BAB I PENDAHULUAN. terus dijaga dengan baik. Tidak salah jika dikatakan bahwa kesuksesan dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan / (Library Research) mencatat serta mengolah bahan penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dapat dirasakan rahmat dan berkah dari kehadiran al-qur an itu. 1

BAB III METODE PENELITIAN. harus mengacu pada metode-metode yang relevan dengan objek yang diteliti. Hal ini

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV ANALISIS. A. Analisis Prinsip-prinsip Pemahaman Qaulan dalam Al-Qur an sebagai Komunikasi Pendidikan Akhlak pada Anak

BAB I PENDAHULUAN. Allah Swt. menciptakan makhluk-nya tidak hanya wujudnya saja, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. memberikan bekal kepada peserta didik untuk memahami Al-qur an dan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya jumlah siswa, personel yang terlibat, harga bangunan, dan fasilitas yang

researc yang berarti usaha atau pekerjaan untuk mencari kembali yang dilakukan

BAB III METODE PENELITIAN. disusun sedemikian rupa sehingga peneliti akan memperoleh jawaban untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Taylor sebagaimana dikutip oleh Moeloeng mendefinisikan metodologi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Dalam merespon fenomena itu, manusia berpacu mengembangkan kualitas

BAB III METODE PENELITIAN. dengan obyek penelitian atau pengumulan data yang bersifat kepustakaan.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk yang unik dan sangat menarik di mata manusia

BAB III METODE PENELITIAN. yang berasal dari Bahasa Inggris : method, bahasa latin : methodus, Yunani :

BAB III METODE PENELITIAN. dalam suatu karya ilmiah. Kemudian dilanjutkan dengan pemilihan metode yang akan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang tepat untuk melakukan sesuatu; dan Logos yang artinya ilmu atau

BAB IV BENTUK KOMUNIKASI KONSELING DALAM AL QURAN

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. Bahan penelitian berhadapan langsung dengan (nash) atau data angka dan

BAB III METODE PENELITIAN. proses dan objek penelitian, dengan jenis analisis isi (Content Analysis).

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas. Pendukung utama bagi tercapainya negara yang berkualias adalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. masalah penelitian hanya dapat dijawab berdasarkan temuan-temuan data empiris dari

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian kualitatif deskriptif.

BAB III METODE PENELITIAN. Dorongan utama untuk mengadakan penelitian ialah instink ingin tahu yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. saja tanpa memerlukan penelitian lapangan (Field Research). 1 Penelitian ini

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan segala aspek kehidupan manusia. Ajaran-ajarannya begitu. telah mencapai peradaban dan kebudayaan yang baik.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. untuk meneliti kondisi obyek yang alamiah. Data yang diperoleh dapat berbentuk

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan kebudayaan melalui pendidikan. Maka dari itu dalam sejarah

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kecenderungan rasa ingin tahu terhadap sesuatu. Semua itu terjadi

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan ilmu yang mempelajari tentang cara penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. di mana peristiwa-peristiwa yang menjadi objek penelitian berlangsung,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. makna asal dari bahasa inggris. Metode sendiri berasal dari kata methode,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Jenis Pendekatan dan Metode Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. guna menjawab permasalahan yang hendak diteliti. Di dalam penelitian dikenal

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dari orang-orang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Oleh karena itu sesuai dengan judul diatas, penulis menggunakan metode

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. berupa kata-kata tertulis atau tulisan lisan dari orang-orang dan perilaku yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. hasil yang memuaskan, maka diperlukan suatu metode penelitian yang sesuai dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. permasalahan penelitian. Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dilihat dari aplikasinya dilapangan, jenis penelitian ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dalam fungsinya sebagai individu maupun makhluk sosial. Komunikasi

yang menjelaskan data-data secara verbal atau pendekatan deskriptif kualitatif

BAB I PENDAHULUAN. tidaknya peradaban manusia, tidak terlepas dari eksistensi pendidikan. Untuk itu

BAB III METODE PENELITIAN. kata metoda (metodology) dan penelitian (research). Secara etimologi,

BAB III METODE PENELITIAN. untuk mendekati problem dan mencari jawaban. Dengan ungkapan lain,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. perhitungan dengan angka-angka (kuantitas). 1 Penelitian kualitatif disebut juga

BAB III METODE PENELITIAN. mendapatkan informasi untuk digunakan sebagai solusi atau jawaban atas

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah library research (Penelitian. Ciri-ciri penelitian kepustakaan adalah sebagai berikut:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. disebut: Science Research Method. Metodologi berasal dari kata methodogy,

BAB I PENDAHULUAN. segala sesuatu yang terkait dengan pendidikan. Pendidikan merupakan sarana

BAB III METODE PENELITIAN. berpijak, serta dapat pula dijadikan dasar penelitian baik oleh peneliti itu sendiri

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, dan sosial sesuai Undang-undang Guru dan Dosen No. 14 Tahun

terhadap penelitian normatif (penelitian yuridis normatif), maka penting sekali

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. dipengaruhi atau ditentukan oleh tepat tidaknya penelitian atau penentuan metode

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman belajar dan merupakan tujuan pertumbuhan. Dengan demikian, tujuan

BAB III METODE PENELITIAN. ilmiah adalah proses analisa yang meliputi metode-metode penelitian untuk

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsipprinsip

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Ninah Hasanah, 2013

BAB III METODE PENELITIAN. latar dan individu secara holistic yang disebut dengan kualitatif.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. berasal dari kata Methodh, yang berarti ilmu yang menerangkan metode-metode

BAB V PENUTUP. 1. Ayat-ayat al-quran yang berkaitan dengan metode komunikasi pendidik

BAB III METODE PENELITIAN. masalah-masalah yang ditimbulkan oleh fakta tersebut. 33 Oleh karena itu,

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan untuk mengungkap suatu kebenaran. 1. dengan peristiwa atau kenyataan yang ada. 2

BAB I PENDAHULUAN. baik secara fisik maupun mental dalam diri manusia. Sehingga dengan pendidikan

BAB III METODE PENELITIAN. menilai, dan melakukan yang berkaitan dengan sesuatu secara khusus tentang visi

BAB I PENDAHULUAN. Seorang Guru merupakan bagian terpenting dalam proses belajar

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi terus berkembang seiring dengan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

DCH2G3 TEKNIK PRESENTASI DAN PELAPORAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) yaitu penelitian

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupannya, manusia tidak bisa lepas dari komunikasi. Bahkan diam pun adalah bagian dari komunikasi. Orang bisa sukses dalam segala hal sangat tergantung dari bagaimana cara dia berkomunikasi. Hubungan dengan seseorang pun dapat terbina dan langgeng jika komunikasi terus dijaga dengan baik. Tidak salah jika dikatakan bahwa kesuksesan dan kegagalan seseorang dalam hidupnya dipengaruhi oleh efek komunikasinya terhadap orang lain. Dengan komunikasi, kepercayaan seseorang terhadap orang lain dapat tumbuh sehingga untuk mempengaruhi seseorang bisa dengan mudah dilakukan. Komunikasi dalam kehidupan menjadi jembatan untuk mengantar kita pada berbagai kebutuhan, karena itu komunikasi merupakan bagian dari kehidupan. Dalam keseharian, kita lebih banyak menghabiskan waktu untuk berkomunikasi daripada aktivitas yang lainnya, dan dapat dipastikan bahwa kita berkomunikasi hampir di semua aspek kehidupan. Bahkan bagi mereka

yang menggeluti suatu profesi, keterampilan berkomunikasi (communication skill) sangat mempengaruhi keberhasilan profesinya. Dengan demikian, komunikasi merupakan hal yang penting untuk mencapai keberhasilan dalam kehidupan, baik kehidupan pribadi maupun profesi. 1 Dengan melihat uraian singkat di atas, tidak salah jika dikatakan bahwa komunikasi memiliki kontribusi pada setiap sisi kehidupan termasuk ketika seseorang melakukan kegiatan konseling. Karena dalam proses konseling, seorang konselor tidak dapat menghindari komunikasi, karena komunikasi dijadikan sebagai alat untuk membantu klien, baik dalam mengumpulkan informasi mengenai masalah dari klien maupun sebagai alat untuk membantu memecahkan masalah klien. Karena itu, komunikasi lebih dari sekedar untuk mengumpulkan informasi, namun dapat dikatakan bahwa komunikasi adalah salah satu faktor determinan bagi suksesnya konseling. 2 Dapat dipahami bahwa proses konseling tidak bisa lepas dari komunikasi, karena konseling melibatkan komunikasi antara dua pihak, yaitu konselor dan klien yang berlangsung dalam situasi konseling. Lebih dari itu, dapat disebutkan bahwa keberhasilan konseling sangat ditentukan oleh 1 Enjang A S, Komunikasi Konseling Dari Wawancara, Seni Mendengar, sampai Soal Kepribadian, (Bandung: Nuansa, 2009), h. 9-10 2 Ibid., h. 31-32

komunikasi di antara partisipan konseling. Maka tidak salah jika dikatakan bahwa komunikasi merupakan landasan bagi berlangsungnya suatu konseling. Oleh karena konseling merupakan proses pemecahan masalah psikologis klien melalui wawancara antarpribadi, antara klien dan konselor yang terjadi dalam suasana dialogis, maka keterampilan berkomunikasi merupakan sesuatu yang penting untuk dimiliki konselor. Paling tidak keterampilan dalam melakukan wawancara secara efektif untuk menggali informasi, potensi, sekaligus membantu menemukan solusi dari persoalan yang dihadapi klien. Berdasarkan penjelasan di atas, jelas terlihat adanya benang merah antara kemampuan komunikasi dengan proses konseling. Hubungan antara konseling dengan komunikasi sangat erat sekali, bahkan dapat dikatakan bahwa tiada konseling tanpa komunikasi. Komunikasi sangat berperan dalam menentukan berhasil tidaknya suatu proses konseling. Karena pada dasarnya konseling merupakan proses komunikasi yang mampu memberikan manfaat sebagaimana di atas. Komunikasi yang terjadi antara konselor dan klien adalah komunikasi yang khas dan memiliki tujuan tertentu. Seorang konselor yang sukses diantaranya adalah karena keahlian dirinya dalam menguasai komunikasi yang efektif. Singkatnya konseling menempatkan komunikasi sebagai unsur utama dalam pelaksanaannya, atau alat yang paling vital dibanding unsur lainnya.

Untuk mencapai tujuan konseling, komunikasi antara konselor dan klien mensyaratkan adanya komunikasi yang efektif. Keterampilan komunikasi konselor merupakan salah satu penentu keefektifan konseling. Karenanya menjadi penting bagi seorang konselor meningkatkan berbagai ketrampilan komunikasinya dalam rangka menunjang tugasnya sebagai helper bagi kliennya. Selain itu, konselor sebagai leader dalam proses konseling, selain dituntut memiliki seperangkat pengetahuan juga dituntut memiliki kemampuan komunikasi yang mumpuni. Dan perlu diingat bahwa komunikasi, baik itu dalam kehidupan sehari-hari dan terlebih dalam proses konseling harus memperhatikan aspek-aspek kesantunan, akhlak, dan juga etika. Hal ini menjadi catatan penting bagi konselor saat menghadapi keragaman budaya, usia, dan karakter kliennya kelak. Sehubungan dengan aspek-aspek kesantunan, akhlak, dan etika dalam berkomunikasi, Al Quran telah mengaturnya melalui beberapa ayat di berbagai surat. Kesantunan berbahasa dalam Al Quran berkaitan dengan cara pengucapan, perilaku dan kosa kata yang santun serta disesuaikan dengan situasi dan kondisi penutur. Hal ini perlu dilakukan supaya nilai-nilai bahasa yang terkandung dalam Al Quran bisa diwujudkan ketika kegiatan konseling berlangsung. Namun lebih dari itu, internalisasi nilai-nilai bahasa yang terkandung dalam Al Quran dapat juga diterapkan dalam kehidupan seharihari.

Dalam penyampaian komunikasi yang baik, Al Quran memang tidak menjelaskan secara spesifik tentang masalah ini, tapi jika diteliti ada banyak ayat yang memberikan gambaran umum tentang bentuk komunikasi. Pada pembahasan ini, kita akan merujuk kepada istilah-istilah khusus yang diasumsikan sebagai penjelasan dari bentuk-bentuk komunikasi. Semua uraian di atas mendorong penulis untuk meneliti dan mengkaji ayat-ayat Al Quran yang membicarakan masalah bentuk komunikasi. Melalui pengkajian dan penelitian ini diharapkan dapat diketahui secara pasti, bagaimana sesungguhnya bentuk berkomunikasi dalam Al Quran, baik yang menyangkut bahasa, cara ataupun etika. Hasil yang diperoleh akan penulis coba kaitkan dengan proses konseling yang memang sarat akan kegiatan komunikasi. Oleh karena itu penulis memutuskan untuk mengangkat masalah tersebut dengan judul BENTUK KOMUNIKASI KONSELING DALAM AL QURAN B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang penulis kemukakan di atas, maka pokok-pokok permasalahan yang akan dirumuskan dalam penelitian ini adalah bagaimana bentuk komunikasi konseling dalam Al Quran? C. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalah pahaman dalam istilah, maka perlu dijelaskan definisi istilah sebagai berikut: 1. Kata bentuk menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia mempunyai arti sebagai rupa atau wujud 3. Dalam penelitian ini, bentuk yang dimaksud oleh penulis adalah rupa-rupa komunikasi yang menjadi perwujudan dari komunikasi itu sendiri. 2. Komunikasi berasal dari bahasa Latin communicatio, artinya pemberitahuan atau pertukaran pikiran. Istilah ini kemudian diadopsi dalam bahasa Inggris communication dan diartikan hubungan, selanjutnya dalam bahasa Indonesia disebut dengan istilah komunikasi. 4 Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, komunikasi mempunyai arti sebagai pertukaran informasi (berita, dan sebagainya) 5. Akan tetapi, komunikasi yang penulis maksud dalam penelitian ini adalah komunikasi sebagai interaksi antara dua orang atau lebih dalam pengiriman dan penerimaan pesan melalui saluran verbal/lisan sehingga maksud dari pesan yang disampaikan dapat dipahami. 2006), h. 911. 3 W.J.S Poerwardaminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 4 Enjang AS, op. cit., h. 13. 5 W.J.S Poerwardaminta, op. cit., h. 609.

3. Konseling menurut Prayitno dan Erman Amti tidak lain adalah suatu proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami suatu masalah (disebut klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi oleh klien. 6 Sedangkan konseling yang penulis maksud di sini adalah konseling sebagai suatu kegiatan yang mengandung suatu proses komunikasi antar pribadi, yang berlangsung melalui saluran komunikasi verbal dan nonverbal dengan menciptakan kondisi dialogis. Jadi yang dimaksud penulis dalam penelitian ini adalah suatu bentu, rupa, atau wujud interaksi verbal/lisan yang digunakan dalam suatu proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling yang disandarkan pada nilai-nilai komunikasi dalam Al Quran. D. Tujuan Penelitian Sesuai dengan perumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk komunikasi konseling dalam Al Quran. 6 Prayitno dan Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), h. 105.

E. Signifikansi Penelitian sebagai: Hasil-hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan berguna 1. Bahan informasi juga masukan bagi semua pihak, lebih khusus lagi bagi para calon konselor atau konselor mengenai bentuk komunikasi konseling dalam Al Quran. 2. Bahan penambah khazanah kepustakaan bagi Fakultas Tarbiyah IAIN Antasari Banjarmasin dan bagi pihak yang tertarik dengan hasil penelitian ini. F. Kajian Pustaka Guna keperluan penyusunan skripsi ini penulis mulai melakukan kajian terhadap sejumlah bahan pustaka yang ada relevansinya dengan permasalahan yang diteliti. Diakui penulis memang ada beberapa tulisan atau penelitian terdahulu yang membahas tentang persoalan komunikasi dan komunikasi konseling. Namun sepanjang penelaahan penulis, belum ada penelitian ilmiah yang secara spesifik mengkaji masalah bentuk komunikasi konseling dalam Al Quran, oleh karena itu penulis memanfaatkan celah tersebut.

Imam Mudjiono dalam tulisannya yang berjudul Konsep Komunikasi dalam Al Quran yang dipublikasikannya melalui http://imamu.staff.uii.ac.id membahas tentang enam konsep komunikasi verbal dalam Al Quran. Dalam tulisannya, Imam memberikan penjelasan yang sangat terperinci mengenai enam konsep komunikasi verbal dalam Al Quran. Penjelasannya juga diperkuat dengan pendapat para ahli. Selain itu, Enjang A.S dalam bukunya Komunikasi Konseling Dari Wawancara, Seni Mendengar, sampai Soal Kepribadian secara garis besar banyak membahas tentang komunikasi konseling, komunikasi interpersonal dalam konseling, wawancara konseling, seni mendengar efektif, komunikasi empatik, kemampuan interpretasi, dan juga kepribadian manusia. Karya beliau menjadi salah satu referensi bagi penulis untuk meneliti lebih lanjut komunikasi konseling dengan menitikberatkan pada prinsip komunikasi konseling dalam Al Quran. Adapula Arintoko yang hadir melalui bukunya yang berjudul Wawancara Konseling di Sekolah. Dalam karyanya tersebut selain menjelaskan mengenai dua bentuk komunikasi konseling, beliau juga menyertakan pembahasan tentang teori-teori konseling, langkah kerja wawncara konseling, juga beberapa contoh kasus pendekatan dan wawancara konseling. Dengan adanya buku ini, penulis mendapatkan satu tambahan referensi lagi yang sangat membantu.

Lain halnya dengan skripsi milik Abdul Hadi, salah satu mahasiswa Fakultas Tarbiyah Jurusan PBA IAIN Antasari Banjarmasin yang mengangkat judul Kajian Lafaz Qaulan Dalam Al Quran Dan Relevansinya Dengan Pendidikan Islam pada tahun 2005. Melalui skripsi tersebut Abdul Hadi menitikberatkan pembahasannya pada kajian tafsir dan bahasa Arab. Selain itu Abdul Hadi juga mengaitkannya dengan kajian Pendidikan Islam. Mencermati karya-karya di atas, tidak terlihat adanya duplikasi, meski terdapat kesamaan kosakata seperti istilah komunikasi, konseling, qaulan, dan Al Quran, tetapi sudut pandang maupun fokusnya jauh berbeda. Oleh karena itu penulis merasa tertarik mengangkat judul ini karena konseling sebagai suatu proses tentu tidak lepas dari kegiatan komunikasi. Dalam hal ini penulis ingin mengkhususkan pembahasan tentang komunikasi konseling sesuai dengan komunikasi yang dianjurkan dalam Al Quran. G. Metode Penelitian 1. Metode Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian pustaka (library research). Yaitu, telaah yang digunakan untuk memecahkan suatu masalahyang pada dasarnya bertumpu pada penelaahan kritis dan mendalam pada bahan-bahan pustaka yang relevan. Menurut Iqbal, penelitian kepustakaan disebut juga library research, yaitu penelitian yang dilaksanakan dengan menggunakan literatur

(kepustakaan), baik berupa buku, catatan, maupun laporan hasil penelitian dari peneliti terdahulu. 7 Telaah pustaka semacam ini biasanya dilakukan dengan cara mengumpulkan data dan informasi dengan bantuan dari berbagai sumber pustaka yang kemudian disajikan dengan cara baru atau untuk keperluan baru. Dalam hal ini bahan-bahan pustaka itu diperlukan sebagai sumber ide untuk menggali pemikiran atau gagasan baru sebagai bahan dasar untuk melakukan deduksi dari pengetahuan yang telah ada, sehingga kerangka teori baru dapat dikembangkan atau sebagai dasar pemecahan masalah. Dalam penelitian pustaka kali ini sumber pustaka yang digunakan antara lain terdiri dari Al Quran, kitab-kitab tafsir, kitab-kitab hadits, dan buku-buku pendidikan yang ada korelasi dan relevansinya dengan penelitian ini. Berdasarkan kitab Mu jam Al Mufahras Li Alfaz Al Quran Al Karim, lafaz qaulan ditemui pada: a. Surah Al Baqarah ayat 59, 235 dan 263 b. Surah An Nisa ayat 5, 8, 9, dan 63 c. Surah Al A raf ayat 62 d. Surah Al Isra ayat 23, 28, dan 40 e. Surah Al Kahfi ayat 93 f. Surah Taha ayat 44, 89, dan 109 7 M. Iqbal Hasan, Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian Dan Aplikasinya, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002), h. 11

g. Surah Al Ahzab ayat 32 dan 70 h. Surah Yasin ayat 58 i. Surah Fussilat ayat 33 j. Surah Al Muzammil ayat 5 Dengan demikian, secara keseluruhan ada 10 surah dan 19 ayat yang memuat lafaz qaulan dalam Al Quran. Dari sejumlah surah dan ayat yang memuat lafaz qaulan di atas, uraian akan dibatasi pada 5 surah dan 10 ayat saja. Pembatasan ini dilakukan untuk menghemat uraian sesuai kemampuan penulis yang terbatas, serta untuk lebih memfokuskan pada lafaz qaulan yang dinilai penulis berkaitan dan relevan dengan permasalahan komunikasi konseling. Walaupun ayat-ayat yang memuat lafaz qaulan yang lain mungkin masih ada kaitannya dengan komunikasi konseling, namun lafaz-lafaz qaulan yang dipilih penulis kiranya sudah dapat mewakili. Surah dan ayat yang dimaksud penulis yaitu: a. Qaulan ma rufan pada surah Al Baqarah ayat 235 dan ayat 263, surah An Nisa ayat 5 dan 8, dan surahal Ahzab ayat 32 b. Qaulan sadidan pada surah An Nisa ayat 9 dan Al Ahzab ayat 70 c. Qaulan balighan pada surah An Nisa ayat 63 d. Qaulan maysuran pada surah Al Isra ayat 28 e. Qaulan kariman pada surah Al Isra ayat 23

f. Qaulan layyinan pada surah At Taha ayat 44 Pada penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode tafsir tematik (mawdhu iy) yakni menghimpun setiap ayat dan surah yang telah ditentukan sebelumnya, untuk kemudian dikaitkan satu dengan yang lain, sehingga pada akhirnya bisa ditarik kesimpulan yang menyeluruh mengenai masalah yang dikaji. Untuk mengkaji masalah berbagai lafaz qaulan, penulis memilih menggunakan Tafsir Al Misbah. Dipilihnya tafsir ini dengan alasan Tafsir Al Misbah merupakan kitab yang ditulis oleh orang Indonesia, Quraish Shihab, sehingga akan lebih menyentuh dan sesuai dengan kultur masyarakat Indonesia. Hal ini tentu akan memudahkan penulis dalam memahami tiap kata dan kalimat yang terdapat dalam kitab tersebut. Meskipun begitu penulis tetap tidak menutup kemungkinan untuk memanfatkan kitab-kitab tafsir lain yang memang tidak kalah unggul dengan kitab tafsir pilihan penulis sejak awal. Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam penafsiran metode tematik ini menurut Abd Al Hayy Al Farmawiy meliputi: a. Menetapkan masalah yang akan dibahas (topic) b. Menghimpun ayat-ayat yang berkaitan dengan masalah tersebut c. Menyusun runtutan ayat sesuai sesuai dengan masa turunnya, disertai dengan pengetahuan asbab al nuzul-nya

d. Memahami korelasi ayat-ayat tersebut dalam surahnya masingmasing e. Menyusun pembahasan dalam kerangka yang sempurna (outline) f. Melengkapi pembahasan dengan hadits-hadits yang relevan dengan pokok bahasan g. Mempelajari ayat-ayat tersebut secara keseluruhan dengan jalan menghimpun ayat-ayatnya yang mempunyai pengertian yang sama, atau mengkompromikan antara yang am (umum) dan yang khas (khusus), mutlak dan muqoyyad (terikat), atau yang pada lahirnya bertentangan sehingga kesemuanya bertemu dalam satu muara, tanpa perbedaan atau pemaksaan. 8 Melalui metode ini penulis kemudian menghimpun lafaz qaulan yang terdapat pada 5 surah dan 11 ayat di atas, kemudian menjelaskan pengertian menyeluruh ayat-ayat tersebut dan kaitannya dengan konseling sebagai jawaban terhadap masalah yang menjadi pokok pembahasan yaitu mengenai prinsip komunikasi konseling dalam Al Quran. 176. 8 M. Quraish Shihab, Membumikan Al Quran, (Bandung: PT Pustaka Mizan, 2007), h.

2. Data dan Sumber Data a. Data Data yang digali dari data pokok (primer) dan data pelengkap (sekunder). Data primer adalah sumber utama dimana sebuah data dihasilkan. 9 Data pokok meliputi seluruh surah dan ayat pilihan penulis yang dirasa memiliki relevansi dengan komunikasi konseling, yaitu: 1) Qaulan ma rufan pada surah Al Baqarah ayat 235 dan ayat 263, surah An Nisa ayat 5 dan 8, dan surahal Ahzab ayat 32 2) Qaulan sadidan pada surah An Nisa ayat 9 dan Al Ahzab ayat 70 3) Qaulan balighan pada surah An Nisa ayat 63 4) Qaulan maysuran pada surah Al Isra ayat 28 5) Qaulan kariman pada surah Al Isra ayat 23 6) Qaulan layyinan pada surah Taha ayat 44 9 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial: Format-Format Kuantitatif dan Kualitatif, (Surabaya: Airlangga University Press, 2001), h. 129.

Sedangkan data pelengkap terutama berkaitan dengan komunikasi dan konseling mengenai bentuk komunikasi baik itu dalam Al Quran maupun dalam konseling. b. Sumber Data Yang dimaksud sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. 10 Dalam penelitian ini, baik data primer maupun data sekunder diupayakan menggalinya dari sejumlah kitab maupun buku ilmiah yang dirasa relevan, berikut ini diantaranya: 1) Al Quran dan Terjemahannya, oleh Proyek pengadaan kitab suci Al Quran 2) Tafsir Al Misbah oleh Quraish Shihab 3) Tafsir Al Misbah oleh Quraish Shihab 4) Komunikasi Konseling oleh Enjang AS 3. Teknik Pengumpulan Data Dalam hal ini penulis akan melakukan identifikasi wacana dari bukubuku, makalah, artikel, majalah, jurnal, web (internet), atau informasi lainnya yang berhubungan dengan judul penelitian. Setelah itu semua informasi dan data yang diperoleh akan dikumpulkan dan kemudian dinalisa untuk menyimpulkan masalah yang dikaji. 10 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Pendekatan Suatu Praktek (Edisi Revisi VI), (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 129

4. Analisis Data Menurut Webber, content analysis adalah metodologi yang memanfaatkan seperangkat prosedur untuk menarik kesimpulan sahih dari seluruh dokumen. Menurut Hosli, content analysis adalah teknik apapun yang digunakan untuk menarik kesimpulan melalui usaha untuk menemukan pesan dan dilakukan secara objektif dan sistematis. 11 Sedangkan menurut Soejono dan Abdurrahman, analisis isi adalah penelitian yang dilakukan untuk mengungkapkan isi dari sebuah buku yang digambarkan situasi penulis dan masyarakat, pada waktu buku itu ditulis. Disamping itu, dengan cara ini dapat dibandingkan antara satu buku dan buku yang lain dalam bidang yang sama, baik berdasarkan perbedaan waktu penulisnya maupun kemampuan buku-buku tersebut, dalam mencapai sasaran sebagai bahan yang disajikan kepada kelompok masyarakat tertentu. 12 Setelah bahan-bahan terkumpul maka harus diolah pada tahap selanjutnya, yaitu tahap analisis dan sintetis. Analisis adalah upaya sistemik untuk memilah-milah atau menguraikan komponen informasi yang telah 11 Lexi J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1995), h. 163. 12 Soejono dan Abdurrahman, Metode Penelitian, Suatu Pemikiran dan Penerapan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), h. 14.

terkumpul dalam bagian-bagian analisis. Sebagian analisis cukup sederhana sifatnya dan sebagian lain mungkin agak rumit dan canggih. 13 Setelah proses analisis selesai, maka dilakukan proses selanjutnya yaitu sintetis. Sintesis adalah upaya menggabung-gabungkan kembali hasil analisis ke dalam konstruksi yang dimengerti secara utuh. 14 Seperti halnya analisis, proses sintesis sebetulnya juga sudah berlangsung sewaktu membuat data penelitian. Proses sintesis memerlukan perbandingan, penyandian, kombinasi, dan penyusunan data dalam rangka menerangkan secara rinci dan cermat tentang segala sesuatu yang berkenaan dengan pokok-pokok penelitian. 15 Sintesis yang baik adalah berupaya menggabungkan semua data yang terkait dengan unit-unit analisis, di samping memiliki kemampuan menilai karya lain di bidang yang relevan. Selain itu, sintesis juga harus didukung oleh hubungan sebab akibat, maksud, dan fakta-fakta sebagai pendukung hujjah. H. Sistematika Penulisan Untuk merampungkan penyusunan skripsi ini, maka penulis membagi penulisannya dalam lima bab, terdiri dari: Bab I: Pendahuluan, yang memuat latar belakang masalah, rumusan masalah, definisi operasional, tujuan penelitian, signifikansi 13 Mestika Zeid, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000), h. 70. 14 Ibid., h. 70. 15 Ibid., h. 76.

penelitian, kajian pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan. Bab II: Komunikasi dan Konseling yang meliputi definisi konseling, beberapa kesalahan pengertian konseling, asumsi-asumsi dasar konseling, kualitas-kualitas konselor, tujuan konseling, definisi komunikasi, ruang lingkup komunikasi, prinsip komunikasi, komunikasi dalam konseling, serta bentuk komunikasi dalam konseling, Bab III: Bab VI: Bab V: Komunikasi Verbal Dalam Al Quran. Bentuk Komunikasi Konseling Dalam Al Quran dan analisis. Penutup yang meliputi simpulan dan saran-saran.