BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan negara hukum. Negara Kesatuan Republik Indonesia menganut. rendah sehingga menjadi urusan rumah tangga daerah itu. 1.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan peraturan perundang-undangan, yang hasilnya dipergunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan UU No. 25 Tahun 1999

BAB 1 PENDAHULUAN. Negara adalah suatu organisasi yang memiliki tujuan. Pada negara Indonesia, tujuan

BAB 1 PENDAHULUAN. Selain itu Indonesia juga merupakan welfare state. sesuai dengan amanat yang tersirat didalam alinea ke IV, Pembukaan

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan negara, hal ini terlihat dalam Undang-Undang Dasar 1945

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan daerah merupakan suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi

BAB I PENDAHULUAN. dalam mewujudkan daerah otonom yang luas serta bertanggung jawab. Tiap

BAB I PENDAHULUAN. Masalah perpajakan di Indonesia bukan menjadi persoalan pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan penerimaan negara terbesar. Hampir semua pendapatan Negara saat ini

PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG

BAB I PENDAHULUAN. Jenis pajak yang ada di Negara Indonesia dibagi menurut :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

ANALISIS PAJAK REKLAME DI KABUPATEN PURWOREJO PERIODE

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANOKWARI NOMOR 06 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MANOKWARI,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah pajak negara yang dikenakan terhadap

PERATURAN DAERAH KOTA PAYAKUMBUH NOMOR : 6 TAHUN 2011 T E N T A N G PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PAYAKUMBUH,

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pemerintahan Republik Indonesia mengatur asas desentralisasi,

BAB I PENDAHULUAN. Kebebasan ini dalam artian bahwa karena lapangan retribusi daerah berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. yang mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya. untuk membiayai kegiatannya, maka pemerintah daerah juga menarik pajak

BAB I PENDAHULUAN menyatakan bahwa Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan

BAB I PENDAHULUAN. yang berdasarkan atas hukum (Rechstaat) dalam arti negara pengurus. 1 Selain itu,

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang juga merupakan ujung tombak dalam penyelenggaraan. pemerintahan daerah otonom. Pemberlakuan Otonomi daerah sejak

TAHUN NOMOR 04 TENTANG. Daerah. Reklame;

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARO NOMOR 05 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARO,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2011 NOMOR 28 PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak dipisahkan, jasa giro, pendapatan bunga keuntungan selisih nilai tukar rupiah

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

EFEKTIFITAS PAJAK REKLAME TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. H. Latar Belakang. Pelayanan publik pada dasarnya merupakan pemberian pelayanan kepada

BAB I PENDAHULUAN. (PAD) sebagai salah satu sumber dana pembangunan perlu dipacu secara terus

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KATINGAN NOMOR : 3 TAHUN 2010 T E N T A N G PAJAK REKLAME PEMERINTAH KABUPATEN KATINGAN BAGIAN HUKUM

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian tersebut dipergunakan dalam upaya memperoleh data yang benar-benar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. iklan. Saat ini iklan telah berkembang menjadi suatu sistem komunikasi yang

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana yang terdapat dalam pembukaan Undang- Undang Dasar (UUD) Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan. Oleh karena itu, daerah harus mampu menggali potensi

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 3 TAHUN 2011 T E N T A N G PAJAK REKLAME

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG PAJAK REKLAME

BAB I PENDAHULUAN. tujuan nasional, sebagaimana tertuang dalam alinea II Pembukaan Undang-Undang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan utama bagi sebuah negara

BAB I PENDAHULUAN. adalah ketersediaan dana oleh suatu negara yang diperlukan untuk pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Pemerintahan berdasarkan peraturan perundang- undangan. 2. Adanya pemisahan atau pembagian kekuasaan.

BAB I PENDAHULUAN. Selaras dengan Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ACEH UTARA NOMOR : 41 TAHUN : 2005 SERI : B NOMOR : 18 QANUN KABUPATEN ACEH UTARA NOMOR 41 TAHUN 2005 TENTANG PAJAK REKLAME

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan yang berlangsung secara terus-menerus yang sifatnya memperbaiki dan

PEMERINTAH KABUPATEN PONTIANAK

BAB I PENDAHULUAN. diatur dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

IMPLEMENTASI PERDA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK DAERAH KOTA MAKASSAR (STUDI DI DISPENDA KOTA MAKASSAR)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PASAR GROSIR DAN/ATAU PERTOKOAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

BAB I PENDAHULUAN. aktifitasnya yang berupa tanah. Tanah dapat berfungsi tidak saja sebagai lahan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu agenda reformasi nasional yang dicanangkan oleh pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan tujuan negara yaitu Melindungi segenap

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BURU NOMOR 06 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BURU,

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa..., dalam rangka mencapai tujuan negara. dalam bentuk pemberian pendidikan bagi anak-anak Indonesia yang akan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

toko modern dan kontribusinya terhadap PAD kota Metro.

BAB I PENDAHULUAN. dalam konsep kesejahteraan (welfare) dalam Pembukaan Undang-Undang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BUTON UTARA TAHUN 2015 NOMOR 14 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON UTARA NOMOR 14 TAHUN 2015 PAJAK REKLAME

7. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara

BAB I PENDAHULUAN. disediakan oleh pemerintah dan dikelola oleh pemerintah. Beberapa ciri yang melekat pada retribusi daerah yang saat ini

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 27 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga Undang Undang Nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan

BAB I PENDAHULUAN. Diberlakukannya undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah

BAB I PENDAHULUAN. mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK REKLAME

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNG MAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULELENG,

BAB I PENDAHULUAN. negara. Hasil dari pembayaran pajak kemudian digunakan untuk pembiayaan

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG PAJAK REKLAME

BUPATI LAMANDAU PERATURAN BUPATI LAMANDAU NOMOR 53 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban pemerintah untuk mewujudkan tujuan-tujuan negara yaitu untuk

BAB I PENDAHULUAN. merupakan titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia ialah pemerintahan yang berdaulat

BAB I PENDAHULUAN. tercantum dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI

PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan pasal 18 ayat 2 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagian sudah diterapkan dalam penyelenggaraan pemerintahan. 1

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI TERMINAL

BUPATI TELUK WONDAMA

PERANAN DANA PERIMBANGAN DALAM MENUNJANG PEMBANGUNAN DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN SKRIPSI OLEH : MARNI OKTAVIA

BAB I PENDAHULUAN. didalam Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan alam yang terkandung di dalamnya mempunyai fungsi penting

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA TAHUN 2008 NOMOR 31 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA NOMOR : 31 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK REKLAME

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dimana pendapatan terbesar

Dengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU dan WALIKOTA LUBUKLINGGAU MEMUTUSKAN:

WALIKOTA PARIAMAN PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PENJUALAN PRODUKSI USAHA DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. ataupun pekerjaan. Baik pekerjaan yang diusahakan sendiri maupun bekerja pada orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan Negara Kesatuan yang berbentuk Republik dan merupakan negara hukum. Negara Kesatuan Republik Indonesia menganut asas Desentralisasi. Desentralisasi merupakan asas yang menyatakan bahwa penyerahan sejumlah urusan pemerintahan dari pemerintah pusat atau dari pemerintah daerah yang lebih tinggi kepada pemerintah daerah tingkat yang lebih rendah sehingga menjadi urusan rumah tangga daerah itu. 1. Negara Hukum Indonesia sebagai amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 bertujuan untuk mewujudkan tata kehidupan bangsa yang aman, tertib, sejahtera dan berkeadilan. Berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, pada pasal 18 tentang Pemerintahan Daerah dinyatakan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap tiap provinsi, kabupaten, kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan Undang-undang. Pemerintah Daerah provinsi, kabupaten dan kota mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas Otonomi Daerah (asas otonomi dan tugas pembantuan). 1 C.S.T Kansil dan Christine S.T. Kansil, Pemerintah Daerah di Indonesia (Hukum Administasi Daerah), Sinar Grafika, Jakarta, 2008, hlm.3

Pemerintah daerah dalam menjalankan otonomi daerahnya tidak boleh menjalankan urusan dari pemerintah pusat yang telah ditentukan oleh Undang- Undang. Daerah berhak menetapkan sebuah peraturan untuk melaksanakan otonominya. Hubungan antara daerah dan pusat diatur dengan Undang-Undang dengan memperhatikan kekhususan dan keberagaman daerah. Hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumberdaya alam dan sumber lainnya antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah diatur dan dilaksanakan secara adil dan selaras berdasarkan Undang-Undang. Dengan pembangunan yang merata untuk setiap daerahnya, diharapkan dapat meningkatkan perekonomian, tujuan akhirnya dapat mensejahterakan masyarakat untuk menunjang terlaksananya pembangunan yang merata di seluruh wilayah Indonesia tersebut diperlukan dana. Salah satu sumber dana ini dapat diperoleh dari hasil pemungutan pajak, baik itu pajak daerah maupun pajak pusat. Secara umum pengaturan pajak di Indonesia diatur didalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 23 huruf (a), bahwa segala pajak untuk keperluan negara dipungut berdasarkan Undang-Undang. Pemungutan pajak daerah merupakan perwujudan dari pengabdian dan peran wajib pajak untuk langsung dan bersama sama melaksanakan kewajiban perpajakan yang diperlukan untuk pembiayaan negara dan pembangunan nasional. Tanggung jawab atas kewajiban pelaksanaan pemungutan pajak daerah sebagai pencerminan kewajiban di bidang perpajakan berada pada anggota masyarakat wajib pajak. Pemerintah dalam hal ini aparatur perpajakan sesuai dengan fungsinya berkewajiban melakukan pembinaan, pelayanan dan

pengawasan terhadap pemenuhan kewajiban perpajakan berdasarkan ketentuan yang telah digariskan dalam peraturan perundang-undangan perpajakan. Salah satu sumber penerimaan negara yang berasal dari pungutan pajak adalah pajak daerah. Pajak daerah merupakan aset penerimaan daerah yang dipergunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah. Berlakunya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah sebagai salah satu dasar hukum daerah dalam memungut pajak daerah, yang terdapat dalam pasal 285 ayat (1) dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, maka dalam penyelenggaraan pemerintah daerah dilakukan dengan memberikan kewenangan seluas-luasnya untuk menyelenggarakan otonomi daerah dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pajak daerah dan retribusi daerah merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang paling penting, guna membiayai pelaksanaan pemerintah daerah. Dalam rangka meningkatkan pendapatan daerah, dirasa perlu untuk melakukan perluasan objek pajak daerah dan retribusi daerah. Sebagaimana terurai dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, pasal 2 bahwa salah satu jenis pajak daerah adalah pajak reklame. Pajak reklame merupakan salah satu pendapatan asli daerah yang gunanya untuk pembangunan daerah. Dengan banyaknya papan reklame yang berdiri tegap di bahu jalan diharapkan mampu menambah pendapatan dan penerimaan pajak

daerah. Sehingga diperlukan suatu kepastian dalam pemungutan pajak daerah. Hampir seluruh ruas jalan utama yang ada di Kota Payakumbuh banyak terdapat papan reklame mulai dari jenis billboard hingga jenis peraga. Menurut pasal 1 butir 6 Peraturan Daerah Kota Payakumbuh Nomor 8 Tahun 2011, Reklame adalah benda, alat, perbuatan atau media yang bentuk dan corak ragamnya dirancang untuk tujuan komersial, memperkenalkan, menganjurkan, mempromosikan, atau menarik perhatian umum terhadap barang atau jasa, orang atau badan yang dapat dilihat, dibaca, didengar, dirasakan, dan/atau dinikmari umum. Dari paparan diatas reklame merupakan pajak yang dipungut oleh Pemerintah Kota Payakumbuh. Pemerintah Kota Payakumbuh dalam hal ini adalah Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) Kota Payakumbuh. Pada pajak reklame yang menjadi subjek pajak adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan reklame. Sementara itu, wajib pajak adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan reklame. Jika reklame diselenggarakan sendiri secara langsung oleh orang pribadi atau badan tersebut. Apabila reklame diselenggarakan melalui pihak ketiga, misalnya advertising, maka pihak ketiga tersebut menjadi subjek pajak reklame. 2 Keberadaan reklame di Kota Payakumbuh selain menambah Pendapatan Asli Kota Payakumbuh, juga menambah keindahan tata kota. Dengan banyaknya 2 Marihot P. Siahaan, Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Rajawali pers, 2010, hlm 386

reklame di Kota Payakumbuh dapat dioptimalkan untuk menambah pendapatan asli daerah dari sektor pajak reklame. Pemerintah Indonesia menerapkan Self Assesment System dalam rangka pelaksanaan pemungutan pajak. Wajib pajak diberi kepercayaan untuk menghitung, menyetor, dan melaporkan pajaknya sendiri. Untuk menjalankannya dengan baik, maka wajib pajak perlu pengetahuan tentang peraturan pajak maupun administrasi pajak. Secara yuridis, pajak mengandung unsur pemaksaan yang artinya apabila kewajiban perpajakan tidak dilaksanakan maka ada konsekuensi hukum yang terjadi berupa sanksi perpajakan. Pada prinsipnya sanksi di bidang perpajakan dilakukan untuk menciptakan kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban pajaknya oleh karena itu setiap wajib pajak harus memahami sanksi-sanksi perpajakan sehingga mengetahui konsekuensi hukum dari apa yang dilakukan maupun yang tidak dilakukan. Dalam perpajakan ada dua macam sanksi yaitu sanksi administrasi dan sanksi pidana. 3 sanksi administrasi meliputi sanksi administrasi berupa denda, sanksi berupa bunga dan sanksi berupa kenaikan. Oleh karena banyaknya keberadaan reklame di Kota Payakumbuh, maka subjek pajak pun harus melaksanakan kewajiban perpajakannya. Dengan adanya kewajiban tersebut maka wajib pajak harus membayar pajak atas reklame yang diselenggarakan. Apabila wajib pajak tersebut tidak membayarkan reklame sesuai 3 Mardiasmo, Perpajakan Edisi Revisi, Andi Yogyakarta, 2011, hlm 59

dengan peraturan yang berlaku maka wajib pajak tersebut dapat dikenai sanksi administratif. Di Kota Payakumbuh Berdasarkan data awal, sesuai sumber yang penulis dapatkan, sanksi administrasi berupa bunga yang diberikan kepada wajib pajak yang terlambat membayar pajak reklame adalah sebesar 2% yang sesuai dengan ketentuan pasal 13 ayat (2) Peraturan Daerah Kota Payakumbuh nomor 8 Tahun 2011. Penerapan sanksi administrasi dimulai dari pemberian surat pemanggilan kepada wajib pajak reklame sebulan sebelum jatuh tempo pembayaran pajak reklame tersebut, dengan harapan wajib pajak akan memperpanjang izin reklamenya. Apabila wajib pajak tidak memberitahukan secara tertulis paling lambat 7 hari sebelum jatuh tempo maka satu hari setelah nya dikenakan sanksi administrasi berupa bunga 2% dari total SKP per bulan. Jika wajib pajak reklame tidak memperpanjang izin reklame pada bulan tersebut, maka hanya dimintakan sanksi administrasinya saja. Ada kala wajib pajak tidak memperpanjang izin reklame, maka DPPKA akan melakukan penertiban melalui pembongkaran. 4 Tanggapan dari wajib pajak reklame yang mendapat sanksi tidak merasa risau akan sanksi yang diberikan. Dari DPPKA sendiri tidak terlalu menekankan kepada wajib pajak akan sanksi yang diberikan. Pendapatan Daerah Kota Payakumbuh dari sektor pajak reklame pada tahun 2015 dalam anggaran Rp 234.000.000 dalam realisasinya sebesar Rp. 260.593.726, total menjadi 111,36 %. 4 Wawancara dengan bapak Jhonny Parlin, S.STP., M.Si. di kantor DPPKA Kota Payakumbuh hari Senin tanggal 22 Agustus 2016 jam 09.25-10.00

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian terkait hal tersebut dengan mengangkat judul PENERAPAN SANKSI ADMINISTRASI AKIBAT TERLAMBAT MEMBAYAR PAJAK REKLAME OLEH DINAS PENDAPATAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET KOTA PAYAKUMBUH B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat ditarik permasalahan antara lain : 1. Apa saja jenis reklame dan perkembangannya yang dapat dikenakan pajak serta tarif yang dikenakan di kota Payakumbuh? 2. Bagaimana penerapan sanksi administrasi terhadap keterlambatan pembayaran Pajak Reklame oleh Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Payakumbuh? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, penelitian ini bertujuan sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui apa saja jenis reklame dan perkembangannya yang dapat dikenakan pajak di kota Payakumbuh 2. Untuk mendiskripsikan penerapan sanksi administrasi terhadap keterlambatan pembayaran pajak reklame

D. Manfaat Penelitian Dalam penelitian ini, manfaat yang dapat diberikan ada 2 (dua) macam yaitu manfaat secara teoritis dan manfaat secara praktis. 1. Manfaat secara teoritis a. Manfaat secara teoritis yang dimaksud di atas adalah untuk menambah ilmu pengetahuan penulis di bidang ilmu hukum pada umumnya, dan pengembangan ilmu hukum pajak khususnya pajak daerah dalam hal ini penerapan sanksi administrasi keterlambatan pembayaran pajak reklame. b. Hasil penelitian ini dapat menjadi pedoman atau rujukan dalam materi dan analisa kasus pajak reklame. c. Melatih kemampuan dalam melakukan penelitian hukum dan menuangkan dalam bentuk tulisan. 2. Manfaat praktis Manfaat praktis yang dimaksud adalah penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran untuk perbaikan kehidupan masyarakat dan pemerintah. Dengan adanya penerapan sanksi administrasi terhadap keterlambatan pembayaran pajak dapat mengotimalkan pemungutan pajak secara keseluruhan dan tepat waktu.

E. Metode Penelitian 1. Metode pendekatan Tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian yuridis empiris yaitu penelitian hukum dengan pendekatan aspek hukum yang berlaku dan menghubungkannya dengan fakta yang ada dalam pelaksanaan aspek hukum tersebut di lapangan, dan menemukan permasalahan yang ditemukan dalam penelitian. 2. Sifat Penelitian Sifat penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah bersifat deskrptif, yaitu memaparkan hasil penelitian tentang bagaimana pelaksanaan pemungutan pajak reklame di Kota Payakumbuh serta pemberian sanksi administrasi oleh DPPKA Kota Payakumbuh akibat keterlambatan pembayaran pajak reklame. Penelitian ini pada umumnya bertujuan untuk mendeskripsikan secara sistematis, faktual dan akurat terhadap pelaksanaan pemungutan pajak reklame dan pemberian sanksi administrasi oleh DPPKA Kota Payakumbuh akibat keterlambatan pembayaran pajak reklame. 3. Sumber Data 5 a. Data Primer 5 Soejono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta, Universitas Indonesia (UI-Press), 2007, hlm 51

Data primer diperoleh langsung dari sumber pertama, yakni perilaku warga masyarakat, melalui penelitian. Data yang diperoleh secara langsung melalui penelitian lapangan (field research) dengan dilakukan wawancara di lingkungan terkait yaitu Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Payakumbuh dan juga wawancara kepada wajib pajak reklame yang dikenakan sanksi administrasi. b. Data Sekunder Data sekunder (secondary data) yaitu data yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan hukum (library research), yang terdiri atas : 1. Bahan hukum primer, yang berupa ketentuan hukum dan perundang-undangan yang mengikat serta berkaitan dengan permasalahan yang diteliti yaitu : a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara b. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah c. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

d. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah e. Peraturan Daerah Kota Payakumbuh Nomor 03 Tahun 2010 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah f. Peraturan Daerah Kota Payakumbuh Nomor 8 Tahun 2011 tentang Pajak Reklame g. Peraturan Walikota Payakumbuh Nomor 60 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pemasangan, Standar Harga dan Penentuan Nilai Strategis serta Penentuan Nilai Sewa Reklame sebagai Dasar Penetapan Besarnya Pajak Reklame. 2. Bahan hukum sekunder, yang berupa literatur literatur tertulis yang berkaitan dengan pokok masalah dalam penelitian ini, baik berbentuk buku-buku, makalah-makalah, laporan penelitian, artikel surat kabar, dan lain sebagainya yang resmi dan akurat. Data sekunder diperoleh dan dikumpulkan dari beberapa perpustakaan diantaranya : a. UPT perpustakaan Universitas Andalas b. Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Andalas 3. Bahan hukum tersier, yaitu kamus hukum dan sebagainya yang memberikan informasi guna melengkapi hasil penelitian ini.

4. Teknik Pengumpulan Data a. Wawancara Teknik wawancara yang digunakan adalah teknik wawancara semi terstruktur. Dimana proses wawancara yang menggunakan panduan wawancara yang berasal dari pengembangan topik sistem yang digunakan dalam mengajukan pertanyaan dan penggunaan terminologi lebih fleksibel daripada wawancara terstruktur. Tujuannya untuk menggali sebanyak-banyaknya informasi dari pihak yang dijadikan responden. b. Studi Dokumen Dalam hal ini penulis memperoleh data dengan mempelajari dokumen yang berasal dari buku-buku, peraturan perundangundangan, dan dakumen-dokumen yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. 5. Pengolahan dan Analisis Data a. Pengolahan Data Merupakan suatu proses dimana setelah memperoleh data, kemudian ditentukan materi-materi apa saja yang diperlukan sebagai bagian penulisan. Melalui proses editing, yakni pengeditan seluruh data yang telah terkumpul dan disaring menjadi suatu

kumpulan data yang benar-benar dapat dijadikan suatu acuan akurat dalam penarikan kesimpulan nantinya. b. Analisis Data Analisis dapat dirumuskan sebagai suatu proses penguraian secara sistematis dan konsisten terhadap gejala-gejala tertentu. 6 setelah semua data terkumpul, baik data primer maupun data sekunder dilakukan analisis data secara kualitatif, yaitu analisis yang dilakukan tidak menggunakan rumus statistik, dan data tidak berupa angka-angka, tetapi menggunakan kalimat-kalimat yang merupakan pandangan terhadap pakar, peraturan perundangundangan, termasuk data yang penulis peroleh di lapangan yang memberikan gambaran terperinci mengenai permasalahan sehingga memperlihatkan sifat penelitian yang deskriptif, dengan menguraikan data yang terkumpul nelalui teknik pengumpulan data yang digunakan. Kemudian dideskripsikan ke dalam bab-bab sehingga menjadi karya ilmiah atau skripsi yang baik. 6 Soejono Soekanto, Kesadaran Hukum dan Kepatuhan hukum, Jakarta, Penerbit Rajawali, 1982, hlm 37