BAB 5 PENUTUP. Penelitian ini merupakan penelusuran sejarah permukiman di kota Depok,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1. kecenderungan untuk berinteraksi dengan manusia lainnya. Sejumlah manusia yang

BAB V KESIMPULAN. Proses terbentuknya kawasan Pecinan Pasar Gede hingga menjadi pusat

PERSEBARAN DATA ARKEOLOGI DI PERMUKIMAN DEPOK ABAD M: SEBAGAI KAJIAN AWAL REKONSTRUKSI SEJARAH PERMUKIMAN DEPOK RIAN TIMADAR

SUNDA, PRIANGAN, DAN JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KONDISI UMUM. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 12. Peta Adminstratif Kecamatan Beji, Kota Depok

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB 3 DESKRIPSI KEPURBAKALAAN. pembabakan sejarah, yaitu periode prasejarah, klasik, Islam dan kolonial. Temuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Persoalan permukiman merupakan masalah yang serius karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Perumusan Masalah

DAFTAR lsi KATA PENGANTAR PENDAHULUAN DAFTARISI BAB 1 SEKILAS TENTANG ARSITEKTUR CINA PADA AKHIR ABAD KE-19 DI PASURUAN

Sunda, Priangan dan Jawa Barat : Analisis berdasarkan pola gerak sejarah

BAB I PENDAHULUAN. Kisaran terbagi menjadi dua kecamatan yaitu Kecamatan Kisaran Timur dan

BAB I PENDAHULUAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE. dan terapit oleh dua benua. Ribuan pulau yang berada di dalam garis tersebut

PROTOTYPE GAMIFIKASI SITUS-SITUS WILAYAH DEPOK MENGGUNAKAN PERANGKAT MOBILE ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN Uraian Umum

sesudah adanya perjanjian Wina dan terutama dibukanya terusan Suez. Hal

Cagar Budaya Candi Cangkuang

Bab 1. Pendahuluan. berasal dari nama tumbuhan perdu Gulinging Betawi, Cassia glace, kerabat

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota

PENDIDIKAN PADA MASA KOLONIAL

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kontrak perkebunan Deli yang didatangkan pada akhir abad ke-19.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran

I.PENDAHULUAN. provinsi di Indonesia. Sebagai bagian dari Indonesia, Lampung tak kalah

SEJARAH KOTA BANDUNG. AGUS MULYANA Universitas Pendidikan Indonesia

LINGKUNGAN PERMUKIMAN MASYARAKAT KOTA DEPOK LAMA (Kajian Permukiman Kota)

SD kelas 4 - BAHASA INDONESIA BAB 1. INDAHNYA KEBERSAMAANLatihan Soal 1.7

BAB I PENDAHULUAN. Agama Islam di Desa Sukkean Kecamatan Onanrunggu Kabupaten Samosir.

BAB I PENDAHULUAN. Prabu Siliwangi adalah seorang sosok raja Sunda dengan pusat. pemerintahan berada pada Pakuan Pajajaran.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah Islam di Indonesia memiliki keunikan tersendiri, karena disamping

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada masa lalu, wilayah nusantara merupakan jalur perdagangan asing

Sejarah Seni Rupa Yunani Kuno 1. Sejarah Yunani Kuno

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB. I PENDAHULUAN. wilayah III (Cirebon, Indramayu, Majalengka dan Kuningan) serta dikenal dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Agama memiliki hubungan yang erat dengan kebudayaan. Banyak

Seiring dengan perkembangan zaman, desain kebaya

2015 ORNAMEN MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA

I. PENDAHULUAN. Margakaya pada tahun 1738 Masehi, yang dihuni masyarakat asli suku Lampung-

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Udkhiyah, 2013

BAB I PENDAHLUAN. Pulau Bali merupakan daerah tujuan pariwisata dunia yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. dikategorikan ke dalam dua kelompok, yaitu fasilitas yang bersifat umum dan. mempertahankan daerah yang dikuasai Belanda.

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas masyarakat. Komponen-komponen pendukung kota dapat dibuktikan

GLOSARY. De volk: bangsa/rakyat, pekerja

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Jakarta dulu dan Kini Senin, 22 Juni :55

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap Budaya Lanskap budaya merupakan hasil interaksi antara manusia dan alam dari waktu ke waktu (Plachter dan

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D

Lalu, Ada Makam Hoo Tjien Siong

BAB 2 SEJARAH PERTUMBUHAN PERMUKIMAN DI DEPOK. Selatan dan 106º º55 30 Bujur Timur, dengan luas wilayah 20,029 Ha.

geografi Kelas X PENGETAHUAN DASAR GEOGRAFI I KTSP & K-13 A. PENGERTIAN GEOGRAFI a. Eratosthenes b. Ptolomeus

Masjid Cipari Garut, Masjid Berasitektur Mirip Gereja

KONDISI UMUM. Bogor Tengah, Bogor Timur, Bogor Barat, Bogor Utara, Bogor Selatan, dan Tanah Sareal (Gambar 13).

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS)

STUDI POLA MORFOLOGI KOTA DALAM PENENTUAN KAWASAN KONSERVASI KOTA DI KABUPATEN KENDAL TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Kota Medan merupakan ibukota Provinsi Sumatera Utara, juga termasuk

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. berdomisili di daerah pedesaan dan memiliki mata pencaharian disektor

BAB I PENDAHULUAN. Gejala Pariwisata telah ada semenjak adanya perjalanan manusia dari suatu

163 Universitas Indonesia

DESKRIPSI MATAKULIAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI

CITY HOTEL DENGAN FASILITAS MICE di SEMARANG BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

I. PENDAHULUAN. Permukiman menunjukkan tempat bermukim manusia dan bertempat tinggal menetap dan

BAB I PENDAHULUAN. budaya, baik berupa seni tradisional ataupun seni budaya yang timbul karena

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB V PROFIL KAWASAN PENELITIAN

Setelah selesai kegiatan pembelajaran, siswa dapat :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

VI.7-1. Bab 6 Penataan Ruang dan Pembangunan Perkotaan Pembangunan Kota Baru. Oleh Suyono

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 2000 persentase penduduk kota di Negara Dunia Ketiga telah

STUDI KOMPARATIF POLA MORFOLOGI KOTA GRESIK DAN KOTA DEMAK SEBAGAI KOTA PERDAGANGAN DAN KOTA PUSAT PENYEBARAN AGAMA ISLAM TUGAS AKHIR

BAB VI KESIMPULAN. Dari uraian pada bab-bab terdahulu, dapat dikemukakan. beberapa temuan sebagai kesimpulan dalam penelitian ini.

BAB I PENDAHULUAN. dunia, hal ini disebabkakan oleh kehidupan dan kebudayaan masyarakat Bali yang

Jurnal Edu Science (JES) (ISSN: X) Vol.1 No.1 Edisi April 2014

BAB I PENDAHULUAN. berdaulat. Merdeka yang dimaksud adalah terbebas dari kekuasaan Kerajaan

BAB I PENDAHULUAN. Arsitektur merupakan hasil dari faktor-faktor sosiobudaya, sebuah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kota merupakan sebuah tempat permukiman yang sifatnya permanen

KISI-KISI SOAL UJI KOMPETENSI PPG SM3T PRODI PENDIDIKAN SEJARAH TAHUN 2014

V. GAMBARAN UMUM. Secara astronomi, Kota Depok terletak pada koordinat 6 o sampai

KAJIAN POLA STRUKTUR RUANG KOTA LASEM DITINJAU DARI SEJARAHNYA SEBAGAI KOTA PANTAI TUGAS AKHIR. Oleh: M Anwar Hidayat L2D

RENCANA PENATAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL

BAB IV KESIMPULAN. Universitas Indonesia. Kesesuaian Feng Shui..., Stephany Efflina, FIB UI, 2009

STUDI PENGEMBANGAN PECINAN LASEM SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA TUGAS AKHIR. Oleh : Indri Wahyu Hastari L2D

BAB V KESIMPULAN. dituliskan dalam berbagai sumber atau laporan perjalanan bangsa-bangsa asing

BAB 1 PENDAHULUAN. Jakarta Timur, disebut Jatinegara Kaum karena di sana terdapat kaum, dimana

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KECAMATAN RUMBAI PESISIR. orang jawa yang masuk dalam Wilayah Wali Tebing Tinggi. Setelah itu

RESUME PENELITIAN ARKEOLOGI SITUS PABRIK PENGOLAHAN KARET,DI SUNGAI TABUK KERAMAT, KABUPATEN BANJAR,PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

Dari hasil yang telah dicapai dalam pencapaian target kinerja dapat juga disimpulkan bahwa:

STUDI PENENTUAN KAWASAN KONSERVASI KOTA TEGAL MELALUI PENDEKATAN MORFOLOGI KOTA TUGAS AKHIR. Oleh : PRIMA AMALIA L2D

BAB I PENDAHULUAN. dari target yang ditetapkan. Kegiatan pertambangan mengalami penurunan seiring

Pada tahun 30 Hijri atau 651 Masehi, hanya berselang sekitar 20 tahun dari wafatnya Rasulullah SAW, Khalifah Utsman ibn Affan RA mengirim delegasi ke

KONDISI UMUM 4.1. DKI Jakarta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SEKILAS MENGENAI BUKU SEJARAH KEBUDAYAAN INDONESIA SIAP UNTUK DILUNCURKAN 2009

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tinggalan budaya masa lalu sebagai hasil kreativitas merupakan buah

Transkripsi:

BAB 5 PENUTUP 5.1 Hasil Penelitian Penelitian ini merupakan penelusuran sejarah permukiman di kota Depok, yaitu untuk menjawab pertanyaan mengenai sejak kapan permukiman di Depok telah ada, juga bagaimana bentuk dan perkembangannya. Pertanyaan-pertanyaan tersebut dijawab berdasarkan hasil analisis terhadap persebaran data arkeologi di Depok. Secara keseluruhan, persebaran data arkeologi di Depok menunjukkan kaitannya sebagai sebuah permukiman dengan berbagai aktivitas sosial-budayanya. Unsurunsur yang merupakan tinggalan arkeologi tersebut berupa bangunan hunian, makam, jembatan, pasar, bangunan pemerintahan, sumur keramat, gereja, masjid, dan lain sebagainya. Depok dengan manusia pendukungnya tidak mungkin menempatkan diri begitu saja tanpa memperhitungkan dan mempertimbangkan segala sesuatunya. Menurut Geertz, pertimbangan itu disebut sebagai keperluan khusus masyarakat, yaitu adaptasi pemanfaatan yang paling baik dengan kondisi ekologi atau sumber daya alamnya, letak yang sangat strategis terhadap jalur lalu lintas, kebijakan politik, militer maupun religi (Geertz, 1981:53). Pendapat tersebut ternyata sangat sesuai untuk menggambarkan tumbuh dan berkembang permukiman di Depok. Sebab, perkembangan kota Depok juga dipengaruhi oleh faktor sumber daya alam, ekonomi, politik, transportasi, dan religi.

Berdasarkan temuan, membuktikan bahwa Depok merupakan daerah permukiman yang sangat tua, yaitu sejak zaman neolitik masa bercocok tanam, yang diperkirakan 3000 1.000 SM. Pendapat tersebut berdasarkan dengan banyaknya temuan prasejarah yang ditemukan di daerah ini. Daerah temuan arkeologi prasejarah berada di lokasi Kelapadua dan Gagang Golok di Bojong Gede. Periode berikutnya adalah periode klasik, yaitu masa Kerajaan Tārumanāgara dan Kerajaan Sunda, dan Depok masuk dalam wilayahnya. Banyaknya situs peninggalan dua kerajaan ini, yang keberadaannya tidak jauh dari Depok memberikan penjelasan kepada kita bahwa wilayah Depok memiliki peranan yang sangat penting sebagai perantara persebaran kebudayaan antara wilayah pesisir dengan wilayah pedalaman (Djafar, 2005: 7). Sebagai bekas wilayah Kerajaan Tārumanāgara dan Kerajaan Sunda, Jawa Barat tidak lepas dari pengaruh agama Hindu dan atau Buddha seperti kerajaan-kerajaan lainnya di Indonesia. Namun, seberapa jauh pengaruh agama-agama tersebut menyusup ke dalam kepercayaan raja dan masyarakat Sunda Kuna pada saat itu belum diketahui secara pasti. Dengan demikian, kepercayaan masyarakat Depok sebelum kedatangan Islam juga tidak diketahui secara pasti. Periode Islam, agama Islam mulai berkembang di Depok pada pertengahan abad ke-16, agama tersebut diperkenalkan kepada masyarakat oleh pasukan Islam asal Banten dan Cirebon. Tokoh penyebar agama Islam yang terkenal di Depok adalah Uyut Beji. Pada masanya terdapat padepokan Islam yang berfungsi sebagai

pusat pendidikan agama Islam. Padepokan tersebut memiliki peranan tersendiri sebagai pusat penyebaran agama Islam dan sebagai tempat pelatihan bela diri pasukan Islam. Sekarang ini, padepokan tersebut lebih dikenal dengan Padepokan Uyut Beji. Selanjutnya periode kolonial. Awal periode ini ditandai oleh kehadiran tuan tanah Cornelis Chastelein. Sejarah tanah partikelir di Depok, memiliki sejarah tersendiri yang membedakannya dengan sejarah tanah partikelir di daerah lain. Karena, dalam perjalanan sejarahnya melahirkan suatu kelompok sosial dengan kultur yang sangat khas. Tanah partikelir yang dimiliki Chastelein tersebut, diwariskan semua kepada para budak-budakanya. Status mereka sebagai budak di hapus oleh Chastelein, sehingga mereka di sebut sebagai kaum mardikerj yang berarti kaum yang dibebaskan atau kaum yang merdeka (mahardhika=merdeka/bebas), mereka juga di lindungi secara hukum. Pada saat itu, status sosial mereka lebih tinggi dari penduduk setempat, sebab kedudukan mereka disamakan dengan orang Indo Eropa. Mereka cenderung memilih gaya hidup seperti orang barat, hal itu terlihat dalam gaya pakaian, makanan, ataupun bahasa mereka. Kaum mardikerj membentuk suatu komunitas masyarakat beragama Kristen Protestan. Komunitas tersebut memiliki sistem pemerintahan yang teroganisir dengan baik. Pemerintahnnya disebut Gemeente Bestuur. Mengenai persebaran data arkeologi dan hubungannya dengan situs dan antarsitus, Depok terbagi menjadi tiga komunitas yang membentuk permukiman

dengan corak tersendiri. Permukiman itu terbagi menjadi permukiman penduduk asal yang beragama Islam, permukiman kolonial dengan mayoritas penduduknya beragama Kristen Protestan, dan permukiman Cina yang identik dengan aktivitas perekonomiannya. Permukiman kolonial berada di daerah yang sekarang bernama Depok Lama, dengan pusat kegiatan di Jalan Pemuda. Pemukiman kolonial ini dekat dengan aliran Sungai Ciliwung. Permukiman kolonial telah memiliki struktur keruangan yang sangat baik, permukiman itu dibagi beberapa konsentrasi, yaitu permukiman yang terkonsentrasi pada bantaran sungai, bantaran jalan kereta api, memanjang mengikuti jalan utama Siliwangi dan Margonda, serta permukiman yang berada di pedalaman. Kemudian, permukiman Cina berada di daerah paling utara kota Depok yang bernama Pondok Cina. Selain itu, juga ditemukan permukiman Cina di daerah Cisalak Pasar, tetapi belum ada penelitian khusus mengenai tinggalan arkeologi di permukiman Cina ini. Permukiman Cina terkonsentrasi pada daerah yang dekat dengan akses jalan utama dan strategis di tengah-tengah antara Pasar Lama, Pasar Cimanggis, dan Pasar Cisalak. Pemilihan daerah ini sudah tentu disesuaikan dengan aktivitas perekonomiannya. Permukiman Cina dan permukiman kolonial berada atau terkonsentrasi di sebelah utara Depok. Alasannya adalah karena orientasi mereka adalah pusat pemerintahan di Batavia, artinya keberadaan mereka tidak terlalu jauh dari pusat pemerintahan di Batavia.

Permukiman Islam ditandai dengan bukti keberadaan Masjid Al-Atiqiyyah di Karadenan, Masjid Al-Badriyah di Kaum Pandak dan Masjid Al-Ittihad di Pondok Terong. Selain itu, ada Kompleks Makam Raden Sungging yang berada di Pondok Terong dan Kompleks makam Batu Tapak yang berlokasi Bojong Gede. Data arkeologi Islam berupa masjid, makam, dan sumur tersebar di wilayah Depok, mulai dari Masjid Al-Ittihad di Pondok Terong hingga Masjid Al-Atiqiyyah yang berada di Desa Karadenan, sebelah selatan Depok. Persebaran data Arkeologi Islam tersebar dari sebelah utara Depok dan semakin banyak tersebar di selatan Depok. Arah konsentrasi persebaran dari utara ke selatan karena di sebelah selatan terdapat pusat Kerajaan Sunda, Pakwan Pajajaran di Bogor dan pasukan Islam selama bertahuntahun berusaha menaklukan pusat kerajaan ini. Peninggalan arkeologi periode sebelum Islam yang berupa sumur-sumur keramat, letaknya berada dekat dengan anak Sungai Ciliwung. Sementara itu, aliran Sungai Ciliwung hulunya berada di Gunung Pangrango. Sumur-sumur tersebut diperkirakan berorientasi pada Gunung Pangrango jika dilihat dari aliran Sungai Ciliwung, Hal itu jika sumur-sumur tersebut merupakan sumur-sumur suci yang digunakan sebagai patapan atau kabuyutan yang berada di sebelah utara pakwan Pajajaran, Namun dapat juga berorientasi pada Gunung Salak karena Gunung Salak merupakan gunung suci yang terdekat dengan Depok.

Peninggalan sumur-sumur tersebut memang belum dapat dibuktikan sebagai bentuk patapan. Hal ini karena belum ada data arkeologi dalam bentuk naskah yang menerangkan hal demikian, begitu juga dengan ciri-ciri kepurbakalaan yang tidak terlalu menonjol. Namun demikian, sumur-sumur keramat dan tinggalan lainnya yang ada di Depok memiliki karakter yang sama dengan karakter yang ada di Situs Sindangbarang. Oleh karena itu, sumur-sumur tersebut diperkirakan sebagai patapan. Dengan demikian, Depok pada waktu itu adalah sebuah kabuyutan, jika melihat banyaknya sumur-sumur keramat yang tersebar di wilayah ini. Kabuyutan ini diperkirakan sebagai salah satu kabuyutan yang mengeliling pusat Kerajaan Sunda di Pajajaran. Sebab, Pusat kerajaan biasanya dikelilingi oleh kabuyutan-kabuyutan atau mandala sebagai pelindung (Ekadjati, 62 68 ) Jika perkiraan sementara sumur-sumur keramat ini adalah sebuah patapan, ada satu hal yang menarik, yaitu adanya sebuah karakter khas yang membentuk wilayah Depok. Karakter khas itu adalah karakter pendidikan, artinya sebelum kedatangan Islam dan bangsa Belanda, wilayah ini sudah berfungsi sebagai tempat pendidikan atau menuntut ilmu. Akulturasi budaya Islam dengan budaya sebelumnya tampak pada berkembangnya sistem pendidikan pesantren bertemu dengan konsep patapan Hindu Buddha. Padepokan Islam di sebut juga pondok pesantren, yang berasal dari kata

funduq (funduq=arab atau pandokheyon=yunani yang berarti tempat menginap). Padepokan atau pesantren adalah sebuah sistem pendidikan, yang merupakan perpanjangan dari sistem pendidikan kuna (lihat penjelasan sebelumnya di bab IV). Ketika Islam datang, sumur-sumur keramat yang diperkirakan sebagai tempat patapan, tetap mempunyai fungsi yang sama sebagai tempat menuntut ilmu. Hal itu terlihat dari adanya Padepokan Uyut Beji yang menempati Sumur Tujuh. Ketika Chastelein datang, nuansa pendidikan agama pun sangat terasa. Apalagi, saat didirikannya seminari yang pertama dan bertaraf nasional sebagai institusi atau pusat pendidikan agama Kristen saat itu. Dengan demikian, karakter yang khas untuk menggambarkan Depok adalah sebuah kawasan yang diperuntukkan sebagai kawasan pendidikan. Sesuai dengan makna kata depok yang disandangnya, depok berasal dari kata padepokan dan padepokan berasal dari patapan yang merujuk pada arti yang sama yaitu tempat pendidikan.