BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Dari

BAB II KUALITAS AUDIT, BATASAN WAKTU AUDIT DAN DUE PROFESSIONAL CARE. dikatakan berkualitas, jika memenuhi ketentuan atau standar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. harus memegang prinsip-prinsip profesi. Menurut Simamora (2002) ada 8 prinsip. dalam semua kegiatan yang dilakukannya.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Kantor Akuntan Publik (KAP) menurut Aturan Etika Kompartemen

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik kewajarannya lebih dapat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan go public harus memberikan informasi berupa laporan keuangan yang sudah diaudit oleh jasa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, profesi akuntan publik menjadi sorotan dan perhatian di masyarakat. Profesi ini memang

BAB II LANDASAN TEORI. mengoptimalkan keuntungan para pemilik (principal), namun di sisi lain

BAB II KAJIAN PUSTAKA. variabel kompetensi, independensi, dan profesionalisme memiliki pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. eksternal perusahaan. Menurut Financial Accounting Standard Board (FASB),

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan masing-masing. Pengertian laporan keuangan menurut Pernyataan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. dalam bentuk variabel-variabel yang diteliti di bawah ini:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah k ti e g n e m r a d e k es na k u b M, O ZC LI

Standar Auditing & Kode Etik

STANDAR UMUM DAFTAR I SI. 201 Sifat Standar Umum Tanggal Berlaku Efektif 02

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam melakukan audit (Mulyadi dan Puradiredja, (1998)

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan juga akan berkualitas tinggi. etik profesi. Dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) guna

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. perusahaan (principal) dan manajer (agent). Menurut Einsenhardt (1989) teori

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut De Angelo (1981) dalam Watkins et al (2004) mendefinisikan

BAB I PENDAHULUAN. kepercayaan masyarakat. Dari profesi akuntan publik, masyarakat. yang disajikan oleh manajemen perusahaan dalam laporan keuangan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang disajikan oleh manajemen perusahaan dalam laporan keuangan (Mulyadi

BAB I PENDAHULUAN. akuntan yang sesuai dengan kriteria-kriteria yang ditetapkan dalam Standar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan mengenai

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan digunakan untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan dan

DAN KODE ETIK AKUNTAN PUBLIK by Ely Suhayati SE MSi Ak Ari Bramasto SE Msi Ak

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. akuntan publik kewajarannya lebih dapat dipercaya dibandingkan laporan keuangan yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan berjalannya waktu, perkembangan dunia usaha dan industri

BAB I PENDAHULUAN. Pada perusahaan besar, khususnya perusahaan go public, terdapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. budaya organisasi, etos kerja, independensi auditor serta kinerja auditor.

2.4 KODE ETIK AKUNTAN INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. akan dapat bertahan dalam proses seleksi alam ini. non keuangan, bagi para stockholder (pemegang saham) dan stakeholder

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Pengertian audit menurut Arens et al (2008 : 4) adalah sebagai berikut:

: Tabel Distribusi Kuesioner pada KAP di Jakarta dan Tangerang

BAB 1 PENDAHULUAN. akurat dan dapat di percaya untuk pengambilan keputusan. Laporan keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. bebas dan tidak memihak terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENGARUH KOMPETENSI DAN INDEPENDENSI AUDITOR TERHADAP KUALITAS AUDIT (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik Pekanbaru) SKRIPSI

PENGARUH KOMPETENSI DAN INDEPENDENSI AUDITOR TERHADAP KUALITAS AUDIT (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Jawa Tengah)

BAB I PENDAHULUAN. pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan. Menurut FASB, dua

STANDAR AUDITING. SA Seksi 200 : Standar Umum. SA Seksi 300 : Standar Pekerjaan Lapangan. SA Seksi 400 : Standar Pelaporan Pertama, Kedua, & Ketiga

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu entitas usaha berdasarkan standar yang telah ditentukan.

BAB I PENDAHULUAN. kode etik akuntan. Kode etik akuntan, yaitu norma perilaku yang mengatur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. nantinya akan dijadikan dasar pertimbangan dan dasar pembuatan simpulan audit

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan adalah relevan (relevance) dan dapat diandalkan (reliable). Kedua

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi ini dunia bisnis sudah tidak asing lagi bagi para pelaku

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Profesionalisme menjadi syarat utama bagi seseorang yang ingin menjadi seorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Audit merupakan suatu proses untuk mengurangi ketidakselarasan

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. menjelaskan independensi. Teori tersebut menyatakan bahwa perilaku ditentukan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan yang belum atau tidak diaudit. keuangan yang terjadi akhir-akhir ini. Singgih dan Bawono (2010) menyebutkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. T Pengaruh faktor..., Oktina Nugraheni, FE UI, 2009.

BAB I PENDAHULUAN. bisnis. Agar tetap bertahan dalam persaingan bisnis yang semakin tinggi para

BAB I PENDAHULUAN. keputusan pada perusahaan tersebut. Akuntan publik atau auditor berfungsi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Akuntansi Keuangan (SAK) atau Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. informasi yang terdapat antara manajer dan pemegang saham, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan kantor akuntan publik (KAP) dari waktu ke waktu semakin

BAB I PENDAHULUAN. oleh pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan. Menurut FASB, ada

BAB I PENDAHULUAN. Setiap awal dan pertengahan tahun halaman-halaman surat kabar sering

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang lainnya. Salah satunya dilakukan dalam penyajian laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena yang dihadapi dunia pengauditan global beberapa tahun terakhir

BAB I PENDAHULUAN. maupun eksternal perusahaan. Menurut Financial Accounting Standards

BAB I PENDAHULUAN. Institusi keuangan telah menjadi financial supermarket dengan jaringan

BAB I PENDAHULUAN. Derasnya arus globalisasi yang mengarah pada perdagangan bebas kini

BAB I PENDAHULUAN. seorang auditor adalah melakukan pemeriksaan atau audit dan memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. diperdagangakan di bursa saham, mayoritas perusahaan besar lainnya, serta

Skripsi PERSEPSI KLIEN TERHADAP ATRIBUT-ATRIBUT KUALITAS AUDIT DAN PENGARUHNYA TERHADAP KEPUASAN KLIEN

BAB I PENDAHULUAN. profesi kepercayaan masyarakat. Dari profesi akuntan publik, masyarakat

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. manajemen selaku agen dengan pemilik selaku prinsipal. Prinsipal ingin

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Profesi auditor telah menjadi sorotan masyarakat dalam beberapa tahun

BAB I PENDAHULUAN. Wiratama dan Budiartha (2015), laporan keuangan memiliki dua. karakteristik penting yaitu relevan dan dapat diandalkan, sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. sekarang ini, perusahaan dan profesi auditor sama-sama dihadapkan pada. tantangan-tantangan yang berat. Mereka sama-sama harus

BAB I PENDAHULUAN. terkait dengan keuangan. Kinerja auditor pun berperan sebagai titik penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. auditor sebagai pihak yang dianggap independen dan memiliki profesionalisme

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan teori kontijensi mengidentifikasi bentuk-bentuk optimal

BAB I PENDAHULUAN. merupakan profesi kepercayaan dari masyarakat. Dalam melaksanakan

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan akuntan. (Arens dan Loebbecke, 1996:4). keputusan. Para pemakai laporan keuangan selalu memeriksa dan mencari

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. ketika satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan agent untuk memberikan

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI A. Independensi Berdasarkan teori keagenan menjelaskan peran auditor dalam memberikan jasa atestasi atas laporan keuangan yang dibuat oleh pihak agen dan dijadikan dasar pembuatan kontrak. Auditor diharapkan memberikan pandangan yang independen tentang kesahidan angka-angka yang disajikan. Auditor dapat melakukan fungsinya dengan benar jika memiliki sikap independensi dan kompetensi yang memadai. Menurut Standar Profesional Akuntan Publik seksi 220. 1 (SPAP 02 : 2001) menyebutkan bahwa : Auditor harus bersikap independen artinya tidak mudah dipengaruhi karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum. Dengan demikian, ia tidak dibenarkan memihak kepada kepentingan siapapun, sebab bagaimanapun sempurnanya keahlian teknis yang ia miliki, ia akan kehilangan sikap tidak memihak yang justru sangat penting untuk mempertahankan kebebasan pendapatnya. Namun independensi dalam keterangan (SPAP 02: 2001) yang dimaksud tidak berarti seperti sikap seorang penuntut dalam perkara pengadilan, namun lebih dapat disamakan dengan sikap tidak memihaknya seorang hakim. Auditor mengakui kewajiban untuk jujur tidak hanya kepada manajemen dan pemilik perusahaan, namun juga kepada kreditur dan pihak lain yang meletakkan kepercayaan (paling 6

7 tidak sebagian) atas laporan auditor independen seperti calon-calon pemilik dan kreditur. Independensi merupakan sikap dan pikiran seseorang yang dicirikan oleh pendekatan integritas dan objektivitas tugas profesionalnya. Menurut America Institute of Certified Public Accountant (AICPA) dalam Meutia (2004) menyatakan bahwa independensi adalah suatu kemampuan untuk bertindak berdasarkan integritas dan objektivitas. Meskipun integritas dan objektivitas tidak dapat diukur dengan pasti. Prinsip prinsip yang berkaitan dengan independensi berdasarkan America Institute of Certified Public Accountant (AICPA) sebagai berikut: a. Auditor dan perusahaan akuntan publik tidak memiliki hubungan dengan klien yang akan mengganggu objektivitas auditor b. Auditor dan perusahaan akuntan publik tidak terlibat dalam konflik kepentingan yang mengganggu objektivitas mereka berkenaan dengan cara-cara yang mempengaruhi laporan keuangan. c. Auditor dan perusahaan akuntan publik tidak boleh tergantung dalam hal keuangan terhadap klien. Sedangkan menurut Lavin (1976) dalam penelitiannya menjelaskan lebih mendalam konsep independensi dalam hal hubungan antara klien dan auditor melalui pengamatan pihak ketiga. Banyaknya penelitian mengenai independensi menunjukkan bahwa faktor independensi merupakan faktor penting bagi auditor untuk menjalankan profesinya. Nilai audit sangat bergantung pada persepsi

8 publik atas independensi auditor. Independensi dalam audit berarti mengambil sudut pandang yang tidak bias. Auditor tidak hanya harus independen dalam fakta, tetapi juga harus independen dalam penampilan. Independensi dalam fakta berarti auditor harus mampu mempertahankan sikap yang tidak bias sepanjang proses audit, sedangkan independensi dalam penampilan merupakan hasil dari interpretasi lain atas independensi ini. Biasanya hasil dari interpretasi lain yang dimaksud adalah interpretasi peraturan 101 standar kode perilaku profesional AICPA. Auditor harus independen dari setiap kewajiban atau independen dari pemilikan kepentingan perusahaan yang diauditnya. Disamping itu auditor harus pula menghindari keadaan yang dapat mengakibatkan masyarakat meragukan independensinya. Dengan demikian disamping auditor harus benar-benar independen, ia masih juga harus menimbulkan persepsi dikalangan masyarakat bahwa ia benar-benar independen. Sikap independenden auditor menurut masyarakat inilah yang tidak mudah pemerolehannya. Pada kenyataannya, auditor seringkali menemui kesulitan dalam mempertahankan independensinya. Keadaan yang seringkali mengganggu sikap independensi auditor adalah sebagai berikut: a. Sebagai seorang yang melaksanakan audit secara independen, auditor dibayar oleh kliennya atas jasa tersebut. b. Sebagai penjual jasa seringkali auditor mempunyai kecenderungan untuk memuaskan keinginan kliennya.

9 c. Mempertahankan sikap independensi seringkali dapat menyebabkan lepasnya klien. Ketiga keadaan diatas merupakan faktor utama yang menyebabkan terjadinya kualitas audit yang rendah dan menghambat sikap independensi pada auditor. Fearnley dan Page (1994 : 7) dalam Hussey dan Lan (2001) menjelaskan bahwa sebuah audit hanya dapat menjadi efektif jika auditor bersikap independen dan dipercaya untuk lebih cenderung melaporkan pelanggaran perjanjian antara pemegang saham, kreditur dan manajer. Sedangkan menurut Antle (1984) dalam Mayangsari mendefinisikan independensi sebagai suatu hubungan antara auditor dengan kliennya yang mempunyai sifat sedemikian rupa sehingga temuan dan laporan yang diberikan auditor hanya dipengaruhi buktibukti yang ditemukan dan dikumpulkan sesuai dengan prinsip-prinsip profesionalnya. Adanya sikap independensi bagi auditor sangat penting untuk mendapatkan kepercayaan dari masyarakat. Bagi auditor yang memiliki sikap independen dapat memberikan pengaruh terhadap pemikiran dari masyarakat. Jadi jika seorang auditor memiliki sikap independensi yang tinggi maka kepercayaan dari masyarakat juga tinggi. Namun jika seorang auditor memiliki sikap independensi yang rendah maka kepercayaan dari masyarakat juga rendah atau bisa juga masyarakat tidak percaya. Untuk menjadi auditor yang independen, auditor harus

10 jujur. Lalu untuk mendapat pengakuan dari pihak lain sebagai auditor yang independen, ia harus bebas dan tidak mempunyai suatu kepentingan dengan kliennya. Dari berbagai pendapat dari peneliti terdahulu mengenai independensi terdapat satu kesimpulan bahwa independensi merupakan faktor penting yang harus dimiliki oleh seorang auditor. Terdapat berbagai jenis independensi tetapi independensi yang dapat dinilai adalah independensi yang kelihatan. Penilaian terhadap independensi yang kelihatan selalu berkaitan dengan hubungan yang dapat dilihat serta diamati antara auditor dan pihak klien. B. Kompetensi Menurut Susanto (2000) definisi tentang kompetensi yang sering dipakai adalah karakteristik-karakteristk yang mendasari individu untuk mencapai kinerja superior. Sedangkan definisi kompetensi dalam bidang auditing pun sering diukur dengan pengalaman (Mayangsari, 2003). Selanjutnya Bedard (1986) dalam Sri Lastanti (2005:88) mengartikan kompetensi sebagai seseorang yang memiliki pengetahuan dan ketrampilan prosedural yang luas yang ditunjukkan dalam pengalaman audit.

11 Menurut Kamus Kompetensi LOMA (1998) dalam Lasmahadi (2002) bahwa kompetensi didefinisikan sebagai aspek-aspek pribadi dari seorang pekerja yang memungkinkan dia untuk mencapai kinerja superior. Aspek-aspek pribadi ini mencakup sifat, motif-motif, sistem nilai, sikap, pengetahuan dan ketrampilan dimana kompetensi akan mengarahkan tingkah laku, sedangkan tingkah laku akan menghasilkan kinerja. Selain itu menurut De Angelo (1981) dalam Kartika Widhi (2005:7) membagi kompetensi kedalam 2 (dua) komponen yaitu pengetahuan dan pengalaman. a. Pengetahuan Pengetahuan diukur dari seberapa tinggi pendidikan seorang auditor dalam memahami pengetahuan (pandangan) mengenai bidang auditing sehingga dapat mengetahui berbagai masalah secara lebih mendalam, selain itu auditor akan lebih mudah dalam mengikuti perkembangan yang semakin kompleks (Meinhard et.al, 1987 dalam Harhinto, 2004:35). b. Pengalaman Pengalaman Menurut Loeher (2002) adalah sebagai berikut: Pengalaman merupakan akumulasi gabungan dari semua yang diperoleh melalui berhadapan dan berinteraksi secara

12 berulang-ulang dengan sesama benda alam, keadaan, gagasan, dan penginderaan. Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Murtanto (1998) dalam Mayangsari (2003) dalam meneliti khusus tentang auditor diindonesia, menunjukkan bahwa komponen kompetensi untuk auditor di Indonesia terdiri atas : 1. Komponen pengetahuan, yang merupakan komponen penting dalam suatu kompetensi. Komponen ini meliputi pengetahuan terhadap fakta-fakta, prosedur-prosedur dan pengalaman. Kanfer dan Ackerman (1989) juga mengatakan bahwa pengalaman akan memberikan hasil dalam menghimpun dan memberikan kemajuan bagi pengetahuan. 2. Ciri-ciri psikologi, seperti kemampuan berkomunikasi, kreativitas, kemampuan bekerja sama dengan orang lain. Gibbin s dan Larocque s (1990) juga menunjukkan bahwa kepercayaan, komunikasi, dan kemampuan untuk bekerja sama adalah unsur penting bagi kompetensi audit.

13 Menurut SPAP 210.1 ( SPAP 03:2001) menyebutkan bahwa : Dalam pencapaian keahlian tersebut dimulai dengan pendidikan formalnya, yang diperluas melalui pengalaman-pengalaman selanjutnya dalam praktik audit. Untuk memenuhi persyaratan sebagai seorang profesional, auditor harus menjalani pelatihan teknis yang cukup. pelatihan ini harus secara memadai mencakup aspek teknis maupun pendidikan umum. Dari penjelasan SPAP diatas adalah bahwa pendidikan formal dan pengalaman-pengalaman praktik audit saling melengkapi satu sama lain. Dalam menjalankan praktiknya, seorang auditor menghadapi berbagai pertimbangan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan yang sangat bervariasi, dari yang benar-benar objektif sampai kadang-kadang secara eksterem berupa pertimbangan yang disengaja menyesatkan. Auditor diminta untuk melakukan audit dan memberikan pendapatnya atas laporan keuangan suatu perusahaan karena melalui pendidikan, pelatihan dan pengalamannya. Dengan keahlian dalam bidang akuntansi dan auditing, serta memiliki kemampuan untuk menilai secara objektif dan menggunakan pertimbangan tidak memihak terhadap informasi yang dicatat atau informasi lain yang berhasil diungkapkan melalui auditnya.

14 Penentuan kompetensi auditor berdasarkan SPAP 322.3 (SPAP 09:2001) mengenai faktor-faktor dalam kompetensi auditor sebagai berikut: a. Tingkat pendidikan dan pengalaman profesional auditor b. Ijazah profesional dan pendidikan profesional berkelanjutan c. Kebijakan, program dan prosedur audit d. Praktik yang bersangkutan dengan penugasan auditor e. Supervisi dan review terhadap aktivitas auditor f. Mutu dokumentasi dalam kertas kerja, laporan, dan rekomendasi g. Penilaian atas kinerja auditor. Dalam berbagai pendapat peneliti terdahulu disimpulkan bahwa kompetensi diartikan sebagai keahlian yang di dapat dari pelatihan teknis cukup sebagai auditor. Selain itu kompetensi juga merupakan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang berhubungan dengan pekerjaan, serta kemampuan yang dibutuhkan untuk pekerjaan-pekerjaan non rutin.

15 C. Profesional Profesional merupakan salah satu standar umum audit. Menurut SPAP 230.1 (02:2001) menjelaskan bahwa: Standar ini menuntut auditor untuk merencanakan dan melaksanakan pekerjaannya dengan menggunakan kemahiran profesionalnya secara cermat dan seksama. Penggunanaan kemahiran profesional dengan kecermatan dan keseksamaan menekankan tanggung jawab setiap profesional yang bekerja dalam organisasi auditor untuk mengamati standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan. Penggunanaan kemahiran profesional dengan cermat dan seksama menuntut auditor untuk melaksanakan skeptisme profesional. Skeptisme profesional adalah sikap yang mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan secara evaluasi secara kritis bukti audit. ( SPAP 230.2, 06:2001). Profesionalisme adalah suatu atribut individual yang penting tanpa melihat suatu pekerjaan merupakan suatu profesi atau tidak. (Kalbers dan Fogarty, 1995: 72). Oleh karena itu profesionalisme menjadi syarat utama bagi seseorang yang ingin menjadi seorang auditor.

16 Menurut Hall (1968) terdapat lima dimensi dalam konsep profesionalisme, yaitu: a) Pengabdian pada profesi Pengabdian pada profesi ditunjukkan dengan dedikasi profesionalisme melalui pengetahuan dan kecakapan yang dimiliki. b) Kewajiban Sosial Kewajiban sosial adalah pandangan tentang pentingnya peranan profesi dan manfaat yang diperoleh baik masyarakat maupun profesional karena adanya pekerjaan tersebut. c) Kemandirian Kemandirian adalah suatu pandangan seseorang yang profesional harus mampu membuat keputusan sendiri tanpa tekanan dari pihak lain. Setiap ada campur tangan dari pihak lain maka dianggap sebagai hambatan kemandirian secara profesional. d) Keyakinan terhadap peraturan profesi Keyakinan terhadap profesi adalah suatu keyakinan bahwa yang paling berwenang menilai pekerjaan profesional adalah rekan sesama profesi, bukan orang luar yang tidak mempunyai kompetensi dalam bidang ilmu dan pekerjaan mereka.

17 e) Hubungan dengan sesama profesi Hubungan dengan sesama profesi adalah menggunakan ikatan profesi sebagai acuan, termasuk didalamnya organisasi formal dan kelompok kolega informal sebagai ide utama dalam pekerjaan. Untuk menciptakan sikap profesional seorang auditor, maka Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) telah menetapkan standar dan membuat peraturan yang dapat meningkatkan perilaku profesional auditor dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) antara lain sebagai berikut: 1. Standar Auditing 2. Standar kompilasi dan Penelaah Laporan Keuangan 3. Standar atestasi lainnya Seorang auditor dapat dikatakan profesional apabila telah memenuhi dan mematuhi standar-standar kode etik yang telah ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indoneias (IAI), antara lain: a. Prinsip Standar ideal dari perilaku etis, seperti terminologi filosofi b. Peraturan perilaku seperti standar perilaku minimum etis c. Inteprestasi peraturan perilaku dan d. Ketetapan etika

18 D. Kualitas Audit Reputasi auditor sering dipakai sebagai proksi dari kualitas audit. Namun demikian banyak penelitian kompetensi dan independensi masih jarang digunakan untuk melihat seberapa besar kualitas audit secara aktual (Ruiz Barbadillo et al, 2004). Kualitas audit adalah probabilitas seorang auditor atau akuntan pemeriksa menemukan penyelewengan dalam sistem akuntansi suatu unit atau lembaga, kemudian melaporkannya dalam laporan audit. Reputasi auditor didasarkan pada kepercayaan klien bahwa auditor memiliki kekuatan monitoring yang secara umum tidak dapat diamati. Dalam penelitian Crasswell dkk (1995) dalam Setyarno (2006), kualitas auditor diukur dengan menggunakan ukuran auditor specialization. Crasswell menjelaskan bahwa spesialisasi auditor pada bidang tertentu merupakan dimensi lain dari kualitas audit. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa fee audit spesialis lebih tinggi dibandingkan auditor non spesialis. Kualitas audit merupakan suatu nilai (value) yang memberikan nilai kepercayaan pada masyarakat, khususnya pihak pengguna jasa (klien) atas hasil laporan audit. Oleh karena itu maka kualitas audit harus ditingkatkan. Alasan pentingnya kualitas audit (Elder, 1997) adalah: a. Untuk mempersiapkan sejak dini menghadapi risiko yang mungkin muncul pada saat pelaksana proses audit

19 b. Auditor lebih fokus terhadap isu isu yang berhubungan dengan kualitas audit untuk non federal audit. c. Pentingnya petunjuk tambahan dalam proses audit. Untuk terpenuhinya kualitas audit harus memenuhi 12 atribut kualitas audit yang bisa berpengaruh terhadap kepuasan klien menurut widagdo et al., (2002). Kemudian 12 atribut kualitas audit antara lain sebagai berikut: a) Pengalaman melakukan audit (client experience) Pengalaman merupakan atribut yang penting yang harus dimiliki oleh auditor. Hal ini terbukti dengan tingkat kesalahan yang dibuat oleh auditor yang tidak berpengalaman lebih banyak daripada auditor berpengalaman. b) Memahami industri klien (industry expertise) Auditor juga harus mempertimbangkan hal-hal yang mempengaruhi industri tempat operasi suatu usaha, seperi kondisi ekonomi, peraturan pemerintah serta perubahan teknologi yang berpengaruh terhadap auditnya. c) Responsif atas kebutuhan klien (Responsiveness) Atribut yang membuat klien memutuskan pilihannya terhadap suatu KAP adalah kesungguhan KAP tersebut memperhatikan kebutuhan kliennya.

20 d) Taat pada standar umum (Technical competence) Kredibilitas auditor tergantung kepada : kemungkinan auditor mendeteksi kesalahan yang material dan kesalahan penyajian serta kemungkinan auditor akan melaporkan apa yang ditemukannya. Kedua hal tersebut mencerminkan terlakasananya standar umum. e) Independensi (Independence) Independensi adalah sikap yang diharapkan dari seorang akuntan publik untuk tidak mempunyai kepentingan pribadi dalam melaksanakan tugasnya, yang bertentangan dengan prinsip integritas dan objektivitas. Bersikap independen artinya tidak mudah dipengaruhi. f) Sikap hati-hati (Due Care) Auditor yang bekerja dengan sikap kehati-hatian akan bekerja dengan cermat dan teliti sehingga menghasilkan audit yang baik, dapat mendeteksi dan melaporkan kekeliruan serta ketidakberesan. g) Komitmen yang kuat terhadap kualitas audit (Quality Commitment), IAI sebagai induk organisasi akuntan publik di Indonesia mewajibkan para anggotanya untuk mengikuti program pendidikan profesi berkelanjutan dan untuk menjadi anggota baru harus mengikuti program profesi akuntan (PPA) agar kerja auditnya berkualitas hal ini menunjukkan komitmen yang kuat dari IAI dan para anggotanya.

21 h) Keterlibatan pimpinan KAP. Pemimpin yang baik perlu menjadi vocal point yang mampu memberikan perspektif dan visi luas atas kegiatan perbaikan serta mampu memotivasi, mengakui dan menghargai upaya dan prestasi perorangan maupun kelompok. i) Melakukan pekerjaan lapangan dengan tepat (field work conduct) Dalam perencanaan audit, auditor harus mempertimbangkan sifat, luas, dan saat pekerjaan yang harus dilaksanakan dan membuat suatu program audit secara tertulis, dengan tepat dan matang akan membuat kepuasan bagi klien. j) Keterlibatan komite audit. Komite audit diperlukan dalam suatu organisasi bisnis dikarenakan mengawasi proses audit dan memungkinkan terwujudnya kejujuran pelaporan keuangan. k) Standar etika yang tinggi (Ethical Standard). Dalam usaha untuk meningkatkan akuntabilitasnya, seorang auditor harus menegakkan etika profesional yang tinggi agar timbul kepercayaan dari masyarakat. l) Tidak mudah percaya. Auditor tidak boleh menganggap manajemen sebagai orang yang tidak jujur, tetapi juga tidak boleh menganggap bahwa manajer adalah orang yang tidak diragukan lagi kejujurannya, adanya sikap tersebut akan memberikan hasil audit yang bermutu dan akan memberikan kepuasan bagi klien.

22 Berdasarkan beberapa hasil penelitian Deis dan Gireoux (1992) faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas audit adalah : a. Tenure yaitu lamanya waktu (jumlah tahun) auditor tersebut telah melakukan pemeriksaan suatu unit atau instansi b. Jumlah klien c. Size dan kesehatan keuangan klien d. Adanya pihak ketiga yang akan melakukan review atas laporan audit e. Independen auditor yang efisien f. Level of audit fees g. Tingkat perencanaan kualitas audit Sedangkan langkah-langkah untuk meningkatkan kualitas audit dengan cara sebagai berikut: a. Meningkatkan pendidikan profesionalnya b. Mempertahankan sikap independensi dalam sikap mental c. Dalam melaksanakan pekerjaan audit, menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama d. Melakukan perencanaan pekerjaan audit dengan baik

23 E. Kerangka Pemikiran Adapun kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Independensi Kompetensi Kualitas audit Profesional F. Penelitian Terdahulu Peneliti dalam memilih judul penelitian ini berdasarkan acuan penelitian terdahulu, dilihat dari penelitian terdahulu yang pernah dilakukan antara lain sebagai berikut : Tahun Nama Peneliti Judul Hasil Penelitian 1988 dan 2003 Supriyono dalam Wati dan Subroto Independensi Auditor di Indonesia Faktor-faktor yang mempengaruhi independensi yaitu (1) hubungan usaha dengan klien; (2) persaingan antar KAP; (3) pemberian jasa selain audit; (4)

24 lama penugasan audit; (5) besar kantor akuntan; (6) besarnya fee audit 2003 Mayangsari Uji ANOVA keahlian dan independen terhadap kualitas audit 1992 Deis dan Giroux Empat hal yang mempunyai hubungan dengan kualitas audit Auditor yang memiliki keahlian dan independen memberikan pendapat tentang kelangsungan hidup perusahaan cenderung benar dibandingkan hanya memiliki salah satu karakteristik atau sama sekali tidak memiliki keduanya (1) lama waktu auditor telah melakukan pemeriksaan terhadap suatu perusahaan (tenure) (2) jumlah klien

25 (3) kesehatan keuangan klien (4) review oleh pihak ketiga, Sutton dan Pengaruh Menguji 1991 dan 2004 Lampe dalam Profesionalisme profesionalisme Wiedhani terhadap kualitas auditor mengenai audit kualitas audit yang ada. 1980 Pany dan Reckers Independensi auditor Menjelaskan bahwa independensi auditor dipengaruhi oleh ukuran klien dan pemberian hadiah 1976 Lavin Independensi Menjelaskan lebih mendalam konsep independensi dalam hal hubungan antara klien dan auditor melalui pengamatan pihak ketiga. 1982 Mock dan Samet Kualitas audit potensial Mengembangkan daftar faktor-

26 2011 Hanni Handayani 2011 Agni Marcsiska Haryani Pengaruh Independensi dan Kompetensi auditor terhadap kualitas audit Pengaruh Independensi auditor, Keahlian Profesional auditor, dan Tenue kantor akuntan Publik (KAP) terhadap Kualitas Audit faktor kualitas audit potensial dari literatur yakni screening yang digunakan oleh auditor dan survey auditor untuk mengevaluasi daftar tersebut. Independensi dan Kompetensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit Independensi tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit, tetapi Keahlian Profesional auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit