktu yang diperlukan kurang dari 5 menit,volume sampel hanya 100µL.
17 Reagen yang diperlukan dalam pemeriksaan trombosit cara otomatis menggunakan Hematologi analizer antara lain diluent sebagai larutan pengencer dan sebagai medium penghantar, reagen lyse yang dapat melisiskan eritrosit, rinse diformulasikan untuk membilas/mencuci bak dan tabung pengukur serta untuk menetapkan miniskus yang tepat pada tabung pengukur, pembersih (enzimatik) adalah enzim isotonik untuk membersihkan larutan dalam bak (Zenik, 2011). Sampel mode terbuka untuk menghisap darah dari tabung K 3 EDTA yang kemudian dilarutkan dan dicampurkan sebelum pengukuran masing-masing parameter dilakukan. Keuntungan pemeriksaan trombosit secara otomatis antara lain: Dapat menghemat waktu, penggunaan sampel yang lebih sedikit, data segera diperoleh dan dapat disimpan maksimal 10.000 hasil pemeriksaan sampel, dalam 1 jam dapat untuk melakukan 30 kali pemeriksaan (Zenik, 2011). 3) Tahap pasca analitik Tahap pasca analitik merupakan tahap setelah proses pengukuran selesai. Tahap ini meliputi, pendokumentasian hasil, pencatatan hasil, cara menilai atau interpretasi hasil, serta penanganan informasi. Hasil hitung jumlah trombosit secara otomatis menggunakan alat hematologi analizer harus dicermati, karena memiliki beberapa kekurangan. Menurut Zenik (2011 ) Sumber kesalahan pemeriksaan trombosit secara otomatis antara lain: a. Alat bekerja tidak stabil atau alat tidak berfungsi dengan normal atau alat tidak bekerja dengan baik karena keadaan alat yang kotor.
18 b. Alat bekerja tidak teliti, tidak tepat dan tidak peka karena alat belum dikalibrasi. c. Tidak mengikuti petunjuk operasional alat. d. Tidak menghomogenkan sampel dengan benar. e. Volume reagen tidak tepat 2.5 Antikoagulan EDTA (Ethylendiamine Tetraacetic acid) Antikoagulan adalah bahan yang digunakan untuk mencegah pembekuan darah. Antikoagulan yang sering digunakan dalam pemeriksaan hematologi antara lain Ethylendiamintetraacetat (EDTA), Heparin, Natrium sitrat, campuran amonium oxalat dan kalium oxalat (Gandasoebrata, 2007). Rumus kimia dari EDTA adalah C 10 H 16 N 2 O 8. EDTA bekerja dengan cara mengubah ion kalsium dari darah menjadi bentuk yang bukan ion (Wirawan, 2000). Mekanisme mencegah penggumpalan darah EDTA yaitu dengan mengikat kalsium atau menghambat pembentukan trombin yang diperlukan untuk mengkonversi fibrinogen menjadi fibrin dalam proses pembekuan. Spesimen dan antikoagulan harus dicampur segera setelah pengambilan spesimen untuk mencegah pembentukan mikrotrombi. Pencampuran yang lembut sangat penting untuk mencegah hemolisis (Nurrachmat, 2005). Permukaan tabung bagian dalam dilapisi Spray Dried K 2 EDTA (dipotassium ethylene ediamine tetra acetic acid) atau K 3 EDTA (tripotassium ethylene diamine tetra acetic acid). Kedua garam EDTA menghambat koagulasi darah dengan mengikat kalsium (Ca 2 +), sehingga tidak membentuk khelat (NCCLS, 2003). Zat K 2 EDTA dan K 3 EDTA melestarikan eritrosit, leukosit dan
19 trombosit hingga 24 jam. Pemeriksaan darah rutin sebaiknya dilakukan dalam waktu 3 jam setelah spesimen dikumpulkan (Gruber, 2005). EDTA pada umumnya tersedia dalam bentuk garam sodium/natrium atau potassium/kalium, Semua garam EDTA adalah hiperosmolar, yang menyebabkan air untuk meninggalkan sel dan menyebabkan sel lebih awet. Semakin tinggi konsentrasi EDTA, semakin besar penarikan osmotik air dari sel. Oleh karena itu harus di pastikan bahwa tabung diisi darah dengan volume yang tepat. Ada tiga macam EDTA, yaitu dinatrium EDTA (Na 2 EDTA), dipotassium EDTA (k 2 EDTA) dan tripotassium EDTA (K 3 EDTA) (Nurrachmat, 2005). Garam EDTA yang digunakan biasanya sebesar 1,5 mg/ml darah. Darah dengan antikoagulan K 3 EDTA menunjukkan stabilitas yang lebih baik dari garam EDTA lain karena darah dengan antikoagulan K 3 EDTA menunjukkan ph yang mendekati ph darah. Perbandingan jumlah darah dengan pemakaian antikoagulan juga harus tepat, karena jika jumah darah lebih banyak akan menyebabkan mikrotrombi sehingga trombosit menurun (Wir awan, 2000). Vacutainer K 3 EDTA yang mempunyai stabilitas yang lebih baik daripada garam EDTA yang lain karena mempunyai ph mendekati ph darah (Narayanan,2000)
20 Gambar 2. Struktur K 3 EDTA (Rizki, 2011 ) 2.6 Hematologi Analizer Perkembangan teknologi di bidang hematologi telah menciptakan alat hitung sel darah otomatis yang sangat membantu pemeriksaan rutin, mampu menghemat waktu pemeriksaan, ketepatan hasil dan ketelitian yang baik, reproduksibilitass yang tinggi sehingga beban kerja menjadi lebih efesien, diagnosis lebih cepat dan pengobatan juga akan tepat. Namun cara manual tetap tidak dapat ditinggalkan sepenuhnya karena pada keadaan tertentu cara manual masih merupakan metode rujukan. Kalibrasi juga harus dilakukan pada instrumen, metoda pemeriksaann dan reagen. Prroses kalibrasi harus dikerjakan secara simultan dalam sat kesatuan dan kondisi juga dilakukan pengecekan terhadap arus listrik, pembuangan liimbah dan tanggal kadaluarsa reagen maupun darah kontrol. Metode kerja hematologi analyzer meliputi 1. Impedansi atau konduktometri Impedansi atau Konduktometri Dalam metode elektrik konduksi, menggunakan prinsip konuktivitas yang terjadi pada setiap sel melewati sebuah lubang sel padaa oriffce (ruang
21 pehitungan). Teknik ini sangat berguna untuk menentukan jumlah dan ukuran partikel yang terlarut dalam larutan elektrik konduksi. Prinsif pengkuranya bahwa darah adalah kondutor yang baik dan pelarut yang digunakan adalah konduktor yang baik. Metode ini menggunakan dua electrode yang satu diletakan dalam oriffce dan yang lainnya diletakan dibagian luar. Diantara kedua electrode tersebut (terbuat dari platinum) dialirkan arus listrik konstan. Perhitungan sel terjadi saat sel sel darah dialirkan melewati lubang bersama mengalirnya larutan (reag en). Pada saat tidak ada sel yang melewati lubang office maka resistensi akan menjadi besar, maka pulsa teganggan akan terbentuk sesuai dengan besar atau volume sel. 2. Flow cytometri Metode flow cytometri terus berkembang dengan perkembangan elektronik, computer dan reagen, termasuk digunakannya monoclonal antibody. Pengukuran dengan flow cytometri menggunakan lebel flouresensi, selain mengukur jumlah dan ukuran sel, juga dapat mendeteksi petanda permukaan sel, juga dapat medeteksi petanda permukan sel ( CD = Cluster of Diferintiation), granula intraseluler, struktur intrasitoplasmik dan inti sel. Prinsip pengukuran sel-sel dari sampel masuk ke dalam suatu flow chamber, dibungkus oleh cairan pembungkus kemudian dialirkan melewati suatu celah atau lubang dengan ukuran kecil yang memungkinkan sel lewat satu demi satu, kemudian dilakukan pengukuran.
22 2) Light Scatering Sel-sel dideteksi dan dihitung ketika sel tersebut mengalir di dalam suatu aliran melewati celah dan sinar laser yang difokuskan dan ditembakkan ke arah sel tersebut (sensing area). Apabila sinar tersebut mengenai sel akan dihamburkan, dipantulkan atau dibiaskan. Beberapa detector yang diletakan pada sudut-sudut tertentu akan menangkap berkas-berkas sinar sesudah melwati sel tersebut yang menggambarkan karakteristik sel termasuk ukuran sel, struktur bagian dalam, bentuk granul dan morologi permukaan. 2.7 Suhu Suhu atau biasa disebut temperatur adalah besaran yang menyatakan derajat panas suatu benda. Lemari es penyimpanan darah atau bisa disebut juga dengan Blood Bank Refrigrator ini berfungsi untuk menyimpan darah sebelum didistribusikan ke rumah sakit atau laboratoriu 2.8 Kerangka Teori Darah 1. Suhu 2. Waktu Penyimpanan 3. Struktur Trombosit Penundaan pemeriksaan 1. Sumbat Trombosit 2. Sifat Trombosit 3. Metode Perhitunggan Trombosit 4. Alat 5. Antikoagulan Jumlah Trombosit
23 2.9 Kerangka konsep Variable bebas Waktu penyimpanan darah K 3 EDTA Variable terikat Jumlah Trombosit 2.10 Hipotesis Ada pengaruh lama penyimpanan sampel darah K 3 EDTA pada suhu almari es (2-8 o C) terhadap penurunan jumlah trombosit dengan menggunakan automatic hematology analizer.