BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilakukan dengan purposive sampling, menggunakan 25 ekor

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Tampilan Ferning Pre-Post Inseminasi Buatan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kelompok Ternak Manunggal IV Dusun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Jawarandu merupakan kambing lokal Indonesia. Kambing jenis

TAMPILAN BERAHI KAMBING JAWARANDU YANG DISINKRONISASI BERAHINYA MENGGUNAKAN MEDROXY PROGESTERONE ACETATE PADA UMUR YANG BERBEDA DI KABUPATEN PEMALANG

TAMPILAN FERNING PRE - POST INSEMINASI BUATAN BERDASARKAN UMUR SAPI SIMPO F1 DAN F2 DI KECAMATAN PATEAN, KABUPATEN KENDAL SKRIPSI.

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 7 Maret 19 April 2016, bertempat

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilakukan pada bulan 10 Maret 31 Mei 2016 di penangkaran

Sexual behaviour Parturient behaviour Nursing & maternal behaviour

HASIL DAN PEMBAHASAN. pejantan untuk dikawini. Diluar fase estrus, ternak betina akan menolak dan

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sapi Persilangan Simmental dan Peranakan Ongole. Sapi hasil persilangan antara sapi peranakan Ongole (PO) dan sapi

Animal Agriculture Journal, Vol. 1. No. 2, 2012, p Online at :

BAB III MATERI DAN METODE. Flock Mating dan Pen Mating secara Mikroskopis ini dilaksanakan pada tanggal

BAB III MATERI DAN METODE. Kegiatan penelitian dilaksanakan pada tanggal 10 Maret 31 Mei 2016 di

5 KINERJA REPRODUKSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sapi Persilangan Simmental Peranakan Ongole (SimPO)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Peranakan Ongole (PO) merupakan salah satu sapi yang banyak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. partum perlu diperhatikan. Peranakan Etawah (PE) mempunyai lama involusi

Animal Agriculture Journal 3(1): 52-60, April 2014 On Line at :

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai Perbedaan Intensitas Berahi pada Generasi Pertama

MATERI DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan November 1999 sampai dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat desa dengan keadaan desa yang alami dan mampu memberikan suplai

PEMBERIAN LARUTAN DAUN BINAHONG DALAM MEMPERPENDEK FASE INVOLUSI UTERUS KAMBING PERANAKAN ETAWAH BERDASARKAN TIPOLOGI FERNING SERVIKS DAN SALIVA

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 10 Maret sampai dengan 31 Mei 2016

HASIL DAN PEMBAHASAN

PROFIL LENDIR SERVIKS RUSA TIMOR (Rusa timorensis) BETINA YANG MENDAPAT SUPLEMENTASI MINERAL PADA TIAP FASE BERAHI SKRIPSI. Oleh: WIWIK PURWANINGSIH

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kecamatan Botupingge, Kabupaten Bone

I. PENDAHULUAN. jika ditinjau dari program swasembada daging sapi dengan target tahun 2009 dan

BAB III MATERI DAN METODE. Kambing PE CV. Indonesia Multi Indah Farm Desa Sukoharjo Kecamatan

BAB III MATERI DAN METODE. Materipercobaan yang digunakanadalahrusa Timor (Rusa timorensis)yang

PERBANDINGAN KAWIN ALAM DAN INSEMINASI BUATAN TERHADAP PERSENTASE KEBUNTINGAN, LAMA BUNTING, LITTER SIZE DAN BOBOT LAHIR KELINCI NEW ZEALAND WHITE

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai pengaruh kadar ekstrak daun Binahong (Anredera

BAB I PENDAHULUAN. maka hasil produksi ternak dapat terus ditingkatkan. Kendala yang. betina muncul. Hal ini yang menentukan keberhasilan dari proses

BAB III MATERI DAN METODE

Tatap muka ke 13 & 14 SINKRONISASI / INDUKSI BIRAHI DAN WAKTU IB

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada April 2014 di Balai Inseminasi Buatan Daerah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keberhasilan reproduksi akan sangat mendukung peningkatan populasi sapi

TIPOLOGI FERNING SAPI JAWA BREBES BETINA BERDASARKAN PERIODE BERAHI FERNING TYPOLOGY BASED ON ESTROUS CYCLE PERIOD OF JAVANESE CATTLE BREED

BAB III MATERI DAN METODE. Persentase Hidup dan Abnormalitas Spermatozoa Entok (Cairina moschata), telah

STUDI PERFORMANS EKSTERIOR INDUK KAMBING JAWARANDU BERDASARKAN PARITAS DAN UMUR DI DESA BANYURINGIN KECAMATANSINGOROJO KABUPATEN KENDAL

Performa berahi sapi PO pada berbagai BCS yang disinkronisasi dengan medroxy progesteron acetate di Satker Sumberejo Kendal

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 10 Maret sampai 31 Mei 2016 di

MATERI DAN METODE. Januari hingga Maret Penelitian ini telah dilaksanakan di Pondok Pesantren

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

HASlL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Bone Bolango merupakan salah satu kabupaten diantara 5

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Dalam usaha meningkatkan penyediaan protein hewani dan untuk

HUBUNGAN BODY CONDITION SCORE (BCS),

Pengaruh Body Condition Score (BCS) Berbeda terhadap Intensitas Birahi Sapi Induk Simmental Peranakan Ongole (SIMPO)

penampungan [ilustrasi :1], penilaian, pengenceran, penyimpanan atau pengawetan (pendinginan dan pembekuan) dan pengangkutan semen, inseminasi, pencat

BAB I PENDAHULUAN Tujuan. Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui ciri-ciri tiap fase siklus estrus pada mencit betina.

III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian

I. PENDAHULUAN. dengan tujuan untuk menghasilkan daging, susu, dan sumber tenaga kerja sebagai

KADAR NaCl DAN ph LENDIR SERVIKSRUSA TIMOR (Rusatimorensis) BETINA YANG MENDAPAT SUPLEMENTASI MINERAL SELAMA SIKLUS ESTRUS SKRIPSI.

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kelompok Tani Ternak (KTT) Manunggal

III. METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Lokasi Penelitian. B. Perancangan Penelitian. C. Teknik Penentuan Sampel. D. Jenis dan Sumber Data

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tepatnya yang berada di daerah Batur, Banjarnegara (Noviani et al., 2013). Domba

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rusa Timor (Rusa timorensis) merupakan spesies bendera (flag species)

BAB I PENDAHULUAN. khususnya daging sapi dari tahun ke tahun di Indonesia mengalami peningkatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Flemish giant dan belgian hare dan berasal dari Amerika. Kelinci ini mempunyai

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. berumur 4 7 tahun sebanyak 33 ekor dari populasi yang mengikuti perlombaan

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah kerbau lokal betina

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1055/Kpts/SR.120/10/2014 TENTANG

MATERI DAN METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III MATERI DAN METODE sampai 5 Januari Penelitian ini dilakukan dengan metode survei, meliputi

PERSENTASE HIDUP DAN ABNORMALITAS SEL SPERMATOZOA KAMBING PERANAKAN ETAWAH (PE) DENGAN PAKAN YANG DISUPLEMENTASI DAUN BINAHONG

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Estrus Setelah Penyuntikan Kedua PGF 2α. Tabel 1 Pengamatan karakteristik estrus kelompok PGF 2α

BAB III METODE PENELITIAN. bahwa Kabupaten Kendal merupakan salah satu kabupaten yang memiliki

LAPORAN PRAKTIKUM STRUKTUR DAN PERKEMBANGAN HEWAN II

I. PENDAHULUAN. Propinsi Lampung memiliki potensi sumber daya alam yang sangat besar untuk

MATERI DAN METODE. Tabel 3. Jumlah Kuda Delman yang Diamati pada Masing-masing Lokasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 7 13 April 2014, di BIBD Lampung,

TINGKAH LAKU RUSA TIMOR (Rusa timorensis) BETINA YANG DISUPLEMENTASI MAGNESIUM, SENG DAN SELENIUM PADA SATU SIKLUS ESTRUS SKRIPSI.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Potong. potong adalah daging. Tinggi rendahnya produksi penggemukan tersebut

MATERI DAN METODE. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada peternakan sapi rakyat di Kabupaten

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016

2. Mengetahui waktu timbulnya dan lamanya estrus pada setiap perlakuan penyuntikan yang berbeda. Manfaat Penelitian

*) **) **) Kata kunci : kambing Kejobong betina; indikator berahi; ekstrak hipofisa; kesuburan; vulva

IDENTIFIKASI KADAR HEMOGLOBIN DARAH KAMBING PERANAKAN ETAWAH BETINA DALAM KEADAAN BIRAHI

TINGKAT PENCAPAIAN SIKLUS BIRAHI PADA KAMBING BOERAWA DAN KAMBING KACANG MELALUI TEKNOLOGI LASER PUNKTUR

BAB III METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Bahan Kering (BK) 300, ,94 Total (g/e/hr) ± 115,13 Konsumsi BK Ransum (% BB) 450,29 ± 100,76 3,20

I. PENDAHULUAN. Selatan. Sapi pesisir dapat beradaptasi dengan baik terhadap pakan berkualitas

TINJAUAN PUSTAKA Siklus Reproduksi Kuda

Gambar 2. Domba didalam Kandang Individu

bio.unsoed.ac.id MATERI DAN METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk yang secara turun-temurun dikembangkan masyarakat di

LAPORAN SEMENTARA ILMU PRODUKSI TERNAK POTONG PENGENALAN BANGSA-BANGSA TERNAK

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

II. BAHAN DAN METODE 2.1Prosedur Persiapan Wadah Persiapan dan Pemeliharaan Induk Pencampuran dan Pemberian Pakan

HUBUNGAN ANTARA UKURAN-UKURAN TUBUH DENGAN BOBOT BADAN KAMBING JAWARANDU JANTAN DI KABUPATEN REMBANG JAWA TENGAH SKRIPSI.

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. berumur 4-7 tahun sebanyak 33 ekor yang mengikuti perlombaan pacuan kuda

III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Induk 3.3 Metode Penelitian

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Timur. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016.

PENYERENTAKAN BERAHI DENGAN PROGESTERON DALAM SPONS PADA TERNAK DOMBA DI KABUPATEN CIANJUR

III. METODE PENELITIAN

LAPORAN PROGRAM PENERAPAN IPTEKS

MAKALAH BIOTEKNOLOGI PETERNAKAN PENINGKATAN POPULASI DAN MUTU GENETIK SAPI DENGAN TEKNOLOGI TRANSFER EMBRIO. DOSEN PENGAMPU Drh.

Transkripsi:

10 BAB III MATERI DAN METODE 3.1. Materi Penelitian dilakukan dengan purposive sampling, menggunakan 25 ekor Kambing Jawarandu betina di desa Penggarit, Kecamatan Taman dan Pengongsoran, Kecamatan Pemalang, Kabupaten Pemalang. Kriteria kambing yang digunakan yaitu kambing yang sudah pernah bunting, kisaran umur 1 hingga 4 tahun (poel 1-4) dengan bobot rata-rata 30-50 kg. Peralatan yang digunakan yaitu timbangan bobot badan ternak, object glass untuk membuat preparat ferning, kotak penyimpanan preparat, cotton bud, kateter digunakan untuk mengambil lendir serviks, spekulum, spuit, plastic sheath, hand glove, kertas label, alat tulis, mikroskop untuk mengamati ferning. Materi pelengkap yakni kamera sebagai alat dokumentasi kegiatan. 3.2. Metode Metode yang digunakan dilakukan secara observasional, dibagi menjadi tiga tahap yakni tahap persiapan, pengambilan data dan tahap pengamatan mikroskop. Tahap persiapan dilakukan dengan memilih ternak dengan menimbang dan melihat poel ternak. Poel ditentukan melalui gigi yang sudah tanggal, digunakan untuk mengetahui umur ternak. Pemasangan spons yang telah diberi hormon MPA (Lampiran 1.), dilakukan dengan cara implan di vagina selama 14 hari (Ilustrasi 2.) pada ternak kemudian spons dilepas dan diamati

11 tampilan berahinya setiap 6 jam sekali mulai jam ke-18 setelah pelepasan spons hingga jam ke 42. Penimbangan Ternak Penentuan Umur Ternak Penentuan Ternak yang Digunakan Pengambilan Data Pelepasan Spons Vagina Pemasangan Spons Vagina selama 14 Hari Ilustrasi 2. Tahap Persiapan Penelitian Sinkronisasi berahi dalam pengamatan ini dilakukan untuk mempermudah pengamatan berahi Kambing Jawarandu hingga proses inseminasi buatan. Penyeragaman waktu berahi bermanfaat mengefisienkan waktu dan tenaga kerja. Waktu berahi yang dapat teramati dengan baik menyebabkan keberhasilan perkawinan buatan diprediksi semakin tinggi. Sinkronisasi berahi digunakan dengan prinsip mengendalikan hormon beberapa ternak betina, sehingga waktu berahi dapat muncul hampir bersamaan. Metode yang digunakan dalam sinkronisasi berahi pada pengamatan adalah tanam atau implan spons yang diberi hormon MPA dalam vagina. Tahap pengambilan data dilakukan dengan mengamati tampilan berahinya pada jam ke 18 setelah pelepasan spons, dilakukan 6 jam sekali selama 3 hari (hingga jam ke-42). Pengamatan berahi dilakukan pada jam ke-18 setelah spons dilepas, karena menurut Sutiyono et al. (2008), ternak akan berahi pada jam ke-24 setelah spons dilepas. Parameter yang diamati meliputi perubahan vulva

12 (kebengkakan dan warna vulva) dan lendir serviks (kelimpahan lendir dan skor ferning). a. Perubahan Vulva 1. Warna mukosa vagina diamati dengan cara skoring, dengan penilaian Skor 1 : ditandai dengan warna merah jambu, pembuluh darah perifer tidak terlihat jelas. Skor 2 : ditandai dengan warna kemerahan dan pembuluh darah perifer terlihat jelas. Skor 3 : ditandai oleh warna merah tua, percabangan pembuluh darah perifer terlihat sangat jelas. 2. Kebengkakan vulva diamati dengan memberikan skoring, dengan penilaian Skor 1 : ditandai vulva cukup bengkak. Skor 2 : ditandai vulva bengkak. b. Lendir Serviks Pengambilan cairan lendir serviks (Lampiran 2.) dilakukan dengan cara membuka vulva menggunakan spekulum, kemudian memasukkan spuit yang ujungnya dihubungkan dengan kateter, ke dalam vagina hingga depan serviks, kemudian disedot dan diambil cairannya. 1. Kelimpahan lendir serviks dinilai dengan skoring yaitu: Skor 1 Skor 2 : Jumlah lendir serviks sedikit dan terlihat menggantung dari vulva. : Jumlah lendir serviks cukup banyak dan terlihat menggantung dari vulva hingga di sekitar pangkal ekor. Skor 3 : Jumlah lendir serviks berlimpah dan terlihat menggantung dari vulva

13 sampai paha kaki bagian belakang. Skor 4 : Jumlah lendir serviks berlimpah dan menggantung dari vulva sampai pada tungkai kaki bagian belakang. 2. Ferning Pembuatan preparat ferning dilakukan dengan meneteskan cairan serviks ke object glass, mengangin-anginkan preparat, kemudian mengamati dengan miskroskop perbesaran 100x. Preparat kemudian diamati untuk dilihat tipologi ferningnya. Skoring ferning dilakukan dengan memberi skor dengan metode Wijayanti (2014), yang merupakan modifikasi metode Mardiati (2003) dan Soeharto (2003), sebagai berikut: Skor 1 : tidak ada ferning yang terbentuk (tidak ada kristalisasi, merupakan struktur yang berdinding tebal berupa gelembung udara). Skor 2 : ferning ada, akan tetapi kecil dan tersebar (terdapat kristalisasi yang hanya batang primer). Skor 3 sekunder dan tersier (ferning menutup kurang dari setengah bidang pandang). Skor 4 sekunder dan tersier (ferning menutup lebih dari setengah bidang pandang). Skor 5 sekunder dan tersier (ferning menutup lebih dari 75% dari luas bidang pandang).

14 Skor 6 : Ferning menutup seluruh bidang pandang dan hanya terdapat yang panjang (pembentukan daun pakis dengan batang primer, sekunder, tersier dan kuarter). Selain skoring, ferning diamati kecepatan timbulnya ferning yang dipengaruhi oleh produksi estrogen. Lama adanya ferning yang diamati sangat bergantung dengan kecepatan pertumbuhan folikel dan banyaknya folikel yang tumbuh (Sutiyono et al., 1998). Ferning diamati setiap 6 jam sekali mulai jam ke- 18 setelah pelepasan spons hingga jam ke-42. 3.3. Analisis Data Data yang diperoleh ditabulasi kemudian dianalisis secara deskriptif, tiap parameter. Tiap satu parameter digunakan untuk membandingkan 5 kali waktu pengambilan serta kriteria umur yang berbeda.