BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat, arus globalisasi semakin hebat.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. adalah nilai yang melebihi dari KKM. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang akan dihadapi peserta didik dimasa yang akan datang. menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar yang terencana untuk

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK KANCING GEMERINCING DI SEKOLAH DASAR

I. PENDAHULUAN. kemampuan atau potensi dan meningkatkan mutu kehidupan serta martabat

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan sangat penting dalam kehidupan karena

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dengan pendidikan. Oleh karena itu, pendidikan merupakan salah satu sasaran

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Rini Apriliani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ike Nurhayati, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Maksudnya bahwa kegiatan belajar mengajar merupakan suatu peristiwa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan suatu bangsa guna

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. agar mampu memahami perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS IV SDN POLOBOGO 02 KECAMATAN GETASAN KABUPATEN SEMARANG MELALUI MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. siswa, pengajar, sarana prasarana, dan juga karena faktor lingkungan. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu yang universal, berada di semua penjuru

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan di Indonesia sesungguhnya sudah mengalami

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. jenjang dan satuan pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan menengah. menunjang tercapainya tujuan pendidikan nasional

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan peserta didik dalam situasi intruksional edukatif. Melalui proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. menyelesaikan masalah jika mereka menemui masalah dalam kehidupan. adalah pada mata pelajaran matematika.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Matematika merupakan mata pelajaran yang penting untuk diajarkan di MI karena

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup dalam. dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Melalui pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Permendikbud No. 67 tahun 2013, kurikulum 2013 dirancang

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Hal tersebut sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 3

I. PENDAHULUAN. sebagai upaya menunjukkan eksistensi diri. Salah satu bidang yang menunjang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. belahan dunia manapun di planet bumi ini. Untuk menciptakan SDM yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembelajaran matematika merupakan suatu proses pemberian pengalaman

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ine Riani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika sangat berperan penting dalam upaya menciptakan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor penting yang memengaruhi kualitas. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu bagian terpenting dalam suatu pembangunan,

BAB I PENDAHULUAN. teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan

BAB I PENDAHULUAN. 6). Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem. nasional tersebut, maka diperlukan sebuah evaluasi.

BAB I PENDAHULUAN. sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. demokratis serta bertanggung jawab (Syaiful Sagala, 2006).

Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang tidak pernah lepas dari segala bentuk aktivitas manusia dalam kehidupan sehari-hari,

BAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang.

I. PENDAHULUAN. berperan penting dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Rosdakarya, 2010), Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), 2.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di negara Indonesia dilakukan dalam upaya meningkatkan mutu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan bangsa, mulai dari pembangunan gedung-gedung,

I. PENDAHULUAN. taraf hidup manusia. Sebagaimana disebutkan dalam Undang-undang Sistem

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-undang Sisdiknas Pasal 4 ayat 4 menyatakan bahwa Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

BAB I PENDAHULUAN. Ruzz Media Group, 2009), hlm Wiji Suwarno, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-

BAB I PENDAHULUAN. lebih maju dan lebih kompetitif baik dalam segi kognitif (pengetahuan), afektif

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat bantu, maupun sebagai ilmu (bagi ilmiyawan) sebagai pembimbing

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran, dan sebagainya. Masing-masing faktor yang terlibat dalam. lain, akan tetapi saling berhubungan dan saling mendukung.

BAB I PENDAHULUAN. Mengingat pentingnya peran matematika tersebut, maka matematika dipelajari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Publishing, 2015), 17. Kencana Prenada Media Group, 2013), 186

2014 PENGGUNAAN ALAT PERAGA TULANG NAPIER DALAM PEMBELAJARAN OPERASI PERKALIAN BILANGAN CACAH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. matematika dikehidupan nyata. Selain itu, prestasi belajar

BAB I PENDAHULUAN. Dua dimensi yang harus dipahami oleh guru yaitu: (1) guru harus menetapkan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar tingkat SD/MI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Prahesti Tirta Safitri, 2013

BAB I PENDAHULUAN. pasal 1 yang menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk. diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum istilah sains memiliki arti kumpulan pengetahuan yang tersusun

BAB I PENDAHULUAN. memberikan konstribusi dalam penyelesaian masalah sehari-hari. Mengingat

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pembangunan,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan bagi setiap bangsa merupakan kebutuhan mutlak yang harus

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia membutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) berkualitas atau

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting, setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. Komala Dewi Ainun, 2014

I. PENDAHULUAN. membantu proses pembangunan di semua aspek kehidupan bangsa salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan umum pembelajaran matematika yang dirumuskan dalam. Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, adalah agar siswa

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembelajaran, hal ini menuntut guru dalam perubahan cara dan strategi

I. PENDAHULUAN. menjadi kebutuhan mendasar yang diperlukan oleh setiap manusia. Menurut UU

BAB I PENDAHULUAN. matematika. Pendidikan matematika berperan penting bagi setiap individu karena

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terutama dalam mata pelajaran matematika sejauh ini telah mengalami

BAB I PENDAHULUAN. diberikan sejak tingkat pendidikan dasar sampai dengan pendidikan menengah di

I. PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan yang penting

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia itu sendiri (Dwi Siswoyo,dkk, 2007: 16). Oleh karena itu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat pesat, hal ini

1. PENDAHULUAN. perkembangan ilmu dan teknologi suatu negara. Ketika suatu negara memiliki

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat, arus globalisasi semakin hebat. Akibat dari fenomena ini antara lain munculnya persaingan dalam berbagai bidang kehidupan di antaranya bidang pendidikan. Untuk menghadapinya dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas, salah satu cara yang ditempuh adalah melalui peningkatan mutu pendidikan. Berbicara mengenai mutu pendidikan tidak akan lepas dari kegiatan belajar dimana aktivitas belajar siswa menunjukkan indikator lebih baik. Untuk mencapai pokok materi belajar siswa yang optimal tidak lepas dari kondisi dimana kemungkinan siswa dapat belajar dengan efektif dan dapat mengembangkan daya eksplorasinya baik fisik maupun psikis. Menurut undang-undang No. 20 tahun 2003 bahwa tujuan pendidikan nasional adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Sekolah sebagai salah satu lembaga pendidikan formal memiliki tujuan yang sama dengan tujuan pendidikan nasional. Untuk mencapai tujuan tersebut tidak selalu berjalan dengan lancar karena penyelenggaraan pendidikan bukan suatu yang sederhana tetapi bersifat kompleks. Banyak faktor yang mempengaruhi tercapainya tujuan pendidikan baik faktor dari peserta didik maupun dari pihak sekolah. Salah satu faktor yang berasal dari diri peserta didik yaitu keaktifan belajar yang rendah. Oleh karena itu untuk mencapai tujuan pendidikan salah satunya yaitu dengan meningkatkan hasil belajar dan keaktifan belajar siswa. Agar proses belajar mengajar lancar maka seluruh siswa harus aktif selama proses belajar mengajar. Saat ini sebagian siswa tidak senang mempelajari matematika, karena dianggap matematika adalah pelajaran yang sulit sehingga menjadi momok bagi sebagian siswa. Jika siswa telah berangapan seperti itu, maka akan berakibat siswa kurang berminat mengikuti pelajaran dan hal ini menyebabkan siswa kurang 1

2 bisa menyerap materi yang diajarkan oleh guru. Siswa yang kurang memahami materi akan mengakibatkan nilai tes matematika menjadi rendah. Menurut Wahyudi (2008: 3) mengemukakan matematika merupakan suatu bahan kajian yang memiliki objek abstrak dan dibangun melalui proses penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya yang sudah diterima, sehingga kebenaran antar konsep dalam matematika bersifat sangat kuat dan jelas. Menurut Ruseffendi dalam Heruman (2010:1), matematika adalah bahasa simbol; ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif; ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya ke dalil. Matematika adalah ilmu tentang struktur, oleh karena itu simbolisasi sangat diperlukan dalam belajar matematika. Dengan simbol-simbol dan istilah yang telah disepakati bersama, matematika akan lebih mudah dipahami. Simbolisasi menjamin adanya komunikasi yang mudah dan mampu memberikan keterangan untuk membentuk konsep baru. Dalam matematika objek dasar yang dipelajari adalah bersifat abstrak. Karena pada dasarnya belajar matematika merupakan belajar konsep, maka hal terpenting yang harus dipelajari adalah bagaimana siswa dapat dengan mudah memahami konsep-konsep dasar yang ada dalam matematika. Menurut Soedjadi (2000:1), pembelajaran matematika di sekolah masih mengikuti kebiasaan dengan urutan diterangkan, diberikan contoh dan diberikan latihan soal. Pembelajaran matematika pada umumnya dimulai oleh guru dengan langsung memaparkan materi, kemudian memberikan contoh soal dan penyelesaiannya, selanjutnya mengevaluasi siswa melalui latihan soal. Dengan kata lain, dalam pembelajaran matematika di kelas yang aktif adalah gurunya, siswa kurang diberi kesempatan untuk mengembangkan pengetahuannya. Proses belajar matematika seperti digambarkan diatas umunya dilakukan disetiap sekolah dasar, maka dari itu seorang guru perlu mengetahui dan memahami mengenai metode pembelajaran disekolah. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006 (KTSP) mata pelajaran matematika (Depdiknas, 2006) disebutkan bahwa tujuan mata pelajaran

3 matematika pada jenjang pendidikan Dasar agar peserta didik memiliki kemampuan, yaitu : (1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah, (2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisai, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika, (3) memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh, (4) mengkomunikasikan gagasan dengan symbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah, (5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Guru harus memilih metode yang tepat sehingga dapat menciptakan iklim pembelajaran yang interaktif dan bermakna sehingga hasil belajar siswa meningkat. Metode kooperatif kontektual merupakan konsep yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Sagala, 2005: 87). Berdasarkan pengamatan dan wawancara dengan guru di SDN Dukuh 01 Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga, guru dalam menyampaikan materi belum optimal mengeksplorasi metode dan media yang tepat, guru menggunakan metode konvensional (ceramah) dalam menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa. Dalam pembelajaran matematika masih terlalu informasi disajikan di bawah dominasi guru (pembelajaran lebih bersifat teacher-centered), sehingga matematika dianggap sebagai pelajaran yang sulit dan menjemukan. Kecenderungan pembelajaran matematika di SDN Dukuh 01 adalah peserta didik hanya mempelajari Matematika sebagai produk, menghafalkan konsep, dan teori. Akibatnya Matematika sebagai proses, sikap, dan aplikasi tidak tersentuh dalam pembelajaran. Peserta didik kelas 4 di SDN Dukuh 01 tidak dibiasakan untuk

4 mengembangkan potensi berpikirnya. Peserta didik cenderung menjadi malas berpikir secara mandiri sehingga hasil belajar siswa rendah (belum mencapai KKM yaitu 70). Hal ini dapat dilihat dari nilai olahan data nilai ulangan kelas 4 SDN Dukuh 01, yaitu sebagai berikut: Tabel 1.1 Hasil Tes Sebelum Tindakan Matematika Pada Siswa kelas 4 SDN Dukuh 01 Semester 2 Tahun Ajaran 2015-2016 No Nilai Sebelum Tindakan Keterangan Frekuensi Persentase (%) 1 > 70 15 44% Tuntas 2 < 70 19 56% Tidak Tuntas Jumlah 34 100% Sumber, data primer kelas 4 SDN Dukuh 01 Berdasarkan uraian tersebut, seharusnya dalam pembelajaran guru menggunakan metode yang tepat untuk menyajikan bahan pelajaran, khususnya mata pelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Menurut Ibrahim Muslim (2001) dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran. Dengan kata lain dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap peserta didik anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu satu sama lain. Model pemebelajaran kooperatif model jigsaw adalah sebuah model belajar kooperatif yang menitik beratkan kepada kerja kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil, seperti yang diungkapkan. Menurut Isjoni (2010:54) mengatakan pembelajaran kooperatif jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pembelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal. Bahwa pembelajaran kooperatif model jigsaw ini merupakan model belajar kooperatif dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri atas empat sampai dengan enam orang secara heterogen dan siswa bekerja sama salaing ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara mandiri.

5 Penelitian yang dilakukan oleh Rizqi Amalia, (2014) yang berjudul Peningkatan Hasil Belajar Matematika Materi Penjumlahan Pecahan melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw pada Siswa Kelas IV SD 2 Jurang. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa Metode Jigsaw dapat meningkatkan Materi Penjumlahan Pecahan. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Siti Ulfah, (2011) yang berjudul Peningkatan Hasil Belajar Matematika Materi Perbandingan Dan Skala Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw Pada Siswa Kelas V SD Negeri Randuagung Rembang Tahun Pelajaran 2010/2011. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Metode Jigsaw dapat meningkatkan Materi Perbandingan Dan Skala. Hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa model pembelajaran Metode Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika pada siswa kelas VI. Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti mengangkat judul penelitian Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas 4 SDN Dukuh 01 Salatiga Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Jigsaw Semerter 2 Tahun Ajaran 2015/2016. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian diatas, maka dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1) Rendahnya hasil belajar matematika karena keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran rendah, 2) Rendahnya hasil belajar matematika karena siswa kurang bersemangat dalam mengikuti pembelajran, 3) Rendahnya hasil belajar matematika karena guru belum menggunakan metode yang tepat dalam pembelajaran, dan 4) Rendahnya hasil belajar siswa belum terlibat penuh dalam pembelajaran. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis menyusun rumusan masalah sebagai berikut : apakah penggunaan metode kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa kelas 4 SD N Dukuh 01 Salatiga tahun ajaran 2015/2016?

6 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian tindakan kelas ini, yaitu : mengetahui peningkatkan hasil belajar Matematika Operasi Hitung Pecahan melalui penggunaan metode kooperatif tipe jigsaw pada siswa kelas 4 SD N Dukuh 01 Salatiga tahun ajaran 2015/2016. 1.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoretis serta manfaat praktis pada masyarakat luas, khususnya dibidang pendidikan. 1.5.1 Manfaat Teoritis Manfaat teoretis penelitian ini adalah: 1. Jika metode jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa, maka mendukung Penelitian yang dilakukan oleh Siti Ulfah, (2011 ) dan Rizqi Amalia, (2014). 2. Jika metode jigsaw tidak dapat meningkatkan hasil belajar siswa, maka tidak mendukung Penelitian yang dilakukan oleh Siti Ulfah, (2011) dan Rizqi Amalia. (2014). 1.5.2 Manfaat Praktis 1. Bagi sekolah Dapat memberi sumbangan kepada kepala sekolah mengenai manfaat dan pentingnya keaktifan belajar peserta didik dalam rangka peningkatan hasil belajar anak. 2. Bagi guru Guru dapat menerapkan strategi pembelajaran yang tepat untuk memotivasi belajar siswa di sekolah. 3. Bagi siswa Siswa dapat mengetahui salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi belajar di bangku sekolah. 4. Bagi Peneliti Dapat memperoleh pengetahuan tentang hubungan antara upaya meningkatkan hasil belajar dengan keaktifan belajar, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar untuk meraih prestasi belajar yang optimal.