BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu tujuan perusahaan yaitu memaksimalkan laba untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan. Setiap perusahaan yang go public dan terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia wajib memenuhi kewajiban untuk melaporkan laporan keuangan yang telah diaudit oleh KAP (Kantor Akuntan Publik) sebelum di publikasikan kepada publik sesuai dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan NOMOR 60 /POJK.04/2015. Manajemen laba (earnings mangement) merupakan fenomena yang sukar untuk dihindari karena fenomena ini merupakan dampak dari penggunaan dasar akrual dalam penyusunan laporan keuangan (Indrawati, 2011). Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengurangi manajemen laba antara lain dengan menerapkan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance). Sistem Corporate Governance yang baik akan memberikan perlindungan efektif kepada para pemegang saham dan kreditor untuk memperoleh kembali atas investasi dengan wajar, tepat dan seefisien mungkin, serta memastikan bahwa manajemen bertindak sebaik yang dapat dilakukannya untuk kepentingan perusahaan. (Kristiani et al, 2014) Dalam penelitian ini, peneliti hanya membahas 2 komponen dari GCG yaitu Komite Audit dan 1
2 Kepemilikan Institusional. Komite Audit merupakan sekolompok orang yang dipilih dari dewan komisaris perusahaan yang bertanggungjawab untuk membantu auditor dalam mempertahankan independensinya dari manajemen. Keberadaan komite audit dalam perusahaan sebagai mekanisme corporate governance dapat mengurangi terjadinya tindakan manajemen laba. Komite audit diharapkan dapat mengatasi kecenderungan peningkatan berbagai skandal penyelewengan dan kelalaian pihak manajemen. Komite audit berperan dalam mengawasi berbagai tindakan pihak manajemen dan memberikan pendapat profesional yang independen kepada dewan komisaris terhadap laporan keuangan atau hal-hal lain yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan yang disampaikan oleh direksi. (Lidiawati dan Asyik, 2016) Kebaradaan komite audit pada saat ini telah diterima sebagai suatu bagian dari tata kelola organisasi perusahaan yang baik (Good Coorporate Governance). Selain itu keberadaan komite audit akhir-akhir ini telah mendapat respon yang positif dari berbagai pihak, antara lain Pemerintah, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Bursa Efek Indonesia (BEI), Profesi Akuntan serta Independent Appraisal. Konsentrasi kepemilikan institusional merupakan saham perusahaan yang dimiliki oleh institusi atau lembaga. Adanya pemegang saham seperti kepemilikan institusional memiliki arti penting dalam memonitor manajemen. Adanya kepimilikan oleh institusional seperti perusahaan-perusahaan investasi
3 dan kepemilikan oleh institusi-institusi lainnya akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal. Kepemilikan institusional dapat menekan terjadinya praktek manajemen yang dilakukan oleh pihak manajemen. Pihak manajemen diharapkan dapat memberikan kualitas laba yang dilaporkan dalam laporan keuangan (Lidiawati dan Asyik, 2016). Selain itu untuk mendeteksi praktik manajemen laba dibutuhkan pihak lain yang independen yaitu auditor. Auditor yang berkualitas baik akan bertindak sebagai pencegah manajemen laba yang efektif karena manajemen akan hancur dan nilai perusahaan akan turun apabila pelaporan keuangan yang salah ini terdeteksi dan terungkap (Putri dan Yuyetta, 2013). Para pengguna laporan keuangan terutama para pemegang saham akan mengambil keputusan berdasarkan pada laporan yang telah dibuat auditor mengenai laporan keuangan suatu perusahaan. Peneliti menyimpulkan bahawa kualitas ditentukan oleh kompetensi dan independensi auditor. Auditor yang kompeten adalah auditor yang bisa menemukan adanya pelanggaran sedangkan auditor yang independen adalah auditor yang bersedia melaporkan pelanggaran-pelanggaran yang terjadi didalam perusahaan.
4 Kinerja manajemen perusahaan tercermin pada laba yang terkandung dalam laporan keuangan, sehingga informasi laba merupakan informasi yang penting sebagai dasar pengambilan keputusan investasi (Christiani dan Nugrahanti, 2014). Pertumbuhan pasar modal pada beberapa tahun terakhir di Indonesia membuat terjadinya peningkatan perusahaan yang go public. Maka dari itu, kebutuhan akan audit laporan keuangan yang dilakukan oleh kantor akuntan publik juga mengalami peningkatan. Dimana laporan keuangan yang telah di audit merupakan suatu informasi penting, dan akan dipublikasikan sebagai syarat mutlak apabila perusahaan tersebut telah go public untuk kepentingan investor dan kreditor, selain pihak-pihak yang berkepentingan lainnya seperti pemerintah dan masyarakat (Pradhana dan Rudiawarni, 2013). Untuk meyakinkan pemilik dan stakeholder lainnya bahwa informasi yang mereka terima adalah informasi yang sewajarnya, dewan komisaris meminta auditor independen untuk melakukan audit atas informasi yang disediakan manajemen sebagai laporan pertanggunganjawaban mereka kepada stakeholder perusahaan. Audit merupakan suatu proses yang digunakan untuk mengurangi terjadinya ketidakselarasan informasi sehingga hasil audit yang berkualitas akan dapat membantu pihak pemilik dan stakeholder lainnya mendeteksi terjadinya penyimpangan pelaporan yang dilakukan direksi, misalnya manajemen laba (Nazarudin, et al, 2014).
5 Fenomena manajemen laba yang pernah terjadi salah satunya yaitu pada PT. Waskita Karya, Tbk yang terjadi pada tahun 2009. Menjadi sorotan karena kasus manipulasi laporan keuangan. perusahaan mengalami defisit akibat kelebihan pencatatan laporan keuangan, PT. Waskita Karya seharusnya mencatat rugi namun dalam laporannya malah terlihat untung. Oknum direksi waskita karya yang diketahui memalsukan laporan keuangan perseroan, sudah dinon-aktifkan oleh kementrian BUMN, sebagai pemilik saham. Rekayasa laporan keuangan BUMN bidang jasa konstruksi ini hanya bersifat administratif oknum direksi yang terlibat, diakui Sofyan sebagai Menteri BUMN tidak secara sengaja memalsukan laporan keuangan demi kepentingan diri sendiri. kondisi perusahaan yang sulit menyebabkan mereka mencari jalan dengan memalsukan laporan keuangan. Pemalsuan keuangan perusahaan ini terdeteksi sejak Agustus 2009 dan menyebabkan Waskita mengalami defisit modal sebesar Rp457miliar. Setelah kejadian itu pemerintah memutuskan Waskita untuk direstrukturisasi dengan dikucurkannya suntikan dana oleh PT. Perusahaan Pengelola Asset (PPA) sebesar Rp 400miliar. Adanya fenomena manajemen laba yang melibatkan beberapa perusahaan besar menurut Suwardjono (2005), merupakan bentuk perekayasaan laporan keuangan sehingga tidak mencerminkan kondisi kinerja keuangan sesungguhnya. Berdasarkan latar belakang dan fenomena diatas, maka peneliti tertarik untuk membahas Pengaruh Komite Audit, Kepemilikan Institusional dan Kualitas
6 Audit terhadap Manajemen Laba (Studi Empiris pada Perusahaan Property & Real Estate tahun 2011-2015 yang terdaftar di BEI). B. Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang diatas dapat dilihat ketidakkonsistenan pada hasil penelitian terdahulu. Maka rumusan masalah yang akan dibahas pada penelitian ini adalah: 1. Apakah komite audit berpengaruh terhadap manajemen laba? 2. Apakah kepemilikan institusional berpengaruh terhadap manajemen laba? 3. Apakah kualitas audit berpengaruh terhadap manajemen laba? C. Tujuan dan Kontribusi Penelitian 1. Tujuan penelitian Sesuai dengan rumusan masalah yang telah diuraikan, tujuan dari penelitian pengaruh komite audit, kepemilikan instituisional dan kualitas audit adalah sebagai berikut: 1. Untuk memberikan bukti empiris mengenai pengaruh komite audit terhadap manajemen laba. 2. Untuk memberikan bukti empiris mengenai pengaruh kepemilikan institusional terhadap manajemen laba. 3. Untuk memberikan bukti empiris mengenai pengaruh kualitas audit terhadap manajemen laba.
7 2. Kontribusi penelitian Berdasarkan tujuan-tujuan diatas, peneliti berharap adanya kontribusi yaitu: 1. Bagi Perusahaan Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi perusahaan dalam hal informasi mengenai pengaruh pengaruh komite audit, kepemilikan institusional, dan kualitas audit terhadap manajemen laba. 2. Bagi peneliti selanjutnya Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dalam melakukan penelitian dan menambah pengetahuan.