BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Lokasi Penelitian RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan berada di wilayah Kota Pekalongan namun kepemilikannya adalah milik Pemerintah Daerah Kabupaten Pekalongan. Untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui peningkatan mutu pelayanan kesehatan paripurna, maka dengan ditetapkannya Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Pekalongan No 5 tahun 1995 tentang Penetapan Rumah Sakit Umum Daerah Tingkat II Pekalongan menjadi Unit Swadana Daerah dan telah mendapatkan Pengesahan dari Menteri Dalam Negeri No 445.33-177, maka secara resmi Rumah Sakit Umum Kabupaten Pekalongan menjadi Unit Swadana Daerah dengan dengan sebutan Rumah Sakit Umum Daerah Unit Swadana Kabupaten Daerah Tingkat II Pekalongan. Tahun 23 ditetapkan dengan Perda No 11 Th 23 tentang Badan Pengelola Rumah Sakit Umum Daerah Kraton Kabupaten Pekalongan sampai dengan sekarang menjadi Badan Pengelola Rumah Sakit Umum Daerah Kraton Kabupaten Pekalongan. RSUD Kraton Pekalongan telah menempati bangunan di atas areal tanah seluas ± 21278,75 m 2 dan bangunan sekitar 8.75,88m 2 terdiri dari atas satu lantai yang digunakan untuk pelayanan rumah sakit. Saat ini RSUD Kraton memiliki 226 tempat tidur, yang terbagi Kelas VIP, Kelas I, Kelas II, Kelas III, ICU, dan R. Flu Burung. Peralatan medis canggih yang dimiliki antara lain endoskopi (1 unit), haemodialisa (2 unit), USG (1 unit), ECG (3 unit), Tread Mill (1 unit), EEG (1 unit), ECHO (1 unit), CT SCAN (1 unit) dan ruang kemoterapi. 39
4 RSUD Kabupaten Pekalongan didukung oleh sekitar 688 orang yang merupakan aset organisasi, dengan jenis tenaga terdiri dari 39 orang PNS, 298 orang non PNS yang terbagi menjadi 16 PTT Daerah dan 275 tenaga BLUD. Sumber daya manusia di rumah sakit ini terdiri dari 143 orang perawat PNS, 49 orang perawat BLUD, 1 perawat PTT Daerah, 19 bidan PNS, 46 bidan BLUD, 13 dokter umum, 2 orang dokter spesialis serta 7 dokter mitra. 2. Karakteristik responden Karakteristik responden penelitian berdasarkan umur, tingkat pendidikan dan pengalaman SC dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut: Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden (n=3) a. Umur < 2 tahun 2-35 tahun > 35 tahun b. Tingkat Pendidikan Pendidikan dasar Pendidikan menengah Pendidikan tinggi c. Pengalaman SC Pernah Belum pernah Variabel Frekuensi (f) Persentase (%) 5 19 6 17 13 3 16,7 63,3 2 56,7 43,3 1 d. Jumlah Kehamilan Primigravida Multigravida Grande multigravida 11 11 8 36,7 36,7 26,7 Hasil penelitian dapat diketahui berdasarkan umur terdapat 63,5% responden yang berumur 2-35 tahun atau termasuk dalam usia reproduksi sehat. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidian dibagi sesuai tingkatan pendidikan yang tercantum dalam UU Nomor 2 Tahun 23 Tentang Sistem Pendidikan Nasional dan diketahui 56,7% responden
41 pendidikan dasar, sedangkan berdasarkan pengalaman sectio caesarea diketahui semua responden belum mempunyai pengalaman sectio caesarea. Berdasarkan jumlah kehamilan diketahui bahwa masing-masing (36,7%) adalah primigravida dan multigravida. 3. Analisis Univariat Nyeri Pasien Post Sectio Caesarea Sebelum dan Sesudah Diberikan Hipnoterapi Hasil penelitian yang telah dilakukan tentang nyeri post sectio caesarea sebelum dan sesudah diberikan hipnoterapi dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.2. Distribusi Nilai Sentral Nyeri Pasien Post Sectio Caesarea Sebelum dan Sesudah Diberian Hipnoterapi di RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan Tahun 213 (n=3) Variabel Median Modus Min-Max SD Nyeri sebelum diberikan hipnoterapi 6 6 3-6,994 Nyeri sesudah diberikan hipnoterapi 3, 2 1-5 1,117 Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebelum diberikan hipnoterapi diketahui nilai mean: 5,33, median: 6, modus: 6, standar deviasi:,994, minimum: 3 dan maksimum: 6, sedangkan sesudah diberikan hipnoterapi diketahui mean: 2,83, median: 3, modus: 2, standar deviasi: 1,117, minimum: 1 dan maksimum: 5. Skala nyeri pasien post sectio caesarea dapat diketahui dari tabel berikut :
42 Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Skala Nyeri Pasien Post Operasi Sectio Caesarea Sebelum Diberikan Hipnoterapi di RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan, 213 Nyeri Tidak nyeri Nyeri ringan Nyeri sedang Nyeri berat Nyeri tak tertahankan Pre Test Post Test f % f % 1 3,3 25 83,3 29 96,7 5 16,7 Jumlah 3 3 Tabel 4.3 menunjukkan bahwa nyeri responden sebelum diberikan hipnoterapi sebagian besar (96,7%) adalah nyeri ringan, sedangkan nyeri responden setelah diberikan hipnoterapi diketahui sebagian besar (83,3%) responden merasakan tidak nyeri. 4. Analisis Bivariat Pengaruh Hiponoterapi Terhadap Nyeri Pasien Post Operasi Sectio Caesara Hasil uji normalitas saphiro-wilks data hasil penelitian nyeri pasien post operasi sectio caesarea sebelum diberikan hipnoterapi diperoleh sig sebesar, <,5, yang berarti data hasil penelitian pre test berdistribusi tidak normal, sedangkan hasil nyeri pasien post operasi sectio caesarea sesudah diberikan hipnoterapi diperoleh sig sebesar, <,5, yang berarti distribusi data penelitian tidak normal. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.4. Tabel 4. 4 Hasil Uji Normalitas Shaprio Wilk (n=3) Variabel Signifikansi Keterangan Nyeri post SC (pre test), Tidak normal Nyeri post SC (pre test), Tidak normal
43 Peneliti telah melakukan uji transformasi kenormalan data hasil penelitian, namun dilakukan transfromasi hasil uji normalitas hasil penelitian tetap berdistribusi tidak normal sehingga analisa bivariat dalam penelitian ini menggunakan uji wilcoxon. Tabel 4.5. Pengaruh Hipnoterapi Terhadap Nyeri pada Pasien Post Operasi Sectio Caesara di RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan (n=3) Nyeri Post SC (post test negatif rank) Nyeri Post SC (pre test positif rank) N 3 3 Mean Rank 17,, Sum of Rank 561,, value, Rata-rata skala nyeri responden sesudah diberikan hipnoterapi sebesar 2,85. Hal ini menunjukkan bahwa setelah diberikan hipnoterapi skala nyeri responden mengalami penurunan. Hasil uji wilcoxon diperoleh ρ value sebesar, <,5, yang berarti H ditolak, sehingga ada pengaruh pemberian hipnoterapi terhadap nyeri pada pasien post operasi sectio caesara di RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan. B. Pembahasan 1. Nyeri Pasien Post Sectio Caesarea Sebelum dan Sesudah Diberikan Hipnoterapi Hasil penelitian menunjukkan bahwa nyeri responden sebelum diberikan hipnoterapi sebagian besar (96,7%) adalah nyeri ringan, sedangkan nyeri responden setelah diberikan hipnoterapi diketahui sebagian besar (83,3%) responden merasakan tidak nyeri. Sectio caesarea merupakan pembedahan yaitu suatu stressor yang bisa menimbulkan stres fisiologis (respon neuroendokrin) dan stres psikologis (cemas dan takut) (Baradero, 29). Salah satu stres fisiologis adalah
44 nyeri yang dapat diapresiasikan dalam skala nyeri untuk menunjukkan derajat nyeri yang dialami oleh responden. Penanganan nyeri post sectio caesarea di RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan yang telah dilakukan selama ini lebih banyak menggunakan farmakologis yaitu dengan memberikan obat pengurang rasa nyeri atau perawat memberikan relaksasi untuk mengurangi nyeri yang dialami pasien. Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat diketahui bahwa rata-rata skala nyeri responden adalah 5,36 dari nilai tertinggi dalam skala nyeri yaitu 1. Penelitian ini menggunakan non farmakologis dalam mengurangi rasa nyeri post sectio caesarea dengan memberikan hipnoterapi. Hipnoterapi digunakan untuk mengurangi nyeri dalam penelitian ini karena penggunaan terapi ini murah dan mudah serta tidak menimbulkan efek samping. Hal ini sesuai dengan Woods (1989 dalam Mander, 24) yang menyatakan bahwa hipnoterapi tidak menimbulkan risiko atau efek samping bagi wanita atau bayi. Hasil penelitian telah menunjukkan hipnosis medis sangat membantu untuk nyeri akut dan kronis. Pada tahun 1996, sebuah panel dari National Institutes of Health menemukan hipnosis untuk menjadi efektif dalam mengurangi kanker nyeri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas untuk nyeri yang berhubungan dengan luka bakar, kanker, dan rheumatoid arthritis dan pengurangan kecemasan terkait dengan operasi. Sebuah analisis dari 18 studi oleh para peneliti di Mount Sinai School of Medicine di New York mengungkapkan sedang sampai besar meredakan nyeri efek dari hipnosis, mendukung efektivitas teknik hipnosis untuk manajemen nyeri (Web.Md, 212). Hasil penelitian sesudah diberikan hipnoterapi menunjukkan bahwa ratarata skala nyeri responden sesudah diberikan hipnoterapi sebesar 2,83. Hal
45 ini menunjukkan bahwa setelah diberikan hipnoterapi skala nyeri responden mengalami penurunan. Hipnoterapi adalah penggunaan kondisi hipnotik secara terapeutik, suatu perubahan status kesadaran atau keterjagaan yang dapat dibedakan dari relaksasi mental sederhana atau mimpi di siang hari (Tiran, 29). Dari pengamatan peneliti selama pemberian hipnoterapi dapat diketahui responden mengalami rileks dan rasa nyeri post sectio caesare berangsurangsur berkurang. Hal ini sesuai dengan Hakim (21) menyatakan bahwa salah satu manfaat dari hipnoterapi adalah manajemen nyeri. Hipnoterapi telah digunakan untuk menghilangkan rasa sakit selama berabad-abad, bahkan saat ini hipnosis dapat diaplikasikan dalam prosedur pembedahan (hypno-anestesi). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Hastuti (211) yang menyatakan bahwa ada perbedaan skala nyeri antara sebelum dan sesudah pelaksanaan hipnoterapi pada pasien fraktur. Penelitian rata-rata skala nyeri sebelum hipnoterapi kelompok perlakuan 6,94 dan setelah dilakukan hipnoterapi ruta rata menjadi 3,56. Lama efek hipnoterapi berlangsung sampai 8 jam. 2. Pengaruh Hipnoterapi Terhadap Nyeri pada Pasien Post Operasi Sectio Caesara Hasil penelitian diperoleh ρ value sebesar, <,5, yang berarti H ditolak, sehingga ada pengaruh hipnoterapi terhadap nyeri pada pasien post operasi sectio caesara di RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan. Hasil penelitian juga diketahui bahwa responden mengalami penurunan skala nyeri setelah setelah diberikan hipnoterapi yaitu dari rata-rata nyeri responden sebelum diberikan hipnoterapi sebesar 5,33 menjadi 2,83. Hal ini sesuai dengan Hakim (21) menyatakan bahwa salah satu manfaat dari hipnoterapi adalah menurunkan rasa sakit. Bagi penderita penyakit
46 yang sangat membutuhkan teknik menurunkan rasa nyeri, hipnoterapi telah terbukti bekerja dengan menurunkan respons otak terhadap sinyal rasa sakit. Hal ini memungkinkan individu penderita bisa mempelajari bagaimana mengelola rasa sakit tersebut secara cepat. Penatalaksanaan non farmakalogis sangat beragam jenisnya seperti masase kulit, kompres, stimulasi kontralateral, pijat refleksi, Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS), mobilisasi, relaksasi, umpan balik tubuh, sentuhan terapeutik, distraksi salah satunya dengan hipnoterapi Price dan Wilson (26). Selama ini penatalaksanaan non farmakologis yang sudah diberikan di RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan adalah relaksasi nafas dalam. Penatalaksanaan non farmakologi untuk mengurangi nyeri post sectio caesarea terutama dengan hipnoterapi perlu dikembangkan di rumah sakit dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien post operasi karena efek relaks yang ditimbulkan dari hipnoterapi dapat mengurangi nyeri pasien secara signifikan, sedangkan efek samping yang ditimbulkan bagi tubuh manusia tidak ada. Pihak rumah sakit sebaiknya menjadikan pertimbangan untuk menggunakan penatalaksanaan non farmakologis dalam mengurangi rasa nyeri pada pasien post operasi seperti post sectio caesarea dengan menggunakan hipnoterapi. Pelaksanaan penatalaksanaan ini membutuhkan bekerja sama yang baik antara dokter, perawat dan pihak rumah sakit, sehingga tidak terjadi tumpah tindih dalam pemberian intervensi bagi pasien post operasi untuk mengurangi nyeri. Hasil penelitian ini sesuai dengan Wahida & Khusniyah (212) yang menyakan bahwa ada pengaruh hipnoterapi terhadap nyeri sendi pada lansia karena hipnoterapi menyebabkan relaksasi, sehingga tubuh akan mengeluarkan hormon endorphin yang menghambat signal nyeri di subtansia gelatinosa (kornudorsalis medulla spinalis).
47 C. Keterbatasan Penelitian Pengukuran skala nyeri responden setelah diberikan hipnoterapi dilakukan segera setelah responden mendapatkan intervensi. Hal ini menjadi keterbatasan penelitian karena peneliti tidak dapat mengetahui nyeri post sectio caesara dalam rentang waktu yang lama setelah diberikan hipnoterapi. D. Implikasi Keperawatan Hasil penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien post sectio caesarea dengan hipnoterapi sebagai salah satu bentuk pengobatan non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri.