PENERAPAN KONSEP PENGHAWAAN ALAMI PADA WISMA ATLET SENAYAN Stefani Gillian Tania A. Universitas Bina Nusantara, Jakarta, Indonesia Abstrak Wisma atlet sekarang ini sudah tidak digunakan lagi karena kondisi bangunan yang tidak baik dan efektivitas ruang yang tidak sesuai dengan fungsi sebagai tempat hunian para atlet. Penggunaan AC di wisma atlet mengkonsumsi energi dalam jumlah besar sehingga mengakibatkan energi tak terbarukan semakin berkurang. Desain yang hemat energi dengan penerapan konsep penghawaan alami pada wisma atlet dapat memperbaiki iklim mikro yang tidak nyaman tanpa banyak mengkonsumsi energi. Metode Broadbent dengan analisis aspek manusia, bangunan, dan lingkungan digunakan untuk mencari solusi desain wisma atlet. Kata Kunci: Sustainable architecture, Wisma Atlet, Senayan, pengahawaan alami
1. Pendahuluan Wisma atlet Senayan sekarang sudah tidak digunakan lagi selain karena kondisi bangunan yang tidak baik, layout ruang di wisma atlet ini juga tidak cocok dengan fungsi sebagai tempat hunian para atlet. Konsumsi energi dalam jumlah besar khususnya penggunaan AC menyebabkan energi tak terbarukan semakin berkurang. Porsi terbesar energi berasal dari bahan bakar fosil. Cadangan bahan bakar fosil yang semakin menipis, dan emisi yang dihasilkannya berupa karbondioksida (CO2) menyebabkan pemanasan bumi. Meminimalkan penggunaan bahan bakar fosil sebagai substansi utama pelepasan CO2 dilakukan dari berbagai sektor dan aspek kehidupan. Bangunan merupakan salah satu sektor dominan dalam upaya pemangkasan emisi CO2 karena bangunan mengkonsumsi energi fosil dalam proporsi cukup tinggi di suatu sebesar 30 sampai 50 persen. Berdasarkan hal-hal di atas, sustainable design dijadikan sebagai topik utama dalam merancang Wisma Atlet yang berlokasi di Senayan. Bangunan yang hemat energi menggunakan aspek penghawaan alami merupakan sorotan yang dijadikan sebagai tema rancangan wisma atlet. 2. Permasalahan Aspek Manusia: Menciptakan kenyamanan termal bagi penghuni dengan merancang ruang dalam yang menerapkan konsep penghawaan alami. Aspek Lingkungan: Mengolah tapak bangunan dengan baik sehingga angin dapat mengalir masuk ke dalam bangunan untuk mendukung penghawaan alami.
Aspek Bangunan: Mendesain layout ruang dalam yang tidak banyak sekat dan mempunyai posisi jendela yang baik untuk mendukung penghawaan alami. 3. Metodologi Metode Broadbent dengan analisis aspek manusia, bangunan, dan lingkungan digunakan untuk mencari solusi desain wisma atlet. 4. Hasil Analisa dan Konsep Aspek Lingkungan Tabel 1. Tabel arah angin terhadap bangunan (Sumber: pribadi)
A B Eksisting Pengembangan Tabel 2. Tabel kondisi tapak (eksisting & pengembangan) (Sumber: pribadi) Berdasarkan kedua tabel di atas menunjukkan bangunan yang terletak di sebelah barat laut (nomor 1) memiliki potensi untuk dihancurkan dan dibangun ulang. Pada bangunan nomor 1 ini akan memiliki jumlah lantai yang lebih banyak dibandingkan dengan bangunan nomor 2 dan 3. Oleh karena itu tidak akan terjadi pembayangan angin terhadap ke dua bangunan lain. Pembayangan angin adalah bangunan yang tinggi yang menutupi bangunan lain sehingga aliran angin tidak didapatkan oleh bangunan yang terhalang tersebut. Pada bangunan lama, karena struktur bangunan tidak boleh dihancurkan, maka solusinya adalah fasade sisi timur laut dan barat daya dibuat melengkung untuk mencapai bentuk yang aerodinamis dengan rancangan bukaan yang memadai untuk mendukung terjadinya penghawaan alami. Pada bangunan baru didesain mengarah ke arah datangnya angin yang dominan dengan menggunakan sistem koridor single loaded dan memiliki desain fasade bangunan yang melengkung dan wind shading pada fasade bangunan. Untuk menerapkan konsep penghawaan alami pada wisma atlet ini menggunakan pemanfaatan arah angin yang masuk ke dalam bangunan dengan berbagai cara yaitu memipihkan massa bangunan, membuat fasade dan bentuk bangunan aerodinamis serta skycourt di tengah bangunan untuk
memasukkan angin ke dalam bangunan. Angin yang masuk ke dalam bangunan ini dapat dimanfaatkan untuk ventilasi silang. Arah angin yang masuk ke dalam bangunan dapat dibelokkan dengan vegetasi, fin walls, dan teritisan horizontal. Penggunaan balkon, teras dan koridor single loaded pada bangunan dapat membantu mendinginkan udara luar yang panas sebelum masuk ke dalam bangunan. Aspek Manusia Pengguna bangunan wisma talet ini dibagi menjadi tiga bagian yaitu penghuni (atlet dan pelatih), pengunjung wisma, dan pengelola wisma. Aspek Bangunan Bentuk massa bangunan dapat bermacam-macam, namun ada 3 bentuk dasar yaitu kotak, tabung, prisma dan areodinamis. Bangunan yang aerodinamis tanpa bentuk-bentuk patahan dapat mengalirkan udara untuk mendinginkan suhu luar bangunan. Pola sirkulasi bangunan terbagi menjadi dua yaitu sirkulasi horizontal berupa koridor single loaded dan double loaded dan sirkulasi vertikal berupa lift dan tangga. Konsep Gubahan Massa Bangunan Massa bangunan baru (warna ungu) berbentuk huruf L dengan balkon yang bebentuk dinamis dengan tujuan untuk menangkap angin sehingga udara dapat mengalir masuk ke dalam bangunan. Bangunan baru memiliki jumlah lantai yang
lebih tinggi daripada dua bangunan lainnya sehingga dua bangunan lainnya tetap akan mendapat aliran udara karena tidak terhalang oleh ketinggian bangunan. Tampak atas Tabel 3. Gubahan massa (Sumber: pribadi) Perspektif Pengolahan Fasade Bangunan Gambar 1. Fasade bangunan (Sumber: pribadi) Pada fasade bangunan nomor 1 menggunakan jendela dengan ukuran yang cukup besar untuk memasukkan udara ke dalam bangunan. Pada fasade bangunan nomor 1 ini tekanan udara masih bisa ditoleransi. Pada fasade bangunan nomor 2 menggunakan jendela yang memiliki lebih banyak kisi-kisi dibandingkan dengan fasade bangunan nomor 1 karena tekanan udara pada bagian ini sudah mulai dirasakan. Pada fasade bangunan nomor 3 menggunakan jendela yang seluruhnya berupa kisi-kisi. Penggunaan wind shading, sun shading dan balkon pada setiap unit kamar juga diaplikasikan ke seluruh lantai hunian.
5. Kesimpulan Setelah merumuskan permasalahan dan menganalisanya dengan menggunakan Metode Broadbent, penerapan konsep penghawaan alami di Wisma Atlet Senayan ini dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu: Pola arah angin terhadap bangunan mempengaruhi komposisi bentuk dan letak bangunan. Kecepatan angin yang berbeda setiap ketinggian 10m. Semakin tinggi suatu lantai dari tanah maka kecepatan angin akan semakin kencang. Hal ini berpengaruh dalam mendesain fasade bangunan. Kondisi site, orientasi jendela dan arah angin, lokasi jendela, fin walls, teritisan horisontal, tipe jendela, penempatan jendela secara vertikal, ukuran inlet dan outlet, ventilasi atap, partisi dan perencanaan interior menentukan pola aliran udara melalui sebuah bangunan.
DAFTAR PUSTAKA Buku Asia, BCI. Architecture @ 10: The next generation of architecture in Asia + New building technologies and products. Indonesia: PT BCI Asia F. Smith, Peter. (2005).Architecture in a Climate of Change: A guide to sustainable design. (2 nd edition). Amsterdam: Elvesier. Frick, H., Suskiyatno, B. (2007). Dasar-dasar Arsitektur Ekologis. Bandung: ITBPress. Frick, H., et al. (2008). Ilmu Fisika Bangunan. Yogyakarta: Kanisius Juwana, Jimmy S. (2005). Panduan Sistem Bangunan Tinggi. Jakarta: Erlangga. Karyono, T.H. (2000).Report on Thermal Comfort Building Energy Studies in Jakarta, Journal of Building and Environment. vol.35, p 77-90.UK: Elvesier Science LTD. Karyono, Tri harso. (2010). Green architecture: Pengantar pemahaman arsitektur hijau di Indonesia. Jakarta: RajaGrafindo Persada. Yeang, K. (1996). Bioclimatically Skyscraper. Inggris : Wiley-academy Lechner, Norbert. (1991). Heating, Cooling, Lighting Design Methods for Architects. New York: John Willey & Sons, Inc. Lippsmeier, Georg. (1997). Bangunan Tropis. Jakarta: Erlangga. McDowall, Robert. (2007). Fundamentals of HVAC systems.(1 st edition).uk: Elvesier. More, Fuller. (1993). Environmental control systems: heating, cooling, lighting. New York: McGraw Hill. Neufert, Ernst. (2002). Data Arsitek. (jilid 1). Jakarta:Erlangga Neufert, Ernst. (2002). Data Arsitek. (jilid 2). Jakarta:Erlangga Satwiko, P. (2004). Fisika Bangunan 1. Yogyakarta: Andi. Soetiadji, S. Setyo. (1986). Anatomi Utilitas. Jakarta: Djambatan. Jurnal Tri Harso Karyono.(2006). Kota Tropis Hemat Energi: Menuju Kota yang Berkelanjutan di Indonesia. Jurnal Teknologi Lingkungan, vol.7, no.1