DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR i KATA SAMBUTAN..iii DAFTAR ISI...iv

dokumen-dokumen yang mirip
PERANAN KEPALA DESA SEBAGAI PELOPOR PEMBANGUNAN. Dra. T. IRMAYANI Msi Fakultas FISIPOL Ilmu Administrasi Negara Universitas Sumatera Utara PENDAHULUAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2000 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH KAMPUNG

PROFIL PENDIDIKAN DI INDONESIA. Dra. T. IRMAYANI Msi Fakultas FISIPOL Ilmu Administrasi Negara Universitas Sumatera Utara PENDAHULUAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 4 Tahun : 2006 Seri : E

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 07 TAHUN 2000 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2005 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG Nomor : 2 Tahun 2007 PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2007

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 73 TAHUN 2005 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Otonomi daerah dilaksanakan dalam rangka menepakan asas

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 73 TAHUN 2005 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KETAPANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II MALUKU TENGGARA

BUPATI PULANG PISAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI PULANG PISAU NOMOR 2 TAHUN 2017

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 11 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA,

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR : 5 TAHUN 2000 T E N T A N G SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA

I. PENDAHULUAN. kesempatan dan keleluasaan kepada daerah untuk menyelenggarakan otonomi

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 8 TAHUN 2001 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA DI KABUPATEN SIAK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 8 TAHUN 2001 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA DI KABUPATEN SIAK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 17 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

LURAH DESA BANGUNJIWO

LURAH DESA BANGUNJIWO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 5 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERUYAN NOMOR 25 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 2 TAHUN 2006

BUPATI BANYUMAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 13 TAHUN 2000 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA ADAT DAN/ATAU KEMASYARAKATAN DI DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN ROKAN HILIR NOMOR 7 TAHUN 2009

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOBA SAMOSIR NOMOR: 9 TAHUN 2000 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DES DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN TAHUN 2007 NOMOR 10 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR : 10 TAHUN 2007 T E N T A N G

PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA

BAB I PENDAHULUAN. suatu sistem pemerintahan yang dapat berjalan secara efisien dan mandiri tetapi

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG

MEMUTUSKAN: PERATURAN DAERAH TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA KECAMATAN DALAM WILAYAH KABUPATEN BULUNGAN.

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN DAERAH NOMOR 17 TAHUN 2000

DHARMOTTAMA SATYA PRAJA PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 14 TAHUN 2000 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DONGGALA NOMOR 16 TAHUN 2000 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI DONGGALA,

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 18 TAHUN 2006 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 07 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO

PERATURAN DESA TULANGAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA TULANGAN KECAMATAN TULANGAN KABUPATEN SIDOARJO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN

BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 54 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA

KEPALA DESA SIWALANPANJI KECAMATAN BUDURAN KABUPATEN SIDOARJO PERATURAN DESA SIWALANPANJI KECAMATAN BUDURAN KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 29 TAHUN 2016

BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN DEMAK NOMOR 8 TAHUN 2O15 TENTANG

BUPATI KARO PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI KARO NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA BUPATI KARO,

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan di daerah, dengan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 79 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GUNUNGKIDUL,

PERATURAN DAERAH KUANTAN SINGINGI NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA

PEMERINTAH KABUPATEN BOVEN DIGOEL

BUPATI TULUNGAGUNG PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 71 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG UTARA NOMOR 01 TAHUN 2006 TENTANG LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA / KELURAHAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 7 TAHUN 2007 SERI D ================================================================

LEMBARAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN ALOR NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 26 TAHUN 2006 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR,

BUPATI ACEH TIMUR PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG

BAB II GAMBARAN OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM) Provinsi Sumatera Utara. Luas wilayah Kelurahan Tanjung Sari sekitar 8930 Ha.

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 82 TAHUN : 2008 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 1 TAHUN 2008 TENTANG

KEPALA DESA DEMPET KECAMATAN DEMPET KABUPATEN DEMAK PERATURAN DESA DEMPET NOMOR 06 TAHUN 2O16 TENTANG

BUPATI BONDOWOSO PERATURAN BUPATI BONDOWOSO NOMOR 30 TAHUN 2010

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU

PEMERINTAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG

BAB II LANDASAN TEORI

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI KARANGANYAR PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 25 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SELAYAR NOMOR 11 TAHUN 2006 T E N T A N G SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA

BAB II PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI MURUNG RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 42 TAHUN 2016 TENTANG

Transkripsi:

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR i KATA SAMBUTAN..iii DAFTAR ISI...iv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah.....................1 B. Perumusan Masalah......3 C. Tujuan Penulisan. 3 BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Desa...........4 B. Unsur-Unsur Desa..............4 C. Pembangunan Desa..9 BAB III PENUTUP......13 DAFTAR PUSTAKA iv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rakyat Indonesia telah berkembang, dilihat dari segi ketatanegaraan, jauh sebelum kedatangan bangsa Eropa. Telah terdapat lembaga-lembaga pemerintah yang pada dasarnya ada tiga tingkat, pertama nasional (Raja), kedua tingkat Kabupaten (Bupati) dan ketiga tingkat desa (Kepala Desa). Hidup bersama melahirkan tata hidup yang berkembang menjadi adat, yang ditaati tanpa syarat oleh segenap anggota masyarakat. Adat adalah tidak lain dari hakum yang tidak tertulis, turun temurun sejak adanya nenek moyang, hukuman bagi yang melanggar berupa sikap tindakan dari keseluruhan golongan. 0leh karena itu masyarakatnya disebut masyarakat hukum (rechts gemeenschap) dan daerahnya dinamakan daerah hukum (rechtsgebied atau rechtsstreek). Dengan demikian maka tiap daerah mempunvai adat istiadatnya masing-masing, mengatur dan mengurus hidup bersama. Istilah mengatur berarti bahwa ada orangnya yang mengatur, yang dapat terdiri dari satu atau lebih orang atau suatu lembaga. Istilah lain dari mengatur ialah memerintah maka lembaganya disebut pemerintah. Ada tiga unsur pokok pada pemerintahan desa, pertama Kepala Desa, kedua Pamong Desa dan ketiga Rapat Desa. Kepala Desa adalah penguasa tunggal dalam pemerintahan desa. Bersama-sama dengan pembantunya ia merupakan Pamong Desa. Kepala Desa adalah pelaksana dan penyelenggara urusan rumah tangga Desa dan di samping itu ia menyelenggarakan urusan-urusan pemerintah. Meskipun demikian di dalam melaksanakan tugasnya ia mempunyai batas-batas tertentu, 1

Ia tidak dapat menuruti keinginannya sendiri. Dalam membuat peraturan desa, kepala desa harus meminta pendapat masyarakat dalam rapat desa, khususnya mengenai urusan yang menyangkut Desa, urusan yang sangat penting. Kepala Desa wajib berunding dengan rakyat yang berhak memilih Kepala Desa dan orang yang dipandang sesepuh dan menurut adat dipandang terkemuka. Oleh karena itu, Kepala Desa merupakan administrasi pembangunan, administrator pemerintah dan administrator kemasyarakatan Desa. Ia mengadalsan koordinasi dan kontrol atas segala kegiatan pembangunan di desa, terutama yane dilaksanakan oleh, untuk dan dari desa, yang diselenggarakan oleh lembaga-1embaga desa. Derasnya laju pembangunan di desa adalah pencerminan dari kegiatan, kreatifitas dan daya inisiatif Pemerintah Desa, tepatnya Kepala desa untuk terlaksananya pembangunan tersebut. Pembangunan Desa berusaha untuk mencapai kesejahteraan masyarakat dengan meningkatkan taraf hidup dan kehidupan masyarakat Desa yang meliputi peningkatan prakarsa dan swadaya masyarakat, perbaikan lingkungan dan perumahan, pengembangan usaha ekonami Desa dan pengembangan Lembaga Keuangan Desa serta ketertiban dengan mengadakan kegiatan-kegiatan yane dapat menambah kemampuan dan kesanggupan masyarakat desa menaikkan hasil produksinya. Dengan meluaskan produksi akan bertambah luas lapangan kerja dan bertambahnya lapangan kerja akan menaikkan pendapatan masyarakat. Ini merupakan pekerjaan rumah Kepala Desa yane tidak mudah. 2

B. MASALAH Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan sebelumnya., maka masalah yang muncul dalam tulisan ini adalah Apa kewajiban Kepala Desa sebagai pelopor pembangunan?. C. TUJUAN 1. Untuk mengetahui apa kewajiban Kepala Desa sebagai pelopor pembangunan di desa 2. Untuk mengetahui apa makna pembangunan desa 3

.. BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Desa Desa menurut pasal I BAB I UU No. 22/1999 adalah Kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam Sistem Pemerintahan Nasional dan berada di daerah Kabupaten. Dan pengertian di atas maka dapat kita lihat bahwa pada hakikatnya Desa bukanlah daerah otonom, sebab dalam pasal 2 ayat 1 UU No.22/1999 telah dijelaskan bahwa hanya ada dua tingkat daerah otonom yaitu Daerah Tingkat I dan Daerah Tingkat II. Desa juga bukan merupakan suatu satuan wilayah yang berdiri sendiri tetapi adalah satuan ketatanegaraan yang berkedudukan langsung di bawah kecamatan. Satuan ketatanegaraan maksudnya mencakup wilayah yang tertentu batas-batasnya, jumlah penduduk yang merupakan masyarakat tertentu, dan suatu-satuan organisasi pemerintahan yang disebut Pemerintah Desa. B. Unsur-Unsur Desa Yang dimaksud dengan unsur-unsur Desa ialah kompanen-komponen pembentuk Desa sebagai satuan ketatanegaraan. Komponen-komponen tersebut ialah : 4

a. Wilayah Desa Yang dimaksud dengan wilayah desa ialah suatu satuan wilayah yang tertentu Batas-batasnya, yang secara fisik terdiri atas unsur daratan, angkasa, dan bagi desa pantai, desa pulau atau desa kabupaten, suatu perairan, sebagai lokasi pemukiman dan sumber nafkah yang memenuhi persyaratan tertentu. Dari pengertian tersebut maka wilayah Desa haruslah memenuhi persyaratan tertentu agar dapat dikelola secara efektif dan efesien, baik ke luar maupun ke dalam. Syarat-sarat itu antara lain: Sedapat-dapatnya dapat berfungsi sebagai kesatuan wiayah pelayanann pemerintah yang terkecil. i. Harus utuh, tidak terpecah, bagian-bagiannya tidak terpecah satu sama lain. 9 Potensial bagi kelangsungan hidup masyarakat. b. Penduduk atau Masyarakat Desa Dipandang dari segi demografis, penduduk suatu Desa ialah setiap orang yang terdaftar sebagai penduduk atau bertempat kedudukan di dalam wilayah Desa yang bersangkutan, tidak masalah dimana ia mencari nafkahnya. Penduduk setiap Desa haruslah merupakan suatu satuan masyarakat yang utuh. Setiap satuan masyarakat perlu diberi atau memiliki tanggung jawab tertentu secara langsung dalam soal-soal pemerintah dan pembangunan. Agar setiap satuan masyarakat merasa bertanggung jawab secara langsung atas pembangunan dan pemerintahan desanya, masyarakat itu harus diberi atau memiliki peranan atas suatu atau beberapa fungsi atau langkah-langkah pemerintahan dan pembangunan. 5

c. Pemerintahan Desa Berdasarkan UU No. 22 tahun 1999 pasal 94, disebutkan di desa dibentuk pemerintah Desa dan Badan Perwakilan Desa dan Badan Perwakilan Desa yang merupakan pemerintahan Desa. Dalam melaksanakan tugasnya pemerintah Desa dibantu oleh perangkat desa yang terdiri dari sekretaris desa dan kepala-kepala dusun. Kepala desa dalam kedudukannya memiliki fungsi dan peranan ganda, yang menempatkannya pada kedudukan dan peranan strategis dalam mata rantai administrasi pembangunan. Mantan Menteri Lingkungan Hidup, Emil Salim mengatakan bahwa, disatu pihak ia mewakili dan berfungsi sebagai alat pemermtah, dan dipihak lain ia berfungsi sebagai alat dan mewakili masyarakat. Pemermtah Desa diharapkan menjadi sarana yang efektif, baik dalam rangka meningkatkan keberhasilan program pemerintah maupun dalam rangka menggerakkan partisipasi masyarakat. Timothy mahoney (dalam Gary E.Hansen; 1984 : 154) berpendapat bahwa dengan komunikasi yang semakin intensif dengan dunia luar, fungsi ganda kepala Desat/Lurah berkembang menjadi intermediator yang berperanan penting. Kepala Desa berkedudukan sebagai alat pemerintahan desa dan pelaksananaan pemerintahan di atas desa. Sesuai dengan kedudukan dimaksud, KepalaDesa mempunyai tugas pokok untuk pemerintahan urusan rumah tangga sendiri, menjalankan urusan pemerintahan, pembangunan dan pembinaan masyarakat, dan menumbuhkan serta mengembangkan semangat gotong-royong masyarakat sebagai sendi yang utama pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan di desa. Untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut Kepala Desa mempunyai fungsi untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka 6

penyelenggaraan urusan rumah tangganya, menggerakkan partisipasi masyarakat dalam wilayah desanya, melaksanakan kegiatan dalam rangka menciptakan ketenteraman dan ketertiban masyarakat, melaksanakan koordinasi dan menyelenggarakan kegiatan dalam rangka urusan dari pemerintahan lain nya. Menurut UU No. 22 tahun 1999 pasal 101, Tugas dan Kewajiban Kepala Desa adalah : a. Memimpm penyelenggaraan Pemerintah Desa b. MembinaKehidupan masyarakat Desa c. MembinaPerekonomian Desa d. Memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat desa e. Mendaikan perselisihan masyarakat di Desa dan f. Mewakili desanya di dalam dan di luar pengadilan dan dapat menunjuk kuasa hukumnya. Untuk membantu Kepala Desa dalam menjalankan tugas dan kewajibannya dibentuklah sekretaris desa sebagai unsur stafnya. Adapun kedudukan, tugas dan fungsi sekretaris desa adalah sebagai berikut : a. Sekretaris desa berkedudukan sebagai unsur pembantu pimpinan di bidang ketatausahaan. b. Sesuai dengan kedudukan tersebut, sekretaris desa mempunyai tugas pokok untuk menyelenggarakan pelaksanaan admmistrasi pemerintahan, administrasi pembangunan, administrasi kemasyarakatan dan memberikan pelayanan ketatausahaan. c. Untuk menyelenggarakan tugas pokok dimaksud, sekretaris desa mempunyai fungsi untuk melaksanakan urusan administrasi umum dan 7

melaksanakan urusan surat menyurat, kearsipan dan laporan, melaksanakan urusan keuangan serta tugas Kepala Desa dalam hal Kepala Desa berhalangan dalam melaksanakan tugasnya. Untuk memperlancar tugas-tugas dan fungsi sekretaris desa maka dibentuklah kepala-kepala urusan. Kepala urusan mempunyai tugas untuk menjalankan kegiatan pemerintah desa dalam kepemimpinan Kepala Desa di wilayahnya. Sedangkan fungsi kepala-kepala urusan adalah melaksanakan kegiatan-kegiatan urusan pembangunan, kesejahteraan, dan urusan-urusan umum sesuai bidang tugasnya masing-masing serta melaksanakan pelayanan administrasi Kepala Desa. Selanjutnya demi kelancaran tugas dan jalannya pemerintahan desa, maka dalam desa dibentuk dusun vang dikepalai oleh kepala dusun, sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 5 tahun 1981. Kepala dusun adalah unsur pelaksana tugas kepala desa dengan wilayah kerja tertentu. Kepala Dusun diangkat dan diberhentikan oleh Camat atas nama Bupati Kepala daerah Tingkat II atas usul Kepala Desa. Dengan gambaran tersebut di atas maka dapatlah dikatakan bahwa perangkat pemerintah desa mempunyai tugas serta peranan yang sangat penting dalam terlaksananya pemerintahan desa yang menyangkut masalah pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan dalam usaha meningkatkan partisipasi masyarakat desa, sehingga pembangunan nasional dapat terwujudkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia pada umumnya dan masyarakat pedesaan khususnya. 8

C. Pembangunan Desa Sejak dahulu di Indonesia telah ada satuan-satuan masyarakat kecil yang menyelenggarakan urusan rumah tangganya sendiri. (Bayu Suryaningrat; 1976 : 4). Selanjutnya sesuai dengan perkembangan jaman desa terus berkembang dan menjadi perhatian utama di banyak negara-negara berkembang. Untuk itu pembangunan desa mau tidak mau harus dilaksanakan dalam rangka pengentasan kemiskinan masyarakat. Lebih lanjut dikatakan bahwa tujuan pembangunan masyarakat desa adalah meninggikan taraf penghidupan masyarakat desa dengan jalan melaksanakan pembangunan yang integral dari masyarakat desa, berdasarkan asas kekuatan sendiri serta asas pemufakatan bersama antara anggota-anggota masyarakat desa dengan bimbingan serta bantuan alat-alat pemerintah yang bertindak sebagai suatu keseluruhan dalam rangka kebijaksanaan umum yang sama. Pembangunan desa ditujukan untuk segenap masyarakat, dengan demikian pelaksanaannya menjadi tanggung jawab pemerintah dan masyarakat desa. Pembangunan desa bukanlah terfokus dalam satu bidang saja, akan tetapi harus seimbang, serasi dan mencakup segala bidang. Jelasnya dikatakan bahwa keseluruhan kegiatan pembangunan yang berlangsung di pedesaan dan meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat, dilaksanakan secara terpadu dengan mengembangkan swadaya gotong-royong (Keppres Rio. 21/1989 :26). Pembangunan desa adalah suatu pembangunan yang diarahkan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat dan didasarkan kepada tugas dan kewajiban masyarakat desa (AgusthoaKaswata; 1985 : 24). 9

Dari beberapa pendekatan atas pelaksanaan pembangunan desa dapat dikemukakan : a. Pembangunan desa yang dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia seutuhnya adalah suatu pembangunan akan langsung menyentuh kebutuhan sebahagian besar rakyat Indonesia, dimana lebih dari 80% penduduk bermukim di pedesaan. b. Pembangunan desa mencakup keseluruhan aspek kehidupan dan penghidupan masyarakat desa, dan terdiri atas sektor dan program yang saling berkaitan yang dilaksanakan oleh masyarakat dengan bantuan dan bimbingan pemerintah melalui berbagai departemen dan non departemen dengan aparatnya di daerah sesuai dengan tugas dan tanggung jawab masing-masing. c. Pembangunan desa mempunyai makna yang lebih hakiki bagi masyarakat Indonesia karena dalam realisasi fisiknya justru bersifat menyeluruh dan menyebar luas ke seluruh pelosok pedesaan serta dengan menggali segala potensi dengan menggerakkan partisipasi masyarakat untuk memadukannya. d. Pembangunan desa mempunyai arti yang sangat strategis dalam rangka pembangunan nasional, karena desa beserta masyarakatnya merupakan landasan atau basis dari kekuatan politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan. Ini dapat diartikan sebagai titik sentral dari pembangunan nasional, karena pembangunan desa merupakan pembangunan yang langsung bersangkutan dengan masyarakat yang berada di pedesaan. Semua jenis pembangunan, baik pembangunan sektoral, pembangunan regional maupun pembangunan khusus (inpres), semuanya diarahkan ke pedesaan. 10

e. Pada akhirnya pembangunan desa tidak mungkin hanya dilakukan oleh sepihak saja tanpa koordinasi dan kerja sama dari semua pihak, baik pemerintah pusat, daerah sampai pemerintah desa. Dari sini pulalah perlu inisiatif bahwa, beban dan tanggung jawab pembangunan bukanlah tugas ringan, justru berhasil tidaknya pembangunan desa akan berakibat langsung kepada kehidupan dan penghidupan sebagian besar masyarakat Indonesia. Dengan melihat pendekatan pembangunan desa yang dilaksanakan oleh warga desa maka pembangunan desa dapat dilihat sebagai suatu proses dan metode. Dikatakan sebagai proses karena memperlihatkan jalannya proses perubahan yang berlangsung dari cara yang tradisional ke arah yang lebih maju dan lebih menekankan kepada aspek perubahan yang terjadi pada masyarakat, baik yang menyangkut aspek sosial maupun aspek pisikologisnya. Dan sebagai metoda berarti bahwa pembangunan desa akan mengusahakan agar masyarakat berkemampuan membangun dirinya sendiri dengan kemampuan dan sumber-sumberyang mereka miliki. Dalam pelita VI dikatakan bahwa : pembangunan desa adalah usaha pembangunan dari masyarakat pada unit pemerintahan terendah yang harus dilaksanakan dan dibina secara terus menerus, sistematis dan terarah sebagai bagian penting dalam usaha pembangunan negara yang menyeluruh (Depdagri Dirjend Bangdes; 1981 : 12). Pembangunan desa adalah seluruh kegiatan pembangunan yang berlangsung di pedesaan dan meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat, dilaksanakan secara terus menerus dengan mengembangkan swadaya gotong-royong (I. Nyoman Beratha; 1982 : 71). 11

Berdasarkan uraian-uraian di atas maka dapat dikatakan bahwa pembangunan desa dilaksanakan secara menyeluruh dan terpadu dengan imbangan kewajiban yang serasi antara pemerintah dengan masyarakat. Pemerintah wajib memberikan bimbingan, pengarahan, bantuan dan fasilitas yang diperlukan, sedangkan masyarakat memberikan partisipasinya dalam bentuk swakarsa dan swadaya. gotong-royong masyarakat pada setiap pembangunan yang diinginkan. Partisipasi masyarakat dalam melaksanakan pembangunan tersebut diwujudkan melalui lembaga Ketahanan Masyarakat Desa dan program pembinaan Kesejahteraan Keluarga. Dengan demikian jeiaslah di dalam melaksanakan pembangunan desa, prakarsa dan swadaya gotong-royong masyarakatlah yang utama yang memegang faktor kunci dalam mencapai keberhasilan pembangunan desa tersebut. Pemerintah hanyalah membimbing, mengawasi, menumbuhkan dan mengembangkan prakarsa dan swadaya serta inisiatif dari masyarakat dengan jalan memberi bantuan baik material, saran, prasarana maupun dalam peningkatan kecakapan dan penyelenggaraan kursus-kursus serta latihan-latihan kerja. Jadi jelaslah bahwa pembangunan desa tersebut dilaksanakan dari, oleh dan untuk masyarakat desa itu sendiri sehingga keberhasilan pembangunan desa tersebut ditentukan oleh dan dari masyarakat itu sendiri dengan melihat rasa tanggung jawab di dalam membangun desanya. 12

BAB III PENUTU P Kepala Mesa meskipun sebagai pimpinan di desa yang harus mampu mempelopori pembangunan harus didukung oleh masyarakatnya. Kepala Desa harus mampu meningkatkan prakarsa dan swadaya masyarakat, kepala desa harus mampu menggerakkan masyarakatnya agar sadar lingkungan, mampu mengembangkan usaha ekonomi desa dan mengembangkan keuangan desa. Sebagai pembuat kebijaksanaan bersama-sama dengan lembaga-lembaga lain yang dibentuk, Kepala Desa juga sekaligus sebagai pelaksana kebijaksanaan dan melakukan pembinaan dan pengawasan pembangunan di desanya. Agar pembangunan yang diharapkan dapat terwujud, maka Kepala Desa harus mampu menggerakkan masyarakat agar berpartisipasi dan mempunyai kesadaran yang cukup tinggi dalam rangka membangun desanya. 13

DAFTAR PUSTAKA Bayu Surjaningrat, Pemerintahan -Administrasi Desa dan Kelurahan, Aksara Baru, Jakarta, 1985. Bintoro Tjokroamidjojo, Pengantar Administrasi Pembangunan, LP3ES, Jakarta, 1986. Departemen Dalam Negeri Dirjen Bangdes, Himpunan Peraturan-Peraturan Tentang LKMD, Jakarta, 1981. F.X.Siola, Pembangunan dan Pengembangan Desa Terpadu, Usaha Nasional, Surabaya, 1985. Koentjaraningrat, Masalah-Masalah Pembangunan, LP3ES, Jakarta, 1984. LAN, Sistem Administrasi Negara Indonesia, Haji Mas Agung, Jakarta, 1993. Soewarno Handajaningrat dan R.Hindratmo, Landasan dan Pedoman Kerja Administrasi Pemerintahan Daerah, Kota dan Desa, Gunung Agung, Jakarta, 1984. Soetarjo. K, Desa, Balai Pustaka, Jakarta, 1984. Suwarsono dan Alvin Y.SO, Perubahan Sosial dan Pembangunan Indonesia, PL3ES, Jakarta, 1991. Suwigno, Administrasi Pembangunan Desa dan Sumber-Sumber Pendapatan Desa, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1986. Taliziduhu Ndraha, Dimensi-Dimensi Pemerintahan Desa, Bina Aksara, Jakarta, 1984.,. Pembangunan Masyarakat, Rineka Cipta, Jakarta, 1990. 14