I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah meningkatkan kinerja. perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dengan tujuan

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. banyak sumber daya dengan meningkatkan efesiensi penggunaan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. makmur berdasarkan Pancasila. Pembangunan ekonomi merupakan salah satu

I. PENDAHULUAN. Lapangan Usaha * 2011** Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan

BAB I PENDAHULUAN. penjual. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 53/M-DAG/PER/12/2008

BAB I PENDAHULUAN. tiap tahun naik sekitar 14%-15%, dalam rentang waktu tahun 2004 sampai dengan

Judul : Analisis Pendapatan Usaha Warung Tradisional Dengan Munculnya Minimarket Di Kota Denpasar Nama : Ida Ayu Sima Ratika Dewi NIM :

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung. Selain

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. jenis seperti kios, pasar modern/tradisional, department store, butik dan lain-lainnya

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis Ritel di Indonesia secara umum dapat diklasifikasikan menjadi dua

BAB I PENDAHULUAN. minimarket Indomaret, Alfamart, dan toko-toko tidak berjejaring lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi Indonesia. Menurut Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU),

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia bisnis semakin pesat, ditandai dengan makin

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. konsumtif dalam memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan (need) adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. sektor yang memiliki prospektif peluang besar dimasa sekarang maupun

BAB I PENDAHULUAN. persaingan bisnisnya menunjukan perkembangan yang cukup pesat, namun tidak

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum bidang usaha ritel atau pengecer modern di Indonesia

satu yang bisa disebut sukses adalah Hero Supermarket. Dengan jumlah cabang

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap orang memerlukan barang untuk kebutuhan pribadi dan

BAB I PENDAHULUAN. Arus Globalisasi yang multidimensional telah meliputi hampir seluruh aspek

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ritel merupakan mata rantai yang penting dalam proses distribusi barang dan merupakan mata rantai terakhir dalam

I. PENDAHULUAN. kecil, serta melalui sistem penjualan grosir maupun retail merupakan perwujudan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perubahan yang dimaksud adalah efisiensi dalam pemenuhan kebutuhan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia diwajibkan untuk saling membantu satu sama lain,

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan pasar modern di Indonesia saat ini menunjukkan angka yang

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung. Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang masalah. Pentingnya perdagangan sebagai pemerataan hasil pembangunan dan

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis ritel modern di Indonesia saat ini berkembang semakin pesat seiring

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini dampak kehadiran pasar modern terhadap keberadaan

I. PENDAHULUAN. Aktivitas bisnis ritel adalah aktivitas dimana produsen menjual produk secara

BAB I PENDAHULUAN. berupa pusat-pusat pertokoan, plaza, minimarket baru bermunculan di berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat kota-kota besar. Untuk memenuhi keinginan dan

BAB I PENDAHULUAN. bermunculan perusahaan dagang yang bergerak pada bidang perdagangan barang

BAB I PENDAHULUAN. perkotaan. Industri ritel dibagi menjadi 2 yaitu ritel tradisional dan ritel

BAB 1 PENDAHULUAN. hal itu, Ghanimata (2012) mengatakan para pemasar harus menerapkan. ujung tombak keberhasilan pemasaran.

I. PENDAHULUAN. Lingkungan adalah semua benda, daya serta kondisi, termasuk di dalamnya

BUPATI MADIUN BUPATI MADIUN,

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan bisnis retail (perdagangan eceran) di Indonesia pada akhirakhir

BAB I PENDAHULUAN. ritel yang telah mengglobalisasi pada operasi-operasi ritel. Pengertian ritel secara

BAB I PENDAHULUAN. Industri ritel merupakan salah satu industri yang strategis di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan yang ingin berhasil dalam persaingan pada era milenium harus

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemasaran adalah sesuatu yang meliputi seluruh sistem yang berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. dan Perdagangan Nomor 23/MPP/KEP/1/1998 tentang Lembaga-lembaga

BAB I PENDAHUALAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemajuan dibidang perekonomian selama ini telah banyak

BAB I PENDAHULUAN. jumlah ritel di Indonesia tahun sebesar 16% dari toko menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia banyak tertolong oleh sektor perdagangan ritel. Industri ritel

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehidupan saat ini nyaris tidak dapat dilepaskan dari pasar.

BAB I PENDAHULUAN. atau segmen secara jelas. Sebagian besar kegagalan usaha yang terjadi disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. menjual berbagai jenis barang secara eceran yang berbentuk minimarket, supermarket,

BAB I PENDAHULUAN. bisnis ritel, juga disebabkan oleh semakin banyaknya bisnis ritel luar negeri

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 112 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN PASAR TRADISIONAL PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat dipungkiri. Selama ini masyarakat memenuhi berbagai kebutuhan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

I. PENDAHULUAN. negara- negara ASEAN yang lain. Hal ini disebabkan pemerintah Indonesia telah

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. apa yang dibutuhkan oleh konsumen dan tidak mengetahui bagaimana cara

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan dari profit orientied kepada satisfied oriented agar mampu

BAB I PENDAHULUAN. tersaingi atau bahkan tergeser oleh adanya bisnis eceran modern atau biasa disebut

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun Pada era 1970 s/d 1980-an, format bisnis ini terus berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. ini berisikan mengenai latar belakang mengapa penelitian ini dilakukan, masalah

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISIS PEMASARAN PERTEMUAN PERTAMA. 6/11/2013

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

BAB I PENDAHULUAN. baik daripada pesaingnya. Hal ini dilakukan dalam upaya untuk memberikan kepuasan

BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Keberadaan perusahaan ritel yang bermunculan di dalam negeri

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan, baik itu berupa kebutuhan material maupun non- material. Dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan bisnis ritel di Bandar Lampung semakin pesat. Hal tersebut

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 14 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 14 TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri ritel nasional yang semakin berkembang dengan

ANALISIS KEPUTUSAN PEMBELIAN DITINJAU DARI FAKTOR PSIKOGRAFIS KONSUMEN MATAHARI DEPARTMENT STORE SOLO SQUARE SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

BAB I PENDAHULUAN. akan mendapatkan poin saat berbelanja di ritel tersebut. tahun 1990-an. Perkembangan bisnis Hypermarket merek luar negeri

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat seiring

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari bertumbuhnya bisnis-bisnis ritel modern yang bergerak dipusat-pusat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Circle K

BAB I PENDAHULUAN. bahkan hypermarket, yang menjadi lahan subur pemilik modal asing berebut

BAB I PENDAHULUAN. produk dan jasa yang tersedia. Didukung dengan daya beli masyarakat yang terus

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG

PENDAHULUAN. peranan penting dalam rangkaian pemasaran dan merupakan penghubung atau

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Bisnis ritel modern di Indonesia tetap menunjukkan pertumbuhan di

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah Pada era globalisasi saat ini persaingan bisnis antar industri ritel sangat ketat, baik di pasar

BAB I PENDAHULUAN UKDW. mengandalkan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) dalam melamar pekerjaan,

I. PENDAHULUAN. Perkembangan jaman yang semakin modern menyebabkan banyaknya. pembangunan toko ritel yang berkonsep swalayan. Beberapa tahun terakhir,

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. Pendahuluan. Asia, khususnya di antara negara berkembang. Kondisi perekonomian Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Industri ritel Indonesia, merupakan industri yang strategis bagi

BAB I PENDAHULUAN. terhadap total Gross Domestic Product (GDP) Indonesia, maupun daya serap

BAB I PENDAHULUAN. membuat sebagian besar rakyat Indonesia terjun ke bisnis ritel. Bisnis ritel

BAB I PENDAHULUAN. yang bergerak dibidang perdagangan eceran (retail) yang berbentuk toko,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang terus berupaya

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan bisnis ritel di Indonesia pada saat ini semakin cepat salah

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Globalisasi menuntut kebutuhan akan arus informasi dan pengetahuan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan. Sedangkan ritel modern adalah sebaliknya, menawarkan tempat

PENDAHULUAN LATAR BELAKANG. baik minimarket, supermarket, departmen store, hypermarket, dan mall. Hasil

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah meningkatkan kinerja perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dengan tujuan mensejahterahkan masyarakat dan mengurangi pengangguran, mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan pancasila. Menciptakan lapangan kerja merupakan tujuan dari menyelesaikan permasalahan dalam ekonomi, sehingga harus diterapkan atau dilakukan agar dapat mensejahterakan kehidupan masyarakat atau paling tidak mampu menangani permasalahan dalam ekonomi. Permasalahan ekonomi merupakan permasalah yang tidak lepas dijumpai oleh masyarakat. Oleh karena itu, penanganan masalah ekonomi harus dilakukan dengan serius, mencakup berbagai aspek kehidupan masyarakat, dan dilakukan secara terpadu. ketika banyaknya industri-industri besar harus mengurangi jumlah tenaga kerjanya yang disebabkan oleh krisis ekonomi dunia. Pengurangan jumlah tenaga kerja tersebut menimbulkan keresahan sosial. Banyaknya jumlah penduduk di Indonesia yang pada gilirannya merupakan penawaran tenaga kerja yang berlebihan, memicu bertambahnya angka pengangguran dikarenakan permintaan tenaga kerja di pasar tenaga kerja yang semakin terbatas. Berbeda dengan sektor industri yang terpuruk akibat adanya krisis ekonomi, sektor informal justru

2 mampu bertahan. Sektor informal memiliki karakteristik yang tidak dimiliki oleh sektor perekonomian yang lain, yaitu penggunaaan bahan baku domestik dengan tujuan pasar dalam negeri dan dinilai dapat menjadi penopang perekonomian Indonesia. Salah satu contoh sektor perekonomian di bidang informal adalah warung tradisional atau biasa disebut warung rumah tangga atau warung kelontong. Selain mudah untuk mendirikan sebuah warung tradisional dengan modal yang tidak besar, bidang informal ini berpotensi untuk menjadi salah satu bidang usaha yang menghasilkan keuntungan secara langsung. Usaha warung tradisional secara umum merupakan bisnis keluarga yang tidak menutup kemungkinan dapat menyerap tenaga kerja. Seiiring berkembangnya jaman, warung tradisional semakin lama semakin mengalami kemunduran. Hal ini terjadi karena munculnya pasar modern yang dinilai cukup potensial oleh para pebisnis ritel. Industri ritel modern telah berkembang pada tahun 1960-an tepatnya pada tahun 1964 yang ditandai dengan berdirinya Sarinah building. Industri ini mulai menampakkan pertumbuhannya dari tahun 1970-1977 dengan adanya perubahan jenis gerai misalnya supermarket, department store dan sebagainya. Pada awalnya bisnis ritel modern ini didominasi oleh peritel dalam negeri seperti Matahari, Ramayana, Hero, dan sebagainya. Dalam perkembangannya, pada tahun 1998 terjadi kesepakatan antara IMF dengan pemerintah Indonesia mengenai perjanjian peritel asing untuk dapat berinvestasi atau membuka gerai tanpa harus bekerjasama dengan peritel lokal. Hal tersebut merupakan peluang yang sangat menjanjikan bagi peritel lokal

3 maupun asing karena Indonesia memiliki potensi market share yang sangat besar dengan jumlah penduduk terbesar ke-empat di dunia setelah Cina, Amerika dan India yakni lebih dari 220 juta penduduk, sehingga banyak peritel baik lokal maupun asing mengincar pasar ritel di Indonesia untuk memperoleh keuntungan yang sangat besar (Cipto, 2009). Salah satu ritel modern yang mengalami pertumbuhan cukup pesat di Indonesia saat ini adalah minimarket dan supermarket dengan konsep waralaba atau franchise. Tumbuh pesatnya minimarket dan supermarket ke wilayah pemukiman, saat itu lebih menjadi alternatif dari warung tradisional yang identik dengan kondisi tempat yang kecil, Fasilitas kenyamanan dalam pelayanan yang kurang. Namun sekarang ini kondisinya sudah banyak berubah, Minimarket dan Supermarket banyak bermunculan di mana-mana. Kondisi ini muncul sebagai konsekuensi dari berbagai perubahan di masyarakat. sebagai konsumen, masyarakaat menuntut hal yang berbeda di dalam aktivitas belanja. Kondisi ini ditambah dengan semakin meningkatnya tingkat pengetahuan, pendapatan, dan jumlah pendapatan keluarga ganda (suami-istri bekerja) dan dengan waktu yang terbatas. Konsumen menuntut peritel untuk memberikan nilai lebih dari setiap sen uang yang dibelanjakannya. Peritel harus mampu mengakomodasi tuntutan tersebut jika tidak ingin ditinggal pelangganya. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa keberadaan pasar modern dewasa ini menjadi tuntutan dan konsekuensi dari gaya hidup yang berkembang di masyarakat kita. Tidak hanya di kota metropolitan tapi sudah merambah di kota kecil di tanah air. Sangat mudah menjumpai Minimarket,

4 Supermarket, Hypermarket di sekitar tempat tinggal kita. Tempat-tempat tersebut menjanjikan tempat yang nyaman dengan harga yang tidak kalah menariknya. Namun dibalik kesenangan tersebut ternyata membuat peritel kelas menengah dan bawah mengeluh. Dari beberapa Minimarket dan Supermarket tersebut saling menawarkan pelayanan dan fasilitas yang lebih baik dari warung tradisional yang ada, selain itu mereka juga menawarkan harga yang relatif lebih rendah, variasi barang yang banyak, tempat belanja yang nyaman. Mereka saling berusaha untuk menambah fasilitas dan meningkatkan kualitas menurut persepsinya sendirisendiri. Minimarket dan Supermarket juga berlomba-lomba untuk memberikan kelengkapan & ketersediaan produk yang dijual, kualitas produk yang di jual, kesan terdapat produk-produk import, kesan terdapatnya produk-produk yang baru dipromosikan, kondisi harga dibandingkan dengan Minimarket atau pasar di sekitarnya, potongan harga (discon) yang diberikan, terdapatnya paket-paket khusus dengan harga khusus, letak yang strategis, suasana di dalam Swalayan, kebersihan ruangan, penataan dan pengelompokan produk, program promosi yang diselenggarakan, promosi di media cetak dan elektronik, hadiah atau undian yang diberikan, area parkir yang tersedia, keramahan pelayanan (kasir, pelayan toko dll), dan adanya papan petunjuk harga untuk memudahkan dalam mencari produk sehingga membuat para konsumen lebih tertarik berbelanja kepasar modern. Berbeda dengan Minimarket dan Supermarket, Warung-warung tradisional di Rajabasa yang lebih dulu ada dibandingkan Minimarket dan Supermarket yang sekarang ada secara tidak langsung merasakan dampak dari kehadiran Minimarket dan Supermarket. Banyak masyarakat yang tinggal di sekitar pasar kini tertarik

5 dan memilih belanja di Minimarket maupun Supermarket dengan alasan lebih lengkap dan nyaman atau sekedar melihat-lihat, meskipun sebenarnya produkproduk yang ada di Minimarket atau Supermarket pun tersedia di warung tradisional. Selain itu ruang bersaing pedagang warung tradisional kini juga mulai terbatas, kalau selama ini warung tradisional dianggap unggul dalam memberikan harga relatif rendah untuk banyak komoditas. Dengan fasilitas belanja yang jauh lebih baik skala ekonomis pengecer modern yang cukup luas dan akses langsung mereka terhadap produsen dapat menurunkan harga pokok penjualan mereka sehingga mereka mampu menawarkan harga yang lebih rendah. Sebaliknya pedagang warung tradisional, mereka umumnya mempunyai skala yang kecil dan menghadapi rantai pemasaran yang cukup panjang untuk membeli barang yang akan dijualnya. Keunggulan biaya rendah pedagang tradisional pun kini mulai terkikis. Keunggulan warung tradisional selama ini didapat dari lokasi, karena masyarakat lebih senang berbelanja warung atau toko-toko yang lokasinya lebih dekat. Akan tetapi pusat-pusat perbelanjaan seperti Minimarket dan supermarket terus berkembang memburu lokasi yang potensial, dengan semakin marak dan tersebarnya lokasi Minimarket dan supermarket maka keunggulan lokasi warung-warung tradisional juga akan hilang, kedekatan lokasi kini tidak dapat lagi dijadikan sumber keunggulan yang berkelanjutan. Di sini diperlukan peran pemerintah untuk membantu pedagang pasar tradisional agar dapat bersaing dengan Minimarket dan Supermarket agar keberadaanya tidak tersingkirkan, seperti yang tertera pada Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2007 Pasal 4 yang berisi pusat perbelanjaan dan toko modern harus mempertimbangkan kondisi sosial ekonomi masyarakat, keberadaan pasar tradisional, usaha kecil dan usaha

6 menengah yang ada di wilayah yang bersangkutan, memperhatikan jarak antara Hypermarket dengan pasar tradisional yang ada sebelumnya, menyediakan area parkir paling sedikit seluas kebutuhan parkir 1(satu) unit kendaraan roda empat untuk setiap 60 m2 (enam puluh meter persegi) luas lantai penjualan pusat perbelanjaan dan atau toko modern yang menyediakan fasilitas yang menjamin pusat perbelanjaan dan toko modern yang bersih, sehat (hygienis), aman, tertib dan ruang publik yang nyaman. Daerah tujuan dalam penelitian ini adalah Kecamatan Rajabasa Kota Bandar Lampung. Dengan luas daerah 1.302 ha, dan jumlah penduduk pada tahun 2011 yaitu 43.727 jiwa (BPS Kota Bandar Lampung, 2011), Kecamatan Rajabasa adalah daerah yang memiliki keragaman tempat tinggal penduduk yaitu perumahan dan pemukiman. Dari keragaman tempat tinggal penduduk yang dimiliki oleh Kecamtan Rajabasa menjadi faktor pendorong pengusaha pasar modern untuk mendirikan usahanya di Kecamatan Rajabasa. Berdasarkan data BPMP (Badan Penanaman Modal dan Perizinan) dan data primer yang dikelolah oleh penulis jumlah minimarket dan supermarket per- Kecamatan di Kota Bandar Lampung tahun 2012 di lampirkan dalam tabel dibawah ini:

7 Tabel 1. Jumlah Minimarket di Kota Bandar Lampung tahun 2012 Nama Minimarket NO Nama Indomart Alfamart Chamart Lokal jumlah Kecakamatan 1 Tanjung Krang Timur 8 5 2 4 19 2 Tanjung Karang Pusat 8 4 3-15 3 Tanjung Krang Barat 6 4 2-12 4 Teluk Betung Utara 4 4 2-10 5 Teluk Betung Barat 1 4 1 1 7 6 Teluk Betung Selatan 6 5 - - 11 7 Rajabasa 4 3-4 11 8 Kedaton 9 9 2 2 22 9 Sukarame 8 5 1 4 18 10 Sukabumi 4 5-2 11 11 Tanjung Senang 4 4 1-9 12 Kemiling 6 4-2 12 13 Panjang 2 1 2-5 Jumlah 70 57 16 19 162 Sumber: Badan Penanaman Modal dan Perizinan kota Bandar Lampung 2012 Dari tabel 1 diatas dapat dilihat bahwa jumlah minimarket di kota Bandar Lampung adalah sebanyak 162 unit minimarket dan dari data tabel diatas terlihat bahwa Kecamatan Kedaton menduduki posisi pertama dengan jumlah minimarket terbanyak di kota Bandar Lampung dengan jumlah 22 gerai dari total 162 gerai yang ada di kota Bandar Lampung dan Kecamatan Rajabasa memiliki 11 unit minimarket. Selain minimarket Kota Bandar Lampung sebagai Ibu Kota Provinsi Lampung juga memiliki supermarket yang tersebar di beberapa Kecamatan. Banyaknya supermarket yang ada dibeberapa Kota Bandar Lampung dapat kita lihat pada Tabel 2 berikut :

8 Tabel 2. Jumlah supermarket di Kota Bandar Lampung tahun 2012 NO Kecamatan Jumlah Supermarket 1 Tanjung Krang Timur 1 2 Tanjung Karang Pusat 8 3 Tanjung Krang Barat - 4 Teluk Betung Utara - 5 Teluk Betung Barat - 6 Teluk Betung Selatan 1 7 Rajabasa 1 8 Kedaton 2 9 Sukarame - 10 Sukabumi - 11 Tanjung Senang - 12 Kemiling - 13 Panjang - Jumlah 13 Sumber: Data Primer, 2012 (diolah) Dari Tabel 2 diatas dapat dilihat bahwa jumlah supermarket di kota Bandar Lampung adalah sebanyak 13 unit supermarket dan dari data tabel diatas terlihat bahwa Kecamatan Tanjung Karang Pusat menduduki posisi pertama dengan jumlah supermarket terbanyak di kota Bandar Lampung dengan jumlah 8 gerai dari total 13 gerai yang ada di kota Bandar Lampung, dan dalam lokasi penelitian ini yaitu Kecamatan Rajabasa memiliki 1 gerai supermarket. Jenis atau nama-nama supermarket yang ada di kota Bandar Lampung terdiri dari: Simpur Center, Chandra Super-Store, Central Plaza Lampung (yang terdiri dari Hypermart dan Matahari), Gelael, Giant, Mal Kartini (terdiri dari Giant dan Centerpoint), Ramayana, Toko Buku Gramedia dan Fajar Agung.

9 Sesuai latar belakang masalah, dapat diketahui bahwa Kecamatan Rajabasa memiliki keragaman tempat tinggal penduduk yaitu perumahan dan pemukiman yang menjadi salah satu faktor pendorong pengusaha pasar modern untuk mendirikan usahanya. Sedangkan di lokasi penelitian ini sudah cukup banyak terdapat warung tradisional. Dengan demikian dari faktor-faktor yang telah disebutkan diatas mendorong dilakukannya penelitian yang berjudul Analisis Pengaruh Keberadaan Pasar Modern (minimarket dan supermarket) terhadap keutungan usaha warung tradisional (Studi Kasus di Kecamatan Rajabasa Kota Bandar Lampung). B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan dalam penelitian ini, maka permasalahan yang akan diteliti adalah: 1. Bagaimanakah pengaruh jarak pasar modern terhadap keuntungan usaha warung tradisional di Kecamatan Rajabasa? 2. Bagaimanakah pengaruh perbedaan produk dengan pasar modern terhadap keuntungan usaha warung tradisional di Kecamatan Rajabasa? 3. Bagaimanakah pengaruh keberadaan pasar modern terhadap keuntungan pemilik warung tradisional di Kecamatan Rajabasa? C. Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini yang ingin dicapai adalah: 1. Untuk mengetahui pengaruh jarak pasar modern terhadap keuntungan usaha warung tradisional di Kecamatan Rajabasa.

10 2. Untuk mengetahui pengaruh perbedaan produk dengan pasar modern terhadap keuntungan usaha warung tradisional di Kecamatan Rajabasa. 3. Untuk mengetahui pengaruh keberadaan pasar modern terhadap keuntungan pemilik warung tradisional di Kecamatan Rajabasa. D. Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah : 1. Kegunaan Teoritis a. Bagi pembaca, penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan mengenai keberadaannya pasar modern terhadap usaha-usaha tradisional. b. Bagi peneliti lain, bahwa penelitian ini dapat di gunakan untuk menambah pengetahuan dan untuk meneliti lebih lanjut dengan menggunakan variabel lain. c. Bagi penulis, penelitian ini bermanfaat untuk sarana pengembangan ilmu penetahuan. 2. Kegunaan Praktis a. Bagi masyarakat, penelitian ini bermanfaat sebagai bahan evaluasi dengan adanya pasar modern yang semakin berkembang terutama diwilayah-wilayah pemukiman. b. Bagi pemerintah, penelitian ini bermanfaat sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan kebijakan atau ijin pendirian pasar modern yang baru diwilayahwilayah pemukiman.

11 E. Kerangka Pemikiran Penelitian ini akan menganalisis perubahan keuntungan usaha warung tradisional dengan keberadaan pasar modern (minimarket dan supermarket) di Kota Bandar Lampung (studi kasus : Kecamatan Raja Basa). Pengaruh tersebut dilihat dari jarak, dan perbedaan produk yang nantinya mempengaruhi perubahan keuntungan usaha warung tradisional. Variabel dependen dalam model ini yaitu keuntungan usaha warung tradisional. Keuntungan terdapat dua jenis, yaitu keuntungan bisnis dan keuntungan ekonomis. Keuntungan bisnis (profit) adalah seluruh penerimaan suatu perusahaan setelah dikurangi biaya-biaya eksplisit. Sedangkan keuntungan ekonomis adalah total penerimaan yang diterima oleh suatu perusahaan setelah dikurangi biaya-biaya eksplisit dan implisit. Keuntungan merupakan tujuan utama dari produsen yang didapat dari pendapatan yang mereka terima. Jarak kedekatan berdirinya minimarket dan supermarket dengan warung tradisional berpengaruh positif terhadap keuntungan yang diperoleh pemilik warung tradisional, sehingga keuntungan yang didapat mengalami perubahan. Karena semakin dekat jarak berdirinya minimarket dan supermarket dengan warung tradisional, keuntungan yang diperoleh akan semakin berkurang karena adanya persaingan antara keduanya. Perbedaan produk yang dimiliki warung tradisional dari minimarket dan supermarket mempunyai pengaruh yang positif terhadap keuntungan yang diperoleh warung tradisional. Hal ini disebabkan bila warung tradisional memiliki perbedaan produk dengan minimarket dan supermarket maka keuntungan yang diperoleh warung cukup besar dari pada warung yang tidak memiliki perbedaan produk dengan minimarket dan supermarket. Produk yang tidak terdapat pada

12 minimarket dan supermarket tetapi dimiliki oleh warung tradisional inilah yang dapat meningkatkan keuntungan. Gambar 1 Skema Kerangka Pemikiran Teoritis Pasar Modern (minimarket dan supermarket) Persaingan Usaha Warung Tradisional Jarak Perbedaan produk Keuntungan Usaha F. Hipotesis Hipotesis adalah pendapat sementara dan pedoman serta arah dalam penelitian yang disusun berdasarkan pada teori yang terkait, dimana suatu hipotesis selalu dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang menghubungkan dua variabel atau lebih (J. Supranto, 1997). Dengan mengacu pada dasar pemikiran yang bersifat teoritis dan berdasarkan studi empiris yang akan dilakukan berkaitan dengan penelitian ini, maka akan diajukan hipotesis sebagai berikut : 1. Diduga terdapat pengaruh jarak terhadap keuntungan usaha pemilik warung tradisional di Kecamatan Rajabasa.

13 2. Diduga terdapat pengaruh perbedaan produk terhadap keuntungan usaha pemilik warung tradisional di Kecamatan Rajabasa. 3. Diduga Rata-rata keuntungan pemilik warung tradisional setelah adanya pasar modern lebih kecil dari sebelum adanya pasar modern. G. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dibagi atas : BAB I. Pendahuluan yang berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan Penelitian, kerangka pemikiran, hipotesis, dan sistematika penulisan. BAB II Tinjauan pustaka yang berisikan teori-teori yang berhubungan dengan penulisan ini. BAB III Metode penelitian yang berisi jenis dan sumber data, tekhnik pengumpulan data, sampel, analisis, dan gambaran umum Kecamatan Rajabasa. BAB IV Pembahasan yang berisi pembahasan penelitian mengenai analisis keuntungan usaha warung trdisional dengan keberadaan pasar modern (minimarket dan supermarket) di Kota Bandar Lampung ( studi kasus Kecamatan Rajabasa). BAB V Kesimpulan dan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN