BAB II LANDASAN TEORI. dengan produksi panas oleh tubuh (Suma mur, 2009). b. Sumber Panas Lingkungan Kerja. dan peningkatan produktivitas.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tubuh manusia dapat bertahan selama berminggu-minggu tanpa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidup manusia secara luas, namun tanpa disertai dengan

Indeks Suhu Bola Basah (ISBB)/WBGT (Wet Bulb Globe Temperature Index)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. zat-zat yang dimungkinkan terkandung di dalam urine, dan juga untuk melihat

Sistem Eksresi> Kelas XI IPA 3 SMA Santa Maria Pekanbaru

BAB V PEMBAHASAN. penggerindaan dan pengelasan di area malting, dan finishing produk. Lokasi

SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dihubungkan dengan produksi panas oleh tubuh disebut tekanan panas. menyangkut panas akan meningkat (ACGIH, 2005).

Pengertian Iklim Kerja Macam-Macam Iklim Kerja

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Sistem Ekskresi Manusia

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLatihan Soal 1.2

BAB I PENDAHULUAN. zat atau substasi normal di urin menjadi sangat tinggi konsentrasinya. 1 Penyakit

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, perlu

Dr.Or. Mansur, M.S. Dr.Or. Mansur, M.S

BAB I PENDAHULUAN. statis artinya normalnya fungsi alat-alat tubuh pada waktu istirahat dan sehat

BAHAN AJAR GIZI OLAHRAGA DEHIDRASI. Oleh: Cerika Rismayanthi, M.Or

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLATIHAN SOAL BAB 1

Created by Mr. E. D, S.Pd, S.Si LOGO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sama lain. Elektrolit terdiri dari kation dan anion. Muatan positif merupakan hasil pembentukan dari kation dalam larutan.

Manfaat Minum Air Putih

Suhu inti (core temperature) Suhu inti menggambarkan suhu organ-organ dalam (kepala, dada, abdomen) dan dipertahankan mendekati 37 C.

yang dihasilkan oleh pankreas dan berperan penting dalam proses penyimpanan Gangguan metabolisme tersebut disebabkan karena kurang produksi hormon

BAB I PENDAHULUAN. lain. Elektrolit terdiri dari kation dan anion. Kation ekstraseluler utama adalah natrium (Na + ), sedangkan kation

BAB II LANDASAN TEORI

Sistem Ekskresi. Drs. Refli, MSc Diberikan pada Pelatihan Penguatan UN bagi Guru SMP/MTS se Provinsi NTT September 2013

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 11. SISTEM EKSKRESI MANUSIALatihan Soal 11.1

BAB 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. ribuan orang cedera setiap tahun (Ramli, 2009). (K3) perlu mendapat perhatian yang sebaik-baiknya sehingga diharapkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Mitos & Fakta Mengenai Hidrasi Hal yang Perlu di ketahui Dokter

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kreatinin adalah produk protein otot yang merupakan hasil akhir

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

- TEMPERATUR - Temperatur inti tubuh manusia berada pada kisaran nilai 37 o C (khususnya bagian otak dan rongga dada) 30/10/2011

Ilmu Pengetahuan Alam

BAB I PENDAHULUAN. maupun psikis terhadap tenaga kerja (Tarwaka, 2014). Dalam lingkungan

CREATIVE THINKING. MANUSIA DAN ILMU PENGETAHUAN Panca Indra

BAB I PENDAHULUAN. mencakup syarat-syarat keselamatan kerja yang berkaitan dengan suhu,

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLatihan Soal 1.3. Air. Asam amino. Urea. Protein

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan

BAB I PENDAHULUAN. Industrialisasi akan selalu diiringi oleh penerapan teknologi tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. berlebihan dan kondisi fisik yang lain dapat mengakibatkan gangguan

Dehidrasi. Gejala Dehidrasi: Penyebab Dehidrasi:

Uji benedict (Semikuantitatif) Tujuan : Menghitung secara kasar kadar glukosa dalam urin. Dasar teori :

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik Responden. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui karakteristik subjek. penelitian tenaga kerja meliputi :

Pertukaran cairan tubuh sehari-hari (antar kompartemen) Keseimbangan cairan dan elektrolit:

- - SISTEM EKSKRESI MANUSIA - - sbl1ekskresi

Struktur Ginjal: nefron. kapsul cortex. medula. arteri renalis vena renalis pelvis renalis. ureter

Sumber air tubuh: 1. Makanan 2. Air minum 3. Air metabolit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergerakan udara dan radiasi perpindahan panas) dan pakaian yang digunakan.

biologi SET 15 SISTEM EKSKRESI DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL A. ORGAN EKSKRESI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Melakukan Uji Protein Urin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1033ºK, titik lebur 336,8 ºK, dan massa jenis 0,86 gram/cm 3. Kalium

BAB I PENDAHULUAN. Pemeriksaan urine merupakan pemeriksaan yang sering diminati dalam

BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi, tetapi juga dari aktivitas atau latihan fisik yang dilakukan. Efek akut

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan bagi pekerja (Sucipto, 2014). Dalam lingkungan industri, proses. terhadap kondisi kesehatan pekerja (Kuswana, 2015).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. setiap unit dinding pembuluh darah. Jantung secara umum memberikan tekanan

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi termal tempat kerja merupakan suatu kondisi lingkungan kerja

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S1 Program Studi Pendidikan Biologi

BAB I PENDAHULUAN. gizi tubuh berperan dalam media transportasi dan eliminasi produk sisa metabolisme.

BAB I PENDAHULUAN. panas umumnya lebih banyak menimbulkan masalah dibanding iklim kerja dingin,

Mahasiswa dapat menjelaskan alat ekskresi dan prosesnya dari hasil percobaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyusun jaringan tumbuhan dan hewan. Lipid merupakan golongan senyawa

PENGARUH TEKANAN PANAS TERHADAP PEMBENTUKAN KRISTAL URIN PEKERJA PADA PABRIK TAHU DI KECAMATAN POLOKARTO, SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. Ginjal memiliki peranan yang sangat vital sebagai organ tubuh

Sistem Pencernaan Manusia

BAB I PENDAHULUAN. dengan kadar yang melebihi nilai ambang batas (NAB), yang diperkenankan

IV-138 DAFTAR ISTILAH

BAB I PENDAHULUAN. yang mempengaruhinya menjalankan kegiatan. Kondisi manusia dipengaruhi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

JENIS GANGGUAN ELEKTROLIT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rokok merupakan gulungan tembakau yang dirajang dan diberi cengkeh

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Lima puluh sembilan persen dari berat badan orang dewasa

KEDARURATAN LINGKUNGAN

SISTEM EKSKRESI. - Sistem ekskresi pada uniseluler dan multiseluler. - Pembuangan limbah nitrogen dan CO 2

HUBUNGAN IKLIM KERJA DAN STATUS GIZI DENGAN PERASAAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA BAGIAN PRODUKSI DI PABRIK KOPI PD. AYAM RAS KOTA JAMBI TAHUN

ANALISIS KUISIONER LINGKUNGAN KERJA DAN GANGGUAN KESEHATAN PEKERJA DI INDUSTRI GERABAH - JOGJAKARTA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini digunakan sampel 52 orang yang terbagi menjadi 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. gerakan dan suhu radiasi. Kombinasi dari keempat faktor ini dihubungkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. dihindari, terutama pada era industrialisasi yang ditandai adanya proses

Sistem Ekskresi pada Manusia. mendeskripsikan sistem ekskresi pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi. 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Pada manusia, fungsi ini sebagian besar dijalankan oleh ginjal (Brenner,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kualitas air yang meliputi kualitas fisik, kimia, biologis, dan radiologis

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia banyak sekali masyarakat yang mengkonsumsi produk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Efek Diabetes Pada Sistem Ekskresi (Pembuangan)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

LARUTAN PENYANGGA (BUFFER) Disusun Oleh: Diah Tria Agustina ( ) JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

BAB 1 PENDAHULUAN. uretra. Volume urin sekitar ml/24 jam, dengan komposisi air sekitar

Calcium Softgel Cegah Osteoporosis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Ginjal adalah system organ yang berpasangan yang terletak pada rongga

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tekanan Panas a. Definisi Tekanan Panas Tekanan panas adalah kombinasi dari suhu udara, kelembaban udara, kecepatan gerakan udara dan suhu radiasi yang dihubungkan dengan produksi panas oleh tubuh (Suma mur, 2009). Aktivitas pada lingkungan kerja panas, tubuh secara otomatis akan memberikan reaksi untuk memelihara suatu kisaran panas lingkungan yang konstan dengan menyeimbangkan antara panas yang diterima dari luar tubuh dengan kehilangan panas dari dalam tubuh (Tarwaka, 2008). b. Sumber Panas Lingkungan Kerja Di dalam industri lingkungan kerja fisik khususnya panas lingkungan memegang peranan penting, oleh karena itu lingkungan kerja harus diciptakan lebih nyaman supaya didapatkan efisiensi kerja dan peningkatan produktivitas. Pada dasarnya ada tiga sumber panas yang penting (Suma mur, 2009) yaitu : 7

8 1) Iklim kerja : keadaan suhu panas udara di tempat kerja yang ditentukan oleh faktor-faktor keadaan antara lain : suhu udara, kelembaban udara, kecepatan gerak udara, dan suhu radiasi. 2) Proses produksi dan mesin akan mengeluarkan panas secara nyata, sehingga lingkungan kerja menjadi lebih panas. 3) Kerja otot tenaga kerja dalam melaksanakan pekerjaannya memerlukan energi yang diperoleh dari bahan nutrisi yang merupakan panas yang disebut metabolisme. c. Pertukaran Panas Tubuh dengan Lingkungan Sekitar Menurut Suma mur (2009), ada beberapa cara pertukaran panas tubuh dengan lingkungan sekitarnya maupun panas dari lingkungan sekitarnya maupun panas dari lingkungan terhadap tubuh antara lain : 1) Konduksi Konduksi adalah pertukaran panas diantara tubuh dan benda sekitar dengan melalui mekanisme sentuhan atau kontak langsung. 2) Konveksi Konveksi adalah pertukaran panas dari badan dan lingkungan melalui kontak udara dengan tubuh. 3) Radiasi Pertukaran panas secara radiasi adalah mekanisme kehilangan panas tubuh dalam bentuk tenaga elektromagnetik yang panjang gelombangnya lebih panjang dari sinar matahari. 4) Evaporasi

9 Pertukaran panas secara evaporasi adalah mekanisme kehilangan panas tubuh melalui permukaan kulit atau paru dan rongga mulut tubuh. d. Parameter Tekanan Panas Terdapat beberapa cara untuk menetapkan besarnya tekanan panas sebagai berikut (Suma mur, 2009) : 1) Suhu Efektif Suhu efektif yaitu indeks sensoris dari tingkat panas yang dialami oleh seseorang tanpa baju dan bekerja enteng dalam berbagai kombinasi suhu, kelembaban, dan kecepatan aliran udara. 2) Indeks Kecepatan Keluar Keringat selama 4 jam Indeks kecepatan keluar keringat selama 4 jam yaitu keringat keluar selama 4 jam, sebagai akibat kombinasi suhu, kelembaban, dan kecepatan aliran udara serta panas radiasi, dapat dikoreksi dengan pakaian dan tingkat kegiatan pekerjaan. 3) Indeks Belding-Heatch (Heat Stress Index) Indeks Belding-Heatch (Heat Stress Index) adalah standar kemampuan berkeringat dari seseorang yaitu sseorang muda dengan tinggi 170 cm dan berat 154 pond dalam keadaan sehat dan memiliki kesehatan jasmani, serta beraklimatisasi terhadap panas. 4) Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB) ISBB merupakan cara pengukuran yang paling sederhana karena tidak banyak membutuhkan keterampilan cara atau metode

10 yang tidak sulit dan besarnya tekanan panas dapat ditentukan dengan cepat. Indeks ini digunakan sebagai cara penilaian terhadap tekanan panas dengan rumus : a) ISBB Outdoor = (0,7 suhu basah) + (0,2 suhu radiasi) + (0,1 suhu kering). b) ISBB Indoor = (0,7 suhu basah) + (0,3 suhu radiasi). (Suma mur, 2009). Nilai Ambang Batas untuk Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB) tekanan panas lingkungan kerja yang diperkenankan, menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER. 13/MEN/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja adalah sebagai berikut : Tabel 1. Nilai Ambang Batas (NAB) Iklim Kerja Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB) ISBB o C Variasi (%) Kerja terus menerus 100 Kerja Ringan Kerja Sedang Kerja Berat 30,0 26,7 25,0 Kerja 75 istirahat 25 Kerja 50 istirahat 50 Kerja 25 istirahat 75 30,6 28,0 25,9 31,4 29,4 27,9 32,2 31,1 30,0 Sumber : Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER. 13/MEN/X/2011

11 Peralatan modern yang digunakan untuk mengukur ISBB adalah Area Heat Stress Monitor. Dimana alat tersebut dioperasikan secara digital yang meliputi parameter suhu basah, suhu kering, suhu radiasi, dan ISBB atau WBGT out yang hasilnya tinggal membaca pada alat dengan menekan tombol operasional dalam satuan o C dan o F. Pada waktu pengukuran alat ditempatkan sekitar sumber panas dimana pekerja melakukan pekerjaanya (Tarwaka, 2008). Selain alat tersebut, terdapat alat ukur ISBB yang lebih modern seperti Questtemp Heat Stress Monitor. Alat tersebut dioperasikan secara digital yang meliputi parameter suhu basah, suhu kering, suhu radiasi, dan ISBB yang hasilnya tinggal membaca pada alat dengan membaca pada alat dengan menekan tombol operasional dalam satuan o C dan o F. pada waktu pengukuran, alat ditempatkan disekitar sumber panas dimana pekerja melakukan pekerjaanya. Dari hasil pengukuran ISBB tersebut, selanjutnya disesuaikan dengan beban kerja yang diterima pekerja dan kriteria waktu kerja serta istirahat dalam pengaturan dapat menggunakan aturan menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER. 13/MEN/X/2011 (Tarwaka, 2010). 5) Suhu Nikmat Kerja Suhu nikmat kerja adalah suhu yang diperlukan seseorang agar dapat bekerja secara nyaman. Suhu nikmat kerja berkisar antara

12 24 26 o C bagi orang Indonesia. Aklimatisasi terhadap panas berarti suatu proses penyesuaian yang terjadi pada seseorang selama satu minggu pertama berada di tempat kerja. Setelah minggu pertama berada di tempat panas, tenaga kerja mampu bekerja tanpa pengaruh tekanan panas. Hal ini tergantung dari aklimatisasi setiap individu yang dilihat dari beban kerja sehingga diperlukan variasi kerja yang sesuai Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER. 13/MEN/X/1999 (Suma mur, 2009). e. Mekanisme Tubuh dalam Menghadapi Panas Manusia dapat mempertahankan suhu tubuhnya sendiri dari kondisi lingkungannya yang selalu berubah-ubah dan diatur oleh suatu sistem pengatur suhu, karena manusia termasuk makhluk homotermis. Suhu menetap ini adalah akibat metabolisme dan pertukaran panas tubuh dengan lingkungan sekitar (Suma mur, 2009). Bila suhu tubuh diturunkan terjadi vasodilatasi pembuluh darah kulit, yang menyebabkan suhu kulit mendekati suhu tubuh. Suhu tubuh manusia yang dapat diraba atau dirasakan tidak hanya didapat dari metabolisme tetapi juga dipengaruhi oleh panas lingkungan. Semakin tinggi panas lingkungan, semakin besar pula pengaruhnya terhadap suhu tubuh. Sebaliknya, semakin rendah suhu lingkungan, semakin banyak pula panas antara tubuh manusia yang didapat dari metabolisme dengan tekanan panas yang dirasakan sebagai kondisi panas lingkungan. Selama pertukaran ini seimbang dan serasi, tidak

13 akan menimbulkan gangguan, baik penampilan kerja maupun kesehatan kerja. (Depkes RI, 2009). f. Gangguan Kesehatan karena Pengaruh Tekanan Panas Menurut Suma mur (2009), jenis gangguan kesehatan akibat tekanan panas yang berlebihan sebagai berikut : 1) Heat Stroke Jarang sekali terjadi dalam industri. Biasanya terjadi pada seorang laki-laki yang bekerja berat dalam keadaan emosi dalam situasi yang sangat panas dan belum beraklimatisasi, sehingga produksi panas dalam tubuh tinggi yang dapat terjadi dalam suhu diatas 30 o C, karena orang Indonesia biasa bekerja pada suhu 24 26 o C, dengan kelembaban sekitar 85-95%. 2) Heat Cramps Di dalam lingkungan yang bersuhu tinggi, sebagai akibat bertambahnya keringat yang keluar menyebabkan hilangnya garam natrium dari tubuh, dan sebagai akibat banyak minum air, tetapi tidak diberi garam natrium yang hilang bersama keringat yang dapat menyebabkan dehidrasi. 3) Heat Exhaustion Terjadi karena cuaca kerja yanga sangat panas, terutama bagi mereka yang belum beraklimatisasi terhadap udara panas, dapat terjadi karena berkeringat sangat banyak, sedangkan suhu badan

14 normal atau subnormal, tekanan darah menurun dan nadi lebih cepat. 4) Heat Syncope Merupakan bentuk cidera panas yang paling ringan, dapat terjadi karena tekanan panas matahari secara langsung. 5) Miliaria Miliaria adalah kelainan kulit sebagai akibat keluarnya keringat keringat yang berlebihan. Tampak adanya bintik kemerahan pada kulit yang terasa nyeri bila kepanasan. Hal ini terjadi retensi keringat disertai reaksi peradangan. 6) Dehidrasi Suatu kehilangan cairan tubuh yang berlebihan yang disebabkan oleh penggantian cairan yang tidak cukup maupun karena gangguan kesehatan (Tarwaka, 2008). g. Pengendalian Lingkungan Kerja Panas Untuk mengendalikan pengaruh pemaparan tekanan panas terhadap tenaga kerja perlu dilakukan koreksi tempat kerja, sumber-sumber panas lingkungan dan aktivitas kerja yang dilakukan. Koreksi tersebut dimaksudkan untuk menilai secara cermat faktor-faktor tekanan panas dan mengukur ISBB pada masing-masing tenaga kerja sehingga dapat dikakukan pengendalian secara benar. Secara ringkas teknik pengendalian yang terhadap pemaparan tekanan panas di perusahaan dapat dijelaskan sebagai berikut :

15 1) Mengurangi faktor beban kerja dengan mekanisasi. 2) Mengurangi beban panas radiasi dengan cara : a) Menurunkan temperatur udara dari proses kerja yang menghasilkan panas. b) Relokasi proses kerja yang menghasilkan panas. c) Penggunaan tentang panas dan alat pelindung yang dapat memantulkan panas. 3) Mengurangi temperatur dan kelembaban Cara ini dapat dilakukan melalui ventilasi pengenceran (dillution ventilation) atau pendinginan secara mekanis (mechanical cooling). Cara ini telah terbukti secara drastis dapat menghemat biaya dan meningkatkan kenyamanan. 4) Meningkatkan pergerakan udara Peningkatan pergerakan udara melaui ventilasi buatan dimaksudkan untuk memperluas pendinginan evaporasi, tetapi tidak boleh melebihi 0,2 m/det. Sehingga perlu dipertimbangkan bahwa menambah pergerakan udara pada temperatur yang tinggi (> 40 o C) dapat berakibat pada peningkatan tekanan panas. 5) Pembatasan terhadap waktu pemaparan panas dengan cara : a) Melakukan pekerjaan pada tempat panas pada pagi dan sore. b) Penyediaan tempat sejuk yang terpisah dengan proses kerja untuk pemulihan.

16 c) Mengatur waktu kerja dan istirahat secara tepat berdasarkan beban kerja dan nilai ISBB. Dari uraian tersebut, dapat ditegaskan bahwa kondisi yang harus dipertimbangkan dalam setiap desain atau redesain sistem ventilasi adalah adanya sirkulasi udara pada tempat kerja yang baik, sehingga terjadi pergantian udara dalam ruangan dengan udara segar dari luar secara terus-menerus (Tarwaka, 2008). 2. Kecukupan Air Minum a. Air dan Cairan Tubuh Menurut Almatsier (2010), tubuh dapat bertahan selama berminggu-minggu tanpa makanan, tapi hanya beberapa hari tanpa air. Air atau cairan tubuh merupakan bagian utama tubuh, yaitu 55 60% dari berat badan orang dewasa atau 70% dari bagian tubuh tanpa lemak (lean body mass). Angka ini lebih besar untuk anak-anak. Pada proses menua manusia kehilangan air. Kandungan air pada bayi lahir adalah 75% berat badan, sedangkan pada usia tua menjadi 50%. Kehilangan ini sebagian besar berupa kehilangan cairan ekstraseluler. Tubuh yang mengandung relatif lebih banyak otot mengandung lebih banyak air, sehingga kandungan air atlet lebih banyak daripada non atlet, kandungan air pada laki-laki lebih banyak daripada perempuan, dan kandungan air pada anak muda lebih banyak daripada orang tua.

17 b. Fungsi dan Kebutuhan Air Menurut Yuniastuti (2008), bagi orang dewasa air berfungsi sebagai bahan pembangun di setiap sel tubuh. Cairan manusia memiliki fungsi yang sangat vital, yaitu untuk mengontrol suhu tubuh dan menyediakan lingkungan yang baik bagi metabolisme. Cairan tubuh bersifat elektrolit (mengandung atom bermuatan listrik) dan alkalin (basa). Air yang dibutuhkan manusia berasal dari makanan dan minuman serta pertukaran zat dalam tubuh. Menurut Almatsier (2010), air mempunyai berbagai fungsi dalam proses vital tubuh, yaitu : 1) Air dalam tubuh berfungsi sebagai pelarut zat-zat gizi berupa: monosakarisa, asam amino, lemak, vitamin, dan mineral serta bahan-bahan lain yang diperlukan tubuh seperti oksigen dan hormon-hormon. Zat-zat gizi dan hormon ini dibawa ke seluruh sel yang membutuhkan. Disamping itu, air sebagai pelarut mengangkut sisa-sisa metabolisme, termasuk karbondioksida dan ureum untuk dikeluarkan dari tubuh melalui paru-paru, kulit, dan ginjal. 2) Air berperan sebagai katalisator dalam berbagai reaksi biologi dalam sel, termasuk di dalam saluran cerna. Air diperlukan pula untuk memecah atau menghidrolisis zat gizi kompleks menjadi bentuk-bentuk lebih sederhana. 3) Air berperan sebagai pelumas dalam cairan sendi-sendi tubuh.

18 4) Air sebagai bagian jaringan tubuh diperlukan untuk pertumbuhan. 5) Pengatur suhu, karena kemampuan air untuk menyalurkan panas, air memegang peranan dalam mendistribusikan panas di dalam tubuh. Sebagian panas yang dihasilkan dari metabolisme energi diperlukan untuk mempertahankan suhu tubuh pada 37 o C. 6) Air dalam mata, jaringan saraf tulang belakang, dan dalam kantung ketuban melindungi organ-organ tubuh dari benturan-benturan. Kebutuhan air dipengaruhi oleh usia, berat badan, asupan energi, dan luas permukaan tubuh (Soemarko, 2006). Suhu lingkungan turut mempengaruhi kebutuhan air. Kebutuhan cairan di daerah dengan suhu 40 o C dapat menjadi lebih tinggi daripada di daerah dengan suhu 20 o C. Kebutuhan air meningkat seiring bertambahnya usia, kebutuhan cairan sebanyak 0,6 liter pada bayi akan meningkat menjadi selitar 1,7 liter pada anak-anak. Selain faktor usia, kebutuhan cairan juga dipengaruhi oleh faktor aktivitas. Aktivitas fisik akan meningkatkan pengeluaran cairan akibat meningkatnya suhu tubuh (Sawka dkk, 2005). Pada orang dewasa, kebutuhan air harian sekitar 2,5 liter untuk aktivitas ringan, seperti duduk dan meningkat hingga 3,2 liter jika melakukan aktivitas sedang (Sawka dkk, 2005). Sedangkan kebutuhan air meningkat 4,5 liter per hari pada pekerja kasar yang bekerja di suhu tinggi (Mei dkk, 2003). Tingkat pekerjaan sedang di dalam lingkungan kerja panas adalah pekerjaan yang mempunyai kegiatan seperti : berdiri, kerja sedang

19 pada mesin atau membongkar barang dan kadang-kadang jalan, berjalan dengan mengangkat atau mendorong beban yang beratnya sedang. Untuk pekerjaan pada tempat kerja yang bersuhu tinggi, harus diperhatikan secara khusus kebutuhan akan air dan garam sebagai pengganti cairan untuk penguapan keringat (Suma mur, 2009). c. Distribusi dan Keseimbangan Cairan Tubuh Tubuh harus mampu memelihara konsentrasi semua elektrolit yang sesuai di dalam cairan tubuh, sehingga tercapai keseimbangan cairan dan elektrolit. Pengaturan ini penting bagi kehidupan sel, karena sel harus secara terus-menerus berada di dalam cairan dengan komposisi yang benar, baik cairan di dalam maupun di luar sel (Almatsier, 2010). Cairan tubuh merupakan media semua reaksi kimia di dalam sel. Tiap sel mengandung cairan intraseluler (cairan di dalam sel) yang komposisinya paling cocok untuk sel tersebut dan berada di dalam cairan ekstraseluler (cairan diluar sel) yang cocok pula. Cairan ekstraseluler terdiri atas cairan intertisial atau intraseluler (sebagian besar) yang terdapat di sel-sel dan cairan intravaskuler berupa plasma darah. Semua cairan tubuh setiap waktu kehilangan dan mengalami penggantian bagian-bagiannya, namun komposisi cairan dalam tiap kompartemen dipertahankan agar selalu berada dalam keadaan homeostatis atau tetap. Keseimbangan cairan di tiap kompartemen menentuknan volume dan tekanan darah. Keseimbangan cairan tubuh adalah keseimbangan antara jumlah cairan yang masuk dan keluar.

20 Melalui mekanisme keseimbangan, tubuh berusaha agar cairan di dalam tubuh setiap waktu berada di dalam jumlah yang tetap (Yuniastuti, 2008) d. Ketidakseimbangan Cairan Ketidakseimbangan terjadi pada dehidrasi (kehilangan air secara berlebihan) dan intoksikasi air (kelebihan air). Konsumsi air terdiri atas air yang diminum dan yang diperoleh dari makanan, serta air yang diperoleh sebagai hasil metabolisme. Air yang keluar dari tubuh termasuk yang dikeluarkan sebagai urin, air di dalam feses, dan air yang dikeluarkan melalui kulit dan paru-paru. Keseimbangan air ratarata berupa masukan dan eksresi. Air dibuang dari tubuh melalui air seni, keringat, dan penguapan air melalui alat pernafasan yaitu sebagai sarana transportasi zat gizi dan oksigen ke seluruh tubuh. Aktivitas tubuh akan selalu mengeluarkan cairan dalam bentuk keringat, urin, feses, dan nafas. Tubuh akan kehilangan cairan sekitar 2,5 liter setiap hari. Untuk menjaga agar kondisi dan fungsi cairan tubuh tidak terganggu, kehilangan tersebut harus diganti. Jika tubuh tidak cepat mendapatkan air atau kehilangan air hanya sekitar 5% dari berat badan (pada anak, remaja, dan dewasa) maka keadaan ini telah membahayakan kehidupan seseorang atau dikenal sebagai dehidrasi berat. Dehidrasi akan mengakibatkan menurunnya volume plasma sehingga menimbulkan gangguan termoregulasi dan kerja jantung. Selanjutnya kan mempengaruhi kinerja tubuh secara keseluruhan.

21 Dehidrasi juga menurunkan kemampuan sistem kardiovaskuler dan pengaturan suhu tubuh. Dehidrasi berat menyebabkan kerja otak terganggu sehingga cenderung mengalami halusinasi (Yuniatuti, 2008). Ketidakseimbangan cairan mengindikasikan hubungan yang tidak seimbang antara asupan cairan dan kehilangan cairan. Dehidrasi merupakan pertanda adanya keseimbangan negatif pada cairan tubuh atau menurunnya kandungan air tubuh hingga 2 6% (Almatsier, 2010). Rasa haus merupakan sinyal untuk mengonsumsi cairan tambahan. Rasa haus dipicu oleh menurunnya volume cairan tubuh, yang merupakan pertanda telah terjadi dehidrasi (Sawka dkk, 2005). Rasa haus tersebut harus segera direspon dengan meminum air dalam jumlah yang cukup, jika tidak keadaannya akan semakin memburuk. Bertambahnya usia seseorang akan melemahkan respon terhadap rasa haus ini, akibatnya terjadi rasa lemah, lemas, letih, hilang kesadaran, bahkan kematian (Borghi dkk, 2008). Kondisi lain yang mengindikasikan ketidakseimbangan cairan adalah asupan air yang berlebihan. Asupan cairan yang berlebih tidak dianjurkan pada kondisi tertentu, seperti penyakit ginjal kronik, gagal jantung, dan kadar albumin dalam serum rendah. Asupan air yang berlebihan juga tidak dianjurkan pada kelompok usia lanjut. Asupan

22 air lebih dari 1500/24 jam berpotensi menimbulkan hiponatremia pada usia lanjut (Mei dkk, 2003). 3. Pengkristalan Urin a. Urin Manusia Menurut Tilong (2012), air seni atau urin adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksresi urin ini diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal, serta untuk menjaga homeostatis cairan tubuh. Urin yang disaring didalam ginjal tersebut lalu dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, kemudian dibuang keluar tubuh melalui uretra. Dari penjelasan tersebut, dapat dikatakan bahwa urin merupakan buangan tubuh berupa cairan yang dikeluarkan melalui saluran urogenital. Urin yang normal memilikiwarna kuning muda, kuning tua, dan jernih transparan. Urin mempunyai bau khas dan jika dibiarkan agak lama akan berbau ammonia. Urin juga mempunyai Ph 6,8 7,2. Secara kimiawi, komposisi urin adalah : ammonia (0,05%), sulfat (0,18%), fosfat (0,12%), klorida (0,6%), sodium (0,1%), uric acid (0,03%), urea (2%), dan air (95%). Selain itu urin juga mengandung garam dapur serta zatzat berlebihan dalam darah, misalnya vitamin C dan obat-obatan. Cairan dan materi pembentuk urin berasal dari darah atau cairan interstisial. Komposisi urin berubah sepanjang proses reabsorpsi, yakni ketika molekul yang pentingbagi tubuh misalnya glukosa, diserap

23 kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa. Cairan yang tersisa akan mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai senyawa yang berlebih atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar dari tubuh. Materi yang terkandung di dalam urin dapat diketahui melalui urinalisis. Secara umum, urin dianggap sebagai zat yang kotor. Hal ini berkaitan dengan kemungkinan urin tersebut berasal dari ginjal atau saluran kencing yang terinfeksi, sehingga urin pun mengandung bakteri. Namun, jika berasal dari ginjal dan saluran kencing yang sehat, secara medis, urin tersebut cukup bau yang dihasilkan berasal dari urea (Tilong, 2012) b. Pembentukan Kristal Urin Kristal merupakan indikasi adanya kecenderungan pembentukan batu, namun tidak selalu bersifat patologis karena dapat pula terbentuk setelah pengumpulan urin. Idealnya, pemeriksaan urin dilakukan saat urin masih segar dan pada suhu 37 o C (Soemarko, 2006). Jika seseorang lama terpapar di tempat yang panas, mengakibatkan terbentuknya kristal pada urinnya. Ditandai pada pemeriksaan urin di laboraturium, menunjukkan kristal urinnya positif (Maslachah, 2009). Mekanisme terbentuknya kristal urin ialah lingkungan panas mempengaruhi jumlah cairan dan elektrolit tubuh, jika jumlah cairan dan elektrolit yang masuk tidak cukup, produksi urin akan menurun dan kepekatan urin bertambah. Hal ini dinamakan dengan kondisi hipersaturasi. Jika kondisi hipersaturasi tidak ditangani dan

24 berlangsung cukup lama dapat mendorong terbentuknya kristal dan batu di saluran kemih yang menyebabkan rasa nyeri di saluran kemih. Pada efek yang lebih lanjut dapat terjadi gangguan fungsi ginjal (Borghi dkk, 2008). Minimnya kadar zat proteksi, menyebabkan terbentuknya kristal dalam urin. Kristal ini antara lain : kalsium oksalat, uric acid, dan amorph. Pada tekanan panas, kadar zat proteksi menjadi rendah. Hal ini berakibat hilangnya juga faktor proteksi dalam urin. Akibatnya, terjadi pegendapan bahan tertentu dalam urin. Pengendapan bahan tersebut dalam urin mengakibatkan terjadinya supernaturasi. Supernaturasi adalah terdapatnya bahan tertentu di dalam urin yang melebihi batas kemampuan cairan untuk melarutkannya. Supernaturasi terjadi karena proteksi dalam urin tidak dapat mengendapkan bahanbahan tertentu dalam urin. Supernaturasi merupakan penyebab terpenting dalam proses terjadinya batu saluran kencing. Bahan-bahan tersebut adalah garam-garam dari oksalat, asam urat, sistein, dan xantin. Garam tersebut apabila dalam konsentrasi yang tinggi disertai dengan pengurangan volume urin akan mengakibatkan terjadinya kristalisasi (Costanzo, 2012). Adanya satu atau beberapa faktor pembentukan kristal kalsium dapat menyebabkan terbentuknya batu ginjal. Subyek normal dapat mengeksresikan kristal kecil. Sedangkan proses pembentukan batu dimungkinkan dengan kecenderungan ekresi kristal yang lebih besar

25 dan kemungkinan sebagai kristal kalsium oksalat dalam air kemih. Proses perubahan kristal yang terbentuk pada tubulus menjadi batu masih belum sejelas proses pembuangan kristal melaui aliran kemih yang banyak. Diperkirakan bahwa agregasi kristal menjadi cukup besar sehingga tertinggal dan tertimbun. Selanjutnya secara perlahan timbunan akan membesar. Kelainan ini kemungkinan disebabkan oleh kristal sendiri. (Sudoyo, 2006). Menurut Purnomo (2011), terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan gangguan aliran urin, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan keadaan-keadaan lain yang masih belum terungkap (idiopatik). Terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya batu saluran kemih pada seseorang. Faktorfaktor itu adalah faktor intrinsik, yaitu keadaan yang berasal dari tubuh seseorang, dan faktor ekstrinsik, yaitu pengaruh yang berasal dari lingkungan dan sekitarnya. Faktor intrinsik itu antara lain : 1) Herediter (keturunan) Penyakit ini diduga diturunkan dari orang tuanya. 2) Umur Penyakit ini paling sering didapatkan pada usia 30 50 tahun. 3) Jenis kelamin Jumlah pasien laki-laki 3 kali lebih besar daripada pasien wanita. Sedangkan beberapa faktor ekstrinsik menurut Purnomo (2011), yang mempengaruhi diantaranya adalah :

26 1) Geografi Pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian batu saluran kemih yang lebih tinggi daripada daerah lain. 2) Iklim dan temperatur. 3) Asupan air Kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium pada air yang dikonsumsi dapat meningkatkan insiden batu saluran kemih. 4) Diet Diet banyak purin, oksalat, dan kalsium mempermudah terjadinya penyakit batu saluran kemih. Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya kristal urin menurut Nursalam dkk, (2006) : 1) Herediter (keturunan) Penyakit batu ginjal diduga diturunkan dari orang tua kepada si anak. 2) Umur Penyakit ini paling sering didapatkan pada umur 30 50 tahun. 3) Jenis kelamin Jumlah pasien laki-laki 3 kali lebih besar daripada pasien wanita.

27 4) Kelainan anatomik dalam tubuh Adanya kelainan struktur anatomik dalam saluran kencing, menyebabkan urin tidak keluar lancar dan hanya mengendap di suatu tempat dan mengakibatkan terjadinya kristalisasi. 5) Iklim panas Tempat yang bersuhu panas (misalnya di daerah panas) menyebabkab keringat. Banyaknya keringat yang dikeluarkan akan mengurangi produksi urin dan mempermudah pembentukan batu saluran kemih. 6) Jenis pekerjaan Jenis pekerjaan yang rentan terhadap paparan tekanan panas, dapat mendorong terjadinya kristalisasi urin. 7) Lama paparan Lama paparan di tempat kerja yang mengandung tekanan panas, harus disesuaikan dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER. 13/MEN/X/2011. 8) Pekerjaan sebelumnya 9) Kebiasaan buang air kecil selama 8 jam Kondisi sering terjadi karena efek tekanan panas. Dehidrasi sering diikuti pemekatan urin. Urin yang keluar menjadi sedikit, sehingga PH urin berubah dan menyebabkan terjadinya kristalisasi.

28 10) Kebiasaan makan Gaya hidup dan kebiasaan makan makanan tertentu menjadi faktor pemicu terjadinya kristalisasi urin. Pola makan dan adanya diet banyak purin, oksalat, serta kalsium mempermudah terjadinya penyakit batu saluran kemih (Gandasoebroto, 2007). 11) Kebiasaan minuman beralkohol dan obat-obat terlarang. c. Jenis Kristal urin Komposisi yang terbanyak adalah kristal kalsium (80%) dengan terbesar bentuk kalsium oksalat dan terkecil kalsium fosfat. Adapun macam-macam kristal dalam ginjal atau kandung kemih dan proses terbentuknya menurut Nursalam dkk, (2006) : 1) Kristal oksalat atau kalsium oksalat Asam oksalat dalam tubuh berasal dari metabolisme asam amino dan asam askorbat. Asam askorbat merupakan prekusor oksalat yang cukup besar, yaitu 30-50% dikeluarkan sebagai oksalat urin.. Terjadinya gangguan fungsi ginjal dan asupan oksalat berlebih di tubuh (misalnya banyak mengkonsumsi nanas), menyebabkan terjadinya akumulasi oksalat yang memicu terbentuknya kristal oksalat di ginjal atau kandung kemih. 2) Kristal struvit Kristal struvit dari magnesium ammonium fosfat (struvit) dan kalsium karbonat. Kristal tersebut terbentuk di pelvis dan kalik ginjal bila produksi ammonia bertambah dan PH urin tinggi,

29 sehingga kelarutan fosfat berkurang. Hal ini terjadi akibat infeksi bakteri pemecah urea (yang terbanyak dari spesies Proteus dan Providencia, Peudomonas eratia, semua Klebsiella, Hemophilus, Staphylococcus, dan Coryne bacterium) pada saluran urin. 3) Kristal urat Terjadi pada penderita gout (sejenis reumatik), pemakaian urikosurik (misalnya : probenesid atau aspirin) dan penderita diare kronis (karena kehilangan cairan dan peningkatan konsentrasi urin), serta asidosis (PH urin menjadi asam, sehingga terjadi pengendapan asam urat). 4) Kristal sistina Sistin merupakan asam amino yang kelarutannya paling kecil. Bila sistin tak larut akan berpresipitasi (mengendap) dalam bentuk kristal yang tumbuh dalam sel ginjal atau saluran kemih membentuk batu. 5) Kristal kalium fosfat Terjadi pada penderita hiperkalsiurik (kadar kalsium dalam urin tinggi) dan berlebih asupan kalsium (misal susu dan keju) ke dalam tubuh. d. Pemeriksaan Sampel Urin Pemeriksaan urin adalah suatu bentuk pemeriksaan makroskopis dan mikroskopis urin. Pemeriksaaan rutin pada urin meliputi : volume

30 urin, warna, kejernihan urin, berat jenis, protein, glukosa, dan pemeriksaan sedimen (Gandasoebroto, 2007). e. Pemilihan Sampel Urin Menurut Gandasoebroto (2007), pemeriksaan urin tidak hanya dapat memberikan fakta-fakta tentang ginjal dan saluran urin, tetapi juga mengenai faal berbagai organ dalam tubuh seperti: hati, saluran empedu, pankreas, dan korteks adrenal. Urinalisis dengan memakai urin sepanjang 24 jam pada seseorang, ternyata susunan urin itu tidak banyak berbeda dari susunan urin 24 jam berikutnya. Akan tetapi, jika mengadakan pemeriksaan dengan sampel-sampel urin dari orang itu pada saat-saat yang tidak menentu di waktu siang atau malam,akan dilihat bahwa susunan sampel urin dapat berbeda jauh dari sampel lain. Itu sebabnya maka penting sekali memilih sampel urin sesuai dengan tujuan pemeriksaan. Menurut Gandasoebroto (2007), ada beberapa kriteria pemilihan sampel urin dalam berbagai pemeriksaan, antara lain : 1) Urin Sewaktu Untuk bermacam-macam pemeriksaan dapat digunakan urin sewaktu, yaitu urin yang dikeluarkan pada satu waktu yang tidak ditentukan khusus. 2) Urin Pagi Urin pagi ialah urin yang pertama-tama dikeluarkan di pagi hari setelah bangun tidur. Urin ini lebih pekat dari urin yang

31 dikeluarkan siang hari, jadi baik untuk pemeriksaan sedimen, berat jenis, protein, tes kehamilan berdasarkan adanya HCG (Human Chorionic Gonadotrophin) dalam urindan lain-lain. 3) Urin Postprandial Sampel urin ini berguna untuk pemeriksaan terhadap glukosuria. Urin ini merupakan urin yang pertama kali dilepaskan 1,5 3 jam sehabis makan. Urin pagi tidak baik untuk pemeriksaan penyaring terhadap adanya glukosuria. 4) Urin 24 Jam Apabila diperlukan penetapan kuantitatif sesuatu zat dalam urin, urin sewaktu sama sekali tidak bermakna dalam menafsirkan proses-proses metabolik dalam badan. Hanya jika urin itu dikumpulkan selama waktu yang diketahui, dapat diberikan suatu kesimpulan, sehingga biasanya dipakai urin 24 jam. 5) Urin 3 Gelas dan Urin 2 Gelas pada Orang Lelaki Penampungan urin ini dipakai pada pemeriksaan urologik dan dimaksudkan untuk mendapat gambaran tentang letaknya radang atau lesi lain yang mengakibatkan adanya nanah atau darah dalam urin seorang lelaki. Penampungan tiga gelas dimulai dengan instruksi kepada penderita bahwa beberapa jam sebelum pemeriksaan dilakukan, tidak boleh berkemih.

32 4. Hubungan Tekanan Panas dengan Kecukupan Air Minum dan Pembentukan Kristal Urin Aktivitas pada lingkungan kerja panas, tubuh secara otomatis akan memberikan reaksi untuk memelihara suatu kisaran panas lingkungan yang konstan dengan menyeimbangkan antara panas yang diterima dari luar tubuh dengan kehilangan panas dari dalam tubuh (Tarwaka, 2012). Suhu lingkungan turut mempengaruhi kebutuhan air. Kebutuhan cairan di daerah dengan suhu 40 o C dapat menjadi lebih tinggi daripada di daerah dengan suhu 20 o C. Kebutuhan air meningkat seiring bertambahnya usia. Selain faktor usia, kebutuhan cairan juga dipengaruhi oleh faktor aktivitas. Aktivitas fisik akan meningkatkan pengeluaran cairan akibat meningkatnya suhu tubuh (Sawka dkk, 2005). Ketidakseimbangan cairan mengindikasikan hubungan yang tidak seimbang antara asupan cairan dan kehilangan cairan. Dehidrasi merupakan pertanda adanya keseimbangan negatif pada cairan tubuh (Almatsier, 2010). Kristal merupakan indikasi adanya kecenderungan pembentukan batu, namun tidak selalu bersifat patologis karena dapat pula terbentuk setelah pengumpulan urin (Costanzo, 2012). Seseorang lama terpapar di tempat yang panas, mengakibatkan terbentuknya kristal pada urinnya. Ditandai pada pemeriksaan urin di laboraturium, menunjukkan kristal urinnya positif (Maslachah, 2009). Selain itu, hasil penelitian yang dilakukan oleh Triyanti (2007)

33 menunjukan sebanyak 29,3% pekerja mengalami kristalisasi urin, secara statistik terdapat hubungan signifikan antara variabel kebiasaan minum dengan terjadinya kristalisasi urin. Mekanisme terbentuknya kristal urin ialah lingkungan panas mempengaruhi jumlah cairan dan elektrolit tubuh, jika jumlah cairan dan elektrolit yang masuk tidak cukup, produksi urin akan menurun dan kepekatan urin bertambah (Borghi dkk, 2008).

34 B. Kerangka Pemikiran Iklim Kerja Tekanan Panas Pertukaran Panas Tubuh dengan Lingkungan Sekitar (Konduksi, Konveksi, Radiasi, Evaporasi) Mempengaruhi Jumlah Cairan dan Elektrolit Tubuh Rasa haus Kecukupan Air Minum Cukup Tidak Cukup Normal Terjadi Dehidrasi dan Kurang Asupan Cairan Produksi Urin Menurun dan Kepekatan Bertambah Faktor Intrinsik : - Umur - Jenis kelamin - Hereditair - Masa Kerja Gambar 1. Kerangka Pemikiran Pengendapan Kristal Urin Faktor Ekstrinsik : - Geografi - Asupan air - Iklim dan Temperatur - Diet

35 C. Hipotesis Ada Hubungan antara Tekanan Panas dengan Kecukupan Air Minum dan Pembentukan Kristal Urin pada Pekerja di Unit Pengecoran Logam, Industri Pengecoran Logam X, Ceper.