BAB I PENDAHULUAN. transparan dan akuntabel, menteri/pimpinan lembaga, gubernur dan

dokumen-dokumen yang mirip
Arahan Presiden RI Rakornas Pengawasan Intern Pemerintah Tahun 2015 Jakarta, 13 Mei 2015

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini merupakan pendahuluan dari pembahasan peneliti yang berisi latar

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BPKP NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN TEKNIS MONITORING KAPABILITAS APARAT PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH

PEDOMAN TEKNIS PEMANTAUAN PENINGKATAN KAPABILITAS APIP

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN. Peran aparat pengawasan di daerah yang tidak efektif merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP).

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai latar belakang penelitian, rumusan

BAB I PENDAHULUAN. dibentuk dengan tugas melaksanakan pengawasan intern (internal audit) di lingkungan

2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tamba

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

BERITA NEGARA. No.787, 2011 KEMENTERIAN LUAR NEGERI. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Penyelenggaraan.

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR :32 TAHUN 2011

BERITA NEGARA. BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL. SPIP. Penyelenggaraan. PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA

2017, No Berencana Nasional tentang Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah di Lingkungan Badan Kependudukan dan Keluarga Berenc

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06 /M/PER/XII/2011 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Pedoman Pengawasan Intern di Kementerian Luar Negeri dan Perwakilan Republik Indonesia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 19

BAB I PENDAHULUAN. keterpurukan karena buruknya pengelolaan keuangan (Ariyantini dkk,2014).

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA,

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. membawa kepada suatu perubahan adalah reformasi akan perwujudan dan

PENINGKATAN AKUNTABILITAS KINERJA dan KEUANGAN INSTANSI PEMERINTAH

WALIKOTA PROBOLINGGO

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah; 3. Memelihara dan meningkatkan kualitas tata kelola. penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi pemerintah.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan paradigma administrasi publik dari public administration

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi birokrasi di Indonesia didesain agar bisa menciptakan birokrasi

BAB I PENDAHULUAN. Semakin meningkatnya tuntutan masyarakat atas penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan tentang pentingnya penelitian dilakukan. Bab ini meliputi

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, manfaat penelitian, kontribusi penelitian, ruang lingkup, dan batasan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI BANDUNG BARAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotis

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan Kementerian Keuangan adalah mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 60 Tahun 2008 pasal

BERITA DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 30 TAHUN 2011 PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI NOMOR 34i- TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI PAKPAK BHARAT

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan menjelaskan latar belakang masalah yang menjadi fokus penelitian

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 5 TAHUN 2011

GRAND DESIGN PENINGKATAN KAPABILITAS APIP BINSAR H SIMANJUNTAK DEPUTI POLHUKAM PMK, BPKP

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 21 TAHUN 2O16 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.32/Menhut-II/2012 TENTANG

MEMUTUSKAN KEPUTUSAN KETUA PENGADILAN AGAMA SOE TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN DI LINGKUNGAN PENGADILAN AGAMA SOE.

Peran Strategis AAIPI dalam Meningkatkan Kapabilitas APIP

PEMERINTAH KOTA BLITAR

INSPEKTORAT MENJADI APIP YANG EFEKTIF

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 51 TAHUN 2010

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK.16 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.04/MEN/2011 PEDOMAN PENGAWASAN INTERN LINGKUP KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

SATUAN PEMERIKSAAN INTERN PADA BADAN LAYANAN UMUM. Muhadi Prabowo Widyaiswara Madya Sekolah Tinggi Akuntansi Negara

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini memuat tentang latar belakang masalah penelitian, rumusan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2012, No.51 2 Indonesia Tahun 2004 Nomor 5; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Peme

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

Sistem Pengendalian Internal dan Pemeriksaan Pengelolaan Tanggungjawab Keuangan Negara. Oleh : Lutfi Harris, M.Ak., Ak. Satuan Pengawasan Internal

BUPATI PURWOREJO, PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR: 9 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI GARUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. dewasa ini adalah menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik,

PEDOMAN TEKNIS PENINGKATAN KAPABILITAS APARAT PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH SECARA MANDIRI (SELF IMPROVEMENT)

BAB I PENDAHULUAN. Bab pendahuluan ini akan menguraikan mengenai hal-hal yang melatar

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG

BERITA NEGARA PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Penyelenggaraan organisasi pemerintahan haruslah selaras dengan tujuan

KONFERENSI NASIONAL APARAT PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH TAHUN 2010 SIMPULAN

BAB I PENDAHULUAN. pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, motivasi penelitian, kontribusi penelitian,

KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah atau disingkat menjadi SPIP

- 1 - PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT

KEBIJAKAN PENGAWASAN INTERNAL DI KEMRISTEKDIKTI. Oleh : Prof. Jamal Wiwoho, SH, Mhum. (INSPEKTORAT JENDERAL KEMRISTEKDIKTI)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. keuangan pemerintah pusat maupun pemerintah daerah tidak dapat dibendung dan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun tentang Keuangan Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI BENER MERIAH PERATURAN BUPATI BENER MERIAH NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI LINGKUNGAN INSPEKTORAT KABUPATEN BENER MERIAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR : 54 TAHUN 2010 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PADANG LAWAS UTARA,

KOP UNIT APIP. Nomor : tgl-bln-tahun Lampiran : Hal : Laporan Hasil Peningkatan Kapabilitas ke Level 2 (Infrastructure) pada

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 60 tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, yang selanjutnya disingkat SPIP disebutkan bahwa dalam rangka mencapai pengelolaan keuangan negara yang efektif, efisien, transparan dan akuntabel, menteri/pimpinan lembaga, gubernur dan bupati/walikota wajib melakukan pengendalian atas penyelenggaraan kegiatan pemerintahan dengan berpedoman pada SPIP. Dengan mempedomani SPIP tersebut diharapkan dapat memberikan keyakinan yang memadai bagi tercapainya efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan penyelenggaraan pemerintahan negara, keandalan laporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Dalam melaksanakan SPIP, terdapat lima unsur yang harus dilaksanakan yaitu lingkungan pengendalian, penilaian risiko, kegiatan pengendalian, informasi komunikasi dan pemantauan pengendalian intern. Kelima unsur SPIP tersebut harus dilaksanakan secara menyatu dan menjadi bagian yang integral dari kegiatan instansi pemerintah. Dalam pasal 47 PP No Nomor 60 tahun 2008 dinyatakan bahwa pihak yang menjalankan pengawasan intern atas penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi pemerintah termasuk akuntabilitas keuangan negara adalah Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP). APIP sebagaimana kita ketahui terdiri dari Badan Pengawasan dan Keuangan Pemerintah (BPKP), Inspektorat Jenderal (Itjen), Inspektorat Provinsi 1

dan Inspektorat Kabupaten/Kota. Dalam menjalankan fungsinya, APIP melaksanakan kegiatan pengawasan berupa audit, reviu, evaluasi, pemantauan dan kegiatan pengawasan lainnya dalam rangka memberikan keyakinan yang memadai bahwa kegiatan telah dilaksanakan secara efektif dan efesien dalam mewujudkan tata pemerintahan yang baik. Dalam pasal 11 PP Nomor 60 tahun 2008, APIP dikatakan efektif apabila sekurang-kurangnya harus memberikan keyakinan yang memadai atas ketaatan, kehematan, efisiensi, dan efektivitas pencapaian tujuan penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi, memberikan peringatan dini dan meningkatkan efektivitas manajemen risiko dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi pemerintah, dan memelihara dan meningkatkan kualitas tata kelola penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi pemerintah. Seiring dengan berkembangnya audit sektor publik di dunia, The Institute of Internal Auditors (IIA) selaku organisasi profesi auditor intern dunia mengembangkan kerangka kerja yang dikenal dengan Internal Audit Capability Model (IACM). IACM mengidentifikasi aspek-aspek fundamental yang dibutuhkan bagi pengembangan audit intern yang efektif. Kerangka kerja IACM diselesaikan oleh tim research IIA pada tahun 2009 dan dipublikasikan pada 2010. Kemudian BPKP mengadopsi kerangka kerja tersebut dengan menyusun Peraturan Kepala BPKP pada tahun 2011 dan dikembangkan kembali pada tahun 2015 dengan dikeluarkannya Peraturan Kepala BPKP Nomor 6 Tahun 2015 tentang Grand Design Peningkatan Kapabilitas Aparat Pengawasan Intern Pemerintah 2015-2019 dan Peraturan Kepala BPKP Nomor 16 Tahun 2015 2

tentang Pedoman Teknis Peningkatan Kapabilitas Aparat Pengawasan Intern Pemerintah. Dalam IACM terdapat lima tingkatan level yaitu level 1 (initial), level 2 (infrastructure), level 3 (integrated), level 4 (managed) dan level 5 (optimizing). Tingkatan level ini dapat membantu organisasi dalam menilai kemampuan APIP dan membantu rencana APIP dalam meningkatkan kapabilitas organisasi ke level selanjutnya. Selain itu juga APIP dapat memperoleh gambaran mengenai tantangan dan hambatan yang dihadapi dalam melaksanakan tata kelola yang baik. Berdasarkan Peraturan Kepala BPKP Nomor 16 Tahun 2015, dalam menentukan level IACM ini dilakukan penilaian terhadap enam elemen dengan menggunakan pemenuhan pernyataan (240 pernyataan) yang dikembangkan untuk seluruh key process area (KPA). Enam elemen tersebut adalah sebagai berikut 1). Peran dan Layanan, 2). Pengelolaan Sumber Daya Manusia, 3). Praktik Profesional, 4). Akuntabilitas dan Manajemen Kinerja, 5). Budaya dan Hubungan Organisasi, 6). Struktur dan Tata Kelola. Berdasarkan hasil penilaian tersebut akan diperoleh simpulan umum kapabilitas APIP berdasarkan lima tingkatan level. Gambaran APIP berdasarkan assessment dari 2010 s.d. 2014, dari 474 APIP Pusat dan Daerah, sebanyak 404 APIP atau 85,23% berada pada level 1 (Initial), 69 APIP atau 14,56% berada pada level 2 (Infrastructure), dan baru 1 APIP atau 0,21% yang berada di level 3 (Integrated) (BPKP, 2015). Sebanyak 404 APIP tingkat kapabilitasnya berada di level 1 (Initial), level ini menunjukkan masih terkandung risiko bahwa APIP belum optimal dalam memberikan nilai tambah dalam hal pengawasan intern. Rendahnya level kapabilitas APIP menandakan 3

APIP belum mampu mencegah tindak korupsi. Banyak aparatur sipil negara yang tertangkap tangan melakukan korupsi, mulai dari kepala daerah, kepala dinas sampai dengan bendahara yang terdapat di unit terkecil sekalipun. Hal ini sejalan dengan kasus korupsi yang sejak semester I tahun 2012 sampai dengan semester I tahun 2016 tercatat total ada 448 orang pegawai negeri sipil di lingkungan pemerintah kota/kabupaten dan provinsi yang terjerat korupsi (Indonesian Corruption Watch [ICW], 2016). Banyaknya kasus korupsi yang tertangkap seharusnya membuat kita sadar bahwa masih lemahnya pengawasan intern yang ada pada pemerintah. Pengawasan intern yang telah berjalan di roda pemerintahan seharusnya dapat mengurangi bahkan mencegah perbuatan korupsi. APIP selaku mata dan telinga pimpinan memiliki peranan yang strategis dan penting. Keterlibatan APIP dalam proses keuangan negara dimulai dari perencanaan anggaran, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban APBN/APBD serta pemberian rekomendasi perbaikan pada kebijakan yang telah dan akan diimplementasikan sehingga APIP diharapkan bekerja secara profesional dan peka terhadap permasalahan negara dan mencegah perbuatan korupsi di semua sektor (Sugihardjo, 2016). Pemerintah berupaya untuk menaikkan tingkat kapabilitas APIP melalaui Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019. Pemerintah menargetkan pada tahun 2019 kapabilitas APIP telah mencapai level 3 (integrated). Hal ini dipertegas kembali pada Rapat Koordinasi Nasional Pengawasan Intern Pemerintah tanggal 13 Mei 2015 oleh Presiden Republik Indonesia bahwa kapabilitas APIP meningkat secara bertahap dan berkesinambungan (BPKP, 2015). 4

Sejalan dengan RPJMN dan arahan Presiden RI, Inspektorat Kota Padang yang saat ini telah mencapai level 2 dengan catatan (infrastructure) yang artinya belum semua KPA level 2 terpenuhi harus berupaya keras untuk meningkatkan kapabilitasnya dari level 2 catatan menjadi level 2 penuh bahkan menjadi level 3 (integrated) pada tahun 2019. Heriyanto, Tommy Indra (2016) melakukan penelitian yang berjudul Analisis Kapabilitas Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) berdasarkan Standar IACM Pada Pemerintah Kota Padang Panjang. Hasil penelitian ditemukan bahwa level entitas APIP Pemerintah Kota Padang Panjang berada di level 2, yang dianggap telah mampu menjamin proses tata kelola sesuai dengan peraturan dan mendeteksi terjadinya tindak pidana korupsi. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Joga Widyarwo Aditantra (2017) dengan judul Kajian Strategi Peningkatan Kapabilitas Aparat Pengawasan Intern Pemerintah Studi Kasus Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan dalam hasil penelitian nya menyebutkan bahwa Inspektorat Jenderal telah mencapai level 3 (tiga) IACM. Hingga tahun 2015 kapabilitas APIP Kementerian Keuangan telah mengalami perbaikan dan usaha peningkatan level IACM sejak pertama kali dilakukan assessment oleh BPKP pada tahun 2011. Dengan latar belakang fenomena diatas, penulis tertarik melakukan penelitian terkait kapabilitas APIP khususnya Inspektorat Kota Padang dengan judul penelitian Analisis Peningkatan Kapabilitas Aparat Pengawasan Intern Pemerintah Berdasarkan Internal Audit Capability Model (IACM) Pada Inspektorat Kota Padang. 5

1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana kondisi kapabilitas APIP Inspektorat Kota Padang berdasarkan IACM? 2. Bagaimana hambatan dan tantangan yang dihadapi Inspektorat Kota Padang dalam meningkatkan kapabilitas APIP? 3. Bagaimana langkah-langkah yang dilakukan oleh Inspektorat Kota Padang dalam upaya peningkatan kapabilitas APIP? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mengidentifikasi terkait: 1. Kondisi kapabilitas APIP Inspektorat Kota Padang berdasarkan IACM. 2. Hambatan dan tantangan apa saja yang dihadapi Inspektorat Kota Padang dalam meningkatkan kapabilitas APIP. 3. Langkah-langkah apa yang dilakukan Inspektorat Kota Padang dalam upaya peningkatan kapabilitas APIP. 1.4. Manfaat Penelitian Adapun kegunaan dari penelitian ini antara lain: 1. Bagi penulis, penelitian ini dapat menambah wawasan penulis dalam hal audit internal pemerintah khususnya peningkatan kapabilitas APIP berdasarkan IA-CM. 2. Bagi Inspektorat Kota Padang, penelitian ini dapat dijadikan salah satu bahan masukan terkait peningkatan kapabilitas APIP untuk mencapai level 2. 6

3. Bagi akademisi, sebagai bahan referensi untuk melakukan penelitian lebih lanjut terkait kapabilitas APIP. 1.5. Sistematika Penulisan Bab satu adalah pendahuluan, diawali dengan pembahasan latar belakang masalah. Selanjutnya rumusan masalah yang menjelaskan fokus permasalahan. Berdasarkan rumusan masalah, dijabarkan tujuan dari penelitian. Setelah itu penulis memaparkan manfaat yang diharapkan atas penelitian ini. Bab satu diakhiri dengan sistematika penulisan yang secara umum menjelaskan konten penelitian ini. Bab dua merupakan studi pustaka yang berisi penjelasan teori dan fakta yang relevan dengan penelitian ini. Adapun teori yang dipaparkan adalah Audit Internal, APIP, Kapabilitas APIP, IACM dan tinjauan penelitian terdahulu yang memiliki kemiripan dalam metode penelitiannya. Bab tiga berisi tentang metode penelitian. Pada bab ini diuraikan mengenai rancangan penelitian. Selain rancangan penelitian, pada bab ini juga dijabarkan terkait fokus penelitian. Setelah itu penulis menjabarkan mengenai jenis data dan metode pengumpulan data. Pada bagian akhir dijelaskan mengenai metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini. Bab empat berisi mengenai Gambaran Umum Inspektorat Kota Padang, Kondisi Kapabilitas APIP Inspektorat Kota Padang, Hambatan dan Tantangan Inspektorat Kota Padang dalam Mencapai Level 2 IACM dan Langkah-langkah Inspektorat Kota Padang dalam Meningkatkan Kapabilitasnya. Bab lima penulis menerangkan mengenai simpulan dan saran atas hasil penelitian yang dilakukan bagi Inspektorat Kota Padang. 7