BAB I PENDAHULUAN. keinginannya. Hal inipun diatur dalam Undang-Undang Dasar Terdapat paham liberalisme dimana liber yang artinya bebas atau

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pada dasarnya di takdirkan untuk menjadi seorang pemimpin atau leader, terutama

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkaitan erat dengan berbagai aspek kehidupan. Menurut Undang-Undang No. 33 Tahun

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Film merupakan salah satu produk media massa yang selalu berkembang

BAB I PENDAHULUAN. tingkat pengetahuan masyarakat. Sekarang ini, media memiliki andil yang. budaya yang bijak untuk mengubah prilaku masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Komunikasi merupakan hal yang paling mendasar dan paling penting dalam interaksi sosial. Manusia berkomunikasi

BAB I PENDAHULUAN. yang cukup efektif dalam menyampaikan suatu informasi. potret) atau untuk gambar positif (yang di mainkan di bioskop).

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I. PENDAHULUAN. Saat ini perkembangan teknologi tanpa disadari telah mempengaruhi hidup kita.

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak bisa apa apa di bawah bayang bayang kekuasaan kaum pria di zaman

I. PENDAHULUAN. melalui tayangan cerita yang ditampilkan dalam film tersebut. Cerita yang ada

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Judul Perancangan 2. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang

BAB 1 PENDAHULUAN. relevan dimasa sekarang. Berbicara masalah kehidupan sehari-hari, kita tidak

BAB I PENDAHULUAN. film merupakan media massa yang digemari oleh masyarakat di Indonesia.

2015 KAJIAN VISUAL POSTER FILM DRAMA PENDIDIKAN SUTRADARA RIRI RIZA PRODUKSI MILES FILMS

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan karya seni kreatif yang menjadikan manusia

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengolah unsur-unsur tadi, film itu sendiri mempunyai banyak unsur-unsur

BAB I PENDAHULUAN. realitas yang tumbuh, serta berkembang di dalam masyarakat, kemudian

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya zaman ke arah modern membuat kepopuleran ludruk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Setelah melakukan analisis terhadap film Air Terjun Pengantin

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi adalah sebuah kebutuhan manusia dan bisa dibilang yang utama,

BAB I PENDAHULUAN. dalam alur ceritanya yang berbeda-beda. Film yang bertemakan horor yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. yang mudah untuk dicerna. Televisi secara universal juga mampu untuk menjangkau audiens

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Film sebagai salah satu atribut media massa dan menjadi sarana

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang lain walaupun kita berbeda dibelahan bumi. Walaupun dibelahan. banyak dipilih untuk menyampaikan berbagai pesan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Kehidupan manusia sehari-hari tidak dapat terpisahkan dengan komunikasi baik

BAB I PENDAHULUAN. negeri. Akhir tahun 1990an dan awal 2000, pembuat-pembuat film dengan budget

BAB I PENDAHULUAN. editing, dan skenario yang ada sehingga membuat penonton terpesona. 1

BAB I PENDAHULUAN. film video laser setiap minggunya. Film lebih dahulu menjadi media hiburan

BAB I PENDAHULUAN. media visual yang bekerja dengan gambar-gambar, simbol-simbol, dan

BAB I PENDAHULUAN. video dan audio video (film). Selama ini kebanyakan orang tidak menyadari hal itu

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dikomunikasikan yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak.

BAB I PENDAHULUAN. Film Dokumenter tidak seperti halnya film fiksi (cerita) merupakan sebuah

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan khalayak luas yang biasanya menggunakan teknologi media massa. setiap pagi jutaan masyarakat mengakses media massa.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Bab 1. Pendahuluan. Film Hachiko : A Dog s Story adalah film drama yang didalamnya

BAB V PENUTUP Kesimpulan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diputar sehingga menghasilkan sebuah gambar bergerak yang disajikan sebagai

2 sendiri tak bisa dilepaskan dari perkembangan sejarah kehidupan dan budaya manusia. Studi tentang gaya busana, pakaian atau fashion pun sudah banyak

BAB I PENDAHULUAN. sarana cerita itu, penonton secara tidak langsung dapat belajar merasakan dan

BAB I PENDAHULUAN. mereka mempunyai pandangan tersendiri terhadap dunia luar.

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat. Kekuatan audio dan visual yang diberikan televisi mampu

BAB I PENDAHULUAN. diproduksi semenarik mungkin agar penonton tidak merasa bosan. Berbagai

BAB I PENDAHULUAN. hlm. viii. 1 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: Lkis, 2001),

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. lain, seperti koran, televisi, radio, dan internet. produksi Amerika Serikat yang lebih dikenal dengan nama Hollywood.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di bidang seni, film merupakan suatu fenomena yang muncul secara

BAB 1 PENDAHULUAN. Film adalah gambar hidup, sering juga disebut movie, film sering

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya terdapat media cetak dan media elektronik. semakin mudahnya masyarakat untuk mendapatkan berbagai macam informasi

BAB I PENDAHULUAN. dan terjadi peningkatan pada komunikasi antarbudaya (Sihabudin, 2013 : 2-3).

BAB I PENDAHULUAN. tampilannya yang audio visual, film sangat digemari oleh masyarakat. Film

2015 ANANLISIS NILAI MORAL PAD A TOKOH UTAMA RED A D ALAM FILM LE GRAND VAJAGE(LGU) KARYA ISMAEL FERROUKHI

BAB I PENDAHULUAN. film memiliki realitas tersendiri yang memiliki dampak yang dapat membuat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

STUDIO PRODUKSI FILM DI JAKARTA PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR MORPHOSIS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hal yang dikomunikasikan yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Film bermula pada akhir abad ke-19 sebagai teknologi baru, yang kemudian

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dalam penyampaian pesan. Salah satu media audio visual yaitu film.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Gambar bergerak (film) adalah bentuk dominan dari komunikasi

KRITERIA PENILAIAN Faslitasi Pembuatan Film Pendek dan Dokumenter 2012

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tugas Akhir ini membuat film animasi 3D ( tiga dimensi) action dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemajuan teknologi telah menjadi bagian terpenting dalam pembuatan film

RechtsVinding Online Mengembalikan Kejayaan Perfilman Indonesia Melalui Penyempurnaan Undang-Undang Perfilman

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang memperlihatkan pihak Amerika sebagai penyelamat bagi negara-negara lain.

BAB 1 PENDAHULUAN. kedalam bentuk film bukanlah hal baru lagi di Indonesia. membantu dalam menggagas sebuah cerita yang akan disajikan dalam film.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, remaja hingga orang dewasa. Kerap kali di toko-toko buku atau pun

BAB I PENDAHULUAN. luas dan pada sisi lain merupakan proses dimana pesan tersebut dicari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Menonton film merupakan kegemaran hampir semua orang dari berbagai

BAB III Analisa Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk face to face maupun menggunakan alat (media). Media

BAB I PENDAHULUAN. kepada peraturan dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Dalam kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

dapat dilihat bahwa media massa memiliki pengaruh yang besar dalam

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari perkembangan teknologi komunikasi dan informasi yang ditandai. hingga mampu menembus ruang dan waktu.

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Film dalam perspektif praktik sosial maupun komunikasi massa, tidak

BAB I PENDAHULUAN. olahraga dengan penggunaan teknik super slow motion berjudul ASA.

BAB 1 PENDAHULUAN. membuat setiap bisnis film di bioskop tetap eksis dan mulai mampu bersaing

BAB I PENDAHULUAN. tidak hanya sebagai media hiburan saja melainkan sebagai media komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 box office movies Akhir tayang 1 Star Wars : The Force $933,118,528 18/12 - No. Film Total pendapatan Awal tayang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di zaman era globalisasi saat ini film semakin disukai oleh masyarakat.

Program Dokumenter Drama. Modul ke: 12FIKOM. Fakultas. Andi Fachrudin, M.Si. Program Studi Broadcasting

BAB I PENDAHULUAN. seiring berjalannya perkembangan teknologi yang begitu pesat. efektif selain dari media cetak dan media elektronik lainnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. makhluk hidup yang lainnya, manusia dalam usahanya memenuhi kebutuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. film memiliki realitas yang kuat salah satunya menceritakan tentang realitas

BAB I PENDAHULUAN. online. Namun dari sekian banyak media masa, televisi merupakan media

BAB I PENDAHULUAN. dari banyaknya judul film yang muncul di bioskop bioskop di Indonesia saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. Film sebagai satu media budaya seni yang mempunyai peran penting dalam

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Setiap manusia pada umumnya menginginkan kehidupannya berjalan dengan baik, sesuai dengan apa yang dikehendakinya, yang mana sesuai dengan arti sebuah kebebasan. Kebebasan secara umum berarti kondisi dimana individu memiliki kemampuan untuk bertindak sesuai dengan keinginannya. Hal inipun diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945. Namun, sebagian orang memaknai kebebasan itu adalah sesuatu yang benar-benar bebas, tidak ada batasan seperti norma-norma yang dianggap menyebabkan kesengsaraan dan penderitaan. Terdapat paham liberalisme dimana liber yang artinya bebas atau merdeka, yang dalam hal kaitannya agama, berarti kebebasan menganut, meyakini, dan mengamalkan apa saja, sesuai kecenderungan atau kehendak masing-masing. Bahkan lebih jauh, liberalisme mereduksi agama dari urusan publik menjadi urusan privat. Indonesia sebagai negara dengan mayoritas penduduk beragama islam pun demikian. Pengaruh liberalisme sudah merasuk ke dalam semua lini kehidupan banyak masyarakat di Indonesia. Selain faktor internal masyarakat beragama islam yang kemungkinan lemah dari sisi komitmen mereka terhadap agamanya, tersebarnya aliran liberalisme tidak terlepas dari peran barat yang sangat giat menyebarkannya melalui kekuatan 1

2 politik, ekonomi, dan teknologi informasi yang mereka miliki, diantaranya melalui media film. Penyampaian sebuah isu melalui media film dianggap suatu hal yang efektif dalam mempengaruhi pemikiran seseorang, mengingat film salah satu bentuk media massa yang memiliki pengaruh sangat besar terhadap penontonnya. Film sebagai media massa memiliki peran penting dalam perkembangan masyarakat saat ini, sehingga membuat industri film pun berkembang pesat. Hal ini dapat dilihat dari bertambahnya jumlah bioskop di berbagai daerah dan juga meningkatnya produksi film di Indonesia setiap tahunnya. Media massa diyakini mempunyai kekuatan yang dahsyat untuk mempengaruhi sikap dan perilaku masyarakat. Bahkan media massa bisa mengarahkan masyarakat seperti apa yang akan dibentuk di masa yang akan datang. Media massa mampu mengarahkan, membimbing, dan mempengaruhi kehidupan di masa kini dan masa mendatang. 1 Hasil penelitian membuktikan bahwa media massa akan berperan secara efektif apabila dapat mempengaruhi serta merubah pendapat, misalnya menambah pengetahuan. Menurut model jarum hipodermis bahwa media massa memiliki pengaruh langsung, segera, dan sangat menentukan terhadap audience. Selain itu media massa juga menghasilkan sebuah dampak dimana ada sebagian masyarakat yang menganggap dunia nyata (kehidupannya sehari-hari) berjalan sesuai dengan dunia yang digambarkan 1 Stefanus Tri Guntur Narwaya, Komunikasi, Perubahan Sosial dan Dehumanisasi, Pustaka Rumpun Ilalang, Surakarta, 2005, hlm.59.

3 oleh media. Ataupun sebaliknya, menganggap bahwa dunia dalam media itu adalah realita. Media film memiliki efek persuasi yang lebih kuat dibandingkan dengan media lainnya, karena film dapat menyampaikan dengan detail suatu peristiwa atau kejadian dalam bentuk gambar, suara, pandangan, sehingga dapat merangsang indera pendengaran dan penglihatan. Film, seperti yang kita ketahui, tidak hanya sebagai media hiburan, tetapi juga disebut sebagai sarana penyebar informasi karena dapat menjadi tempat untuk mendapatkan informasi. Seperti misalnya film The Theory of Everything yang memberikan informasi mengenai kehidupan Stephen Hawking, ahli fisika teoritis ternama yang berasal dari Inggris. Selain itu, film juga disebut sebagai sarana pendidikan, karena ada beberapa film yang dapat memperluas pengetahuan kita. Contohnya film Insterstellar yang merupakan film science fiction terbaik sepanjang sejarah dimana mengundang banyak pujian dari ilmuwan di dunia karena menggambarkan teori fisika yang menarik perhatian masyarakat awam dan berbagai kalangan lainnya. Selain itu film juga dapat mempengaruhi pendapat, pikiran, bahkan perilaku seseorang dalam waktu pendek maupun dalam waktu panjang. Menurut J.P Mayer, film tidak hanya menyampaikan kehidupan tetapi juga mampu melibatkan penonton dalam kehidupan itu. Karena itu, selama menonton film, penonton betul-betul diletakkan pada pusat segala kejadian dan peristiwa yang disuguhkannya, penonton merasa dibawa ke dalam

4 dunianya. 2 Di sisi lain, film mampu menampilkan realitas kedua (the second reality) dari kehidupan manusia. Kisah-kisah yang ditayangkan bisa lebih bagus dari kehidupan manusia yang divisualisasikan dalam bentuk audio video dengan kolaborasi efek dan animasi, sehingga mampu menarik penonton dalam jumlah yang besar, baik skala nasional maupun internasional. Setiap film tentunya memiliki suatu ideologi dan identitas sosial yang berasal dari masing-masing wilayah atau negara. Hollywood merupakan salah satu industri film terbesar di dunia yang mampu membawa identitas negara mereka masuk ke berbagai negara lainnya. Industri film milik Amerika ini telah berhasil menyebarkan keyakinan dan ideologi mereka di berbagai negara dengan berbagai judul film yang dikemas melalui ide, cerita, serta karakter yang menarik perhatian banyak orang. Banyak film yang berisikan tentang suatu isu, kritik sosial, pendidikan, budaya, dan lainnya. Bahkan film juga sering menjadi alat politik untuk membentuk opini masyarakat. Dalam Perang Dunia II (1939-1945), film dijadikan alat propaganda oleh negara-negara yang terlibat, terutama Jerman dan Amerika Serikat. Pasca Perang dunia II, film masih tetap dianggap memiliki kekuatan dalam mempengaruhi pikiran banyak orang walaupun tidak lagi untuk tujuan-tujuan yang bersifat propaganda. Di Indonesia, terdapat beberapa sejarah film di jaman Orde Baru seperti G30SPKI dan Serangan Omoem 1 Maret. Pada era orde baru, pemerintah membuat film tentang kekejaman G30SPKI yang merongrong stabilitas 2 J.P Mayer, Sociology of Film, Newyork, 1971, hlm. 72.

5 nasional, yang dengan adanya pemutaran film tersebut menimbulkan berbagai macam efek dalam diri masyarakat (afektif, kognitif, psikomotorik), serta menumbuhkan aspirasi frontal terhadap keberadaan PKI di Indonesia. Sehingga tujuan dari pemerintah untuk menumbuhkan persepsi negatif dari masyarakat melalui media film terbukti efektif. Selain film sejarah yang menceritakan kisah masa lalu, ada juga film yang mengisahkan tentang proyeksi masa depan. Salah satunya adalah film 3 (Alif Lam Mim) yang dirilis pada 1 Oktober 2015 lalu. Film ini merupakan film laga futuristik pertama di Indonesia dengan setting dystopia Indonesia, mengisahkan kehidupan sosial politik di Indonesia yang telah berubah, baik dari segi pemerintahan maupun kehidupan beragama. Film ini mengambil latar belakang Jakarta di tahun 2036 yang pada saat itu sudah terjadi banyak perubahan, dimana Indonesia menjadi negara liberal dan hak asasi manusia menjadi segalanya. Disutradarai oleh Anggy umbara, film ini juga menceritakan tentang cinta, persahabatan, persaudaraan dan drama keluarga. Isi cerita dalam film ini sangatlah kompleks, menggabungkan genre action, thriller, romansa drama, yang dibalut dengan isu-isu religi. Sayangnya film ini bertahan di bioskop selama tujuh hari saja. Padahal, film tersebut mendapat banyak pujian dari para sineas dan masyarakat. Setelah tayang di bioskop, film ini juga diputar di televisi pada malam tahun baru 2016, yang kemudian mengundang respon positif dari berbagai kalangan, baik sineas maupun masyarakat, meski banyak penonton yang kecewa dikarenakan beberapa adegannya dihilangkan.

6 Sejumlah komunitas bahkan mengadakan pemutaran kembali serta diskusi film 3 di berbagai kota demi memuaskan masyarakat yang belum sempat menyaksikan di bioskop maupun televisi. Tahun 2015 lalu, film ini masuk ke dalam 5 kategori nominasi Festival Film Indonesia. Sedangkan di Festival Film Bandung 2016, film ini memenangkan dua kategori pemeran pembantu pria terpuji yaitu Tanta Ginting dan juga sutradara terpuji Anggy Umbara. Tidak hanya di Indonesia, film ini pun menarik perhatian masyarakat dari berbagai negara lainnya. Anggy Umbara sempat diundang ke Los Angeles, Frankfurt, hingga Osaka Asian Film Festival di Jepang untuk menayangkan filmnya disana. Film 3 juga memenangkan kategori film terbaik dalam ajang Florida Film Festival. Pada Oktober lalu, film 3 pun mengikuti Atlanta Asian Film Festival. Selain karena film ini mendapat banyak respon positif serta apresiasi berupa penghargaan baik di Indonesia maupun di negara lain, yang menarik dalam film 3 (Alif Lam Mim) adalah berbagai isu di dalamnya. Terdapat beberapa isu yang diangkat yaitu isu liberalisme, terorisme, sekulerisme, dan isu-isu seputar agama dihadirkan dalam film ini dengan didukung teknologi CGI (Computer Generated Imagery) yang membuat film ini menjadi tidak kalah menarik dengan film Hollywood dari segi kualitas cerita maupun teknis. Keberanian sutradara dalam mengangkat isu liberalisme yang dianggap sensitif ini terbilang nekat dalam berbagai segi. Dari mulai ide, pemilihan genre, penulisan cerita dan dialognya, gaya visual, sampai pemanfaatan biaya

7 dan waktu yang dapat dikatakan terbatas untuk membuat sebuah film dengan skala seperti ini. Film 3 menceritakan bahwa Indonesia pada tahun 2036 telah menjadi negara liberal yang damai, aman, dan tenteram setelah sebelumnya pada tahun 2026 terjadi revolusi besar-besaran. Namun, ada orang-orang yang membenci kedamaian tersebut dengan menciptakan rekayasa atau konspirasi besar dengan mengadu domba pemerintah dengan sekelompok orang bersorban yang disetting sebagai pengacau/teroris yang dikhawatirkan akan menggantikan paham liberal dan kembali menyebabkan revolusi sepuluh tahun yang lalu, sehingga harus dibereskan kembali oleh pemerintah sebagai penguasa negara. Penggambaran liberalisme dalam film 3 menunjukkan bahwa seringkali ada makna-makna tersembunyi yang ingin disampaikan pembuat film. Kita semua tahu dan sadar bahwa media dalam hal ini film mempunyai potensi besar untuk menaruh ideologi-ideologi tertentu di dalam ceritanya yang dapat mempengaruhi masyarakat atau penonton. Sebagai bentuk ekspresi atau penyampaian pesan oleh pembuat film, maka berbagai isu berusaha ditonjolkan. Penonton pun harus cerdas dalam menangkap makna-makna tertentu dalam sebuah film, serta dapat mengkritisinya. Berbagai premis dihadirkan melalui film ini yang kemudian membuat penulis merasa tertarik untuk menganalisanya, terutama isu liberalisme dalam film tersebut yang digambarkan dengan berbagai sudut pandang yang berbeda. Oleh karena itu, penulis ingin melakukan penelitian menggunakan analisis

8 naratif mengenai liberalisme dalam film 3. Penelitian ini mengambil judul Liberalisme dalam Film 3 (Alif Lam Mim). 1.2 Fokus Penelitian Fokus penelitian ini sesuai dengan konsep Lacey yaitu struktur narasi dan Greimas yaitu karakter dalam narasi. Hasil penelitian ini nantinya akan menyimpulkan analisa mengenai liberalisme dalam film 3 (Alif Lam Mim). Maka berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat disimpulkan bahwa fokus penelitian ini adalah sebagai berikut: Bagaimana liberalisme dinarasikan dalam film 3 (Alif Lam Mim)? 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penarasian liberalisme dalam film 3 (Alif Lam Mim). Kemudian juga untuk mengetahui struktur narasi serta karakter tokoh dalam film tersebut dengan menggunakan model campuran Lacey dan Greimas. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian mengenai liberalisme dalam film 3 (Alif Lam Mim) ini diharapkan dapat memberi manfaat baik secara akademis, maupun praktis, antara lain:

9 1.4.1 Manfaat Akademis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan menambah wawasan bagi pembaca dalam mengetahui suatu isu dalam sebuah film. Selain itu juga untuk menambah literatur penelitian kualitatif ilmu komunikasi, khususnya mengenai analisis naratif. 1.4.2 Manfaat Praktis Manfaat praktis dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi bagi dunia perfilman Indonesia dalam membangun karakter sebuah tokoh yang akan ditampilkan sesuai dengan pesan yang ingin disampaikan melalui tokoh tersebut, hingga alur ceritanya dapat memberikan pengaruh baik terhadap masyarakat yang menontonnya.