3 METODE PENELITIAN. Tabel 1. Letak geografis stasiun pengamatan

dokumen-dokumen yang mirip
3. METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi penelitian berada di dalam wilayah Kabupaten Administratif

3. METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2. Jenis dan Sumber Data

METODE KERJA. Penelitian ini dilakukan pada Bulan Juli sampai dengan Bulan Oktober Lokasi

LINE INTERCEPT TRANSECT (LIT)

3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

3 BAHAN DAN METODE. KAWASAN TITIK STASIUN SPOT PENYELAMAN 1 Deudap * 2 Lamteng * 3 Lapeng 4 Leun Balee 1* PULAU ACEH

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3 METODE. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

3. METODOLOGI PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN. Penelitian ini berlokasi di habitat lamun Pulau Sapudi, Kabupaten

BAHAN DAN METODE Lokasi Penelitian Waktu Penelitian

Bentuk Pertumbuhan dan Kondisi Terumbu Karang di Perairan Teluk Tomini Kelurahan Leato Selatan Kota Gorontalo

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis deskriptif kuantitatif dengan pengambilan

BAB III METODE PENELITIAN

3. METODE. Tabel 1 Posisi geografis stasiun penelitian.

KERUSAKAN TERUMBU KARANG KARIMUNJAWA AKIBAT AKTIVITAS TRANSPORTASI BATUBARA

BAB III METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN

Parameter Fisik Kimia Perairan

3 METODOLOGI PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

PERSENTASE TUTUPAN KARANG DI PERAIRAN MAMBURIT DAN PERAIRAN SAPAPAN KABUPATEN SUMENEP PROVINSI JAWA TIMUR

KONDISI TUTUPAN KARANG PULAU KAPOPOSANG, KABUPATEN PANGKAJENE KEPULAUAN, PROVINSI SULAWESI SELATAN

3. METODE PENELITIAN

3. METODOLOGI. Koordinat stasiun penelitian.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

PERSENTASE TUTUPAN DAN TIPE LIFE FORM TERUMBU KARANG DI PULAU MANDANGIN KABUPATEN SAMPANG

METODE SURVEI TERUMBU KARANG INDONESIA Oleh OFRI JOHAN, M.Si. *

KONDISI TERUMBU KARANG DAN IKAN KARANG PERAIRAN TULAMBEN BALI Tyas Ismi Trialfhianty 09/288367/PN/11826 Manajemen Sumberdaya Perikanan

KONDISI EKOSISTEM TERUMBU KARANG DI KEPULAUAN TOGEAN SULAWESI TENGAH

3. METODE PENELITIAN

TEKNIK PENGUKURAN DAN ANALISIS KONDISI EKOSISTEM TERUMBU KARANG

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

THE CORAL REEF CONDITION IN SETAN ISLAND WATERS OF CAROCOK TARUSAN SUB-DISTRICT PESISIR SELATAN REGENCY WEST SUMATERA PROVINCE.

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

6 OPTIMALISASI PANJANG TRANSEK PADA PENGGUNAAN METODE TRANSEK FOTO BAWAH AIR

Lampiran 1 Persentase tutupan karang stasiun 1

ANALISIS KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG EKOSISTEM TERUMBU KARANG SEBAGAI EKOWISATA BAHARI DI PULAU DODOLA KABUPATEN PULAU MOROTAI

3 METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai Desember 2013.

3. METODOLOGI PENELITAN

Gambar 2 Peta lokasi penelitian.

3. METODE PENELITIAN

Gambar 3. Peta lokasi penelitian

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Terumbu Karang

KESESUAIAN EKOWISATA SELAM DI PULAU MANDANGIN KABUPATEN SAMPANG

G.2.7. Wilayah Takad Saru. G.2.8. Wilayah Kotal. Fluktuasi anomali dan persentase karang di Takad Saru StatSoft-7 1,4 42,10 1,2 39,43 1,0 36,75 0,8

Akuatik- Jurnal Sumberdaya Perairan

3 METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

SEBARAN DAN ASOSIASI PERIFITON PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN (Enhalus acoroides) DI PERAIRAN PULAU TIDUNG BESAR, KEPULAUAN SERIBU, JAKARTA UTARA

3. METODE PENELITIAN

THE CORAL REEF CONDITION IN BERALAS PASIR ISLAND WATERS OF GUNUNG KIJANG REGENCY BINTAN KEPULAUAN RIAU PROVINCE. By : ABSTRACT

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan November di perairan Pulau Kelagian, Provinsi Lampung.

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE KERJA. A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober sampai dengan bulan

BAB IV GAMBARAN WILAYAH STUDI

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Lokasi dan objek penelitian analisis kesesuaian perairan untuk budidaya

By : ABSTRACT. Keyword : Coral Reef, Marine Ecotourism, Beralas Pasir Island

BAB III METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo pada bulan September-Oktober 2012.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Gorontalo Utara, yang meliputi 4 stasiun penelitian yaitu:

3. METODE PENELITIAN. Gambar 2. Peta lokasi penelitian dan pengambilan sampel di Pulau Pramuka

III. METODE PENELITIAN. Penelitian pendahuluan dilaksanakan pada bulan Juli 2014 untuk

3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI. Gambar 1. Peta Lokasi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. analisa Indeks Keanekaragaman (H ) Shannon Wienner, Indeks Dominansi (D)

PERKEMBANGAN DAN PERTUMBUHAN KARANG JENIS Lobophyllia hemprichii YANG DITRANSPLANTASIKAN DI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU, JAKARTA

3. BAHAN DAN METODE. Penelitian laju pertumbuhan dan produksi lamun Cymodocea rotundata

LAPORAN REEF CHECK DI PERAIRAN KRUENG RAYA DAN UJONG PANCU ACEH BESAR DI SUSUN OLEH

3. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Taman Nasional Baluran, Jawa Timur dan dilakasanakan pada 28 September

BAB III METODE PENELITIAN

SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II

Korelasi Tutupan Terumbu Karang dengan Kelimpahan Relatif Ikan Famili Chaetodontidae di Perairan Pantai Pasir Putih, Situbondo

METODE PENELITIAN. Lokasi dan objek penelitian analisa kesesuaian lahan perairan Abalon ini

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PENGARUH KEDALAMAN TERHADAP MORFOLOGI KARANG DI PULAU CEMARA KECIL, TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA

STUDI TUTUPAN KARANG DI PULAU JANGGI KECAMATAN TAPIAN NAULI KABUPATEN TAPANULI TENGAH PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kecamatan Anggrek, Kabupaten Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo. Peta lokasi

METODOLOGI PENELITIAN

III. MATERI DAN METODE

III. METODE PENELITIAN

EKOSISTEM LAUT TROPIS (INTERAKSI ANTAR EKOSISTEM LAUT TROPIS ) ANI RAHMAWATI JURUSAN PERIKANAN FAKULTAS PERTANIAN UNTIRTA

BAB III METODE PENELITIAN. yang dilaksanakan adalah penelitian survei. Penelitian survei yaitu

METODOLOGI PENELITIAN

Distribusi Karang Batu Di Rataan Terumbu Pantai Selatan Pulau Putus- Putus Desa Ratatotok Timur Kecamatan Ratatotok Kabupaten Minahasa Tenggara

ANALISIS KESUKAAN HABITAT IKAN KARANG DI SEKITAR PULAU BATAM, KEPULAUAN RZAU

3. METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE

PERSENTASE TUTUPAN KARANG HIDUP DI PULAU ABANG BATAM PROVINSI KEPULAUAN RIAU

KONDISI EKOSISTEM TERUMBU KARANG DI PERAIRAN PULAU PARI KEPULAUAN SERIBU

KAJIAN DISTRIBUSI FITOPLANKTON DAN PARAMETER KIMIA KUALITAS PERAIRAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN KELAYAKAN SEBAGAI LOKASI BUDIDAYA KERANG MUTIARA

Transkripsi:

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada pertengahan bulan Mei hingga awal Agustus 2009. Lokasi penelitian berada di Zona Inti III (P. Belanda dan P. Kayu Angin Bira) dan Zona Pemukiman (P. Pramuka, P. Panggang dan P. Karya) Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu, Jakarta (Gambar 3). Koordinat masing-masing stasiun pengamatan seperti disajikan dalam Tabel 1. Zona inti III dipilih sebagai lokasi sampling dalam penelitian ini dengan alasan bahwa peruntukan zona inti III sebagai kawasan perlindungan terumbu karang lebih sesuai dengan tujuan penelitian ini dibandingkan dengan dua zona inti lainnya yang diperuntukkan bagi perlindungan habitat penyu. Sementara perairan P.Pramuka, P.Panggang dan P.Karya dipilih karena berada dekat dengan pusat pemerintahan (P.Pramuka) dan pulau berpenduduk terpadat (P.Panggang) sehingga dapat dianggap sebagai respresentasi zona pemukiman dengan tekanan lingkungan yang tinggi. Tabel 1. Letak geografis stasiun pengamatan Zona Lokasi Koordinat Lintang Bujur Inti Barat P. KA Bira (B-KAB) 1,2 S 05 o 36' 25" E 106 o 33' 49" Timur P. KA Bira (T-KAB) 1 S 05 o 36' 28" E 106 o 34' 01" Utara P. KA Bira (U-KAB) 2 S 05 0 36 15 E 106 0 33 55 Utara P. Belanda (U-Bld) 1,2 S 05 o 36' 15" E 106 o 36' 09" Selatan P. Belanda (S-Bld) 1,2 S 05 o 36' 06" E 106 o 36' 06" Pemukiman Utara P. Pramuka (U-Prmk) 1,2 S 05 o 45' 00" E 106 o 37' 07" Timur P. Pramuka (T-Prmk) 1 S 05 o 44' 20" E 106 o 36' 55" Selatan P. Panggang (S-Pgg) 1,2 S 05 o 44'56" E 106 o 35' 41" Barat P. Panggang (B-Pgg) 1,2 S 05 o 44' 39" E 106 o 35' 10" Barat P. Karya (B-Kry) 2 S 05 0 44 11 E 106 0 35 33 Keterangan : S=Lintang Selatan, E=Bujur Timur, 1=observasi bawah air, 2=sampling bubu

Gambar 3 Lokasi penelitian keanekaragaman dan kelimpahan ikan kerapu di daerah reservasi (zona inti) dan non-reservasi (zona pemukiman) Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu, Jakarta. 21

22 3.2 Alat dan Bahan Penelitian Peralatan yang digunakan dalam penelitian secara umum dibagi menjadi dua bagian, yaitu: 1) peralatan untuk mengukur parameter fisika-kimia perairan, dan 2) peralatan untuk pengamatan komunitas ikan kerapu dan terumbu karang. Peralatan untuk mengukur parameter fisika-kima perairan seperti disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Alat ukur parameter fisikia-kima perairan No. Jenis Alat Parameter Satuan 1 Thermometer Suhu 0 C 2 Secchi disc Kecerahan % 3 Depth gauge Kedalaman meter 4 Floating drag Kecepatan arus m/detik 5 Kompas Arah arus ( 0 ) 6 Turbidimeter Kekeruhan NTU 7 Refraktometer Salinitas 8 ph meter ph - 9 Spektrofotometer NH 3 -N, NO 3 -N, NO 2 -N, PO 4 -P mg/l Sementara, peralatan yang digunakan dalam pengamatan komunitas karang dan populasi kerapu terdiri dari peralatan dasar selam dan Peralatan SCUBA (self contain underwater breathing aparatus ), yang terdiri dari BCD, regulator, weight belt, tabung udara (kapasitas 3000 Psi), perahu motor, roll meter berskala (50 m), transek kuadrat berukuran 1x1 meter, kamera digital bawah air, GPS (global positioning system), papan tulis bawah air dan pensil 2B serta alat tangkap bubu kompresor. Bahan yang digunakan dalam penelitian berupa buku identifikasi ikan kerapu dan terumbu karang serta peta lokasi penelitian. 3.3 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang dikumpulkan dapat dikategorikan menjadi dua kelompok, yaitu: 1) data primer dan 2) data sekunder. Secara rinci jenis dan sumber data untuk masing-masing kategori data adalah sebagai berikut :

23 1) Data Primer Data primer berupa data parameter lingkungan perairan, data habitat bentik, dan data komunitas kerapu diperoleh dari 8 stasiun pengamatan dengan mempertimbangkan keterwakilan zona inti dan zona pemukiman seperti di sajikan pada Tabel 1 dan Gambar 3. Secara lengkap data primer yang dikumpulkan dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Jenis dan sumber data primer No. Komponen Jenis Data Sumber Data 1. Parameter perairan 1.1. Fisika : - Suhu - Kecepatan arus - Kecerahan - Kekeruhan Lab 1.2. Kimia : - Salinitas - ph Lab Lab - Ammonium, nitrat, nitrit dan phospat Lab 2. Habitat bentik - Penutupan karang hidup - Keanekaragaman genus dan lifeform karang 3. Komunitas kerapu - Keanekaragaman - Kelimpahan - Laju tangkap (CPUE) - Ukuran panjang 2) Data Sekunder Data sekunder berupa data oseanografi meliputi pola arus dan musim, zonasi TNL-KS, produksi ikan kerapu serta data lain yang relevan dengan penelitian bersumber dari hasil penelitian sebelumnya serta literatur yang bersumber dari DISHIDROS, Balai TNL-KS, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kepulauan Seribu dan instansi terkait lainnya di lokasi penelitian.

24 3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Pengumpulan Data Parameter Perairan Data parameter fisika-kima perairan diukur secara in-situ maupun melalui uji laboratorium. Data yang diukur secara in-situ meliputi: suhu dengan menggunakan thermometer, kecepatan dan arah arus masing-masing menggunakan floating drag dan kompas, serta kecerahan menggunakan secchi disk. Sementara data salinitas, kekeruhan, ph, ammonium, nitrat dan nitrit diukur melalui pengujian di laboratorium. 3.4.2 Pengumpulan Data Habitat Bentik Data kondisi terumbu karang meliputi data keragaman dan persentase tutupan relatif genus dan bentuk pertumbuhan (lifeform) karang diambil dengan menggunakan metode yang merupakan kombinasi dan modifikasi transek garis (Line Intercept Transect/LIT) (English et al. 1997) dan transek kuadrat (Rogers et al. 1994) dengan bantuan fotografi. Pada setiap stasiun pengamatan diletakkan transek garis dengan panjang transek 50 meter sejajar garis pantai dan dilakukan sebanyak dua kali ulangan pada dua kedalaman yang berbeda, yakni 2-3 meter yang mewakili kondisi perairan dangkal dan 7-10 meter yang mewakili kondisi perairan yang lebih dalam. Transek kuadrat berukuran 1 x 1 m diletakkan secara selang-seling setiap kelipatan 5 meter sepanjang garis transek, sehingga area yang dicakup untuk setiap titik pengamatan adalah sebesar 20 m 2 (Gambar 4) dan untuk setiap stasiun pengamatan adalah 40 m 2. Transek kuadrat dibuat dari PVC dengan ukuran 1 m x 1 m yang dibagi lagi menjadi 100 bagian yang lebih kecil menggunakan benang, sehingga satu bagian yang berukuran 10 cm 2 setara dengan 1% penutupan karang. Pengamatan didukung dengan pengambilan photo bawah air menggunakan transek kuadrat yang telah dirangkai dengan bingkai tetrapod (Gambar 5). Data fotografi yang didapat menggunakan metode ini kemudian dianalisis menggunakan program CPCe (coral point count with excel extensions) versi 3.6 (Kohler and Gill 2006), diidentifikasi pada level genus maupun lifeform (bentuk pertumbuhan) untuk mendapatkan persentase tutupan relatif karang. Komunitas dicirikan dengan menggunakan kategori bentuk pertumbuhan (lifeform) yang memberikan gambaran deskriptif morfologi komunitas karang.

25 Penggolongan komponen dasar penyusun komunitas karang berdasarkan lifeform karang seperti disajikan dalam Tabel 4. Gambar 4 Posisi transek untuk pengamatan terumbu karang. Gambar 5 Bingkai tetrapod untuk fotografi tutupan karang (modifikasi dari English et al. 1997).

26 Tabel 4 Daftar penggolongan komponen dasar penyusun komunitas karang berdasarkan lifeform karang Dead Coral Acropora Non- Acropora Other Fauna Alga Abiotic Kategori Kode Keterangan Recently dead coral RDC Baru saja mati, warna putih atau putih kotor Dead coral with alga DCA Karang ini masih berdiri, struktur skeletal masih terlihat Dead coral rubble DCR Karang mati berupa patahan karang Branching ACB Paling tidak 2 o percabangan. Memiliki axial dan radial oralit. Encrusting ACE Biasanya merupakan dasar dari bentuk acropora belum dewasa Submassive ACS Tegak dengan bentuk seperti baji Digitate ACD Bercabang tidak lebih dari 2 o Tabulate ACT Bentuk seperti meja datar Branching CB Paling tidak 2 o percabangan. Memiliki radial oralit. Encrusting CE Sebagian besar terikat pada substrat Foliose CF (mengerak) Paling tidak 2 o percabangan Karang terikat pada satu atau lebih titik, seperti daun, atau berupa piring. Massive CM Seperti batu besar atau gundukan Submassive CS Berbentuk tiang kecil, kenop atau baji. Mushroom CMR Soliter, karang hidup bebas dari genera Heliopora CHL Karang biru Millepora CML Karang api Tubipora CTU Bentuk seperti pipa-pipa kecil Sofa Coral SC Karang bertubuh lunak Sponge SP Zoanthids ZO Others OT Ascidians, anemon, gorgonian, dan lain-lain Alga assemblage AA Coralline alga CA Halimeda HA Macroalga MA Turf alga TA Sand S Pasir Silt SI Pasir berlumpur Water W Air Rock RCK Batu Sumber: modifikasi dari English et al. (1997) 3.4.3 Pengumpulan Data Komunitas Kerapu Data komunitas kerapu meliputi jenis, kelimpahan dan distribusi ukuran ikan kerapu dikumpulkan dengan menggunakan metode sensus visual bawah air (underwater visual census/uvc), selain itu juga dikumpulkan data jenis, jumlah dan ukuran ikan kerapu hasil tangkapan, termasuk jumlah ikan hasil tangkapan sampingan (by catch) melalui trip penangkapan alat tangkap bubu. Metode UVC

27 menggunakan bantuan transek garis sepanjang 50 m (English et al. 1997). Prosedur yang digunakan dalam metode ini adalah: - Menyiapkan daftar spesies ikan kerapu yang umum dijumpai di lokasi studi (berdasarkan hasil survei pendahuluan dan referensi terdahulu). - Roll meter (50 m) dibentangkan sejajar garis pantai, menunggu beberapa saat untuk memberi kesempatan pada ikan untuk terbiasa dengan kehadiran penyelam. - Penyelam berenang lambat setengah meter di atas substrat sepanjang transek 50 m sambil mencatat spesies, kelimpahan dan ukuran ikan kerapu yang dijumpai dengan jangkauan pengamatan sebelah kiri dan kanan masing-masing sejauh 2.5 m (Gambar 6), sehingga area yang dicakup dalam satu titik pengamatan ikan kerapu adalah seluas 250 m 2. - Di setiap stasiun dilakukan sebanyak dua kali ulangan pengamatan pada dua kedalaman yang berbeda, yakni 2-3 meter yang mewakili kondisi perairan dangkal dan 7-10 meter yang mewakili kondisi perairan yang lebih dalam. Dengan demikian area yang dicakup dalam satu stasiun pengamatan adalah seluas 500 m 2. - Pengamatan dilakukan pada rentang waktu pukul 9 pagi hingga pukul 3 sore untuk menghindari terjadinya bias akibat perubahan perilaku ikan kerapu. Gambar 6 Metode sensus visual bawah air ikan karang (underwater visual census) (English et al. 1997).

28 Data aktivitas penangkapan ikan kerapu didapat dengan mengikuti trip penangkapan kerapu menggunakan alat tangkap bubu kompresor (Lampiran 8). Trip penangkapan dilakukan sebanyak 3 kali untuk setiap titik penangkapan sepanjang bulan Juni dan Agustus 2009. Pemasangan bubu dilakukan pada kedalaman 15-20 m. Pada setiap dititik terdapat 3 unit bubu dengan jarak antar bubu sekitar 7-10 meter. 3.5 Analisis Data 3.5.1 Komunitas Ikan Kerapu 3.5.1.1 Kelimpahan Kelimpahan ikan kerapu hasil sensus visual dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: dengan X= kelimpahan ikan kerapu (ind/m 2 ); x i = Jumlah ikan kerapu spesies ke-i yang tercacah; S=jumlah spesies ikan kerapu; dan n=luas area pengamatan (m 2 ). 3.5.1.2 Keanekaragaman Indeks keanekaragaman Shannon (H ) didasarkan pada kelimpahan proporsional dari spesies dengan asumsi individu tercacah secara acak dari sebuah komunitas yang besar tak terbatas (Magurran, 1988). Indeks keanekaragaman Shannon digunakan untuk mengukur keanekaragaman jenis ikan kerapu di masing-masing stasiun penelitian: dengan S=jumlah spesies ikan kerapu; p i =proporsi kelimpahan spesies ke-i; n i =Jumlah individu dari spesies kerapu ke-i; dan N=jumlah total individu untuk semua spesies.

29 3.5.2 Habitat Bentik 3.5.2.1 Persentase Tutupan Karang Persentase tutupan karang dihitung berdasarkan perbandingan jumlah titik acak (random point) masing-masing kategori bentuk pertumbuhan (lifeform) dan genus karang dengan jumlah total titik acak yang digunakan dengan menggunakan software CPCe (coral point count with excel extensions) versi 3.6 (Kohler and Gill 2006). Rumus dasar yang digunakan adalah: Persentase tutupan = Data kondisi persentase total tutupan karang hidup yang diperoleh dikategorikan berdasarkan Gomez and Yap (1988) seperti disajikan dalam Tabel 5. Tabel 5 Kriteria penilaian kondisi ekosistem terumbu karang berdasarkan persentase tutupan karang (Gomez and Yap 1988) Persentase tutupan (%) Kriteria Penilaian 0-24,9 Buruk 25-49,9 Sedang 50-74,9 Baik 75-100 Memuaskan 3.5.2.2 Keanekaragaman karang Indeks keanekaragaman Shannon digunakan untuk mengukur keanekaragaman lifeform dan genus karang di masing-masing stasiun penelitian (Magurran 1988): dengan S=jumlah genus atau lifeform karang; p i = proporsi kelimpahan genus atau lifeform ke-i; n i =Jumlah koloni dari genus atau lifeform ke-i; dan N=jumlah total individu untuk semua genus atau lifeform.

30 3.5.3 Uji Beda Nyata Uji t-student digunakan untuk melihat apakah terdapat perbedaan variabel populasi kerapu (keanekaragaman dan kelimpahan) atau perbedaan variabel habitat bentik (persen tutupan karang dan keanekaragaman) antara zona inti dan zona pemanfaatan. Uji t-student digunakan untuk membedakan dua nilai tengah contoh yang diasumsikan menyebar normal (Bengen 2000). Prosedur dalam uji t- student secara ringkas dapat dijelaskan sebagai berikut (Bengen 2000): - Susun hipotesis nol (H 0 ) yang menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan nyata antara nilai tengah variabel x di zona inti dan zona pemanfaatan - Tentukan taraf nyata, peluang menolak H 0 padahal H 0 benar. Dengan demikian peluang menolak H 0 padahal H 0 memang tidak benar adalah 1- (biasanya =5%, sehingga 1- =95% atau =1%, sehingga 1- =99%) - Hitung statistik uji t hit = sedangkan t hit adalah nilai statistik yang akan diuji, adalah nilai tengah contoh 1, adalah nilai tengah contoh 2, adalah ukuran contoh 1, adalah ukuran contoh 2, adalah simpangan baku contoh 1 dan adalah simpangan baku contoh 2. - Bandingkan nilai t hit dengan t tabel pada derajat bebas. Jika nila t hit lebih kecil dari t tabel pada =0.05, maka kedua nilai tengah dapat diasumsikan sama pada tingkat kepercayaan 95%. Uji kolmogorov-smirnov 2 sampel (KS-2 sampel) digunakan untuk melihat ada tidaknya perbedaan distribusi frekuensi ukuran kerapu antara zona inti dan zona pemukiman. Data untuk uji ini tersusun dalam bentuk tabel distribusi frekuensi kumulatif dengan menggunakan kelas-kelas interval (Hasan 2004). Uji KS-2 sampel merupakan uji non-parametrik yang umum digunakan untuk membandingkan distribusi dua contoh yang tidak mensyaratkan data yang terdistribusi normal (distribution free). Uji KS-2 sampel dilakukan pada taraf nyata <0.05.

31 3.5.4 Analisis Kelompok Analisis kelompok (Cluster Analysis) digunakan untuk melihat kecenderungan pengelompokan stasiun pengamatan berdasarkan variabel habitat bentik dan variabel populasi kerapu, serta untuk melihat ada tidaknya keterkaitan antara kondisi habiatat dan kondisi populasi kerapu di lokasi penelitian. Analisis dilakukan dengan menggunakan metode hirarki berdasarkan indeks jarak Euclidian yang diekspresikan sebagai nilai ketidaksamaan (dissimilaritas). Jarak Euclidian dihitung berdasarkan jumlah kuadrat perbedaan antara individu-individu (baris) untuk variabel (kolom) yang sesuai, atau dengan menggunakan ekspresi matematika sebagai berikut (Bengen 2000): dengan i dan i menunjukkan indeks untuk individu atau baris, dan j yang bervariasi dari 1 sampai p menunjukkan indeks variabel atau kolom/lajur, dan p adalah banyaknya peubah yang diamati dari setiap individu. Interpertasi terhadap kelompok yang terbentuk dilakukan dengan menggunakan indeks dd yang menunjukkan kontribusi dari suatu variabel dalam pembentukan suatu kelompok (Chabanet et al. 1997). Indeks dd dihitung dengan menggunakan persamaan: dengan =rerata variabel dalam kelompok; =rerata variabel dalam populasi; dan =standar deviasi variabel dalam populasi. Jika memiliki nilai >1, rerata variabel dalam kelas berbeda secara signifikan dari rerata variabel dalam populasi (Chabanet et al. 1997). Pengolahan data untuk analisis kelompok dengan menggunakan paket program komputer XLStat 2009. 3.5.5 Analisis Korelasi Koefisien korelasi Spearman (The Spearman Rank Correlation Coefficient/rs) digunakan untuk melihat keeratan hubungan antara variabel keanekaragaman dan kelimpahan ikan kerapu dengan variabel habitat. Koefisien korelasi Spearman merupakan merupakan koefisien korelasi non-parametrik yang

32 tidak mensyaratkan data yang terdistribusi normal (distribution free). Rumus yang digunakan adalah (Fowler and Cohen 1990): dengan n=jumlah anggota sampel; d=perbedaan antara ranking; dan 6=konstanta. Nilai rs kemudian dibandingkan dengan nilai pada tabel nilai kritis untuk melihat apakah korelasi yang terjadi betul-betul signifikan.