BAB IV HASIL PENELITIAN. Sukoharjo dengan luas wilayah Ha yang merupakan 9,40% dari luas. dataran rendah dan sebagian merupakan dataran tinggi.

dokumen-dokumen yang mirip
PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN EFEKTIFITAS SENAM LANSIA TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA

BAB I PENDAHULUAN. lansia meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu (Dinkes, 2011).

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif. Penelitian ini menggunakan disain penelitian Quasy

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain cross

EFEKTIFITAS SENAM LANSIA TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BULU KABUPATEN SUKOHARJO

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain cross

III. METODE PENELITIAN. penelitian eksperimental dengan desain penelitian (Pre-Post Test

BAB I LATAR BELAKANG

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Gambaran Umum Wilayah Kerja Puskesmas Sukoharjo. mencakup 14 Kelurahan, 201 Dukuh, 138 RW (Rukun Warga), dan 445 RT

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian quasy experimental, control group pre test post test design. Jenis

Komunitas Senam Sehat di Desa Bener, Purworejo

BAB III METODE PENELITIAN. Eksperimental Semu (Quasi Experiment Design) yaitu desain. Rancangan yang dipilih adalah One Group Pretest-Postest

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. - Tempat : RW X Kelurahan Padangsari, Banyumanik, Semarang, Jawa

BAB III METODE PENELITIAN. untuk membandingkan hasil intervensi dengan suatu kelompok yang serupa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Sewon, Bantul, Yogyakarta.

EFEKTIFITAS SENAM LANSIA TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BULU KABUPATEN SUKOHARJO

BAB III METODE PENELITIAN. group design with pretest posttest. Penelitian ini dilakukan untuk melihat

BAB.I PENDAHULUAN. biologis, fisiologis, psikososial, dan aspek rohani dari penuaan. Penuaan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. design (pretest- posttest with control group). Pengambilan data

The 7 th University Research Colloqium 2018 STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta

BAB IV METODE PENELITIAN. rancangan penelitian yang digunakan adalah Randomized Pre and Post

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional dapat dilihat dari

1. PEMERIKSAAN VITAL SIGN

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh : Nurlika Sholihatun Azizah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang digunakan yaitu tahun. Penelitian ini menggunakan. tiap panti tersebut mengalami hipertensi.

BAB III METODE PENELITIAN. menilai pengaruh doa dan dzikir al-ma tsurat terhadap skor depresi pasien

RANCANGAN JADWAL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan untuk dapatbertahan hidup. (Nugroho,2008). struktur dan jumlah penduduk lanjut usia setelah RRC, India, dan Amerika

UJI SPSS. Tests of Normality. Statistic df Sig. Statistic df Sig. Pre Post Sel

BAB I PENDAHULUAN. berupa pembengkakan yang disertai nyeri pada bagian-bagian tubuh seperti lutut, jari

BAB III METODE PENELITIAN. ini menggunakan quasy eksperiment pre-test & post-test with control group

BAB I PENDAHULUAN. terbesar dari jumlah penderita diabetes melitus yang selanjutnya disingkat

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian Quasi Eksperimental

BAB III METODE PENELITIAN. quasi eksperiment dengan bentuk pretest posttest with control. group, dengan desain penelitian sebagai berikut:

BAB V HASIL PENELITIAN. Karekteristik sampel penelitian dipaparkan dalam Tabel 5.1 diskripsi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan metode

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian ini desain komparasi menggunakan quasi experiment

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional, yaitu mencari perbedaan

BAB III METODOLOGI PENULISAN. Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin dan Ilmu Kesehatan Masyarakat

POA PROGRAM PELAYANAN USIA LANJUT TAHUN 2017

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

Oleh Sherli Mariance Sari Program Studi Ilmu Keperawatan STIK Bina Husada Palembang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan rancangan one-group

BAB III METODE PENELITIAN. Desain pada penelitian ini adalah penelitian korelasi yang menunjukkan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODA PENELITIAN

YANDU LANSIA dr. Kartika Ratna Pertiwi JURDIK BIOLOGI FMIPA UNY YOGYAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. eksperiment, dengan desain pre-post test with control group yaitu melibatkan. Tabel 3.1 Rancangan Desain Penelitian

O1 (X) O2. BAB lll METODOLOGI PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini menggunakan desain penelitian quasi experimental design:

PENGARUH PENDAMPINGAN TERHADAP KEPATUHAN DIET PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI WILAYAH PUSKESMAS BANYUANYAR SURAKARTA

PELAKSANAAN SENAM JANTUNG SEHAT UNTUK MENURUNKAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI PANTI SOSIAL TRESNA WHERDA KASIH SAYANG IBU BATUSANGKAR

BAB I PENDAHULUAN. (Armilawati, 2007). Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. dengan pendekatan desain pre and post test control group design. Dalam

HASIL PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DENGAN TEKANAN DARAH PADA NELAYAN DI KELURAHAN BITUNG KARANGRIA KECAMATAN TUMINTING KOTA MANADO

BAB IV METODE PENELITIAN. Penyakit Gigi dan Mulut dan Ilmu Penyakit Dalam.

The 6 th University Research Colloquium 2017 Universitas Muhammadiyah Magelang. Wahyuni, Ferti Estri Suryani 1) 1 STIKES Aisyiyah Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimental dengan rancangan pre-post test with control group design yang

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan penelitian pra-experimental menggunakan one graup pre testpost

FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. normal yang ditunjukkan oleh angka bagian atas (systolic) dan angka

B. Tujuan Umum : Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan terhadap usia lanjut dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian pra-eksperimental dengan pendekatan one

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan desain perlakuan semu (quasi experiment designs) dengan

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS AISYIYAH YOGYAKARTA 2016

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode True Eksperiment Pre-

BAB V HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. Penelitian ini dilakukan di Poltekkes YRSU Dr.Rusdi. Jl.H Adam Malik

BAB IV HASIL PENELITIAN. 01 kelurahan Bulu Lor Kecamatan Semarag Utara Kota Semarang. Puskesmas memiliki luas tanah 567 dan luas bangunan 346

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pendekatan cross

Prosedur Pengukuran Tekanan Darah

BAB I PENDAHULUAN. 7%, sehingga Indonesia mulai masuk dalam kelompok negara berstruktur

BAB IV HASIL PENELITIAN Gambaran Umum Puskesmas Tegalrejo. 2 orang tenaga medis, 3 orang tenaga paramedik, Higienie

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK... BAB I PENDAHULUAN... 1

AKTIVITAS FISIK DAN OLAHRAGA UNTUK PENDERITA DIABETES MELLITUS DAN HIPERTENSI PUSKESMAS DTP CIKALONG KULON 9 APRIL 2015

BAB I PENDAHULUAN. pembunuh diam diam karena penderita hipertensi sering tidak. menampakan gejala ( Brunner dan Suddarth, 2002 ).

BAB IV METODE PENELITIAN. dengan rancangan penelitian yang digunakan adalah randomized pre test and post

PENGARUH JUS TOMAT TERHADAP TEKANAN DARAH LANSIA DI DUSUN NITEN NOGOTIRTO GAMPING SLEMAN YOGYAKARTA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan rancangan studi cross

BAB I PENDAHULUAN. diastolik diatas 90 mmhg (Depkes, 2007).

15/04/2013. Deskriptif. Statistik. Parametris. Inferensial. Non Parametris. Gambar : Macam-macam statistik (Sugiyono, 2003)

EFEKTIFITAS SENAM JANTUNG TERHADAP PERUBAHAN STATUS TEKANAN DARAH PASIEN HIPERTENSI PADA PENGHUNI RUMAH TAHANAN KLAS IIB PRAYA LOMBOK TENGAH ABSTRAK

PERBEDAAN PENGARUH SENAM LANSIA DAN SENAM AEROBIC LOW IMPACT TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI POSYANDU LANSIA SEHAT NASKAH PUBLIKASI

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah penelitian non-experiment

Transkripsi:

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Bulu merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Sukoharjo dengan luas wilayah 4.106 Ha yang merupakan 9,40% dari luas Kabupaten Sukoharjo. Letak geografis Kecamatan Bulu sebagian merupakan dataran rendah dan sebagian merupakan dataran tinggi. Puskesmas Bulu merupakan puskesmas yang terletak paling selatan dari Kabupaten Sukoharjo. Lokasinya bertempat di Dukuh Soronangganan Desa Bulu, Kecamatan Bulu, Kabupaten Sukoharjo. Wilayah kerja Puskesmas Bulu meliputi 12 desa, yaitu Sanggang, Kamal, Puron, Malangan, Kunden, Bulu, Tiyaran, Karangasem, Gentan, Kedungsono, Ngasinan dan Lengking. Keseluruhan desa tersebut merupakan desa siaga aktif. Batas wilayah kerja dari Puskesmas Bulu adalah : Sebelah utara Sebelah selatan Sebelah barat Sebelah timur : Kecamatan Nguter : Kecamatan Manyaran Kabupaten Wonogiri : Kecamatan Tawangsari : Kecamatan Selogiri Kabupaten Wonogiri Puskesmas Bulu memiliki 6 program dasar yang disusun dalam pembangunan kesehatan tahun 2015, yaitu program penyehatan lingkungan dan pemberdayaan masyarakat, program peningkatan pelayanan kesehatan, program pencegahan kesehatan keluarga dan gizi masyarakat, program peningkatan sumber daya kesehatan dan pembiayaan serta program

pembangunan puskesmas. Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) di wilayah kerja Puskesmas Bulu terdapat 12 Poskesdes dan 62 Posyandu, dengan rincian 17 Posyandu Madya, 42 Posyandu Purnama, dan 3 Posyandu Mandiri. Sumber daya tenaga kesehatan yang dimiliki berjumlah 57 orang dengan rincian sebagai berikut. Tabel 4. Daftar Tenaga Kesehatan Puskesmas Bulu Tenaga Kesehatan Jumlah Tenaga kesehatan Jumlah Dokter Umum 2 Kepala TU 1 Dokter Gigi 1 Bendahara 1 Perawat 11 Staf Administrasi 1 Bidan 14 Sopir 1 Bidan Desa 12 Petugas Kebersihan 2 Sanitarian 1 Juru Masak 1 Kesehatan Masyarakat 1 Fisioterapis 1 Petugas Laborat 2 Perekam Medis 1 Asisten Apoteker 1 Perawat Gigi 1 Petugas Gizi 1 Penata Rontgen 1 Sumber : Puskesmas Bulu, 2015 Pelayanan kesehatan untuk kelompok usia lanjut dititik beratkan pada pembentukan posyandu lansia. Masing-masing desa di wilayah kerja Puskesmas Bulu telah memiliki posyandu lansia. Kegiatan di posyandu lansia diantaranya penimbangan Berat Badan (BB), pengukuran Tinggi Badan (TB), tekanan darah (tensi), dan Pemberian Makanan Tambahan (PMT). Selain itu, posyandu juga melaksanakan pemeriksaan kesehatan secara berkala (gula darah, asam urat dan kolesterol). Beberapa posyandu lansia juga telah menyelipkan kegiatan penyuluhan kerohanian maupun kesehatan, dan juga kegiatan senam lansia di dalamnya. Terdapat dua sistem pelayanan lansia di Puskesmas Bulu yaitu Prolanis dan Posbindu. Prolanis memberikan pelayanan kepada penderita penyakit degeneratif, salah satunya dengan 43

senam 2 kali dalam sebulan yaitu pada hari kamis pada minggu kedua dan hari minggu pada minggu keempat. Sedangkan posbindu memberikan pelayanan kesehatan pada lansia terutama mereka yang menderita penyakit tidak menular (jantung, hipertensi, diabetes melitus, dan lainnya). Kegiatan dalam posbindu diantaranya pengukuran Berat Badan (BB), Tinggi Badan (TB), pemeriksaan tekanan darah, gula darah, kolesterol, asam urat dan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) (Puskesmas Bulu, 2015). B. Karakteristik Responden Penelitian dilakukan terhadap 28 responden yang terbagi dalam tiga kelompok, yaitu 10 responden pada kelompok eksperimen 1 dengan intervensi senam lansia 2 kali seminggu, 9 responden pada kelompok eksperimen 2 dengan intervensi senam lansia 3 kali seminggu dan 9 responden pada kelompok kontrol yang tidak diberikan intervensi senam lansia. Jumlah sampel yang direncanakan sebelumnya sebanyak 19 responden pada masing-masing kelompok penelitian, namun terdapat beberapa responden yang drop out karena kriteria eksklusi sehingga tidak dapat diikutsertakan sebagai responden penelitian. Pengambilan data dilakukan selama 2 minggu. Pengambilan data pre-test dilakukan pada awal penelitian, yaitu 30 menit sebelum dilakukan senam lansia. Sedangkan pengambilan data post-test dilakukan 30 menit setelah senam lansia pada akhir penelitian. Tujuan pengambilan data dalam penelitian ini untuk mengetahui ada tidaknya 44

perubahan tekanan darah sebelum dan setelah dilakukan senam lansia pada ketiga kelompok penelitian pada kurun waktu yang sama. 1. Umur Tabel 5. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Umur Umur Kelompok (tahun) Eksperimen 1 Eksperimen 2 Kontrol 75 74 97 60 60 60 4,877 4,902 12,639 65,70 64,44 78,00 Berdasarkan tabel 5. diketahui bahwa rata-rata umur pada kelompok eksperimen 1 yaitu 65,70 ± 4,877. Sedangkan rata-rata umur pada kelompok eksperimen 2, yaitu 64,44 ± 4,902 dan rata-rata umur pada kelompok kontrol, yaitu 78,00 ± 12,639. 2. Jenis kelamin Tabel 6. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Jenis Kelamin Jenis Eksperimen 1 Eksperimen 2 Kontrol kelamin (n) (%) (n) (%) (n) (%) Laki-laki 0 0 0 0 3 33,3 Perempuan 10 100 9 100 6 66,7 Total 10 100 9 100 9 100 Distribusi karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin untuk kelompok eksperimen 1, eksperimen 2, dan kontrol terbanyak berjenis kelamin perempuan. Pada kelompok eksperimen 1 dan eksperimen 2 seluruhnya (100%) perempuan dan pada kelompok kontrol sebanyak 6 (66,7%) responden. 45

3. Denyut nadi Denyut nadi pada kelompok eksperimen 1 dan eksperimen 2 serta kelompok kontrol diperoleh melalui pemeriksaan frekuensi denyut nadi dengan melakukan perabaan denyut nadi pada pergelangan tangan (penghitungan denyut nadi selama 1 menit). Pengambilan data dilakukan pada awal dan akhir penelitian. Tabel 7. Rata-rata Denyut Nadi pada Setiap Kelompok Tanda vital Denyut nadi pre-test Denyut nadi post-test Kelompok (x/menit) Eksperimen 1 Eksperimen 2 (Senam 2 kali (Senam 3 kali seminggu) seminggu) 60 92 10,499 76,00 70 88 7,200 79,50 76 92 5,769 83,44 68 92 7,211 78,67 Kontrol 72 94 6,386 83,56 66 96 8,212 80,22 Berdasarkan tabel 7. terlihat bahwa terjadi peningkatan rata-rata denyut nadi setelah melakukan senam lansia 2 kali seminggu selama 2 minggu dari 76,00 ± 10,499 menjadi 79,50 ± 7,200. Sedangkan pada kelompok eksperimen 2 dengan intervensi senam lansia 3 kali seminggu selama 2 minggu mengalami penurunan rata-rata denyut nadi dari 83,44 ± 5,769 menjadi 78,67 ± 7,211. Demikian pula pada kelompok kontrol juga mengalami penurunan rata-rata denyut nadi dari 83,56 ± 6,386 menjadi 80,22 ± 8,212. 46

4. Suhu tubuh Suhu tubuh responden sebelum dan setelah senam lansia pada kelompok eksperimen 1 dan 2 serta pada kelompok kontrol (tanpa intervensi senam lansia) diperoleh melalui pengukuran menggunakan alat Termometer digital. Pengambilan data dilakukan pada awal dan akhir penelitian. Tabel 8. Rata-rata Suhu Tubuh pada Setiap Kelompok Tanda vital Suhu tubuh pre-test Suhu tubuh post-test Kelompok ( 0 C) Eksperimen 1 Eksperimen 2 (Senam 2 kali (Senam 3 kali seminggu) seminggu) 32,8 37,0 1,2928 35,330 33,8 37,9 1,2515 36,180 35,3 36,9 0,5766 36,200 34,5 37,2 0,9584 35,711 Kontrol 35,200 37,5 0,7599 36,3 34,8 36,4 0,5600 35,989 Berdasarkan tabel 8. diketahui bahwa terjadi peningkatan rata-rata suhu tubuh pada kelompok eksperimen 1 setelah melakukan senam lansia 2 kali seminggu selama 2 minggu yaitu dari 35,330 0 C ± 1,2928 menjadi 36,180 0 C ± 1,2515. Sedangkan pada kelompok eksperimen 2 mengalami penurunan rata-rata suhu tubuh setelah senam lansia 3 kali seminggu selama 2 minggu yaitu dari 36,200 0 C ± 0,5766 menjadi 35,711 0 C ± 0,9584 dan pada kelompok kontrol (tanpa intervensi senam lansia) 47

mengalami penurunan rata-rata suhu tubuh dari 36,3 0 C ± 0,7599 menjadi 35,989 0 C ± 0,5600. 5. Kecepatan pernapasan Kecepatan pernapasan pada kelompok eksperimen 1 dan eksperimen 2 serta kelompok kontrol diperoleh melalui penghitungan siklus pernapasan lengkap (1 inspirasi dan 1 ekspirasi) selama 1 menit, satu dianggap sebagai satu siklus pernapasan penuh. Pengambilan data dilakukan pada awal dan akhir penelitian. Tabel 9. Rata-rata Kecepatan Pernapasan pada Setiap Kelompok Tanda vital Kecepatan pernapasan pre-test Kecepatan pernapasan post-test Eksperimen 1 (Senam 2 kali seminggu) 18 22 1,265 19,60 18 22 1,619 19,20 Kelompok (x/menit) Eksperimen 2 (Senam 3 kali seminggu) 18 21 1,093 19,78 18 22 1,414 19,331 Kontrol 18 22 1,333 18,44 18 20 1,054 18,89 Berdasarkan tabel 9. terlihat bahwa terjadi penurunan rata-rata kecepatan pernapasan pada kelompok eksperimen 1 dengan intervensi senam lansia 2 kali seminggu selama 2 minggu yakni dari 19,60 ± 1,265 menjadi 19,20 ± 1,619. Demikian pula pada kelompok eksperimen 2 dengan intervensi senam lansia 3 kali seminggu selama 2 minggu juga mengalami penurunan rata-rata kecepatan pernapasan dari 19,78 ± 1,093 48

menjadi 19,331 ± 1,414. Sedangkan pada kelompok kontrol mengalami peningkatan rata-rata kecepatan pernapasan dari 18,44 ± 1,333 menjadi 18,89 ± 1,054. C. Analisis Univariat 1. Tekanan darah sistolik Tekanan darah sistolik sebelum dan setelah senam lansia pada kelompok eksperimen 1 dan eksperimen 2 serta pada kelompok kontrol (tanpa intervensi senam lansia) diperoleh melalui pengukuran tekanan darah menggunakan alat Sphygmomanometer manual dan stetoskop. Sphygmomanometer terdiri atas manometer tekanan, manset kain dan katup tekanan untuk memompa kantung. Pengambilan data dilakukan pada awal dan akhir penelitian. Tabel 10. Rata-rata Tekanan Darah Sistolik pada Setiap Kelompok Variabel Tekanan darah sistolik pre-test 120 180 20,609 150,50 Tekanan darah sistolik post-test 120 170 15,357 149,50 Kelompok (mmhg) Eksperimen 1 Eksperimen 2 (Senam 2 kali (Senam 3 kali seminggu) seminggu) 150 190 12,105 174,44 130 180 19,437 154,44 Kontrol 130 190 21,279 154,44 140 180 13,944 157,78 Berdasarkan tabel 10. diketahui bahwa terjadi penurunan rata-rata tekanan darah sistolik setelah melakukan senam lansia 2 kali seminggu 49

selama 2 minggu pada kelompok eksperimen 1 dari 150,50 mmhg ± 20,609 menjadi 149,50 mmhg ± 15,357. Rata-rata tekanan darah sistolik pada kelompok eksperimen dengan intervensi senam lansia 3 kali seminggu selama 2 minggu mengalami penurunan dari 174,44 mmhg ± 12,105 menjadi 154,44 mmhg ± 19,437. Sedangkan pada kelompok kontrol (tanpa intervensi senam lansia) mengalami peningkatan rata-rata tekanan darah dari 154,44 mmhg ± 21,279 menjadi 157,78 mmhg ± 13,944. 2. Tekanan darah diastolik Tekanan darah diastolik sebelum dan setelah senam lansia pada kelompok eksperimen 1 dan eksperimen 2 serta pada kelompok kontrol (tanpa intervensi senam lansia) diperoleh melalui pengukuran tekanan darah menggunakan alat Sphygmomanometer manual dan stetoskop. Pengambilan data dilakukan pada awal dan akhir penelitian. Tabel 11. Rata-rata Tekanan Darah Diastolik pada Setiap Kelompok Variabel Tekanan darah diastolik pre-test 60 100 12,483 88,50 Tekanan darah diastolik post-test 70 90 8,835 81,50 Kelompok (mmhg) Eksperimen 1 Eksperimen 2 (Senam 2 kali (Senam 3 kali seminggu) seminggu) 80 100 6,667 92,22 70 100 8,819 84,44 Kontrol 70 100 8,660 83,33 70 90 6,667 82,22 50

Berdasarkan tabel 11. terlihat bahwa terjadi penurunan rata-rata tekanan darah diastolik setelah melakukan senam lansia 2 kali seminggu selama 2 minggu pada kelompok eksperimen 1 yaitu dari 88,50 mmhg ± 12,483 menjadi 81,50 mmhg ± 8,835. Rata-rata tekanan darah diastolik pada kelompok eksperimen 2 dengan intervensi senam lansia 3 kali seminggu selama 2 minggu juga mengalami penurunan dari 92,22 mmhg ± 6,667 menjadi 84,44 mmhg ± 8,819. Sedangkan pada kelompok kontrol mengalami penurunan rata-rata tekanan darah diastolik dari 83,33 mmhg ± 8,660 menjadi 82,22 mmhg ± 6,667. D. Analisis Bivariat Hasil analisis bivariat pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas senam lansia pada ketiga kelompok terhadap penurunan tekanan darah pada lansia hipertensi. Pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan uji Paired Sample T-Test untuk membandingkan hasil pre-test dan post-test pada kelompok dengan data berdistribusi normal dan menggunakan uji Wilcoxon pada kelompok yang datanya tidak berdistribusi normal. Sedangkan untuk mengetahui efektifitas senam lansia digunakan uji Anova untuk data berdistribusi normal dan uji Kruskal Wallis untuk data tidak berdistribusi normal. 51

1. Uji normalitas Tabel 12. Hasil uji Normalitas Data dengan Uji Shapiro Wilk Variabel Tekanan sistolik pre Tekanan sistolik post Tekanan diastolik pre Tekanan diastolik post Selisih pre-post sistolik Selisih pre-post diastolik Kelompok eksperimen 1 0,424 0,386 0,011 0,016 0,106 0,555 Shapiro Wilk test p value Kelompok eksperimen 2 0,454 0,116 0,028 0,338 0,099 0,273 Kelompok kontrol 0,251 0,557 0,132 0,028 0,001 0,026 Berdasarkan tabel 12. diketahui bahwa seluruh data tekanan darah sistolik baik pre-test maupun post-test pada ketiga kelompok berdistribusi normal dengan nilai p > 0,05. Sedangkan untuk tekanan darah diastolik pada ketiga kelompok, data tidak berdistribusi normal karena terdapat nilai p < 0,05. Selisih pre-post test tekanan darah sistolik dan diastolik pada kelompok eksperimen 1 dan 2 berdistribusi normal dengan nilai p > 0,05. Sedangkan pada kelompok kontrol data berdistribusi tidak normal (nilai p < 0,05) baik pada selisih tekanan darah sistolik maupun diastolik. 52

2. Uji komparatif Tabel 13. Hasil Uji Hipotesis Perbedaan Rata-rata Setiap Kelompok Variabel Tekanan darah sistolik Tekanan darah diastolik Uji statistik Paired Sampel T- Test Kelompok (p value) Eksperimen 1 (Senam 2 kali seminggu) Eksperimen 2 (Senam 3 kali seminggu) Kontrol 0,864 0,019 0,397 Wilcoxon 0,061 0,053 0,725 Berdasarkan tabel 13. diketahui bahwa hanya tekanan darah sistolik pada kelompok eksperimen 2 dengan nilai p < 0,05 yaitu 0,019. Hasil ini berarti terdapat perbedaan tekanan darah pre-test dan post-test senam lansia 3 kali seminggu selama 2 minggu terhadap penurunan tekanan darah pada lansia hipertensi. Sedangkan untuk tekanan darah diastolik, baik pada kelompok eksperimen 1, eksperimen 2, maupun kontrol tidak terdapat perbedaan rata-rata pre-test dan post test dengan nilai p > 0,05. Tabel 14. Hasil Uji Hipotesis Perbedaan Rata-rata Ketiga Kelompok Variabel Uji statistik p value Tekanan darah sistolik Kruskal Wallis 0,028 Tekanan darah diastolik Kruskal Wallis 0,376 Berdasarkan tabel 14. terlihat bahwa nilai p tekanan darah sistolik 0,028 < 0,05 (H 0 ditolak), artinya terdapat perbedaan tekanan darah sistolik pada ketiga kelompok (kelompok eksperimen 1 dengan senam lansia 2 kali seminggu selama 2 minggu, kelompok eksperimen 2 dengan 53

senam lansia 3 kali seminggu selama 2 minggu dan kelompok kontrol tanpa intervensi senam lansia). Sedangkan pada hasil uji perbedaan tekanan darah diastolik pada ketiga kelompok tidak menunjukkan adanya perbedaan tekanan darah diastolik yang signifikan dengan nilai p 0,376 (> 0,05). 54