ABSTRACT

dokumen-dokumen yang mirip
Student of Fisheries and Marine Science Faculty, Riau University 2. Lecturer of Fisheries and Marine Science Faculty, Riau University I.

Struktur Dan Komposisi Vegetasi Mangrove Di Pulau Mantehage

Lampiran 1. Kuisioner Pengunjung Kuisioner penelitian untuk pengunjung Pantai Putra Deli

VI. SIMPULAN DAN SARAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan dengan garis pantai sepanjang

BAB I PENDAHULUAN. batas pasang surut air disebut tumbuhan mangrove.

Nursal, Yuslim Fauziah dan Erizal Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan PMIPA FKIP Universitas Riau Pekanbaru ABSTRACT

PROPOSAL PENELITIAN PENYIAPAN PENYUSUNAN BAKU KERUSAKAN MANGROVE KEPULAUAN KARIMUNJAWA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pulau Dudepo merupakan salah satu pulau kecil berpenduduk yang berada

THE COMMUNITY STRUCTURE OF MANGROVE VEGETATION IN RINDU LAUT OF PURNAMA VILLAGE OF DUMAI CITY

KELAYAKAN EKOWISATA MANGROVE ARUNGAN SUNGAI DI SUNGAI CARANG BERDASARKAN PADA BIOFISIK MANGROVE

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KUNANG-KUNANG (Firefly) DI KAWASAN HUTAN MANGROVE DESA BOKOR KECAMATAN RANGSANG BARAT PROVINSI RIAU

BAB I PENDAHULUAN. atas pulau, dengan garis pantai sepanjang km. Luas laut Indonesia

1. Pengantar A. Latar Belakang

ANALISIS VEGETASI EKOSISTEM HUTAN MANGROVE KPH BANYUMAS BARAT

BAB I PENDAHULUAN. baik bagi pesisir/daratan maupun lautan. Selain berfungsi secara ekologis,

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

LAMPIRAN. Lampiran 1. Peta Pola Ruang Kabupaten Lampung Selatan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Keanekaragaman Jenis dan Indeks Nilai Penting Mangrove di Desa Tabulo Selatan Kecamatan Mananggu Kabupaten Boalemo Provinsi Gorontalo

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kecamatan Padang Cermin merupakan bagian dari Kabupaten Pesawaran, Secara

Struktur Vegetasi Mangrove di Desa Ponelo Kecamatan Ponelo Kepulauan Kabupaten Gorontalo Utara

Teknologi penanaman jenis mangrove dan tumbuhan pantai pada tapak khusus

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistem mangrove adalah suatu sistem yang terdiri atas berbagai

BAB I PENDAHULUAN. ekologis yaitu untuk melakukan pemijahan (spawning ground), pengasuhan (nursery

Geo Image (Spatial-Ecological-Regional)

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan yang hidup di lingkungan yang khas seperti daerah pesisir.

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan jenis flora dan fauna yang sangat tinggi (Mega Biodiversity). Hal ini

Analisis Vegetasi Mangrove di Pulau Dudepo Kecamatan Anggrek Kabupaten Gorontalo Utara

Kata kunci : Mangrove, Nilai Penting, Desa Tanjung Sum, Kuala Kampar

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN. Mangrove merupakan ekosistem peralihan, antara ekosistem darat dengan

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara Geografis Pantai Sari Ringgung (PSR) terletak di posisi LS dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Latar Belakang (1) Ekosistem mangrove Produktivitas tinggi. Habitat berbagai organisme makrobentik. Polychaeta

ZONASI TUMBUHAN UTAMA PENYUSUN MANGROVE BERDASARKAN TINGKAT SALINITAS AIR LAUT DI DESA TELING KECAMATAN TOMBARIRI

BAB I PENDAHULUAN. Kerusakan hutan mangrove di Indonesia, kini semakin merata ke berbagai

ANALISIS DAYA DUKUNG MINAWISATA DI KELURAHAN PULAU TIDUNG, KEPULAUAN SERIBU

ES R K I R P I S P I S SI S S I TEM

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. antara dua samudera yaitu Samudera Hindia dan Samudera Pasifik mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. pantai sekitar Km, memiliki sumberdaya pesisir yang sangat potensial.

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...

KAJIAN BIOFISIK LAHAN HUTAN MANGROVE DI KABUPATEN ACEH TIMUR ISWAHYUDI

KAJIAN SUMBERDAYA EKOSISTEM MANGROVE UNTUK PENGELOLAAN EKOWISATA DI ESTUARI PERANCAK, JEMBRANA, BALI MURI MUHAERIN

ANALISIS VEGETASI DAN STRUKTUR KOMUNITAS MANGROVE DI TELUK BENOA-BALI. Dwi Budi Wiyanto 1 dan Elok Faiqoh 2.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Secara keseluruhan daerah tempat penelitian ini didominasi oleh Avicennia

KERUSAKAN MANGROVE SERTA KORELASINYA TERHADAP TINGKAT INTRUSI AIR LAUT (STUDI KASUS DI DESA PANTAI BAHAGIA KECAMATAN MUARA GEMBONG KABUPATEN BEKASI)

Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis, yang. berkembang pada daerah pasang surut pantai berlumpur. Komunitas vegetasi ini

FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2010

PEMBANGUNAN EKOWISATA DI KECAMATAN TANJUNG BALAI ASAHAN, SUMATERA UTARA: FAKTOR EKOLOGIS HUTAN MANGROVE

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian. Kabupaten Gorontalo Utara merupakan wilayah administrasi yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam 3 zona berdasarkan perbedaan rona lingkungannya. Zona 1 merupakan

ANALISIS KELAYAKAN EKOSISTEM MANGROVE SEBAGAI OBJEK EKOWISATA DI DESA TELUK PAMBANG KECAMATAN BANTAN KABUPATEN BENGKALIS

TINJAUAN PUSTAKA. A. Mangrove. kemudian menjadi pelindung daratan dan gelombang laut yang besar. Sungai

LAMPIRAN. Lampiran 1. Analisis vegetasi hutan mangrove mulai dari pohon, pancang dan semai berdasarkan

Community Structure of Mangrove in Sungai Alam Village Bengkalis Sub Regency, Bengkalis Regency, Riau Province

BAB I PENDAHULUAN. luar biasa ini memberikan tanggung jawab yang besar bagi warga Indonesia untuk

PENDAHULUAN. dan juga nursery ground. Mangrove juga berfungsi sebagai tempat penampung

ANALISIS VEGETASI MANGROVE DAN PEMANFAATANNYA OLEH MASYARAKAT KAMPUNG ISENEBUAI DISTRIK RUMBERPON KABUPATEN TELUK WONDAMA SKRIPSI YAN FRET AGUS AURI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari

POLA DISTRIBUSI DAN KEPADATAN POPULASI GASTROPODA Terebralia sulcata DI PERAIRAN MUARA SUNGAI PUTRI SEMBILAN KECAMATAN RUPAT UTARA

ABDUR RAHMAN. Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji.

TINJAUAN PUSTAKA. A. Perencanaan Lanskap. berasal dari kata land dan scape yang artinya pada suatu lanskap terdapat

LEMBAR PERSETUJUAN JURNAL KERAPATAN, FREKUENSI DAN TINGKAT TUTUPAN JENIS MANGROVE DI DESA LIMBATIHU KECAMATAN PAGUYAMAN PANTAI KABUPATEN BOALEMO.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berlangsungnya kehidupan yang mencerminkan hubungan timbal balik antara

REPORT MONITORING MANGROVE PADA KAWASAN TAMAN NASIONAL WAKATOBI KABUPATEN WAKATOBI

ANALISIS STRUKTUR DAN STATUS EKOSISTIM MANGROVE DI PERAIRAN TIMUR KABUPATEN BIAK NUMFOR

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara dengan garis pantai terpanjang di

HALAMAN PERSETUJUAN KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mangrove merupakan ekosistem dengan fungsi yang unik dalam lingkungan

ABSTRAK. Kata kunci: Kelimpahan dan Pola sebaran mangrove, Perairan Sungai Ladi

4 KERUSAKAN EKOSISTEM

BAB I PENDAHULUAN. yaitu mendapatkan makanan, suhu yang tepat untuk hidup, atau mendapatkan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

STRUKTUR KOMUNITAS MOLUSKA (GASTROPODA DAN BIVALVIA) SERTA ASOSIASINYA PADA EKOSISTEM MANGROVE DI KAWASAN PANTAI ULEE - LHEUE, BANDA ACEH, NAD

STRUKTUR VEGETASI MANGROVE DI PANTAI JANGKANG KABUPATEN BENGKALIS PROVINSI RIAU. Oleh :

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Metode

Inventarisasi Vegetasi Mangrove Di Pantai Marosi Kabupaten Sumba Barat. Ni Kade Ayu Dewi Aryani ABSTRACT

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kata mangrove dilaporkan berasal dari kata mangal yang menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

KONDISI EKOLOGI MANGROVE PULAU BUNAKEN KOTA MANADO PROVINSI SULAWESI UTARA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Hutan mangrove adalah komunitas vegetasi pantai tropis, yang didominasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hutan mangrove adalah kelompok jenis tumbuhan yang tumbuh di

TINJAUAN PUSTAKA. Kata mangrove diduga berasal dari bahasa Melayu manggi-manggi, yaitu

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

MPIRAN 1. Hasil Pengamatan Mangrove di Pantai Kecamatan Panggungrejo Kota Pasuruan

STRUKTUR KOMUNITAS MANGROVE DI DESA MARTAJASAH KABUPATEN BANGKALAN

BAB I PENDAHULUAN. tertentu dan luasan yang terbatas, 2) Peranan ekologis dari ekosistem hutan

STRUKTUR KOMUNITAS MANGROVE DI KELURAHAN TONGKAINA MANADO

KERAPATAN HUTAN MANGROVE SEBAGAI DASAR REHABILITASI DAN RESTOCKING KEPITING BAKAU DI KABUPATEN MAMUJU PROVINSI SULAWESI BARAT

Jurnal Ilmiah Platax Vol. I-1, September 2012 ISSN:

STUDI KESESUAIAN PANTAI LAGUNA DESA MERPAS KECAMATAN NASAL KABUPATEN KAUR SEBAGAI DAERAH PENGEMBANGAN PARIWISATA DAN KONSERVASI

PENDAHULUAN Latar Belakang

3. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan

Transkripsi:

Kajian Potensi Hutan Mangrove Dalam Membangun Ekowisata Di kelurahan Basilam Baru Kota Dumai Provinsi Riau By Zulpikar 1) Dessy Yoswaty 2) Afrizal Tanjung 2) Zulpikar_ik07@yahoo.com ABSTRACT Penelitian ini dilaksanakan pada bulan juli 2013 bertempat di Kelurahan Basilam Baru Kecamatan Sungai Sembilan Kota Dumai Provinsi Riau. Ekosistem mangrove mempunyai fungsi yang unik dalam lingkungan hidup. oleh karena adanya pengaruh laut dan daratan, mangrove mampu berperan sebagai penahan ombak serta penahan intrusi dan abrasi air laut. serta dapat dikembangkan sebagai wnawisata untuk kepentingan pendidikan dan penelitian. Penelitian bertujuan untuk mengkaji potensi ekosistem hutan mangrove di Kelurahan Basilam Baru untuk di kembangkan menjadi tujuan ekowisata mangrove, mengetahui tingkat partisipasi dan persepsi masyarakat, pemerintah, dan stakeholder lainnya dalam membangun ekowisata di Kelurahan Basilam Baru. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei, yaitu dengan cara turun secara langung kelapangan untuk mengumpulkan data-data yang diperlukan. Wawancara terstruktur (kuesioner) dan non terstruktur (wawancara bebas mendalam) juga dilakukan untuk mengetahui respon-respon masyarakat sekitar dalam pengembangn ekowisata mangrove di Kelurahan Basilam Baru. Hasil penelitian menujukkan bahwa hutan mangrove di Kelurahan Basilam Baru memiliki kerapatan yang baik dengan kategori sangat padat. Hal ini ditunjukkan dengan nilai kerapatan pohon yang diteliti adalah 3955.56 Ind/Ha dan 7800 Ind/Ha, Ketebalan mangrove termasuk kategori tebal dan ekosistem mangrove di Kelurahan Basilam Baru memiliki nilai IKW sangat sesuai (S1) berdasarkan parameter pengembangan ekosistem mangrove. Keywords: Mangove, Ekowisata, Kelurahan Basilam Baru 1). Student of Fisheries and Marine Science Faculty of Riau University 2). Lecture of Fisheries and Marine Science Faculty of Riau University PENDAHULUAN Kawasan pesisir Dumai merupakan daerah yang dipenuhi berbagai aktivitas berupa industri, pelabuhan, pertanian, pemukiman. Daerah perairan digunakan untuk kegiatan pelayaran dan penangkapan ikan. Kompleksnya aktivitas di pantai tersebut sangat berpengaruh terhadap keseimbangan ekosistemnya. Ekosistem mangrove mempunyai fungsi yang unik dalam lingkungan hidup. Oleh karena adanya pengaruh laut dan daratan, mangrove mampu berperan sebagai

penahan ombak serta penahan intrusi dan abrasi air laut. Keunikan lainnya adalah fungsi serbaguna hutan mangrove sebagai sumber penghasilan masyarakat desa di daerah pesisir, tempat berkembangnya biota laut tertentu dan flora-fauna pesisir, serta dapat dikembangkan sebagai wanawisata untuk kepentingan pendidikan dan penelitian (Arief, 2003). Kelurahan Basilam Baru merupakan salah satu kelurahan yang terdapat di Kecamatan Sungai Sembilan Kota Dumai yang memiliki kawasan hutan mangrove yang sebagian besar masih alami (natural based) memiliki potensi dan peluang untuk dijadikan kawasan ekowisata. Pemerintahan Kota Dumai juga akan melaksanakan pencanangan Kelurahan Basilam Baru sebagai daerah ekowisata di Kota Dumai Provinsi Riau. Berdasarkan pada latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan sebuah pengkajian tentang seberapa besar potensi hutan mangrove dalam membangun ekowisata di kelurahan Basilam Baru Kecamatan Sungai Sembilan Kota Dumai. Penelitian bertujuan untuk mengkaji potensi ekosistem mangrove di Kelurahan Basilam Baru untuk dikembangkan menjadi tujuan ekowisata mangrove, mengetahui tingkat partisipasi dan persepsi masyarakat, pemerintah serta stakeholder lainnya dalam membangun ekowisata di Kelurahan Basilam Baru. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2013 bertempat di Kelurahan Basilam Baru Kecamatan Sungai Sembilan Kota Dumai Provinsi Riau. (Gambar 1). Gambar. 1 Peta Lokasi Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei, yaitu dengan cara turun secara langsung ke lapangan untuk mengumpulkan data-data yang diperlukan. Wawancara terstruktur (kuesioner) dan non struktur (wawancara bebas

mendalam) juga dilakukan untuk mengetahui respon-respon masyarakat sekitar dalam pengembangan ekowisata mangrove di Kelurahan Basilam Baru. Jenis data yang dikumpulkan berbentuk primer dan sekunder, Data primer didapatkan melalui pengamatan langsung (observasi) dilapangan untuk mengetahui kondisi hutan mangrove, sosial, budaya dan perekonomian masyarakat, infrastruktur, serta kebijakan pengelolaan yang ada di sekitar wilayah penelitian untuk ditelaah lebih lanjut dalam penelitian pengembangan ekowisata hutan mangrove. Data sekunder didapatkan dari hasil laporan tahunan, buku atau brosur dari instansi terkait (studi literatur dan diskusi). Berdasarkan survei lapangan, maka stasiun pengamatan vegetasi mangrove ditentukan dengan metode purposive sampling. Penentuan stasiun pengamatan vegetasi mangrove tersebut ditinjau berdasarkan keberadaan dan kondisi hutan mangrove, letak geografis dan kondisi alam sekitar (pasang surut air laut). Dimana pada penelitian ini terdapat 3 (tiga) titik stasiun yang mewakili kondisi hutan mangrove di perairan pantai Kelurahan Basilam Baru Kecamatan Sungai Sembilan Kota Dumai. Metode pengukuran yang digunakan untuk mengetahui kondisi mangrove adalah dengan menggunakan Metode Transek Garis dan Petak Contoh (Line Transect Plot), yaitu metode pencuplikan contoh populasi suatu ekosistem dengan pendekatan petak contoh yang berada pada garis yang ditarik melewati wilayah ekosistem tersebut (Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup, 2004). Parameter yang diukur dalam penelitian ini memberikan gambaran umum tentang kualitas lingkungan yang menjadi faktor pembatas hutan mangrove beserta habitat yang hidup di dalamnya. Parameter parameter yang diukur tersebut seperti: ph air, ph tanah, suhu dan salinitas. Responden yang diwawancarai adalah masyarakat tempatan yang terdiri atas penduduk asli maupun penduduk pendatang yang bertempat tinggal di Kelurahan Basilam Baru Kecamatan sungai sembilan yang berkaitan langsung dengan ekosistem mangrove tersebut dan termasuk dalam kelompok usia muda dan dewasa yaitu berkisar 20-55 tahun yang dapat memberikan pendapat positif atas kuesioner yang diberikan (Pangesti dalam Yuanike, 2003). Penentuan jumlah responden diambil secara purposive sampling dengan menggunakan rumus menurut Kusmayadi dan Endar dalam Wiharyanto (2007) sebagai berikut: Dimana, n : ukuran sampel N : ukuran populasi e : nilai kritis/batas ketelitian (10%) Data vegetasi mangrove yang diambil dilapangan digunakan untuk menilai lingkungan secara ekologi, seperti: kerapatan, frekuensi, basal area, dominasi, nilai penting dan ketebalan mangrove. Sedangkan data vegetasi mangrove yang

dibutuhkan sebagai kajian ekowisata ialah: kerapatan, ketebalan, jenis spesies mangrove dan fauna mangrove. Penentuan daerah wisata pada setiap kawasan mempunyai persyaratan sumberdaya dan lingkungan yang sesuai dengan objek wisata yang akan dikembangkan. Setiap jenis kegiatan wisata memiliki parameter kesesuaian yang berbeda-beda. Parameter kesesuaian tersebut disusun kedalam kelas kesesuaian untuk masing-masing jenis kegiatan wisata. Rumus yang digunakan untuk menghitung indeks kesesuaian kegiatan wisata adalah sebagai berikut (Yulianda, 2007): IKW = [Ni/Nmaks] x 100% Keterangan : IKW = Indeks Kesesuaian Wisata Ni = Nilai parameter ke-i (bobot x skor) Nmaks = Nilai maksimum dari suatu kategori wisata Perhitungan Tingkat Partisipasi Masyarakat tentang pengembangan ekowisata mangrove dapat menggunakan kuesioner skala likert. Kategori pemberian skor mengacu kepada metoda Neuman dalam Yoswaty, 2010. Kategori tingkat yang diukur ialah rata hitung Mean, klasifikasi nilainya mengacu ke Norizan dalam Yoswaty, 2010. Keadaan Umum Lokasi Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Kelurahan Basilam Baru merupakan salah satu kelurahan yang berada di Kecamatan Sungai Sembilan Kota Dumai. secara geografis terletak pada posisi 1 0 59 0 LU 2 0 07 0 LU dan 101 0 05 0 BT 101 0 18 0 BT dengan luas 240 km 2.dengan ketinggian rata - rata ±5 m di atas permukaan laut yang secara horizontal dari arah pantai ke arah dataran semakin tinggi. Sebagian besar daerah ini merupakan perairan laut yang berpotensi untuk dikembangkan. Kelurahan Basilam Baru memiliki batas wilayah sebagai berikut: sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Batu Teritip, sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Tanjung Penyembal, sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Tanah Putih, sedangkan sebelah Timur berbatasan dengan Selat Rupat (Kantor Kelurahan Basilam Baru, 2013). Topografi Secara topografi Kelurahan Basilam Baru Kecamatan Sungai Sembilan merupakan daratan yang rendah dengan ketinggian 3-5 meter diatas permukaan laut, memiliki suhu udara maksimum 33 0 C dan suhu minimum 26 0 C. Kelurahan Basilam Baru beriklim tropis yaitu mengalami dua pergantian musim dalam setahun, yaitu musim kemarau dan musim hujan. Musim kemarau terjadi sekitar bulan Maret sampai Agustus, sedangkan musim hujan terjadi sekitar bulan September sampai Februari.

Kelurahan Basilam Baru Kecamatan Sungai Sembilan memiliki substrat pantai pasir dan lumpur, serta banyak ditumbuhi oleh komunitas mangrove seperti Rhizophora mucronata, Avicennia alba, Avicennia Marina, Bruguiera gymnorhiza, Heritiera littoralis, Rhizophora apiculata, Scyphiphora hydrophyllacea, dan Sonneratia alba, dan Barringtonia asiatica. Iklim Kota Dumai sangat dipengaruhi oleh iklim laut. Musim hujan jatuh pada bulan September hingga bulan Februari dan periode kemarau dimulai pada bulan Maret hingga bulan Agustus dengan iklim tropis basah yang dipengaruhi oleh sifat iklim laut dengan curah hujan berkisar antara 1.500 mm sampai dengan 2.600 mm selama 75 sampai dengan 130 hari per tahun. Kondisi ini didukung pula oleh suhu rata-rata 26 0 C - 32 0 C dengan kelembaban antara 82% - 84%. laju percepatan angin berkisar antara 6-7 knot, menjadikan Dumai sebagai kawasan yang paling bersahabat dengan iklim dan cuaca. Dalam enam tahun terakhir, keadaan iklim ini terganggu dengan bancana asap yang cukup merugikan daerah. Pasang Surut dan Arus Pasang surut di Kelurahan Basilam Baru Kecamatan Sungai Sembilan termasuk kategori campuran cenderung semi diurnal. mengalami pasang tertinggi yaitu pada pukul 21.00 23.00 WIB yaitu 220 cm dan surut terendah pada pukul 10.00-13.00 dengan nilai 70 cm. Pasut campuran cenderung semi diurnal (Mixed Tide Prevailing Semi Diurnal) merupakan pasang surut yang terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari tetapi terkadang terjadi satu kali pasang dan satu kali surut dengan memiliki tinggi dan waktu yang berbeda (Kahar, 2008). Kualitas Lingkungan Parameter yang diukur adalah parameter yang paling berpengaruh terhadap keberadaan hutan mangrove tersebut seperti ph air dan tanah, suhu air dan tanah serta salinitas air. Dapat dilihat pada table 1. Tabel 1. Hasil Pengukuran Parameter lingkungan di lapangan. No Stasiun Parameter Suhu Salinitas ( ) ph Air Suhu ph Tanah Air ( 0 C) tanah ( 0 C) 1 I 28 25 6 29 6,5 2 II 28 25 7 27 7,0 3 III 29 23 7 26 6,0 Sumber :Data Primer, 2013

Kependudukan Jumlah penduduk di Kelurahan Basilam Baru pada tahun 2012 tercatat berjumlah 7.260 jiwa. Jumlah penduduk dalam periode tahun 2012-2013 dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Kelurahan Basilam Baru 2012 No. Jenis KelaminJumlah (jiwa) Jumlah(%) 1. Laki laki 3.758 51, 76 2. Perempuan 3.502 48, 24 Total 7.260 100 Sumber: Kantor Kelurahan Basilam Baru Sungai Sungai Geniot memiliki potensi pendayagunaan sumber daya air dan kawasan pariwisata (water front city). Keadaan bagian hilir atau muara Sungai Geniot, memiliki lebar sebesar 40 m dan kedalaman 2,8 m pada kondisi air surut, sedangkan pada saat air pasang beda kedalaman dapat mencapai 1 m yaitu setinggi 4,2 m. Pada kondisi ini, kapal yang berukuran besar dapat masuk ke arah hulu sungai sampai sejauh ± 50 m. Hal ini dimanfaatkan sebagai dermaga pelabuhan rakyat dan pemukiman warga. Sosial Budaya Penduduk Kelurahan Basilam Baru yang menganut agama Islam tahun 2012 sebesar 6.998 jiwa, Kristen 155 jiwa, Budha sebesar 107 jiwa. Masyarakat Kelurahan Basilam Baru hidup rukun antar umat beragama. Walaupun agama yang mendominasi adalah Islam. Suku bangsa yang terbanyak adalah suku Melayu 5.475 jiwa, disusul suku Jawa 661 jiwa, suku Batak 588 jiwa, dan suku Nias 536 jiwa (Kelurahan Basilam Baru dalam angka, 2012) Potensi Ekosistem Mangrove Berdasarkan hasil pengamatan dan identifikasi mangrove di lokasi penelitian, didapatkan kondisi vegetasi mangrove di Kelurahan Basilam Baru Kecamatan Sungai Sembilan terdiri atas 7 famili dan terdiri dari 10 spesies. dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Spesies Mangrove yang Ditemukan di Kelurahan Basilam Baru. No Famili Nama Spesies Nama Lokal Sejati 1 Avicenniaceae Avicennia alba Api-api putih 2 Avicenniaceae Avicennia marina Api-api jambu 3 Meliaceae Xylocarpus granatum Nyireh 4 Sonneratiaceae Sonneratia alba Pidada 5 Rhizophoraceae Bruguiera cylindrical Ngadai 6 Rhizophoraceae Rhizophora apiculata Bakau minyak 7 Rhizophoraceae Rhizophora mucronata Bakau hitam 8 Combretaceae Lumnitzera littorea Sesop 9 Euphorbiaceae Excoecaria agallocha Bebetak 10 Rubiaceae Scyphiphora hydrophyllacea Cingam 11 Rhizophoraceae Bruguiera gymnorrizha Tumu Asosiasi 1 Malpavacae Thespesia populnea Waru laut 2 Leguminosae Derris trifoliate Tuba laut Sumber: Data Primer (2013) Analisis vegetasi Mangrove Kerapatan Jenis Hutan mangrove di Kelurahan Basilam Baru secara umum dapat digambarkan dengan kerapatan pohon yang sangat baik dengan kategori sangat padat (Tabel 11). Nilai rata-rata kerapatan pohon di Kelurahan Basilam Baru adalah 3955.56 Ind/Ha dengan spesies yang mendominasi adalah Avicennia alba, Sonneratia alba dan Scyphiphora hydrohyllacea. Pada titik sampling 1 teridentifikasi 5 spesies kategori pohon dengan nilai kerapatan 3466.66 Ind/Ha dengan jenis yang mendominasi adalah Avicennia Alba dan Rhizophora mucronata. Pada titik sampling 2 teridentifikasi 5 spesies kategori pohon, jenis yang mendominasi adalah Avicennia Alba dan Rhizophora mucronata dengan nilai kerapatan 3699.99 Ind/Ha. Selanjutnya pada titik sampling 3 teridentifikasi 6 spesies kategori pohon dengan nilai kerapatan 1699.99 Ind/Ha. Spesies yang mendominasi adalah Rhizophora mucronata dan Avicennia Alba. Sonneratia alba Rhizophora apiculata Scyphiphora hydrophyllacea. Nilai penting Spesies Rhizophora mucronata dan Avicennia alba mempunyai peran penting dalam pembentukan ekosistem mangrove di Kelurahan Basilam Baru Kota Dumai yang ditunjukkan oleh Nilai Penting yang didapat Rhizophora mucronata sebesar 25.32-162.14% dan Avicennia alba sebesar 69.04-126.67%.

Berdasarkan Kelompok Anakan Kerapatan Jenis Nilai kerapatan jenis anakan mangrove di Kelurahan Basilam Baru dalah 7800 Ind/Ha dengan spesies yang mendominasi adalah Avicennia alba, Xylocarpus granatum dan Avicennia marina. Pada titik sampling 1 teridentifikasi 4 spesies kategori anakan dengan nilai kerapatan 5800 Ind/Ha dengan jenis yang paling mendominasi adalah Avicennia marina. Pada titik sampling 2 teridentifikasi 4 spesies kategori anakan dengan nilai kerapatan 10000 ind/ha, jenis yang paling mendominasi adalah Avicennia alba. Selanjutnya pada titik sampling 3 teridentifikasi 5 spesies kategori anakan dengan nilai kerapatan 7400 Ind/Ha dan spesies yang paling mendominasi adalah Xylocarpus granatum. Nilai penting Anakan spesies mangrove sangat penting nilainya dalam perkembangan dan keberadaan spesies mangrove di Kelurahan Basilam Baru nantinya. Hal ini ditunjukkan dengan nilai penting dari spesies Xylocarpus granatum sebesar 36.44-140.15%, Avicennia marina sebesar 20.19-127.88% dan Avicennia alba sebesar 79.52-129.46%. Berdasarkan Kelompok Semai Kerapatan Jenis Pada kelas semai mangrove kerapatan jenisnya adalah sebesar 78944.45 Ind/Ha dengan jenis yang sangat mendominasi adalah Rhizophora mucronata disusul oleh Xylocarpus granatum dan Avicennia alba. Jumlah kerapatan jenis pada titik sampling 1 adalah 63333.34 Ind/Ha, titik sampling 2 berjumlah 57500.01 Ind/Ha dan titik sampling 3 berjumlah 110000 Ind/Ha. Zonasi Mangrove Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, secara umum hutan mangrove di Kelurahan Basilam Baru Kecamatan Sungai Sembilan dapat dibagi ke dalam zona: 1. Zona Pionir (zona depan) disusun oleh R. apiculata., S. alba,dan sedikit R. Mucronata. 2. Zona campuran (zona tengah) disusun oleh B. gymnorrhiza, R. mucronata, X. granatum, dan sedikit R. apiculata. 3. Zona belakang, spesies yang mendominasi adalah X. granatum dan sedikit B. gymnorrhiza. Ketebalan Mangrove hasil penelitian yang dilakukan di kawasan ekosistem mangrove di Kelurahan Basilam Baru didapatkan hasil pengukuran lebar ekosistem mangrove tertinggi pada stasiun 3 (350 m ), diikuti oleh stasiun 2 (275 m) dan stasiun 1(190 m) (Gambar 2).

Gambar 2. Ketebalan Hutan Mangrove dikelurahan basilam baru Fauna Dihabitat Mangrove Hutan mangrove Di Kelurahan Basilam Baru tergolong ke dalam hutan pesisir yang memiliki keanekaragaman fauna (satwa) yang cukup tinggi. Hal ini ditunjukkan dengan terdapatnya satwa dari beberapa kelas antara lain aves, reptil, mamalia, insekta, moluska, crustacea dan ikan. Banyaknya biota yang terdapat di hutan Mangrove Di Kelurahan Basilam Baru menunjukkan bahwa hutan mangrovenya memiliki banyak makanan bagi biota tersebut. Indeks Kesesuaian Wisata Berdasarkan matriks kesesuaian untuk kategori ekowisata ekosistem mangrove dari setiap parameter yang di ukur di lapangan maka Kelurahan Basilam Baru tergolong sangat sesuai untuk dijadikan ekowisata mangrove. Perlu adanya perhatian pemerintah dalam pengembangan sarana dan prasarana yang dapat menunjang pengembangan kegiatan ekowisata mangrove dan perlu adanya keterlibatan masyarakat di dalam mengelola, menjaga dan melindungi ekosistem mangrove yang ada agar terjaga kelestarian ekosistem mangrove sehingga masyarakat dapat hidup dengan sejatera. Partisipasi dan Persepsi Masyarakat Lokal Kategori pertanyaan tentang adanya dampak positif terhadap kegiatan ekowisata mendapat skor Ss sebesar 54,6 N sebesar 2,8 dan Ts sebesar 18,6 dengan IPR Sangat Setuju. Masyarakat yang Sangat Setuju dengan adanya daya tarik kawasan mereka memberikan Skor 54,2, yang Netral sebesar 2,8 dan Tidak Setuju sebesar 21,2 sehingga IPR Sangat Setuju. Masyarakat yang Sangat setuju dengan adanya dukungan infrastruktur memberikan skor sebesar 38,2, Netral sebesar 5,4 dan Tidak Setuju sebesar 34,8 sehingga IPRnya Netral. Jika diberikan pertanyaan tentang adanya upaya dan dukungan pemerintah terhadap pengembangan ekowisata, masyarakat lebih banyak memilih Tidak Setuju dengan nilai sebesar 45,8 yang setuju dengan hal itu sebesar 25 dan Netral sebesar 9,4 sehingga IPRnya Sangat Tidak Setuju. Hal ini mungkin disebabkan sebagian masyarakat belum merasakan dampak pembangunan di daerah mereka.

Kondisi Kelembagaan Kelurahan Basilam Baru memiliki peluang yang cukup besar dalam hal pengembangan wilayah pesisir dan laut, khususnya pengembangan ekowisata mangrove. Keadaan ekologi sudah mendukung untuk dijadikan kawasan ekowisata mangrove. Begitu juga halnya masyarakat yang mempunyai harapan akan pengembangan lingkungannya demi meningkatkan perekonomiannya. Langkah selanjutnya adalah implementasi dari Pemerintah Kota Dumai, dengan berkoordinasi antar stakeholder, LSM dan masyarakat sehingga kegiatan pengembangan dan pembangunan ekowisata pesisir dapat terwujud seperti yang diharapkan oleh masyarakat Kelurahan Basilam Baru. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ketebalan mangrove termasuk kategori tebal dan ekosistem mangrove di Kelurahan Basilam Baru memiliki nilai IKW sangat sesuai (S1) berdasarkan parameter pengembangan ekowisata mangrove. Hutan mangrove di Kelurahan Basilam Baru memiliki keanekaragaman flora dan fauna yang tinggi. Sehingga, secara ekologi hutan mangrove di Kelurahan Basilam Baru berpotensi untuk dijadikan kawasan ekowisata mangrove. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terimakasih kepada ketua Jurusan Ilmu Kelautan Faperika Universitas Riau beserta jajaran staff yang telah memberikan kemudahan dalam administrasi penelitian. Semua pihak yang terlibat dalam membantu penyempurnaan penelitian penulis. Semoga penelitian ini bermanfaat, terima kasih. DAFTAR PUSTAKA Menteri Negara Lingkungan Hidup. 2004. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 201 Tentang Kriteria Baku dan Pedoman Penentuan Kerusakan Mangrove. Kementerian Lingkungan Hidup. Jakarta. Rachman, A.B. 2013. Analisis Kerapatan Vegetasi Mangrove dan Kelimpahan Makroepifauna di Desa Lemang Pulau Rangsang Provinsi Riau. Skripsi, Fakultas Perikanan dan Ilmu kelautan, Universitas Riau. SNM (Strategi Nasional Mangrove). 2003. Strategi Nasional Pengelolaan Mangrove di Indonesia (Draft Revisi; Buku II: Mangrove di Indonesia. Jakarta: Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup. Yoswaty, D. 2010. Persepsi Pemegang Kepentingan dalam Pengurusan Ekopelancongan Terpilih di Malaysia dan Indonesia dalam Konteks Pembangunan Pelancongan Berterusan. Tesis. Fakulti Sains dan Kemanusiaan. UKM. Bangi. Yulianda, F. 2007. Ekowisata Bahari Sebagai Alternatif Pemanfaatan SumberDaya Pesisir Berbasis Konservasi. Makalah Sains Departemen MSP. IPB. Bogor.