- 1 - PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017

dokumen-dokumen yang mirip
2016, No Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK HASIL P

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I KETENTUAN UMUM. peraturan..

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 01/MEN/2007 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017 TENTANG SERTIFIKASI PRODUK HASIL KELAUTAN DAN PERIKANAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER /MEN-KP/2017 TENTANG SERTIFIKASI CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

2016, No Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2015, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA PENINGKATAN NILAI TAMBAH P

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

2017, No Indonesia Nomor 4433) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 T

Persyaratan Pengajuan HACCP

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERIKANAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 20/Permentan/OT.140/2/2010 TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU PANGAN HASIL PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTANIAN. Jaminan Mutu Pangan.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

No. 1071, 2014 BPOM. Pangan. Olahan yang Baik. Cara Produksi. Sertifikasi. Tata Cara.

GUBERNUR SUMATERA BARAT

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL INDONESIA GULA KRISTAL PUTIH SECARA WAJIB DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2 ekspor Hasil Perikanan Indonesia. Meskipun sebenarnya telah diterapkan suatu program manajemen mutu terpadu berdasarkan prinsip hazard analysis crit

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 27 TAHUN 2017 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA SERTIFIKASI TENAGA PROFESIONAL DI BIDANG INFORMASI GEOSPASIAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU, DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN NOMOR 66/KEP-BKIPM/2017 TENTANG

PERATURAN BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG SERTIFIKASI AMIL ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN-KP/2016 TENTANG KARTU NELAYAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2015, No Republik Indonesia Nomor 3612) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 (Lembaran Negara Republik Indonesia T

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 11, Tamb

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 40 TAHUN 2016 TENTANG KEAMANAN PANGAN SEGAR ASAL TUMBUHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH,

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing The World Trade Organization (Persetujuan P

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PEINDUSTRIAN. SNI. Industri.

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN SERTIFIKASI USAHA PARIWISATA

PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA AKREDITASI DAN SERTIFIKASI KETENAGALISTRIKAN

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Obat Ikan. Peredaran. Mekanisme. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39/PERMEN-KP/2017 TENTANG KARTU PELAKU USAHA KELAUTAN DAN PERIKANAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG OTORITAS KOMPETEN KEAMANAN PANGAN DAERAH PROVINSI BALI GUBERNUR BALI,

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TAHUN 2011 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2015 tentang Pemberdayaan Nelayan Kecil dan Pembudidaya-Ikan Kecil (Lembaran Negara Republik I

Menimbang : Mengingat :

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35/PERMEN-KP/2016 TENTANG CARA PEMBENIHAN IKAN YANG BAIK

2017, No (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 322); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL TENT

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 038 TAHUN 2016

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP. Kompetensi. Kelembagaan. Audit Lingkungan Hidup. PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG AUDIT LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNURJAWATENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR. 23 T.AliUlf 2017 TENTANG

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing The World Trade Organization (Persetujuan Pe

2016, No tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5073);

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN SERTIFIKASI USAHA PARIWISATA

PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

2016, No Negara Republik Indonesia Nomor 5601); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektr

PROSEDUR. Sertifikasi Cara Penanganan Ikan Yang Baik (CPIB) Berdasarkan Konsepsi HACCP : AM/OK/SM/01 : - : - : 1 / 9

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR 33/PERMEN-KP/2014 TENTANG INSTALASI KARANTINA IKAN

2 Menetapkan 2. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2002 tentang Karantina Ikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 36, Tambahan Lemb

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2016, No diberlakukan Standar Nasional Indonesia dan/atau Persyaratan Teknis secara wajib; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaks

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR../POJK.04/2016 TENTANG

2 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3564); 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Pertama : Peraturan Badan Nasional Sertifikasi Profesi ini merupakan acuan bagi Lembaga Sertifikasi Profesi untuk pembentukan tempat uji kompetensi.

2017, No Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 227, Tambahan Lembaran Negar

- 1 - RANCANGAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017 TENTANG

2015, No DAG/PER/3/2007 tentang Standardisasi Jasa Bidang Perdagangan dan Pengawasan Standar Nasional Indonesia (SNI) Wajib terhadap Barang da

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR / PERMEN-KP/2017 TENTANG SATU DATA KELAUTAN DAN PERIKANAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DRAFT PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR :

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Jaminan Mutu dan Keamanan Pangan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) KOPI INSTAN SECARA WAJIB

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

2016, No Undang Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 139, Tambahan Lembaran Neg

2 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik I

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL BINA USAHA KEHUTANAN

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : HK TENTANG TATA LAKSANA PENDAFTARAN SUPLEMEN MAKANAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

- 1 - PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PENERBITAN SERTIFIKAT PENERAPAN PROGRAM MANAJEMEN MUTU TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 20 ayat (5) Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2015 tentang Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan serta Peningkatan Nilai Tambah Produk Hasil Perikanan, perlu menetapkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan tentang Persyaratan dan Tata Cara Penerbitan Sertifikat Penerapan Program Manajemen Mutu Terpadu; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4433), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5073); 2. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 227, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5360); 3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);

- 2-4. Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2015 tentang Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan serta Peningkatan Nilai Tambah Produk Hasil Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 181, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5726); 5. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8); 6. Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2015 tentang Kementerian Kelautan dan Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 111) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2015 tentang Kementerian Kelautan dan Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 5); 7. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 6/PERMEN-KP/2017 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan; MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PENERBITAN SERTIFIKAT PENERAPAN PROGRAM MANAJEMEN MUTU TERPADU. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Sertifikat Penerapan Program Manajemen Mutu Terpadu yang selanjutnya disebut Sertifikat Penerapan PMMT adalah sertifikat yang diberikan kepada pelaku usaha industri pengolahan ikan yang telah memenuhi dan menerapkan sistem jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan pada UPI. 2. Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan adalah upaya pencegahan dan pengendalian yang harus diperhatikan dan dilakukan sejak praproduksi sampai dengan pendistribusian untuk menghasilkan hasil perikanan yang bermutu dan aman bagi kesehatan manusia 3. Program Manajemen Mutu Terpadu yang selanjutnya disebut PMMT adalah sistem manajemen mutu yang dikembangkan berdasarkan konsepsi Hazard Analysis and Critical Control Point (HACCP).

- 3-4. Hazard Analysis and Critical Control Point (HACCP) adalah sistem manajemen keamanan pangan yang mendasarkan kesadaran bahwa bahaya dapat timbul pada setiap tahap proses, namun dapat dikendalikan melalui tindakan pencegahan dan pengendalian titik-titik kritis. 5. Pengolahan Ikan adalah rangkaian kegiatan dan/atau perlakuan dari bahan baku ikan sampai menjadi produk akhir untuk konsumsi manusia. 6. Penanganan Ikan adalah suatu rangkaian kegiatan dan/atau perlakuan terhadap ikan tanpa mengubah struktur dan bentuk dasar. 7. Sertifikat Kelayakan Pengolahan, yang selanjutnya disingkat SKP, adalah sertifikat yang diberikan kepada pelaku usaha terhadap setiap unit Pengolahan Ikan yang telah menerapkan cara pengolahan Ikan yang baik (good manufacturing practices) dan memenuhi persyaratan prosedur operasi sanitasi standar (standard sanitation operating procedure). 8. Produk Pengolahan Ikan adalah setiap bentuk produk pangan yang berupa ikan utuh atau produk yang mengandung bagian ikan, termasuk produk yang sudah diolah dengan cara apapun yang berbahan baku utama ikan. 9. Hasil Perikanan adalah ikan yang ditangani, diolah, dan/atau dijadikan produk akhir yang berupa ikan segar, ikan beku, dan olahan lainnya. 10. Unit Pengolahan Ikan, yang selanjutnya disingkat UPI, adalah tempat dan fasilitas untuk melakukan aktivitas penanganan dan/atau pengolahan Ikan. 11. Audit Kecukupan adalah audit dokumen untuk menentukan isi dari manual HACCP dan dokumen pendukung yang disampaikan oleh UPI dan memverifikasi apakah seluruh elemen dalam ketentuan HACCP sudah tercakup. 12. Pelaku Usaha Industri Pengolahan Ikan adalah setiap orang dan pengumpul atau pemasok ikan yang melakukan kegiatan usaha penanganan dan/atau pengolahan hasil perikanan dan/atau kegiatan usaha yang berkaitan dengan usaha penanganan dan/atau pengolahan hasil Perikanan. 13. Cara Pengolahan Ikan yang Baik adalah pedoman dan tata cara pengolahan ikan yang baik untuk memenuhi persyaratan jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan. 14. Keamanan Hasil Perikanan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah hasil dan produk perikanan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia serta menjamin bahwa hasil dan produk perikanan tidak akan membahayakan konsumen. 15. Pengendalian mutu adalah semua kegiatan yang meliputi inspeksi, verifikasi, surveilan, audit, dan pengambilan contoh dalam rangka memberikan jaminan mutu dan keamanan Hasil Perikanan.

- 4-16. Sistem Ketelusuran adalah sistem untuk menjamin kemampuan untuk menelusuri riwayat, aplikasi atau lokasi dari suatu produk atau kegiatan untuk mendapatkan kembali data dan informasi melalui suatu identifikasi terhadap dokumen yang terkait. 17. Inspektur mutu adalah pegawai negeri sipil yang diangkat oleh Menteri atau pejabat yang ditunjuk untuk melakukan pengendalian mutu. 18. Menteri adalah Menteri Kelautan dan Perikanan. 19. Kepala Badan adalah Kepala Badan yang melaksanakan tugas teknis dibidang pengendalian mutu dan keamanan hasil perikanan. 20. Otoritas Kompeten adalah unit organisasi di lingkungan Kementerian yang diberi mandat oleh Menteri untuk melakukan pengendalian sistem jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan. BAB II RUANG LINGKUP Pasal 2 Ruang lingkup Peraturan Menteri ini meliputi: 1. Persyaratan Sertifikat Penerapan PMMT; 2. Penerbitan Sertifikat Penerapan PMMT; 3. Sanksi Administrasi; dan 4. Pembinaan. BAB III PERSYARATAN SERTIFIKAT PENERAPAN PMMT Pasal 3 (1) Terhadap pelaku usaha industri pengolahan ikan yang telah memenuhi dan menerapkan persyaratan Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan dapat diberikan Sertifikat Penerapan PMMT oleh Menteri. (2) Pelaku usaha industri pengolahan ikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi UPI yang melakukan kegiatan penanganan dan/atau pengolahan ikan untuk menghasilkan produk yang bermutu dan aman bagi kesehatan manusia. (3) Menteri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melimpahkan kewenangan penerbitan Sertifikat Penerapan PMMT kepada: a. Kepala Badan untuk UPI yang memasarkan produk perikanan ke luar negeri; dan b. Lembaga penilaian kesesuaian untuk UPI yang memasarkan produk perikanan di dalam negeri.

- 5 - (4) Lembaga penilaian kesesuaian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, harus mendapatkan akreditasi dari Komite Akreditasi Nasional dan ditunjuk oleh Menteri. (5) Dalam hal lembaga penilaian kesesuaian sebagaimana dimaksud pada ayat (3) belum ditunjuk, penerbitan Sertifikat Penerapan PMMT untuk UPI yang memasarkan produk perikanan di dalam negeri dilakukan oleh Kepala Badan. (6) Sertifikat Penerapan PMMT sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diberikan berdasarkan jenis olahan ikan, unit proses dan/atau potensi bahaya (hazard) yang berbeda yang ditangani dan/atau diolah oleh UPI. Pasal 4 Persyaratan Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan pada UPI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) paling sedikit meliputi: a. persyaratan dasar; b. penerapan sistem mutu berdasarkan konsepsi HACCP; dan c. penerapan sistem ketelusuran. Pasal 5 Persyaratan dasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf a mencakup penerapan Cara Pengolahan Ikan yang Baik (Good Manufacturing Practices) dan persyaratan prosedur operasi standar sanitasi (Standard Sanitation Operating Procedure) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 6 (1) Penerapan Sistem Mutu Berdasarkan Konsepsi HACCP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf b, meliputi tahap awal dan prinsip HACCP. (2) Tahap Awal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari: a. menetapkan tim HACCP; b. menetapkan deskripsi produk; c. mengidentifikasi tujuan penggunaan produk; d. menetapkan diagram alir proses; dan e. melakukan verifikasi. (3) Prinsip HACCP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari : a. analisa bahaya dan tindakan pengendalian; b. penentuan titik - titik kritis; c. penentuan batas kritis; d. pemantauan titik titik kritis; e. penentuan tindakan perbaikan ;

- 6 - f. penentuan verifikasi; dan g. pencatatan (4) Pengecualian Penerapan Sistem Mutu Berdasarkan Konsepsi HACCP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf b, dapat dilakukan khusus untuk memfasilitasi skala usaha mikro dan kecil dengan memperhitungkan faktor resiko yang relevan dan menjamin bahwa pengecualian tersebut tidak mempengaruhi tujuan dari peraturan ini. (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai Penerapan Sistem Mutu Berdasarkan Konsepsi HACCP sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur dengan Keputusan Kepala Badan. Pasal 7 (1) Penerapan Sistem Ketelusuran pada UPI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf c meliputi ketelusuran eksternal dan internal. (2) Ketelusuran Eksternal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. Ketelusuran terhadap sumber/asal bahan baku (tracking), harus mampu mengidentifikasi setiap pemasok dan informasi tersebut tersedia untuk Otoritas Kompeten apabila diperlukan; dan b. Ketelusuran terhadap pemasaran/distribusi produk (tracking), harus mampu mengidentifikasi kepada siapa produknya dikirim dan informasi tersebut tersedia untuk Otoritas Kompeten apabila diperlukan. (3) Ketelusuran Internal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi keseluruhan input dan proses dalam kegiatan pengolahan ikan. (4) Setiap produk pengolahan ikan yang akan dipasarkan harus dilengkapi label/identifikasi yang memadai untuk tujuan ketelusuran. (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai Penerapan Sistem Ketelusuran pada UPI sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur dengan Keputusan Kepala Badan. Pasal 8 Untuk memperoleh Sertifikat Penerapan PMMT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1), UPI harus memenuhi persyaratan: a. memiliki unit penanganan dan/atau pengolahan yang sesuai dengan jenis produk perikanan yang akan disertifikasi; b. mempekerjakan sekurang-kurangnya1 (satu) orang penanggung jawab mutu yang mempunyai sertifikat haccp dan/atau sertifikat kompetensi di bidang perikanan/pangan; c. khusus untuk UPI yang melakukan proses suhu tinggi, harus mempekerjakan operator yang mempunyai sertifikat pelatihan proses suhu tinggi;

- 7 - d. memiliki Sertifikat Kelayakan Pengolahan sesuai dengan jenis produk pada permohonan; e. menerima bahan baku dari tambak, kapal atau supplier yang telah dilakukan pengendalian; f. memiliki dan menerapkan sistem jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan secara konsisten sesuai dengan persyaratan jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan pada proses produksi, pengolahan dan distribusi paling sedikit 10 (sepuluh) kali proses sebelum permohonan dan/atau sudah melakukan paling sedikit 1 (satu) kali internal audit; dan g. melakukan produksi secara aktif. BAB IV PENERBITAN SERTIFIKAT PENERAPAN PMMT Bagian Kesatu Tata Cara Penerbitan Sertifikat Penerapan PMMT Pasal 9 (1) Untuk memperoleh Sertifikat Penerapan PMMT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1), UPI mengajukan permohonan penerbitan Sertifikat Penerapan PMMT kepada Kepala Badan atau Lembaga Penilai Kesesuaian sesuai dengan kewenangannya. (2) Permohonan penerbitan Sertifikat Penerapan PMMT diwajibkan kepada: a. UPI baru; b. UPI yang mengajukan penambahan ruang lingkup; atau c. UPI yang mengajukan kenaikan tingkat/grade. (3) Permohonan penerbitan Sertifikat Penerapan PMMT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus disertai dengan kelengkapan dokumen meliputi: a. panduan mutu berdasarkan konsepsi HACCP yang telah divalidasi oleh UPI; b. fotokopi identitas pemohon; c. fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak; d. fotocopy Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) Pajak 2 (dua) tahun terakhir; e. fotokopi Sertifikat Kelayakan Pengolahan (SKP); f. Surat Pernyataan melakukan proses produksi secara aktif dan menerapkan HACCP; dan g. Hasil audit internal bagi UPI yang telah memiliki sistem mutu. (4) Format Panduan Mutu berdasarkan konsepsi HACCP sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a, tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

- 8 - Pasal 10 (1) Berdasarkan permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1), Kepala Badan melakukan penilaian. (2) Kepala Badan dalam melaksanakan penilaian administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibantu oleh sekretariat sertifikasi PMMT. (3) Dalam hal permohonan dinyatakan tidak lengkap, permohonan dikembalikan kepada UPI untuk dilengkapi. (4) Dalam hal permohonan dinyatakan lengkap, maka inspektur mutu melakukan inspeksi terhadap penerapan sistem jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan pada UPI pemohon. (5) Inspeksi terhadap penerapan sistem jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan pada UPI sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dilakukan sesuai dengan prosedur dan tatacara yang ditetapkan oleh Kepala Badan. (6) Inspektur mutu melaporkan hasil inspeksi kepada Sekretariat Sertifikasi PMMT untuk dilakukan evaluasi oleh tim teknis. (7) Tim teknis melakukan evaluasi hasil inspeksi dan menyampaikan rekomendasi kepada Kepala Badan. (8) Berdasarkan Rekomendasi Tim Teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (7), Kepala Badan menerbitkan: a. Sertifikat Penerapan PMMT, dalam hal rekomendasi tim teknis menyatakan hasil inspeksi sesuai; atau b. Surat penolakan penerbitan Sertifikat Penerapan PMMT, disertai dengan alasan dan berkas permohonan menjadi milik Badan. (9) Bentuk dan Format Sertifikat Penerapan PMMT sebagaimana dimaksud pada ayat (8) huruf a, tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. Pasal 11 Sertifikat Penerapan PMMT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (8) huruf a, berlaku untuk jangka waktu 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang untuk jangka waktu yang sama. Bagian Kedua Perpanjangan Sertifikat Penerapan PMMT Pasal 12 (1) Perpanjangan Sertifikat Penerapan PMMT dilakukan melalui verifikasi untuk menilai konsistensi dan efektifitas penerapan sistem HACCP oleh UPI. (2) Verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan paling lambat 1 (satu) bulan sebelum masa berlaku Sertifikat Penerapan PMMT habis.

- 9 - (3) Ketentuan mengenai penerbitan Sertifikat Penerapan PMMT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 sampai dengan Pasal 10 berlaku secara mutatis mutandis terhadap penerbitan perpanjangan Sertifikat Penerapan PMMT. Bagian Ketiga Pemeringkatan pada Sertifikat Penerapan PMMT Pasal 13 (1) Sertifikat Penerapan PMMT diterbitkan berdasarkan rekomendasi dari Tim Teknis terhadap hasil inspeksi pada UPI dengan pemeringkatan sebagai berikut: a. Sertifikat Penerapan PMMT A; b. Sertifikat Penerapan PMMT B; dan c. Sertifikat Penerapan PMMT C. (2) Penetapan pemeringkatan Sertifikat Penerapan PMMT bagi UPI berdasarkan tingkat pemenuhan persyaratan sistem jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan yang dihitung dari jumlah ketidak sesuaian kriteria kritis, serius, mayor, dan minor yang ditemukan pada waktu inspeksi. (3) Kritis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan penyimpangan yang apabila tidak dilakukan tindakan koreksi akan segera mempengaruhi keamanan pangan. (4) Serius sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan penyimpangan yang apabila tidak dilakukan tindakan koreksi dapat mempengaruhi keamanan pangan. (5) Mayor sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan penyimpangan yang apabila tidak dilakukan tindakan koreksi mempunyai potensi mempengaruhi keamanan pangan. (6) Minor sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan penyimpangan yang apabila tidak dilakukan tindakan koreksi atau dibiarkan secara terus menerus akan berpotensi mempengaruhi mutu pangan. (7) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemeringkatan Sertifikat Penerapan PMMT sebagaimana ayat (2) diatur dengan Peraturan Kepala Badan. Pasal 14 (1) UPI dapat mengajukan permohonan peningkatan peringkat Sertifikat Penerapan PMMT setelah melakukan perbaikan dalam penerapan sistem jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan.

- 10 - (2) Ketentuan mengenai penerbitan Sertifikat Penerapan PMMT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 sampai dengan Pasal 10 berlaku secara mutatis mutandis terhadap penerbitan Sertifikat Penerapan PMMT dalam rangka peningkatan peringkat Sertifikat Penerapan PMMT. (3) Dalam hal hasil inspeksi memperlihatkan masih adanya ketidak sesuaian, maka Sertifikat Penerapan PMMT UPI tersebut tidak dapat ditingkatkan, dan tidak diterbitkan Sertifikat Penerapan PMMT baru. Pasal 15 (1) UPI yang telah mendapatkan Sertifikat Penerapan PMMT wajib menginformasikan kepada konsumen melalui pencantuman penandaan Sertifikat Penerapan PMMT secara singkat, jelas, dan mudah dipahami pada Produk Pengolahan Ikan. (2) Penandaan Sertifikat Penerapan PMMT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya diwajibkan bagi UPI yang telah mendapatkan Sertifikat Penerapan PMMT A dan didahului dengan perjanjian lisensi. (3) Penandaan Sertifikat Penerapan PMMT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan berupa: a. label berbentuk logo HACCP, untuk Produk Pengolahan Ikan dalam bentuk kemasan; atau b. dokumen berupa fotokopi Sertifikat Penerapan PMMT, untuk Produk Pengolahan Ikan dalam bentuk curah. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai perjanjian lisensi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Keputusan Kepala Badan. (5) Logo HACCP sebagaimana dimaksud pada ayat (3), tercantum dalam Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. BAB V SANKSI Pasal 16 (1) Dalam hal terjadi ketidaksesuaian pada penerapan Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan, maka UPI dapat dikenakan sanksi administrasi. (2) Ketidaksesuaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berdasarkan: a. hasil inspeksi; b. pelanggaran hukum; dan/atau

- 11 - c. penyalahgunaan dokumen Sertifikat Penerapan PMMT. (3) Ketidaksesuaian berdasarkan pelanggaran hukum sebagaimaman dimaksud pada ayat (2) huruf a dan/atau penyalahgunaan dokumen Sertifikat Penerapan PMMT sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b dapat dilakukan dilakukan investigasi penyebab dan tindak lanjut. (4) Sanksi administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari: a. peringatan tertulis; b. pembekuan Sertifikat Penerapan PMMT; dan c. pencabutan Sertifikat Penerapan PMMT. (5) Peringatan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf a dikenakan sebanyak 1 (satu) kali dalam jangka waktu 1 (satu) bulan apabila UPI tidak melakukan tindakan perbaikan sesuai batas waktu yang ditetapkan. (6) Pembekuan Sertifikat Penerapan PMMT sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf b dilakukan selama 2 (dua) bulan apabila sampai dengan berakhirnya peringatan tertulis tidak memenuhi kewajiban. (7) Pencabutan Sertifikat Penerapan PMMT sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf c dikenakan dalam hal: a. Jangka waktu pembekuan Sertifikat Penerapan PMMT telah berakhir dan tidak memenuhi kewajiban; atau b. Unit Pengolahan Ikan (UPI) melakukan pelanggaran hukum dan/atau penyalahgunaan dokumen terkait Sertifikat Penerapan PMMT. BAB VI PEMBINAAN Pasal 17 (1) Kepala Badan, Direktur Jenderal, gubernur, dan bupati/wali kota, atau pejabat yang ditunjuk sesuai dengan kewenangannya melakukan pembinaan kepada Inspektur Mutu dan UPI dalam menerapkan sistem jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan. (2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara berkala melalui sosialisasi, bimbingan teknis, penyuluhan, dan/atau peningkatan peran serta masyarakat.

- 12 - BAB VII PEMBIAYAAN Pasal 18 Biaya yang timbul akibat proses penerbitan Sertifikat Penerapan PMMT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) dibebankan pada anggaran pendapatan dan belanja negara. Pasal 19 Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku Sertifikat Penerapan PMMT yang telah terbit sebelum berlakunya Peraturan Menteri ini, dinyatakan tetap berlaku sampai habis masa berlakunya. BAB VIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 20 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, SUSI PUDJIASTUTI Lembar Pengesahan No Jabatan Paraf 1. Kepala BKIPM 2. Sekretaris BKIPM 3. Kepala Pusat Pengendalian Mutu 4. Kabag. Hukum, Kerjasama dan Humas

- 13 - Lampiran I Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor./PERMEN-KP/2017 Tentang Persyaratan dan Tata Cara Penerbitan Sertifikat Program Manajemen Mutu Terpadu ISI MINIMAL PANDUAN MUTU HACCP DAN DOKUMEN PENDUKUNG 1. Profil Perusahaan dan Kebijakan Mutu 1.1. Profil Perusahaan termasuk lokasi pabrik, ruang lingkup produk yang akan disertifikasi dan tujuan pemasaran (bila sesuai). 1.2. Struktur Organisasi yang menunjukkan hubungan antara tim HACCP dengan manajemen puncak. 1.3. Kebijakan Mutu Keamanan Pangan. 1.4. Layout Pabrik menunjukkan alur produk, alur pergerakan karyawan, alur limbah, sistem pemipaan air, dan pest control. 1.5. Kebijakan Mutu. 2. Tim HACCP. 3. Deskripsi Produk dan tujuan penggunaan. 4. Diagram Alir Proses. 5. Rencana HACCP mencakup. 5.1. Analisa Bahaya dan Tindakan Pengendalian. 5.2. Penetapan titik kendali kritis. 5.3. Penetapan batas kritis. 5.4. Penetapan prosedur monitoring. 5.5. Penetapan tindakan koreksi. 6. Verifikasi termasuk validasi, verifikasi dan kaji ulang manajemen. 7. Prosedur Cara Penanganan/Pengolahan Ikan yang Baik. 8. Prosedur Operasional Standar Sanitasi. 9. Kebijakan dan program Pelatihan Karyawan. 10. Prosedur penanganan keluhan. 11. Prosedur Ketelusuran dan. 12. Prosedur Penarikan Produk dari Peredaran.

- 14 - Lampiran II Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor./PERMEN-KP/2017 Tentang Persyaratan Dan Tata Cara Penerbitan Sertifikat Program Manajemen Mutu Terpadu BENTUK DAN FORMAT SERTIFIKAT PROGRAM MANAJEMEN MUTU TERPADU

- 15 - Lampiran III Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor./PERMEN-KP/2017 Tentang Persyaratan Dan Tata Cara Penerbitan Sertifikat Program Manajemen Mutu Terpadu LOGO SERTIFIKAT PENERAPAN PMMT Dengan spesfikasi: a. Bentuk : lingkaran dengan tulisan HACCP b. Warna tulisan : putih c. Warna latar : biru MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, Lembar Pengesahan No Jabatan Paraf 1. Kepala BKIPM 2. Sekretaris BKIPM SUSI PUDJIASTUTI 3. Kepala Pusat Pengendalian Mutu 4. Kabag. Hukum, Kerjasama dan Humas