17 4 POTENSI PEMANFAATAN SUSU KUDA SUMBA Abstract Mare's milk has long been used as a healthy drink and has a therapeutic effect. In Indonesia, sumbawa mare s milk has been used as a nutritious drink and has an antimicrobial effect against some pathogenic bacteria. Sumba horse has some similarities with the sumbawa horse. The aim of this study was to assess the potential of utilization of sumba mares milk associated with horse care system maintenance, the condition of the area and population of sumba horse. The study was conducted through field observation and collection of data about the population of horses, horse care system (maintenance) and the empirical experience on the use of sumba horse milk. Maintenance system and horse population in large numbers on the island of Sumba, be a good indication of the utilization of mares milk as a nutritious food source. Sumba mare s milk can also be a new revenue source as a food that improves the economy of the community. Based on the observation, it can be conclude that sumba horse has a great potential in producing mares milk Keyword: sumba, horse, milk Abstrak Pemanfaatan susu kuda telah lama dilakukan oleh masyarakat Sumbawa sebagai minuman kesehatan karena memiliki efek terapeutis. Kuda sumba adalah kuda asli Indonesia dan diketahui memiliki beberapa persamaan dengan kuda sumbawa namun belum pernah dilakukan penelitian tentang susu kuda sumba sehingga perlu dilakukan penelitian untuk mengkaji potensi pengembangan susu kuda sumba dari aspek wilayah, sistem pemeliharaan dan populasi kuda yang ada di Pulau Sumba. Penelitian dilakukan melalui observasi berupa pengamatan lapangan dan pengumpulan data mengenai populasi kuda, sistem pemeliharaan kuda dan pengalaman empirik masyarakat tentang khasiat susu kuda sumba. Sistem pemeliharaan dan tingginya populasi ternak kuda sumba yang ada di Pulau Sumba menjadi indikasi yang baik dalam pemanfaatan susu kuda sebagai salah satu sumber protein hewani untuk masyarakat. Susu kuda dapat juga menjadi sumber pendapatan baru sebagai bahan makanan yang dapat dijual untuk meningkatkan perekonomian masyarakat. Berdasarkan hasil observasi dapat disimpulkan bahwa kuda sumba memiliki potensi yang besar dalam memproduksi susu kuda. Kata kunci: sumba, kuda, susu
18 Pendahuluan Susu kuda telah lama dimanfaatkan manusia sebagai minuman kesehatan karena memiliki efek terapeutis, seperti penderita gangguan pencernaan dan penyakit kardiovaskuler (Uniacle et al. 2010). Di Indonesia pemanfaatan susu kuda juga telah lama dilakukan oleh masyarakat sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Susu kuda sumbawa dapat disimpan pada suhu kamar sampai beberapa bulan karena terjadi proses fermentasi. Penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti di Indonesia tentang khasiat susu kuda sumbawa, diantaranya oleh Hermawati et al. (2004) yang menunjukkan bahwa susu kuda sumbawa memiliki kemampuan sebagai antimikroba dengan spektrum yang luas. Potensi penyembuhan terhadap penyakit tuberkulosis menggunakan susu kuda sumbawa juga telah diteliti oleh Rijatmoko (2003) dan Pana (2004). Dalam studi lainnya menunjukkan bahwa kolostrum susu kuda sumbawa memiliki daya antimikroba terhadap Bacillus anthracis (Makmun dan Purwanta 2008). Kuda sumba adalah kuda poni lokal Indonesia yang berada di Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur. Kuda sumba memiliki beberapa persamaan dengan kuda sumbawa. Menurut Pickeral (2004), kuda sumba dan sumbawa adalah jenis kuda poni yang memiliki silsilah yang sama. Pemanfaatan susu kuda sebagai sumber pangan obat di Sumba tidak sepopuler masyarakat Sumbawa Nusa Tenggara Barat yang telah mengkonsumsi dan memproduksi susu kuda dalam skala industri kecil. Penelitian tentang susu kuda sumba belum pernah dilakukan kajian secara mendalam. Kondisi ini menarik untuk dilakukan penelitian tentang karakteristik susu kuda sumba, sistem pemeliharaan dan menelaah kualitas gizi susu kuda sumba dalam memenuhi gizi masyarakat. Penelitian ini bertujuan mengkaji potensi pengembangan susu kuda sumba melalui pengkajian kondisi wilayah, sistem pemeliharaan dan populasi kuda yang ada di Pulau Sumba. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan rekomendasi bagi pengambil kebijakan untuk pengembangan usaha susu kuda sumba sebagai salah satu sumber pendapatan yang potensial, sebagai sumber pangan asal hewan yang dapat dimanfaatkan. Bahan dan Metode Observasi Lapangan dan Wawancara Pengambilan data tentang kondisi lapangan dilakukan melalui observasi dan wawancara. Kegiatan observasi berupa pengamatan lapangan dan pengumpulan data mengenai populasi kuda, sistem pemeliharaan kuda dan pengalaman empirik masyarakat tentang khasiat susu kuda sumba. Kegiatan wawancara dilakukan dengan bantuan kuisoner kepada peternak dan petugas Dinas Peternakan setempat. Pengambilan Sampel Susu Kuda di Kabupaten Sumba Timur dan Sumba Tengah Setelah observasi lapangan, dilanjutkan dengan pengumpulan sampel susu kuda sumba sebanyak 40 sampel. Sebanyak 20 sampel diambil dari 6 desa di Kabupaten Sumba Timur dan sebanyak 20 sampel diambil dari 5 desa di Kabupaten Sumba Tengah. Pengambilan sampel pada dua kabupaten ini
berdasarkan adanya peternakan kuda dalam jumlah banyak yang dipelihara secara ekstensif di padang pengembalaan. Langkah pengambilan sampel diawali dengan pengambilan sampel susu kuda sumba dari lapangan disimpan dalam coolbox untuk ditansportasikan sekitar 3-6 jam untuk disimpan pada lemari pendingin (freezer), kemudian sampel didistribusikan menuju laboratorium tempat pelaksanaan penelitian. 19 Hasil dan Pembahasan Sistem Pemeliharaan Kuda Sumba Kuda sumba merupakan kuda asli Indonesia yang telah lama menjadi bagian dari kehidupan masyarakat di Pulau Sumba. Kuda sumba sejak lama berada di Pulau Sumba dan dijadikan simbol penting dari kebudayaan, seperti pernikahan ataupun kematian. Peran penting lainnya adalah sebagai bagian dari alat bantu transportasi pertanian, transportasi penduduk, sarana penggembalaan sapi, dan kuda pacu yang diperlombakan secara reguler di beberapa kabupaten di Pulau Sumba. Pada beberapa desa tertentu, kuda disembelih untuk memenuhi kebutuhan protein hewani masyarakat, namun hal ini tidak umum di Pulau Sumba. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, diketahui bahwa sebagian besar dari populasi kuda yang ada di Pulau Sumba dipelihara secara tradisional atau dengan sistem ekstensif (Gambar 2). Pemeliharaan kuda secara ekstensif dilakukan dengan sistem melepas kuda mencari makan sendiri di padang. Sistem pemeliharaan secara ekstensif terdiri dari beragam jenis. Pada jenis pemeliharaan ekstensif yang paling umum dilakukan masyarakat melepas kuda hidup dan berkembang biak di padang dalam kurun waktu yang cukup lama, misalnya dalam beberapa minggu atau bulan. Pada saat tertentu seperti kegiatan vaksinasi atau Gambar 2 Sistem pemeliharaan kuda sumba secara ekstensif monitoring jumlah ternak dan kesehatan kuda, kuda digiring dalam kandang penampungan (Gambar 3) untuk divaksin ataupun monitoring jumlah dan kondisi kesehatan ternak.
20 Gambar 3 Kandang penampung kuda Pada jenis pemeliharaan ekstensif lainnya, pada pagi hari kuda dilepas mencari makan di padang pengembalaan dan pada sore hari kuda digiring kembali ke kandang. Umumnya peternak memelihara kuda dengan jenis pemeliharaan ekstensif yang pertama. Sistem pemeliharaan ekstensif memungkinkan kuda Sumba memperoleh pakan dengan beragam jenis tanaman sehingga memengaruhi kandungan nutrisi susu. Lahan pengembalaan yang luas memungkinkan tingginya mobilitas kuda, memacu peningkatan metabolisme dan perkembangan sistem gerak sehingga mendukung perkembangbiakan kuda. Pengalaman Empirik dalam Pemanfaatan Susu Kuda Sumba Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara, pemanfaatan susu kuda sumba oleh masyarakat Sumba belum digunakan sebagaimana yang telah dilakukan masyarakat di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Hal ini dapat diketahui dari hasil wawancara pada peternak yang hampir tidak pernah memerah kuda dan mengkonsumsi susu kuda. Sebagian kecil peternak atau 20% dari total peternak pernah mendengar bahwa masyarakat dulu pernah mengkonsumsi susu kuda untuk mengobati penyakit dan meningkatkan daya tahan tubuh, namun kebiasaan tersebut tidak diikuti saat ini. Kondisi alam Pulau Sumba dan tingginya populasi ternak kuda sumba yang ada di Pulau Sumba menjadi indikasi yang baik dalam pemanfaatan susu kuda sebagai salah satu sumber protein hewani untuk masyarakat. Jumlah ternak kuda yang tinggi dan selalu tersedia di sekitar masyarakat Sumba, dapat menjadi sumber pendapatan baru bagi masyarakat melalui penyediaan susu kuda baik untuk dikonsumsi ataupun sebagai bahan makanan yang dapat dijual untuk memenuhi kebutuhan ekonomi masyarakat. Pengumpulan Sampel Pengambilan sampel susu kuda untuk pengujian dilakukan pada dua kabupaten yaitu Sumba Timur dan Sumba Tengah, hal ini berdasarkan tingginya populasi kuda di dua wilayah ini terutama kuda dalam masa laktasi 2 sampai 6 bulan. Kuda lebih mudah diperah bila ditempatkan dikandang penampungan. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan pemberitahuan terlebih dahulu pada
peternak sehingga kuda yang digembalakan di padang pengembalaan, digiring menuju kandang pengembalaan untuk dilakukan pengambilan sampel (Gambar 4). 21 Gambar 5 Pengambilan sampel di kandang penampung Pengambilan susu kuda sumba memerlukan waktu yang cukup lama, hal ini disebabkan sifat kuda sulit dikendalikan sehingga diperlukan ketrampilan yang baik (Gambar 5). Pengambilan susu yang cukup sulit berpengaruh pada jumlah susu yang diperoleh. Jumlah susu kuda yang diperoleh pada setiap pengambilan bervariasi antara 40-100 ml. Sedikitnya jumlah susu yang diperoleh disebabkan beberapa kondisi antara lain tingkat sensitivitas dan stres yang berbeda-beda pada setiap kuda saat pengambilan sampel dan kuda belum pernah diperah. Proses pengambilan susu kuda sumba tidak semudah pengambilan susu kuda sumbawa, hal ini disebabkan intensitas pemerahan susu kuda sumbawa yang tinggi sehingga dapat memacu produksi susu yang lebih banyak dibanding kuda yang pertama kali diperah. Gambar 4 Teknik pengambilan sampel susu kuda sumba
22 Intensitas pengambilan susu kuda yang tinggi dapat memacu kuda memproduksi susu yang lebih banyak dibanding kuda yang pertama kali diambil susunya. Penelitian yang dilakukan Poole (1982) dan Carruthers et al. (1993) menyebutkan pemerahan tiga kali sehari meningkatkan hasil sampai sekitar 10% dan memerah susu sekali sehari berkurang hingga 20%. Selain itu dalam pengambilan susu kuda dibutuhkan ketrampilan yang baik, mencakup penguasaan kuda dan pengenalan yang baik tentang tingkah laku kuda. Proses pengeluaran susu pada hewan atau milk let down dipengaruhi oleh hormon oksitosin yang meningkat pada masa akhir kehamilan dan masa laktasi (Knigth 1998). Faktor yang memengaruhi sekresi hormon oksitosin adalah stimulasi ambing dan rangsangan isapan susu dari anak kuda dan pemerahan atau pengeluaran susu secara kontinu (Akers 2002). Pemerahan susu kuda secara maksimal dan kontinue akan memudahkan proses pengeluaran susu saat pengambilan susu kuda. Pada kuda, sekitar 80% kasus puncak oksitosin terjadi hanya setelah peningkatan tekanan intramamari dan pada sebagian kasus tekanan intramamari meningkat tanpa ada perubahan dalam pengeluaran oksitosin (Deichsel dan Aurich 2005). Simpulan Berdasarkan kajian kondisi wilayah, sistem pemeliharaan, pengalaman empirik masyarakat dan populasi ternak yang tinggi di Pulau Sumba dapat diperoleh kesimpulan bahwa kuda sumba memiliki potensi yang besar dalam menghasilkan dan menyediakan susu secara berlanjut, sebagai bahan pangan asal hewan yang dimanfaatkan dan dikembangkan dalam upaya memenuhi kebutuhan gizi masyarakat.