BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hubungan Industrial adalah kegiatan yang mendukung terciptanya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. masa kerja maupun karena di putus masa kerjanya. Hukum ketenagakerjaan

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia merupakan proses dari kelangsungan hidup yang. uang yang digunakan untuk memenuhi tuntutan hidup mereka akan

BAB I PENDAHULUAN. selalu berkebutuhan dan selalu memiliki keinginan untuk dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam konteks kehidupan bermasyarakat, manusia selalu

BAB I PENDAHULUAN. Baik pekerjaan yang diusahakan sendiri maupun bekerja pada orang lain. Pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki pekerjaan. Pada dasarnya, memiliki pekerjaan merupakan hak yang

BAB I PENDAHULUAN. saling membutuhkan satu sama lainnya. Dengan adanya suatu hubungan timbal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyelesaian perselisihan hubungan industrial (PPHI) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Dalam rangka pembangunan nasional untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan zaman dewasa ini, Indonesia mengalami berbagai

Anda Stakeholders? Yuk, Pelajari Seluk- Beluk Penyelesaian Sengketa di Pengadilan Hubungan Industrial

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pengertian Perjanjian Kerja Waktu Tertentu. syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban para pihak. 2 Perjanjian kerja wajib

SILABUS. A. Identitas Mata Kuliah. 1. Nama Mata Kuliah : Perselisihan Hubungan Industrial. 2. Status Mata Kuliah : Wajib Konsentrasi

PENEGAKAN HUKUM PENYELESAIAN SENGKETA KETENAGAKERJAAN MELALUI PERADILAN HUBUNGAN INDUSTRIAL. Yati Nurhayati ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 butir 15 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan 2

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. mengadakan kerjasama, tolong menolong, bantu-membantu untuk

BAB I PENDAHULUAN. kelompok, tidak selamanya bisa harmonis dan rukun. Hubungan kerja tidak

BAB I PENDAHULUAN. diatur tegas di dalam Pasal 27 ayat (2) Undang-Undang Dasar Tahun penghidupan yang layak bagi kemanusian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Pasal 1 Angka 4 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. pertama disebutkan dalam ketentuan Pasal 1601a KUHPerdata, mengenai

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

Lex et Societatis, Vol. III/No. 9/Okt/2015

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan jasa dari para pekerja dan pekerja mengharapkan upah dari

STIE DEWANTARA Aspek Ketenagakerjaan Dalam Bisnis

BAB I PENDAHULUAN. suatu Negara, karena semakin banyak pekerja yang sejahtera maka serta merta

BAB I PENDAHULUAN. Perjanjian Perburuhan antara Serikat Buruh dengan Pengusaha/Majikan, Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. pengusaha maupun pekerja/buruh. Fakta menunjukkan bahwa PHK seringkali

Setiap karyawan dapat membentuk atau bergabung dalam suatu kelompok. Mereka mendapat manfaat atau keun-tungan dengan menjadi anggota suatu kelompok.

BAB III UPAYA HUKUM YANG DAPAT DILAKUKAN PEKERJA KONTRAK YANG DI PHK SEBELUM MASA KONTRAK BERAKHIR

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

BAB I PENDAHULUAN. menyambung hidupnya.untuk bisa mendapatkan biaya tersebut setiap orang

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan kerja yang dianut di Indonesia adalah sistem hubungan industrial yang

BAB I PENDAHULUAN. memengaruhi, bahkan pergesekan kepentingan antarbangsa terjadi dengan

Oleh: Marhendi, SH., MH. Dosen Fakultas Hukum Untag Cirebon

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 99/PUU-XIV/2016

BAB I PENDAHULUAN. diakui eksistensinya dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang Pokok-

BAB I PENDAHULUAN. membuat manusia mampu menjalani kehidupannya. Contoh kecil yaitu manusia tidak bisa

BAB I PENDAHULUAN. membuat manusia tersebut berada dalam keadaan yang tertekan. Aktivitas

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

BAB I PENDAHULUAN. saing ketat sehingga membuat perusahaan-perusahaan berusaha untuk

PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL. Oleh : Gunarto, SH, SE, Akt,MHum

PEMERINTAH PROVINSI GORONTALO

The Presenting MSDM PemutusanHub ungan Kerja (PHK)

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat melepaskan diri dari berinteraksi atau berhubungan satu sama lain

DIPONEGORO LAW REVIEW Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016 Website :

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan industri pariwisata di Yogyakarta cukup pesat.

BAB I PENDAHULUAN. organisasi pekerja melalui serikat pekerja/serikat buruh. Peran serikat

BAB I PENDAHULUAN. pertentangan tersebut menimbulkan perebutan hak, pembelaan atau perlawanan

BAB I PENDAHULUAN. * Dosen Pembimbing I ** Dosen Pembimbing II *** Penulis. A. Latar Belakang

BAB V PENUTUP. pekerja / buruh dengan pengusaha, berpotensi menimbulkan perbedaan

BAB I PENDAHULUAN. yang dibuat sendiri maupun berkerja pada orang lain atau perusahaan. Pekerjaan

EFEKTIVITAS PELAKSANAAN MEDIASI SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

BAB I PENDAHULUAN. dengan kualitas yang baik dari karyawan dalam melaksanakan tugasnya,

HUBUNGAN INDUSTRIAL, OUTSOURCING DAN PKWT

ETIKA BISNIS. Smno.tnh.fpub2013

Makalah Ketenagakerjaan Sengketa Hubungan Industrial (Hukum Perikatan) BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang berkembang dengan jumlah penduduk yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Peran adalah suatu sistem kaidah-kaidah yang berisikan patokan-patokan perilaku, pada

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan bagian dari pengamalan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Dan Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pekerja, perusahaan tidak akan dapat berjalan sebagaimana mestinya dalam

diperjanjikan dan adanya suatu hubungan di peratas (dienstverhoeding), yaitu

S I L A B I A. IDENTITAS MATA KULIAH : HUKUM PERBURUHAN & KETENAGAKERJAAN

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan industrial menurut Undang Undang Ketenagakerjaan No. 13

BAB I PENDAHULUAN. seluruh rakyat Indonesia. Berdasarkan bunyi Pasal 27 ayat (2) Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. selalu ada di setiap Perusahaan. Inti utama perselisihan biasanya didasari adanya

Lex Administratum, Vol. II/No.1/Jan Mar/2014

KONSTRUKSI HUKUM PERUBAHAN PERJANJIAN KERJA WAKTU TIDAK TERTENTU MENJADI PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU

BAB I PENDAHULUAN. asasi tenaga kerja dalam Undang-Undang yang tegas memberikan. bahkan sampai akhirnya terjadi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).

PPHI H. Perburuhan by DR. Agusmidah, SH, M.Hum

BAB I PENDAHULUAN. dialami oleh para pelaku hubungan industrial di belahan dunia mana pun. Pekerja

Peran Serikat Pekerja Dalam Dinamika

BAB I PENDAHULUAN. bukti dalam ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (selanjutnya

ABSTRACT. * Tulisan ini bukan merupakan ringkasan skripsi **

Aspek Hubungan Kerja dan Perjanjian Kerja di Indonesia. Berdasarkan UU No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

BAB I PENDAHULUAN. Bagi negara-negara yang sedang berkembang khususnya di Indonesia,

PERSELISIHAN HAK ATAS UPAH PEKERJA TERKAIT UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA (UMK) Oleh :

III. Penyelesaian perselisihan hubungan industrial Pancasila. Dasar Hukum Aturan lama. Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

UU No. 2 Tahun 2004 Tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial

BAB I PENDAHULUAN. untuk bekerja. Dalam melakukan pekerjaan harus dibedakan yaitu

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

agen dapat melakukan musyawarah kepada perusahaan dan agen dapat perusahaan, dan dapat dibuktikan untuk tidak memberikan hak-hak agen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. beragam seperti buruh, pekerja, karyawan, pegawai, tenaga kerja, dan lain-lain.

BAB I PENDAHULUAN. maupun antar negara, sudah sedemikian terasa ketatnya. 3

HUKUM PERBURUHAN (PERTEMUAN IV) PERJANJIAN KERJA. copyright by Elok Hikmawati

Oleh : Ayu Diah Listyawati Khesary Ida Bagus Putu Sutama. Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam setiap hubungan hukum kehidupan masyarakat, baik dalam

BAB III PENUTUP. dapat diperoleh kesimpulan bahwa : bekerja selama 12 (dua belas). ini berhak untuk mendapatkan cuti tahunan.

Christian Daniel Hermes Dosen Fakultas Hukum USI

Meminimalkan Konflik dalam PHK

BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB I PENDAHULUAN. Tanah yang merupakan kebutuhan pokok bagi manusia akan berhadapan dengan

PERAN PEMERINTAH DAN PENGADILAN HUBUNGAN INDUSTRIAL. Makalah ini Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hubungan Industrial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sistem hukum yang berkembang di Indonesia merupakan sistem

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUBUNGAN INDUSTRIAL, PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL, DAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA

PELAKSANAAN MEDIASI DALAM PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL MELALUI DINAS SOSIAL DAN TENAGA KERJA KOTA PADANG SKRIPSI

Perselisihan Hubungan Industrial

BAB I PENDAHULUAN. dengan cara bertemu langsung, kini bisa dilakukan jarak jauh dan tanpa. bertatapan muka dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dan buruh sebagai tenaga kerja yang menyokong terbentuknya

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hubungan Industrial adalah kegiatan yang mendukung terciptanya hubungan yang harmonis antara pelaku bisnis yaitu pengusaha, karyawan dan pemerintah, sehingga tercapai ketenangan bekerja dan kelangsungan berusaha. Hubungan antara pekerja dan pengusaha adalah hubungan yang saling membutuhkan dan saling mengisi satu dengan yang lainnya. Pengusaha tidak akan dapat menghasilkan produk barang atau jasa jika tidak didukung oleh pekerja, demikian pula sebaliknya. 1 Hubungan antara semua pihak yang terkait atau berkepentingan atas suatu proses timbal balik dari pekerja dengan pengusaha yang bertujuan menciptakan hubungan yang aman dan harmonis dalam proses produksi baik barang maupun jasa antara pekerja, pengusaha, pemerintah, dan masyarakat dalam suatu hubungan kerja. 2 Hubungan hukum tersebut menimbulkan hak dan kewajiban masingmasing pihak, yang mana hak dan kewajiban tersebut diatur di dalam UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Suatu hubungan hukum tersebut 1 Ismail Nawawi, Teori dan Praktek Manajemen Konflik Industrial, ITSpress, Surabaya, 2009, hlm. 8. 2 Supomo Suparman, Hukum Acara Pengadilan Hubungan Industrial, Tata Cara Penyelesaian Sengketa Perburuhan, Jala Permata Aksara, Jakarta, 2009, hlm. 3.

2 tertuang dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, dan perjanjian kerja bersama yang diatur dan diterapkan oleh pengusaha kepada pekerja. Timbulnya perselisihan antara pengusaha dengan pekerja berpangkal dari adanya perasaan kurang puas.pengusaha memberikan kebijakan yang menurut pertimbangannya sudah baik dan bakal diterima oleh pekerja, namun kenyataannya pekerja yang bersangkutan memiliki pertimbangan dan pandangan yang berbeda dari pengusaha, maka akibatnya kebijakan yang diberikan oleh pengusaha itu menjadi tidak sejalan sehingga terjadi yang disebut dengan perselisihan. Dengan demikian ketika undang-undang tidak mampu menyeimbangkan subordinasi tersebut, maka terjadilah kegagalan secara substansi dan kepentingan di lapangan yang lebih berpihak kepada pengusaha ketimbang pekerja. 3 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan mengatur hak dan kewajiban antara pekerja dengan pengusaha. Dalam praktiknya kadangkala dilanggar oleh salah satu pihak, maka timbullah perselisihan atau persengketaan hubungan industrial. 4 Dalam hal terjadinya perselisihan hubungan kerja, penting untuk mengenali terlebih dahulu jenisjenis hubungan kerja. Jenis-jenis hubungan kerja berkaitan erat dengan jenis perjanjian kerja yang dibuat oleh pengusaha dengan pekerja yang meliputi 3 Yulia Qamariyanti, Penyelesaian Sengketa Ketenagakerjaan, Lingkar Media,Yogyakarta,2016, hlm. 3. 4 Ugo, Pujiyo, Hukum Acara Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial, Sinar Grafika, Jakarta, 2010, hlm. 4.

3 Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) mempunyai karakteristik dalam waktu tertentu dan untuk pekerjaan tertentu. Sedangkan untuk Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu (PKWTT) mempunyai karakteristik tidak mempunyai jangka waktu tertentu, dan berakhir apabila pekerja meninggal dunia. Adanya putusan pengadilan hubungan industrial yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap dan adanya kejadian tertentu yang dicantumkan dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama yang dapat menyebabkan berakhirnya hubungan kerja. 5 Realita yang selalu terjadi bahwa pekerja selalu menjadi pihak yang lemah apabila selalu dihadapkan pada pemberi kerja yang merupakan pihak yang memiliki kekuatan, sebagai pihak yang selalu dianggap lemah, tidak jarang para pekerja selalu mengalami ketidakadilan apabila berhadapan dengan kepentingan perusahaan. Pekerja selalu merupakan subordinasi dari pengusaha, oleh karena itu hukum ketenagakerjaan maupun yang mengatur tentang perselisihan hubungan industrial dibentuk untuk mengatasi ketimpangan tersebut. Meskipun pekerja harus menerima kenyataan harus berhadapan dengan perselisihan hak, perselisihan kepentingan, pemutusan hubungan kerja, dan konflik serikat pekerja dengan pengusaha ditempatnya bekerja yang harus diselesaikan melalui prosedur perundingan bipartit, mekanisme tripartit, dan peradilan hubungan industrial. 6 5 Zaeni Asyhadie, Peradilan Hubungan Industrial, Rajawalipers, Jakarta, 2009, hlm. 28-29. 6 Adrian Sutedi, Hukum Perburuhan, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, hlm. 57.

4 UU No. 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial mengatur bahwa pengadilan hubungan industrial mempunyai kompetensi absolut atas perkara hubungan industrial. Adapun perselisihan hubungan industrial yang ditangani oleh Pengadilan Hubungan Industrial Yogyakarta pada tahun 2013 sampai per-mei 2017 yaitu: 7 Tabel 1 Jumlah perkara Perselisihan Hubungan Industrial dalam tahun 2013 bulan mei 2017 di Pengadilan Hubungan Industrial Yogyakarta KETERANGAN PERKARA MASUK PERKARA PUTUS 2013 2014 2015 2016 2017* 10 Perkara 13 Perkara 7 Perkara 12 Perkara 11 Perkara 10 Perkara 9 Perkara 7 Perkara 12 Perkara 2 Perkara SISA 0 Perkara 4 Perkara 0 Perkara 0 Perkara - PERSENTASE 100% 69% 100% 100% - Perselisihan yang dihadapi pun adalah perselisihan hak dan perselisihan pemutusan hubungan kerja. Sebagaimana dijelaskan dalam tabel berikut 8 : 7 Sub-Kepaniteraan Hukum Pengadilan Negeri, Hubungan Industrial Yogyakarta, Laporan Kinerja Pengadilan Negeri, Hubungan Industrial Yogyakartatahun 2016dan Sistem Informasi Penelusuran Perkara. LKJP Pengadilan Negeri, Hubungan Industrial, dan Tindak Pidana Korupsi 2016 Kelas 1 A Yogyakarta. hlm 18. 8 Hasil Rangkuman dari Sistem Informasi Penelusuran Perkara Pengadilan Hubungan Industrial 2013 s.d 2017 dan wawancara dengan Suryanto selaku Hakim di Pengadilan Negeri Yogyakarta pada tanggal 18 Mei 2017 Pukul 14.30 WIB.

5 Tabel 2 Klasifikasi perkara Perselisihan Hubungan Industrial dalam tahun 2013 - bulan mei 2017 di Pengadilan Hubungan Industrial Yogyakarta KETERANGAN 2013 2014 2015 2016 2017* Perselisihan Hak 4 Perkara 2 Perkara 4 Perkara 4 Perkara 3 Perkara Perselisihan Kepentingan Perselisihan PHK Perselisihan Serikat Pekerja - - - - - 6 Perkara 9 Perkara 3 Perkara 8 Perkara 8 Perkara - - - - - Meskipun UU No. 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial telah mengatur mengenai jenis-jenis perselisihan maupun kewenangan pengadilan, substansi putusan pengadilan perselisihan hubungan industrial seringkali menimbulkan permasalahan khususnya dalam hal pelaksanaan putusan. Hal ini dapat dilihat dari kasus yang dikaji oleh penulis pada Perkara No.10/G/2013/PHI.YK dimana Penggugat adalah pekerja dari Tergugat pada bagian pramugara/kondektur di PT. Jogja Tugu Trans. Penggugat bekerja ditempat Tergugat sejak tahun 2008 secara terus menerus dan tanpa terputus masa tenggang sampai dengan adanya pemutusan hubungan kerja secara sepihak yang dilakukan Tergugat pada Tahun 2013 dimana Penggugat mendapatkan upah yang tidak sesuai dengan perjanjian kerja. Setelah

6 melewati beberapa perundingan bipartit dan upaya mediasi tidak mencapai kesepakatan. Maka perkara tersebut dibawa ke Pengadilan Hubungan Industrial Daerah Istimewa Yogyakarta. Hakim memutuskan dalam putusan perkara No. 10/G/PHI.YK tersebut adalah Penggugat selaku pekerja diperintahkan untuk dipekerjakan kembali di perusahaan Tergugat dan demi hukum perjanjian kerja tersebut berubah dari perjanjian kerja waktu tertentu (PKWT) menjadi perjanjian kerja waktu tidak tertentu (PKWTT). Putusan tersebut menjadi problematik karena bertentangan dengan peraturan perusahaan. Akhirnya, alih-alih para pihak ingin menyelesaikan sengketa malah sebaliknya putusan tersebut sulit untuk dieksekusi. Hal tersebut menarik untuk ditelitimelalui penulisan hukum ini dengan judul Tinjauan Yuridis Penggunaan Alasan Mempekerjakan Kembali Dengan Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu Sebagai Pertimbangan Hakim Dalam Memutus Perselisihan Hubungan Industrial (Studi Putusan Nomor 10/G/2013/PHI.YK).

7 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana dasar pertimbangan yang digunakan Hakim Pengadilan Hubungan Industrial Yogyakarta untuk menerima dan memutuskan mempekerjakan kembali Penggugat pada putusan Nomor 10/G/2013/PHI.YK? 2. Bagaimana implikasi yuridis putusan Pemutusan Hubungan Kerja atas perjanjian kerja waktu tidak tertentu (PKWTT) kepada para pihak, dimana amar putusan memerintahkan pemberi kerja memperkerjakan kembali pekerja, Studi Putusan Nomor 10/G/2013/PHI.YK? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis merumuskan beberapa tujuan yang akan dicapai melalui penelitian ini: 1. Tujuan Subyektif Untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan sarjana (S1) di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada. 2. Tujuan Obyektif a. Untuk memperoleh, mengetahui, dan menganalisis secara yuridis suatu pertimbangan Hakim dalam memutus perkara di pengadilan hubungan

8 industrial yang menggunakan alasan mempekerjakan kembali dan sudut pandang dari pengusaha, dan pekerja. b. Untuk memperoleh, mengetahui, dan menganalisis secara yuridis implikasi putusan perkara Nomor. 10/G/2013/PHI.YK bagi pengusaha dan pekerja. D. Manfaat Penelitian Hasil Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi kepentingan akademis dan kepentingan praktis, yaitu sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan pada umumnya, hukum acara perdata khususnya di pengadilan hubungan industrial dalam mengetahui secara yuridis dari pelaksanaan eksekusi yang memutus untuk mempekerjakan kembali pekerja dengan Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu (PKWTT) yang dikenakan pemutusan hubungan kerja serta implikasi-nya bagi pengusaha dan pekerja yang diharapkan dapat bermanfaat bagi penelitian-penelitian ilmu hukum seterusnya. 2. Manfaat Praktis a. Manfaat bagi Pengusaha dan Pekerja Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan lebih luas serta memperoleh gambaran mengenai secara yuridis dari alasan

9 Hakim memutus untuk mempekerjakan kembali serta implikasi-nya bagi pekerja yang dikenakan pemutusan hubungan kerja oleh pengusaha. Selain itu dapat menjadikan titik acuan bagi Pengusaha dalam melaksanakan putusan Hakim yang memperintahkan pekerjanya untuk dipekerjakan kembali. b. Manfaat bagi Mahasiswa Dengan digunakannya penelitian ini, maka diharapkan agar mahasiswa memperoleh pengetahuan mengenai gambaran umum secara yuridis pekerja dengan perjanjian kerja waktu tidak tertentu (PKWTT) yang dikenakan pemutusan hubungan kerja oleh pengusaha kemudian diputus oleh Hakim untuk dipekerjakan kembali di perusahaan tempat dia bekerja.serta dapat menjadikan bahan informasi yang relevan dalam hal penyusunan penulisan hukum yang digunakan sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Hukum. E. Keaslian Penelitian Berdasarkan hasil penelusuran kepustakaan di Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, penulisan hukum Tinjauan Yuridis Penggunaan Alasan Mempekerjakan Kembali Dengan Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu Sebagai Pertimbangan Hakim Dalam Memutus Perselisihan Hubungan Industrial (Studi Putusan Nomor. 10/G/2013/PHI.YK) belum pernah ditulis atau dibuat. Namun terdapat penulisan hukum yang memiliki

10 beberapa keterkaitan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis, dan terdapat relevansi dengan penelitian ini, beberapa tulisan tersebut antara lain: 1. ANALISIS YURIDIS PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU PADA PT. JOGJA TUGU TRANS Tulisan ini disusun oleh Mahasiswa Sarjana (S1) Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada yang bernama M. Afiful Karim. Penulisan hukum ini mengambil rumusan masalah: 1. Apakah ketentuan PKWT pada PT. Jogja Tugu Trans sesuai dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan? 2. Faktor apa sajakah yang menyebabkan PT. Jogja Tugu Trans menggunakan PKWT dalam hubungan kerjanya? Dalam Penelitian tersebut menyimpulkan terdapat beberapa pasal dalam PKWT pada PT. Jogja Tugu Trans yang belum sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan seperti Pasal 1 ayat (1), (4), dan (5). Sedangkan faktor ekonomi dan faktor kontrak PT. Jogja Tugu Trans dengan Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika menjadi menggunakan PKWT dalam hubungan kerjanya. 9 2. ANALISA YURIDIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN HUBUNGAN INDUSTRIAL MENGENAI PERKARA PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA KARENA BERAKHIRNYA 9 M.Afiful Karim, Skripsi: Analisis Yuridis Perjanjian Kerja Waktu Tertentu Pada PT. Jogja Tugu Trans, 2012, Yogyakarta Program Sarjana Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada

11 JANGKA WAKTU PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU. Tulisan ini disusun oleh Mahasiswa Pascasarjana/Magister Hukum Bisnis (S2) Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada yang bernama Zou Gemilang Counselo Gultom. Penulisan hukum ini mengambil permasalahan mengenai perlindungan hukum terhadap suatu pekerja dengan perjanjian kerja waktu tertentu yang diputus hubungan kerjanya akibat berakhirnya perjanjian kerja tersebut.hasil dari penulisan hukum tersebut menjelaskan bahwa hak-hak pekerja yang diperoleh selama bekerja pada suatu perusahaan harus dipenuhi sesuai ketentuan normatif dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. 10 Perbedaan antara penelitian tersebut dengan penelitian penulis, yaitu untuk penelitian nomor 2 terletak pada lokasi penelitian. Penulis melakukan penelitian di PT. Jogja Tugu Trans sebagaimana sama dengan penelitian nomor 1. Lokasi tersebut dipilih karena lokasi tersebut adalah lokasi yang menyediakan data terkait dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini namun penulis menambahkan lokasi di Pengadilan Negeri, Hubungan Industrial Yogyakarta dan Biro hukum/advokat penggugat karena 10 Zou Gemilang Counselo Gultom Skripsi: Analisa Yuridis Terhadap Putusan Pengadilan Hubungan Industrial Mengenai Perkara Pemutusan Hubungan Kerja Karena Berakhirnya Jangka Waktu Perjanjian Kerja Waktu Tertentu, 2014, Yogyakarta Program Magister Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada

12 membutuhkan data berupa wawancara terkait pelaksanaan yang dilakukan sudah sesuai dengan prosedur atau tidak. Kajian hukum yang dilakukan pada penelitian ini berbeda dengan penelitian tersebut, karena penulis meneliti terkait masalah prosedural/hukum acara pada Peradilan Hubungan Industrial yang membahas mengenai mekanisme penyelesaian perselisihan hubungan industrial sampai dengan pelaksanaan proses eksekusi pada praktiknya.