PENYELIDIKAN GEOLISTRIK DAN HEAD ON DI DAERAH PANAS BUMI SAMPURAGA, MANDAILING NATAL SUMATERA UTARA

dokumen-dokumen yang mirip
PENYELIDIKAN GEOLISTRIK DI DAERAH PANAS BUMI SONGA WAYAUA, KABUPATEN HALMAHERA SELATAN, PROVINSI MALUKU UTARA

PENYELIDIKAN GEOLISTRIK DAN HEAD-ON DAERAH PANAS BUMI SEMBALUN, KABUPATEN LOMBOK TIMUR - NTB

SURVEY GEOLISTRIK DI DAERAH PANAS BUMI KAMPALA KABUPATEN SINJAI SULAWESI SELATAN

SURVEI MEGNETOTELLURIK DAERAH PANAS BUMI BUKIT KILI GUNUNG TALANG, KABUPATEN SOLOK, SUMATERA BARAT. Muhammad Kholid, Harapan Marpaung

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

Penyelidikan Head On di Daerah Panas Bumi Jaboi Wilayah Kota Sabang - Provinsi Nangroe Aceh Darussalam

SURVEI ALIRAN PANAS DAERAH PANAS BUMI AMPALLAS KABUPATEN MAMUJU, PROVINSI SULAWESI BARAT

SURVEI TERPADU GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELURIC (AMT) DAERAH PANAS BUMI DOLOK MARAWA, KABUPATEN SIMALUNGUN PROVINSI SUMATERA UTARA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daerah Wai Selabung secara administratif termasuk ke dalam wilayah

SURVEI MAGNETOTELURIK DAERAH PANAS BUMI WAY SELABUNG KABUPATEN OKU SELATAN, SUMATERA SELATAN. Oleh: Asep Sugianto dan Yudi Aziz Muttaqin

SURVEI GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELURIK (AMT) DAERAH PANAS BUMI PARIANGAN, KABUPATEN TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT

SURVEI MAGNETOTELURIK DAN TDEM DAERAH PANAS BUMI WAY SELABUNG KABUPATEN OKU SELATAN, PROVINSI SUMATERA SELATAN

SURVEI MAGNETOTELLURIK DAERAH PANAS BUMI GUNUNG ARJUNO- WELIRANG JAWA TIMUR

SURVEI GEOFISIKA TERPADU (AUDIO MAGNETOTELURIK DAN GAYA BERAT) DAERAH PANAS BUMI MALINGPING KABUPATEN LEBAK, PROVINSI BANTEN

Penyelidikan Geolistrik Schlumberger di Daerah Panas Bumi Jaboi Kota Sabang, Provinsi Nangroe Aceh Darussalam

BAB V INTERPRETASI HASIL PENGUKURAN RESISTIVITAS

PENYELIDIKAN GEOLISTRIK DAERAH PANAS BUMI DOLOK MARAWA, KABUPATEN SIMALUNGUN, PROPINSI SUMATERA UTARA

SURVEI MAGNETOTELURIK DAERAH PANAS BUMI MARANA KABUPATEN DONGGALA, SULAWESI TENGAH. Oleh: Asep Sugianto 1) dan Suwahyadi 2)

SURVEI MAGNETOTELURIK DAERAH PANAS BUMI LAINEA KABUPATEN KONAWE SELATAN, SULAWESI TENGGARA. Oleh: Pusat Sumber Daya Geologi. Puslitbang Geotek LIPI

BAB IV PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA

PENYELIDIKAN GEOLISTRIK DAN HEAD ON DAERAH PANAS BUMI SUWAWA KABUPATEN BONE BOLANGO PROVINSI GORONTALO

SURVEI TERPADU GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELLURIC (AMT) DAERAH PANAS BUMI MARITAING, KABUPATEN ALOR, PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Sari. Penyelidikan Geolistrik Tahanan Jenis di Daerah Panas Bumi Pincara, Kabupaten Masamba Sulawesi Selatan

SURVEI GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELURIK (AMT) DAERAH PANAS BUMI PERMIS, KABUPATEN BANGKA SELATAN PROVINSI BANGKA BELITUNG

GEOLOGI, GEOKIMIA, DAN GEOFISIKA DAERAH PANAS BUMI SUMANI, PROVINSI SUMATERA BARAT

SURVEI MEGNETOTELLURIK DAERAH PANAS BUMI LILI-SEPPORAKI, KABU- PATEN POLEWALI MANDAR, PROVINSI SULAWESI BARAT. Muhammad Kholid, Harapan Marpaung

SURVEI MAGNETOTELURIK (MT) DAERAH PANAS BUMI SUMANI, PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Lampung Selatan tepatnya secara geografis, terletak antara 5 o 5'13,535''-

HUBUNGAN STRUKTUR SESAR DENGAN TERBENTUKNYA ENDAPAN ALIRAN PIROKLASTIK DI DAERAH PANAS BUMI SAMPURAGA, MADAILING NATAL - SUMATERA UTARA

BAB IV PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasrkan peta geologi daerah Leles-Papandayan yang dibuat oleh N.

PENYELIDIKAN MAGNET DAERAH PANAS BUMI AKESAHU PULAU TIDORE, PROVINSI MALUKU UTARA. Oleh Liliek Rihardiana Rosli

SURVEI ALIRAN PANAS (HEAT FLOW) DAERAH PANAS BUMI PERMIS KABUPATEN BANGKA SELATAN, PROVINSI BANGKA BELITUNG

Penyelidikan Geolistrik Tahanan Jenis di Daerah Panas Bumi Pincara, Kabupaten Masamba Sulawesi Selatan. Oleh: Edi Suhanto dan Bakrun

SURVEI MAGNETOTELLURIK (MT) DAN TIME DOMAIN ELEKTROMAGNETIK (TDEM) DAERAH PANAS BUMI PARIANGAN, KABUPATEN TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT

SURVEI GEOFISIKA TERPADU AUDIO MAGNETOTELIK DAN GAYA BERAT DAERAH PANAS BUMI KALOY KABUPATEN ACEH TAMIANG, PROVINSI ACEH

MODEL SISTEM PANAS BUMI BERDASARKAN DATA GRAVITY PADA DAERAH SONGA - WAYAUA, PULAU BACAN, MALUKU UTARA

Survei Terpadu AMT dan Gaya Berat daerah panas bumi Kalawat Kabupaten Minahasa Utara, Provinsi Sulawesi Utara

BAB 2 TATANAN GEOLOGI

SURVEI MAGNETOTELURIK DAN GAYA BERAT DAERAH PANAS BUMI LILLI-MATANGNGA KABUPATEN POLEWALI MANDAR, PROVINSI SULAWESI BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan energi saat ini semakin meningkat khususnya di wilayah

BAB I PENDAHULUAN. pembentuk tanah yang intensif adalah proses alterasi pada daerah panasbumi.

BAB I PENDAHULUAN. banyak terkait oleh mineralisasi endapan hidrotermal-magmatik. Dalam berbagai

SURVEI PENDAHULUAN PANAS BUMI GEOLOGI DAN GEOKIMIA

PENYELIDIKAN GEOKIMIA DAERAH PANAS BUMI TAMBU KABUPATEN DONGGALA, SULAWESI TENGAH

SURVEI ALIRAN PANAS DAERAH PANAS BUMI WAY SELABUNG KABUPATEN OGAN KEMIRING ULU SELATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN

BAB 4 PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA

ANOMALI PROSPEK PANAS BUMI DAERAH MASSEPE KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG, SULAWESI SELATAN BERDASARKAN SURVEI GEOLISTRIK DAN HEAD ON

EKSPLORASI ENERGI PANAS BUMI DENGAN METODE GEOFISIKA DAN GEOKIMIA PADA DAERAH RIA-RIA, SIPOHOLON, KABUPATEN TAPANULI UTARA, SUMATERA UTARA

Identifikasi Sistem Panas Bumi Di Desa Masaingi Dengan Menggunakan Metode Geolistrik

PENYELIDIKAN PENDAHULUAN GEOLOGI DAN GEOKIMIA DAERAH PANAS BUMI KABUPATEN BONE DAN KABUPATEN SOPPENG, PROVINSI SULAWESI SELATAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENYELIDIKAN GEOFISIKA TERPADU DAERAH PANAS BUMI MARANDA, KABUPATEN POSO, PROPINSI SULAWESI TENGAH. Dendi Surya K., Bakrun, Ary K.

PENYELIDIKAN TERPADU DAERAH PANAS BUMI SAMPURAGA KABUPATEN MANDAILING NATAL, SUMATERA UTARA

Penyelidikan Terpadu Geologi, Geokomia, dan Geofisika di Daerah Panas Bumi Tambu, Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah

SURVEI MAGNETOTELLURIK DAERAH PANAS BUMI LIMBONG KABUPATEN LUWU UTARA, SULAWESI SELATAN. Oleh: Wiwid Joni 1), Muhammad Kholid 1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daerah survei terletak pada koordinat antara

BAB III ALTERASI HIDROTERMAL BAWAH PERMUKAAN

SURVEI ALIRAN PANAS (HEAT FLOW) DAERAH PANAS BUMI AMOHOLA KABUPATEN KONAWE SELATAN, PROVINSI SULAWESI TENGGARA

Survei Terpadu AMT dan Gaya Berat daerah panas bumi Kadidia Selatan, Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah

KONTROL STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP SEBARAN ENDAPAN KIPAS BAWAH LAUT DI DAERAH GOMBONG, KEBUMEN, JAWA TENGAH

EKSPLORASI PANAS BUMI DENGAN METODE GEOFISIKA DAN GEOKIMIA PADA DAERAH BONJOL, KABUPATEN PASAMAN SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SURVEI TERPADU GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELLURIK (AMT) DAERAH PANAS BUMI PANTAR, KABUPATEN ALOR, PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

EKSPLORASI ENERGI PANAS BUMI DENGAN MENGGUNAKAN METODE GEOFISIKA DI LAPANGAN PANAS BUMI TAMBU, KABUPATEN DONGGALA, SULAWESI TENGAH.

BAB 6 PEMBAHASAN POTENSI PANAS BUMI DAERAH PENELITIAN

SURVEI LANDAIAN SUHU DAERAH PANAS BUMI SUMANI. Yuanno Rezky, Robertus S. L. Simarmata Kelompok Penyelidikan Panas Bumi ABSTRAK

GEOLOGI DAN GEOKIMIA DAERAH PANAS BUMI GERAGAI KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR PROVINSI JAMBI

PENYELIDIKAN TERPADU GEOLOGI DAN GEOKIMIA DAERAH PANAS BUMI G. KAPUR KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI

Foto III.14 Terobosan andesit memotong satuan batuan piroklastik (foto diambil di Sungai Ringinputih menghadap ke baratdaya)

BAB I PENDAHULUAN. uap yang terbentuk di dalam reservoir bumi melalui pemanasan air bawah

1 BAB I PENDAHULUAN. lainnya tidak selalu sama. Bentukan khas pada bentang alam ini disebabkan

SURVEY GEOMAGNET DI DAERAH PANAS BUMI SONGA-WAYAUA, KABUPATEN HALMAHERA SELATAN, MALUKU UTARA. Eddy Sumardi, Timor Situmorang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

SURVEI MAGNETOTELURIK (MT) DAN TIME DOMAIN ELEKTRO MAGNETIC (TDEM) DAERAH PANAS BUMI MAPOS KABUPATEN MANGGARAI TIMUR, PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB II TATANAN GEOLOGI DAN HIDROGEOLOGI REGIONAL

BAB I PENDAHULUAN. dan perekonomian. Data Kementerian ESDM (2014) menyatakan bahwa

PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB II GEOMORFOLOGI 2. 1 Fisiografi Regional Jawa Tengah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SURVEI PENDAHULUAN DAERAH PANAS BUMI KABUPATEN MAHAKAM HULU DAN KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

PENYELIDIKAN GEOFISIKA DI DAERAH GUNUNG RAWAN, KECAMATAN SEKAYAM, KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN. bijih besi, hal tersebut dikarenakan daerah Solok Selatan memiliki kondisi geologi

Survei Magnetotellurik (MT) dan Time Domain Electro Magnetic (TDEM) Daerah Panas Bumi Dua Saudara, Provinsi Sulawesi Utara

SURVEI TERPADU GEOLOGI DAN GEOKIMIA DAERAH PANAS BUMI SAJAU KABUPATEN BULUNGAN, PROVINSI KALIMANTAN UTARA

BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Penelitian

PENYELIDIKAN GEOLOGI DAN GEOKIMIA TERPADU DAERAH PANAS BUMI SAMPURAGA KABUPATEN MANDAILING NATAL, SUMATERA UTARA

Survei Magnetotellurik (MT) dan Time Domain Electro Magnetic (TDEM) Daerah Panas Bumi Lainea, Provinsi Sulawesi Tenggara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II GEOLOGI REGIONAL KOMPLEKS GUNUNG RAJABASA

3. HASIL PENYELIDIKAN

BAB. I PENDAHULUAN. Judul penelitian Studi Karakteristik Mineralogi dan Geomagnetik Endapan

BAB II GEOLOGI REGIONAL

ANALISIS DATA INVERSI 2-DIMENSI DAN 3-DIMENSI UNTUK KARAKTERISASI NILAI RESISTIVITAS BAWAH PERMUKAAN DI SEKITAR SUMBER AIR PANAS KAMPALA

BAB II GEOLOGI REGIONAL

Transkripsi:

PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 27 PENYELIDIKAN GEOLISTRIK DAN HEAD ON DI DAERAH PANAS BUMI SAMPURAGA, MANDAILING NATAL SUMATERA UTARA Oleh : 1 Sri Widodo, Bakrun 1, Dede Iim 1 1 Kelompok Kerja Penelitian Panas Bumi SARI Daerah panas bumi Sampuraga secara administratif berada di wilayah Kecamatan Panyabungan Barat, Kabupaten Mandailing Natal, Provinsi Sumatera Utara. Beberapa gejala keberadaan sistem panas bumi di daerah ini ditandai dengan pemunculan fumarol di Sirambas dengan temperatur temperatur sebesar 97. C serta mata air panas di lokasi Sirambas (temperatur 97-1.8 C) dan Longat (temperatur 42 C). Daerah panas bumi Sampuraga ini terbentuk dalam zona depresi yang memiliki banyak struktur geologi (kekar dan sesar). Pemunculan sistem panas bumi disini dipicu oleh adanya terobosan sebagian magma ke permukaan dan menghasilkan tubuh intrusi dasit sebagai sumber panas (heat source), yang melalui sesar normal Sirambas fluida panas bumi bergerak mencapai permukaan. Reservoir panas bumi yang berdaya lulus (permeable) cukup baik, berkembang pada batuan vulkanik Tersier, metavulkanik serta metasedimen pada kedalaman antara 6 sampai 2 m, yang ditunjukkan dengan zona tahanan jenis > 4 ohm-meter, seluas sekitar 1 km 2. Zona prospek panas bumi Sampuraga ini terletak pada daerah depresi dan di batasi oleh sesar normal Sirambas dan Longat berarah baratlaut-tenggara (N115ºE N125ºE). PENDAHULUAN Sebagai salah satu kabupaten baru di Provinsi Sumatera Utara, Kabupaten Mandailing Natal sedang mengembangkan semua potensi yang ada di wilayahnya, seperti bidang industri, perdagangan, pertanian, perikanan, pertambangan, dan sebagainya. Untuk menunjang usaha tersebut, tentunya dibutuhkan pasokan energi listrik yang cukup besar terutama untuk kebutuhan listrik pedesaan dan industri. Sementara ini, kebutuhan energi listrik di Sumatera Utara disuplai dari PT. PLN Cabang Padang Sidempuan, Provinsi Tapanuli Selatan. Energi panas bumi merupakan salah satu solusi untuk mengatasi kebutuhan energi pembangkit listrik tersebut. Selain tersedia di wilayah Mandailing Natal, energi panas bumi juga ramah lingkungan dibanding dengan energi lainnya. Usaha pemanfaatan energi panas bumi ini dimulai dengan menginventarisasi kekayaan/potensi panas bumi wilayah tesebut dengan melakukan berbagai kegiatan penyelidikan geosains. Natal dilakukan untuk mengetahui penyebaran daerah prospek dan potensi energi panas bumi daerah tersebut dengan berbagai metode penyelidikan, yang diantaranya adalah penyelidikan geolistrik dan head on. Metode ini dianggap dapat digunakan untuk memetakan sebaran sifat fisik batuan bawah permukaan berdasarkan sifat kelistrikannya (tahanan jenis) baik sebaran lateral maupun vertikal. Daerah penyelidikan panas bumi Sampuraga secara administratif berada di wilayah Kecamatan Panyabungan Barat, Kabupaten Mandailing Natal, Provinsi Sumatera Utara, dan secara geografis terletak pada koordinat antara 99 o 29 7,15-99 o 44,24 BT dan o 45 6 o 52 9,9 LU (Gambar 1). Daerah penyelidikan dapat dicapai dengan menggunakan pesawat udara rute Jakarta-Medan/ Padang, selanjutnya menggunakan kendaraan roda empat menuju lokasi penyelidikan dengan waktu tempuh antara 8-1 jam. Penyelidikan geosains di wilayah Mandailing

PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 27 MEKANISME PEMBENTUKAN SISTEM PANAS BUMI Pada Kala Pliosen-Plistosen terjadi aktivitas vulkanik yang menghasilkan beberapa sturuktur sesar di daerah penyelidikan. Sesar-sesar ini membentuk sesar tangga (graben) yang pembentukannya satu periode dengan sesar besar Sumatera. Sesar Sirambas sebagai salah satu sesar normal pada daerah ini telah memicu terjadinya terobosan sebagian magma ke permukaan dan menghasilkan tubuh intrusi dasit. Tubuh magma inilah yang kemudian diperkirakan sebagai sumber panas (heat source) yang memiliki sisa panas dari dapur magma. Daerah Sampuraga yang berada pada zone depresi dengan banyak struktur geologi (kekar dan sesar) yang berkembang menjadikan daerah ini memiliki kemampuan untuk meloloskan air permukaan (meteoric water) ke bawah permukaan. Sebagian air meteorik tersebut kemudian berinteraksi dengan fluida magmatik dan gas-gas vulkanik yang berasal dari tubuh magma dan terjadi rambatan panas yang menghasilkan fluida panas. Fluida panas yang terbentuk kemudian terakumulasi dalam lapisan reservoir, yaitu suatu zona yang berdaya lulus terhadap fluida (permeable) sebagai akibat dari banyaknya rekahan yang berkembang pada batuan vulkanik Tersier, metavulkanik serta metasedimen. Interaksi antara fluida panas yang tersimpan dalam reservoir dengan batuan di atasnya (sekitarnya) menghasilkan batuan ubahan (alterasi) yang bersifat kedap air (impermeable) yang disebut dengan batuan penudung (cap rock). Batuan penudung inilah yang menyebabkan pergerakan fluida panas yang terdapat di lapisan reservoir tertahan untuk sampai ke permukaan. SEBARAN MANIFESTASI PANAS BUMI Manifestasi panas bumi di daerah penyelidikan terdiri dari mata air panas, sumur bor air panas, dan fumarol yang tersebar di tiga daerah, yaitu di Desa Sirambas, Longat, dan Desa Roburan Lombang. Penamaan dan pengelompokan manifestasi panas bumi berdasarkan pada tempat atau lokasi keberadaan manifestasi tersebut, seperti akan dibahas di bawah ini. Manifestasi panas bumi di Desa Sirambas terdiri dari satu fumarol Sampuraga-1 dan tiga mata air panas Sampuraga-2, Sampuraga-, dan Sampuraga-4. Fumarol Sampuraga terdapat di komplek wisata Sampuraga, pada koordinat UTM 559.25 mt dan 9.247 mu yang terdapat pada satuan batuan aliran piroklastik (Qap) dengan temperatur sebesar 97. C dan ph sebesar.4, serta sedikit berbau belerang. Mata air panas Sampuraga (Sampuraga-2, dan 4) muncul di pinggir Sungai Sirambas, (sekitar Komplek wisata Sampuraga), pada koordinat UTM 559.251-558.74 mt dan 9.154-9.84 mu. Muncul dari endapan aluvium dan memperlihatkan temperatur 97-1.8 C dengan ph sebesar 6.8-7.7, dan debit 1. 4. l/detik, serta dijumpai sinter karbonat. Mata air panas Longat berada di Bukit Sababatu, Desa Longat yang muncul pada satuan batuan aliran piroklastik pada koordinat UTM 557.54 mt dan 9.24 mu. Temperatur sebesar 42 C, dengan ph = 7.1, dan debit sebesar.5 l/detik dan terdapat sinter karbonat. SEBARAN TAHANAN JENIS HORISONTAL Tahanan jenis semu yang terukur di daerah panas bumi Sampuraga memiliki nilai yang cukup bervariasi yakni berkisar antara 2 Ohm-m sampai dengan 1 Ohm-m. Nilai tahanan jenis semu di daerah ini dikelompokkan menjadi empat kelompok (lihat Gambar 2), yaitu : a. lebih kecil dari 1 Ohm-m, b. antara 1 2 Ohm-m, c. antara 2 1 Ohm-m, dan d. lebih besar dari 1 Ohm-m. Secara umum kelompok tahanan jenis rendah (<1 Ohm-m) terdapat pada semua bentangan AB/2, pada bentangan AB/2=25 m kelompok ini menyebar dari sekitar air panas Sirambas ke arah tenggara (ke arah air panas Roburan). Pada bentangan AB/2=5 m sebaran kelompok ini melebar ke arah barat daya yaitu ke arah air panas Longat, sedangkan pada bentangan AB/2=75 dan 1 m, zona ini menyebar ke arah timur laut. Kelompok tahanan jenis semu rendah < 1 Ohmm ini, diperkirakan berasosiasi dengan batuan

PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 27 yang terubah dan berpotensi menjadi batuan penudung. Kelompok nilai tahanan jenis antara 1 2 Ohm-m dan 2 1 Ohm-m melapis di sebelar luar zona tahanan jenis rendah terutama di bagian timur, utara, barat dan barat daya. Sama dengan kelompok tahanan jenis rendah, kelompok ini bertambah luas sejalan dengan bertambahnya bentangan AB/2. Kelompok tahanan jenis tinggi > 1 Ohm-m hanya dijumpai pada bentangan AB/2=25 m pada bagian barat daya, yang berasosiasi dengan lava andesit porfiri di sekitar Gunung Sihire-hire. (Gambar 2) SEBARAN TAHANAN JENIS VERTIKAL Secara umum, penyebaran nilai tahanan jenis sebenarnya dikelompokkan menjadi empat kelompok tahanan jenis (Lihat Gambar yaitu: a) Kelompok tahanan jenis rendah rendah < 1 Ohm-m. Lapisan ini diperkirakan merupakan aqifer air tanah. b) kelompok tahanan jenis sedang antara 1 4 Ohm-m yang diperkirakan berasosiasi dengan batuan sedimen, dan c) Kelompok tahanan jenis tinggi > 4 Ohm-m berasosiasi dengan lava andesit porfiri. Lapisan paling teratas ditutupi oleh soil/tanah mempunyai tahanan jenis antara 1 4 Ohm-m mencapai tebal 5 m. Di bawahnya, terdapat kelompok tahanan jenis rendah yang diasumsikan sebagai lapisan keduayang diduga berfungsi sebagai lapisan penudung pada sistem panas bumi Sampuraga. Lapisan ini tersebar dari mulai kedalaman 1 m di bawah permukaan tanah sampai kedalaman 75 m di bawah permukaan tanah. Lapisan di bawahnya adalah kelompok tahanan jenis tinggi (> 4 Ohm-m) yang diperkirakan sebagai lapisan reservoir. Puncak dari lapisan reservoir ini berada pada kedalaman 6 7 m di bawah permukaan tanah. Pada penampang ini diperkirakan terdapat satu buah struktur yang mengontrol munculnya mata air panas di permukaan. Beberapa kelurusan/ struktur yang memotong penampang tahanan jenis sebenarnya terdapat pada titik-titik ukur D- 5, E-4, F-1, F-6, dan F-41 (lihat Gambar, 4, 5, dan 6). ANALISIS STRUKTUR HEAD-ON Perpotongan nilai tahanan jenis (ρ AC -ρ AB ) dan (ρ BC -ρ AB ) di sekitar titik ukur H-5 memiliki kemiringan sekitar 8 o ke arah timurlaut dan di sekitar titik ukur H-18 memiliki kemiringan sekitar 75 o ke arah baratdaya kedua titik perpotongan ini diduga merupakan struktur sesar (Gambar 7). Perpotongan pada lintasan I dijumpai di titik ukur I-18 yang diperkirakan sebagai struktur dengan kemiringan yang relatif tegak lurus (Gambar 8). Penarikan garis yang melalui titik potong H-18 dan I-18 membentuk kelurusan/struktur yang berarah N115ºE (barat laut tenggara) serta memotong mata air panas Sampuraga (Sirambas) dengan kemiringan antara 75 85º ke arah barat daya. Penarikan garis yang melalui titik potong H-5 dan I-4 membentuk kelurusan/struktur yang berarah N125ºE (barat laut tenggara) serta memotong mata air panas Longat dengan kemiringan antara 7 75º ke arah timur laut (Gambar 9). DISKUSI Nilai tahanan jenis yang rendah di daerah panas bumi Sampuraga diduga disebabkan dua hal. Pertama disebabkan oleh adanya batuan aluvial yang tersebar di dekat pemukaan tanah. Kedua disebabkan oleh adanya pengaruh panas bumi yang mengakibatkan batuan terubah (alterasi). Sebaran batuan yang teralterasi menunjukkan adanya pengaruh panas bumi sehingga sebarannya dianggap (diasumsikan) sama dengan sebaran prospek panas bumi. Berdasarkan data yang diperoleh, zona tahanan jenis rendah ini tersebar di sekitar mata air panas Sampuraga dan melebar ke arah air panas longat (Desa Longat) serta meluas ke arah tenggara yang kemungkinan bersambung dengan prospek Roburan. Luas daerah prospek bertahanan jenis rendah tersebut diperkirakan mencapai luas 7 km 2. Lapisan yang diduga sebagai lapisan penudung adalah lapisan dengan nilai tahanan jenis rendah < 1 Ohm-m. Lapisan ini berada pada kedalaman antara 2 5 m di bawah permukaan tanah dengan ketebalan bervariasi antara 4 7 m. Lapisan yang diduga sebagai reservoir berada di

PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 27 bawah lapisan penudung yang ditandai dengan nilai tahanan jenis tinggi > 4 Ohm-m. Puncak dari lapisan ini berada pada kedalaman yang bervariasi dari 6 9 m di bawah permukaan tanah. Pemunculan manifestasi yang berupa fumarol dan mata air panas di Sirambas dikontrol oleh struktur yang kemungkinan berupa sesar yang berarah N115ºE (barat laut tenggara) dengan kemiringan antara 75 85º ke arah barat daya. Dan pemunculan mata air panas Longat dikontrol oleh struktur yang berarah N125ºE (barat laut tenggara) dengan kemiringan antara 7 75º ke arah timur laut. UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih penulis sampaikan kepada para pejabat di Pusat Sumber Daya Geologi dan Badan Geologi yang telah mengijinkan penulis untuk menggunakan data panas bumi Sampuraga, dan panitia Kolokium yang memuat makalah ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada anggota tim penyelidikan panas bumi Sampuraga, telah bekerja secara serius dan bertanggung jawab. DAFTAR ACUAN Bemmelen, van R.W., 1949. The Geology of Indonesia. Vol. I A. The Hague. Netherlands. Dobrin, M.B., 1988. Introduction to Geophysical Prospecting. McGraw Hill, New York. Yohana, T., 2, Program Resist 2 : Pemodelan geolistrik 1-Demensi

PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 27 99 o BT 1 o BT U 1 o LU Daerah Panas Bumi Sampuraga Gambar 1. Peta indeks daerah panas bumi Sampuraga AP.Sirambas AB/2=25 m PANYABUNGAN AB/2=5 m AB/2=8 m AB/2=1 m < 1 Ohm-m 1-2 Ohm-m 2-1 Ohm-m > 1 Ohm-m Gambar 2. Peta Tahanan Jenis AB/2=25 s.d 1 m Daerah Panas Bumi Sampuraga

PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 27 1 1 D 1 5 D 15 D 2 5 D 25 D D 5 D 4 D 45 D 5 D 555 D 6 D 65 D 7-5 -5-1 -1 1 15 25 Ohm-m Gambar. Penampang tahanan jenis semu lintasan D 4 4 2 D 2 45 D 5 1 4 D 4 15 D 45 2 2-2 7 2 2.7.5-2 -4-6 8 1 5 5-4 -6-8 -8-1 -1 < 1 Ohm-m 1-4 Ohm-m >4 Ohm-m Gambar 4. Penampang tahanan jenis sebenarnya lintasan D

PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 27 4 4 2 E 1 E 5 5 E 4 1.7 2 1 25 1-1 -1-2 2-2 - - -4-4 -5-5 -6 4-6 -7-7 -8-8 < 1 Ohm-m 1-4 Ohm-m >4 Ohm-m Gambar 5. Penampang tahanan jenis sebenarnya lintasan E 2 1 B-4 C-4 15 5 4 D-4 E-4 15 F-4 8 1.7 25 6 2 1-1 2.7 17-1 -2-2 - -4-5 7.5 5 1.5 - -4-5 -6 4-6 -7-7 -8 1 6 4-8 -9-9 -1 Gambar 6. Penampang tahanan jenis sebenarnya memotong titik ukur B4, C4, D4, E4, dan F4-1 5 5 25 H H 2 H H16 H 4 H15 H 5 H 6 H17 H 7 H 8 H 9 H 1H H1 H14 H18 11H12 H19 H2 H21 H22 H2 H24 25

PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 27 Gambar 7. Penampang tahanan jenis semu dan struktur head-on lintasan H 5 5 25 I I 1 I 2 I I 4 I 5 I 6 I 7 I 8 I 9 I 1 I 11 I 12 I 1 I 14 I 15 I 16 I 17 I 18 I 19 I 2 I 21 I 22 I 2 I 24 25-25 -25-5 -5 1 2 4 5 6 7 8 9 1 15 25 5 12 Ohm-m Gambar 8. Penampang tahanan jenis semu dan struktur head-on lintasan I

PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 27 Gambar 9. Peta Struktur Head On di Daerah Panas Bumi Sampuraga