BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 2003: 13). Megalitik berasal dari kata mega yang berarti besar dan lithos yang

KUBUR BATU (RETI) DI KAMPUNG KAWANGU KECAMATAN PANDAWAI KABUPATEN SUMBA TIMUR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tinggalan budaya masa lalu sebagai hasil kreativitas merupakan buah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan aturan yang harus di patuhi untuk setiap suami, istri, anak, menantu, cucu,

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka dilakukan untuk dapat memecahkan masalah-masalah yang akan

BAB IV ANALISA DATA. A. Makna Penanaman Anak Pohon Pisang Bagi Jenazah Orang Yang. bagaimana hendaknya manusia memperlakukan lingkungannya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan merupakan corak kehidupan di dalam masyarakat yang

SKRIPSI KUBUR BATU (RETI) DI KAMPUNG KAWANGU KECAMATAN PANDAWAI KABUPATEN SUMBA TIMUR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

MAKNA SIMBOL UPACARA MANGONGKAL HOLI (PENGGALIAN TULANG BELULANG) PADA MASYARAKAT BATAK TOBA DI BEKASI

FUNGSI SITUS PAGAR BATU DI DESA PARDOMUAN, SIMANINDO, SAMOSIR, SUMATERA UTARA

I. PENDAHULUAN. Secara umum, kebudayaan memiliki tiga wujud, yakni kebudayaan secara ideal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Nias merupakan salah satu pulau yang kaya dengan peninggalan megalitik

BAB I. PENDAHULUAN. Secara kronologis, sejarah Indonesia meliputi masa prasejarah, hindu-budha, masa

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting dan berharga. Kebudayaan tersebut dapat menjadi pedoman atau

BAB I PENDAHULUAN. dari beragamnya kebudayaan yang ada di Indonesia. Menurut ilmu. antropologi, (dalam Koentjaraningrat, 2000: 180) kebudayaan adalah

BAB I PENDAHULUAN. berarti batu, sehingga dapat diartikan sebagai batu besar (Soejono, 2010).

TINGGALAN MEGALITIK DI DESA TUHAHA KECAMATAN SAPARUA KABUPATEN MALUKU TENGAH

KEARIFAN EKOLOGIS KAMPUNG MEGALITIK RINDI PRAIYAWANG, SUMBA TIMUR Ecological Wisdom of The Megalithic Village Rindi Praiyawang, East Sumba

13Ilmu. semiotika. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom. Analisis semiotik, pisau analis semiotik, metode semiotika, semiotika dan komunikasi

Filled Notes. 1. Wawancara dengan Bapak YB. Hari/tanggal : Selasa, 27 Maret : Rumah Bapak YB : WITA.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Wilayah Kerinci secara administratif merupakan salah satu

Semiotika, Tanda dan Makna

1. PENDAHULUAN. Kepulauan Indonesia adalah tuan rumah budaya megalitik Austronesia di masa lalu

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. menjadi pusat perhatian (Singarimbun, 1989: 33).

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Koentjaraningrat (1947), wujud kebudayaan ada tiga macam: 1)

BAB I PENDAHULUAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE. dan terapit oleh dua benua. Ribuan pulau yang berada di dalam garis tersebut

NISAN ARCA SITUS MAKAM KUNO MANUBA KECAMATAN MALLUSETASI KABUPATEN BARRU

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.

12Ilmu. semiotika. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom. Sejarah semiotika, tanda dan penanda, macam-macam semiotika, dan bahasa sebagai penanda.

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan pesan, konsep, ide, atau pemikiran. Oleh karena itu, bahasa

89 Kapata Arkeologi Vol. 1 No. 1 Agustus / Marlyn Salhuteru Masyarakat Maluku Tenggara

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 3. PERADABAN AWAL INDONESIALatihan Soal 3.1. Menhir. Waruga. Sarkofagus. Dolmen

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti (Bolinger

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

MEGALITIK DI MALUKU. Marlyn Salhuteru*

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyelesaikan masalah-masalah yang akan

SIMBOLISME KEPURBAKALAAN MEGALITIK DI WILAYAH PAGAR ALAM, SUMATERA SELATAN

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

PERUBAHAN TRADISI KUBUR BATU MASYARAKAT ADAT MARAPU PADA ERA MODERNISASI DI KAMPUNG RAJA KECAMATAN KAMBERA KOTA WAINGAPU

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Alwi, dkk 2003: 588).

BAB I PENDAHULUAN. makhluk sosial pasti membutuhkan orang lain untuk menjalin komunikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. budi Koentjaraningrat (dalam Soeloeman, 2007:21). Kebudayaan dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan bangsa yang majemuk, dimana banyak memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Bima itu. Namun saat adat istiadat tersebut perlahan-lahan mulai memudar, dan

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

Bab I PENDAHULUAN. sesamanya. Hubungan sosial di antara manusia membentuk suatu pola kehidupan tertentu yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN. De Casparis (1975) dalam bukunya yang berjudul Indonesian Paleography

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. atas tanah sebagai upacara peniadaan jenazah secara terhormat.

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan. proses transmisi itulah yang biasanya disebut komunikasi.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Budaya berkenaan dengan cara manusia hidup. Manusia belajar berpikir,

Perkembangan Bentuk Dan Fungsi Arca-Arca Leluhur Pada Tiga Pura Di Desa Keramas Blahbatuh Gianyar Suatu Kajian Etnoarkeologi

Ketut Wiradnyana Balai Arkeologi Medan-Indonesia Jl. Seroja Raya Gg. Arkeologi No.1, Medan

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki kekayaan budaya dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam lagi bahasa tercakup dalam kebudayaan. Bahasa menggambarkan cara berfikir

BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada tujuh unsur kebudayaan universal. Salah satu hal yang dialami

BAB V PENUTUP. Pemanfaatan gua-gua atau ceruk di sekitar pegunungan karst berasal dari Asia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk menunjukkan tingkat peradaban masyarakat itu sendiri. Semakin maju dan

02/10/2012. Cupture 2. Sejarah Seni Rupa dan Kebudayaan Indonesia. Oleh: Handriyotopo, M.Sn NEOLITIKUM

FUNGSI BUDAYA MEGALITIK DI ORAHILI-GOMO KABUPATEN NIAS SELATAN. ( Supsiloani, S.Sos dan Sulian Ekomila, S.Sos)

BAB IV MAKNA PELAKSANAAN UPACARA ADAT ALAWAU AMANO BAGI KEHIDUPAN ORANG NOLLOTH. A. Mendiskripsikan Upacara Adat Kematian Alawau Amano

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ialah bangunan-bangunan purbakala yang biasa disebut candi. Candi-candi ini

TINGGALAN TRADISI MEGALITIK DI DESA BASANGALAS, KECAMATAN ABANG, KABUPATEN KARANGASEM. Kadek Yogi Prabhawa Program Studi Arkeologi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bukan sekedar jumlah penduduk saja, melainkan sebagai suatu system yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial juga makhluk budaya. Sebagai makhluk

BAB I PENDAHULUAN. Mengingat pentingnya kebudayaan bagi negara, maka haruslah dilakukan upayaupaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN. memiliki keterkaitan dengan topik dari permasalahan yang akan dikaji.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sistem religi/kepercayaan terhadap sesuatu menjadi suatu Kebudayaan. Sistem

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mendeskripsikan apa-apa yang berlaku saat ini. Didalamnya terdapat upaya

Budaya Budaya = pikiran; akal budi (KBBI, 2002:169) Berasal dari kata Buddayah(Sansekerta), yang merupakan bentuk jamak dari kata Buddhi, artinya budi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu suku bangsa mempunyai berbagai macam kebudayaan, tiap

Pengemasan Benda Cagar Budaya sebagai Aset Pariwisata di Papua Klementin Fairyo, Balai Arkeologi Jayapura

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Pada hakikatnya manusia membutuhkan sebuah media massa untuk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Agama memiliki hubungan yang erat dengan kebudayaan. Banyak

SIMBOL SIMBOL KEBUDAYAAN SUKU ASMAT

BAB I PENDAHULUAN. istiadat. Wujud kedua, adalah sistem sosial atau social sistem yang berkaitan dengan

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan analisis pada Bab IV yaitu analisis kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Wilayah Ngadha adalah wilayah di Flores Tengah. Kabupaten Ngadha terdiri atas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, ialah

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat

SARKOFAGUS SAMOSIR: KREATIVITAS LOKAL MASYARAKAT SAMOSIR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. juga disebut dengan istilah sekar, sebab tembang memang berasal dari kata

BAB 1 PENDAHULUAN. spesifik. Oleh sebab itu, apa yang diperoleh ini sering disebut sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. hubungan dengan daerah-daerah atau bangsa-bangsa lain di luar Indonesia.

MAKSUD DAN TUJUAN. Menganalisis sajak adalah usaha menangkap dan memberi makna kepada teks sajak.


Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka yang akan digunakan dalam penelitian ini menggunakan pustaka yang berkaitan dengan topik yang berhubungan dengan permasalahan yang akan dikaji. Tinjauan pustaka diharapkan dapat membantu untuk menjawab rumusan masalah yang ada yaitu bentuk, sistem penguburan, dan makna dari tinggalan tradisi megalitik berupa reti yang terdapat di Kampung Kawangu, Pandawai, Sumba Timur. Selain itu tinjauan pustaka diharapkan dapat membantu untuk mendapatkan teori dan konsep terkait reti dalam menjawab permasalahan pada penelitian ini. Beberapa pustaka yang digunakan antara lain sebagai berikut. I Dewa Kompiang Gede, (1983) dalam skripsinya yang berjudul Tradisi Megalitik di Sumba Timur (Studi Pendahuluan) menjelaskan tentang tradisi megalitik yang berada di Sumba Timur secara umum seperti jenis penguburan baik dari segi teknik pengerjaan reti, cara membawa mayat ke tempat penguburan, serta hiasan dan sebagainya yang berhubungan dengan pemujaan terhadap roh leluhur. Skripsi ini membahas tentang bentuk-bentuk dari bangunan pada tradisi megalitik di Sumba Timur secara umum. Penelitian kali ini akan membahas reti dengan sistem penguburan yang berbeda dari sistem penguburan pada umumnya. Situs Kawangu dijelaskan tentang bentuk satu reti tanpa menjelaskan reti secara rinci. Tulisan ini dapat membantu menjawab permasalahan pada bagian bentuk 10

reti yang terdapat di Kampung Kawangu, Kecamatan Pandawai, Sumba Timur. 11

12 Ayu Kusumawati, (1993) dalam Forum Arkeologi yang berjudul Konsepsi dalam Penguburan Penganut Marapu di Sumba membahas tentang masyarakat dengan kepercayaan marapu yaitu kepercayaan yang bertumpu pada pemujaan arwah nenek moyang. Terdapat pula pembahasan yang terkait dengan cara-cara penguburan pada mayat yang dilakukan oleh masyarakat penganut kepercayaan marapu ini. Serta adanya pembahasan tentang pemberian bekal kubur pada mayat. Tulisan ini hanya membahas penguburan yang dilakukan di dalam tanah tidak di papan batu seperti yang terdapat di Kampung Kawangu, Pandawai, Sumba Timur. Beberapa bagian dalam tulisan ini dapat membantu untuk mengetahui tentang sistem kepercayaan masyarakat yang terdapat di Kampung Kawangu, Kecamatan Pandawai, Sumba Timur. Ayu Kusumawati dan Haris Sukendar, (2003) dalam buku yang berjudul Sumba, Religi dan Tradisinya. Memuat gambaran secara umum tentang Sumba dan adat kebiasaannya yang di dalamnya terdapat penjelasan tentang sarana-sarana upacara yang digunakan dalam pembuatan kubur batu, kemudian upacara-upacara yang dilakukan oleh masyarakat Sumba. Bagian akhir buku menjelaskan tentang tradisi prasejarah yang masih ada di Sumba yang berkaitan dengan cara pendirian atau renovasi rumah adat, hubungan pola hias kain adat dengan megalitik, pola hias kain adat berciri megalitik, dan arsitektur rumah tinggal dan rumah adat. Terdapat perbedaan pada penelitian kali ini yaitu meneliti reti dengan pahatan penji yang memiliki bentuk berbeda dengan penji lain di Sumba Timur yang tidak termuat dalam buku ini. Namun tulisan yang terdapat di dalam buku ini sekiranya dapat membantu

13 dalam mencari jawaban terhadap permasalahan yang dikaji yaitu adanya tradisi megalitik yang terdapat di Kampung Kawangu, Pandawai, Sumba Timur. Haris Sukendar, (2003) dalam buku yang berjudul Masyarakat Sumba dengan Budaya Megalitiknya yang membahas Pulau Sumba beserta dengan kebudayaan yang ada di Sumba. Pembahasan lainnya tentang sejarah perkembangan dolmen dan megalitik Sumba, di dalamnya terdapat faktor-faktor yang menyebabkan tradisi dan kebudayaan di Sumba masih bertahan dan berkembang sampai saat ini. Tulisan dalam buku ini dapat membantu menjawab beberapa permasalahan terkait reti di Kampung Kawangu, Pandawai, Sumba Timur. Penelitian ini akan membahas tentang tradisi megalitik yaitu reti, sistem penguburan, dan makna reti di Kampung Kawangu, Pandawai, Sumba Timur. I Made Suastika, (1988) dalam Laporan Penelitian Arkeologi No. 2 dengan judul Survei Tradisi Megalitik di Kecamatan Pandawai Sumba Timur. Hasil laporan ini membahas tradisi megalitik secara keseluruhan yang terdapat di Kecamatan Pandawai, Sumba Timur. Laporan dari survei ini membahas reti secara umum di Kecamatan Pandawai terkait jumlah pada reti pada setiap kampung atau desa, selain itu hasil laporan ini juga membahas terkait tradisi megalitik di Kampung Kawangu berupa jumlah reti dengan ukuran besar, sedang, dan kecil. Tulisan ini membantu dalam membahas gambaran umum tadisi megalitik yang terdapat di Kecamatan Pandawai.

14 2.2 Konsep Konsep dasar yang akan digunakan yaitu dapat memberikan batasan atas peristilahan dalam sebuah penelitian. Konsep dapat menjelaskan terkait objek yang akan diteliti sesuai dengan permasalahan yang dikaji. Konsep juga dapat menjadi gagasan awal dalam penelitian agar lebih mengarah kepada permasalahan. Terdapat beberapa kata atau frase yang perlu dibatasi dalam tatanan konsep agar diperoleh kesepakatan yaitu tradisi megalitik, kubur batu (reti), sistem penguburan, dan makna. 2.2.1 Tradisi Megalitik Tradisi menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia yaitu segala sesuatu yang terkait dengan adat, kepercayaan, kebiasaan, dan ajaran yang diwariskan secara turuntemurun dari nenek moyang dan masih dijalankan sampai saat ini (Suharso dan Retnoningsih, 2005: 309). Megalitik berasal dari kata mega yang berarti besar, dan lithos yang berarti batu. Megalitik berarti batu yang berukuran besar yang dibuat dan digunakan oleh manusia untuk pemujaan terhadap roh leluhur. Batu yang digunakan sengaja dipotong atau dibentuk sesuai dengan keperluan dan dapat disebut dengan bangunan tradisi megalitik (Suharso dan Retnoningsih, 2005: 155). Bangunan adalah struktur buatan manusia yang didirikan dan terdiri atas dinding dan atap yang didirikan secara permanen di suatu tempat (Suharso dan Retnoningsih, 2005: 48). Tradisi megalitik yang akan diteliti yaitu berupa reti yang terdapat di Kampung Kawangu, Pandawai, Sumba Timur.

15 2.2.2 Kubur batu (reti) Reti merupakan budaya masa prasejarah yang termasuk dalam megalitik muda yang berkembang di Indonesia sejak awal masehi. Kubur ini berupa sebuah peti yang dibentuk dari empat sampai enam buah papan batu yang terdiri atas dua sisi panjang, dua sisi lebar, sebuah lantai, dan sebuah penutup peti. Sebagian besar kubur batu membujur dengan arah timur barat. Seluruh papan batu tersebut disusun dalam sebuah lubang yang sudah disiapkan sebelumnya sebagai tempat untuk orang yang meninggal dengan posisi duduk (Boro, 1995: 18-31). Reti yang terdapat di Kampung Kawangu, Pandawai, Sumba Timur berjumlah 39 buah yaitu 2 buah reti berukuran besar, 18 berukuran sedang, dan 19 berukuran kecil. Pada dua reti berukuran besar terdapat penji berjumlah 6 buah dan 2 buah dengan wujud manusia. 2.2.3 Sistem Penguburan Sistem adalah susunan yang berfungsi dan bergerak dengan komponenkomponen yang saling berkaitan, berhubungan, berketergantungan, dan saling mendukung, yang secara keseluruhan bersatu dalam satu kesatuan (unity) untuk mencapai tujuan tertentu secara efisien dan efektif (Koentjaraningrat, 1980: 390). Sedangkan penguburan merupakan proses atau cara yang dilakukan untuk menempatkan jenazah pada suatu tempat yang sudah disediakan. Terdapat 2 jenis penguburan, yaitu (1) penguburan primer dan (2) penguburan sekunder (Suharso dan Retnoningsih, 2005: 203).

16 Sistem penguburan merupakan suatu cara yang dilakukan untuk menempatkan mayat pada tempat yang sudah disediakan sesuai dengan kepercayaan masyarakat. Penelitian ini akan membahas sistem penguburan yang dilakukan oleh masyarakat marapu pada reti yang terdapat di Kampung Kawangu, Pandawai, Sumba Timur. 2.2.4 Makna Makna merupakan suatu arti atau maksud yang mempunyai dua pengertian yaitu makna yang terkandung pada suatu kata (perkataan, peribahasa, lambang, dan sebagainya) dan makna sebagai khiasan, guna, dan kepentingan. Makna dapat terjadi karena adanya hubungan dan interaksi sosial dari masyarakat (Poerwadarmita, 1984: 58). Makna dapat dibagi menjadi 2 yaitu makna denotatif dan konotatif. Makna denotatif merupakan makna sesungguhnya dari suatu kata, sedangkan makna konotatif merupakan makna khiasan. Makna yang dibahas dalam penelitian yaitu makna denotatif yang memiliki arti sesungguhnya dari suatu kata untuk menjelaskan arti penting yang terdapat pada reti di Kampung Kawangu, Pandawai, Sumba Timur. 2.3 Landasan Teori Teori adalah serangkaian bagian atau variabel dan definisi yang saling berhubungan yang menghadirkan sebuah pandangan sistematis mengenai fenomena dengan menentukan hubungan antar variabel, dengan maksud menjelaskan fenomena alamiah. Labovitz dan Hagedorn mendefinisikan teori sebagai ide pemikiran pemikiran teoritis yang di definisikan sebagai menentukan bagaimana dan

17 mengapa variabel-variabel dan pernyataan hubungan dapat saling berhubungan (Creswell, 1993: 120). Penelitian ini membutuhkan teori guna membantu menjawab permasalahan sesuai dengan ruang lingkup yang akan diteliti, sehingga tujuan dalam penelitian dapai tercapai. Pemilihan teori yang akan digunakan harus berhubungan dengan tujuan yang telah ditentukan. Penelitian ini menggunakan beberapa teori dalam mengungkapkan hasil kebudayaan bangunan tradisi megalitik berupa reti yang terdapat di Kampung Kawangu, Pandawai, Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur. Teori yang akan digunakan yaitu sebagai berikut. 2.3.1 Teori Fungsionalisme Struktural Teori Fungsionalisme Struktural mengutarakan bahwa masyarakat adalah suatu sistem sosial yang terdiri atas bagian dan struktur-struktur yang saling berkaitan dan saling membutuhkan keseimbangan, fungsionalisme struktural lebih mengacu pada keseimbangan (Johnson, 1986: 149). Tokoh teori fungsionalisme struktural adalah Talcot Parsons yang merupakan seorang sosiolog. Fungsionalisme menafsirkan masyarakat secara keseluruhan dalam hal fungsi dari norma, adat, tradisi, dan lainnya. Teori Fungsionalisme Struktural dapat digunakan untuk mengkaji tentang reti yang berkaitan dengan struktur fungsional oleh masyarakat pendukungnya. Teori ini akan diterapkan pada penelitian untuk mengetahui fungsi struktural yang terdapat pada tradisi megalitik reti di Kampung Kawangu, Pandawai, Sumba Timur, Nusa

18 Tenggara Timur, untuk mengetahui arti bagi masyarakat pendukungnya pada reti dan keterlibatan dari masyarakat sekitar untuk memanfaatkan tinggalan arkeologi sebagai sarana dalam melakukan kegiatan tertentu dalam kehidupannya. Teori ini digunakan dalam membantu menjawab permasalahan yang terdapat pada penelitian ini yaitu makna reti bagi masyarakat pendukungnya atau masyarakat marapu di Kampung Kawangu, Pandawai, Sumba Timur. 2.3.2 Teori Semiotika Terdapat dua tokoh yang mengembangkan Teori Semiotika, yakni Ferdinand de Saussure (1857-1913) dan Charles Sander Peirce (1839-1914). Semiotika menurut Saussure didasarkan pada anggapan bahwa selama perbuatan dan tingkah laku manusia membawa makna atau selama berfungsi sebagai tanda, harus ada di belakangnya sistem perbedaan dan konvensi yang memungkinkan makna itu (Kriyanto, 2007:228). Semiotika mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan, konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai arti (Kriyantono, 2007: 261). Semiotika adalah ilmu yang mempelajari tentang tanda dan segala sesuatu yang berkaitan dengan tanda dan terdiri atas teori terkait tentang tanda yang dapat mempresentasikan suatu objek (Littlejohn, 2009: 53). Suatu tanda dibuat oleh masyarakat yang didukung oleh persatuan antarmasyarakat dan antarkelompok yang memiliki suatu struktur sosial (Hodge dan Kress, 1991: 79). Terdapat segitiga makna dalam teori semiotika.

19 1. Tanda ikonis merupakan tanda yang ada sebagai kemungkinan yang dapat dikaitkan atas dasar suatu persamaan yang secara potensial dimilikinya dan mirip dengan objeknya (Sobur, 2003: 41). Tanda ikonis yang dimaksudkan terkait antara tanda yang memiliki kemiripan dengan objek. Sesuai dengan penamaan kubur batu yaitu kubur yang dibuat menggunakan batu sebagai tempat pemakaman bagi kaum bangsawan yang meninggal salah satunya yang terdapat di Kampung Kawangu, Pandawai, Sumba Timur. 2. Indeks adalah sebuah tanda yang dalam hal corak tandanya tergantung dengan adanya sebuah hubungan dalam tanda. Indeks menunjuk pada makna langsung yang jelas dan bersifat universal. Misalnya saja corak tanda yaitu masyarakat dan hubungan dengan tradisi megalitik berupa reti yang terdapat di Kampung Kawangu, Pandawai, Sumba Timur. Jadi karena ada masyarakat maka terbentuk pula bangunan megalitik di tempat tersebut. 3. Lambang/simbol, adalah tanda yang hubungannya antara tanda dan hubungan dalam tanda yang dapat ditentukan oleh suatu peraturan yang berlaku umum. Misalnya batu yang terdiri dari 4 batu berdiri dan sebuah tutup pada bagian atas yang berukuran besar, itu menyatakan simbol berupa bangunan yang terbuat dari batu besar yang hanya dapat dipahami dengan mengetahui tentang latar budayanya. Teori ini digunakan untuk membantu menjawab permasalahan bentuk dan makna pada tinggalan tradisi megalitik reti di Kampung Kawangu, Pandawai, Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur.

2.4 Model Penelitian 20

21 MODEL PENELITIAN Tradisi Megalitik Reti di Kampung Kawangu, Pandawai, Sumba Timur Bentuk reti Teori Fungsionalisme Struktural Teori Semiotika Sistem penguburan Makna reti Analisis Tipologi Analisis Etnografi Temuan Penelitian Rekomendasi Keterangan : : Kaitan satu arah : Kaitan dua arah atau timbal balik Gambar 2.1 Bagan Model penelitian

22 Penjelasan Bagan Model penelitian ini menjelaskan tradisi megalitik yang difokuskan pada reti yang terdapat di Kampung Kawangu, Pandawai, Sumba Timur. Permasalahan yang akan dikaji dari reti, yaitu bentuk reti, sistem penguburan, dan makna reti. Permasalahan tersebut akan dikaji dengan menggunakan 2 teori, yaitu Teori Fungsionalisme Struktural dan Teori Semiotika yang kemudian akan digunakan untuk membantu dalam menganalisis data berupa reti. Terdapat 2 analisis data yang akan digunakan dalam menjawab permasalahan pada reti, yaitu (1) analisis tipologi yang akan membantu menjawab permasalahan terkait bentuk dan tipe pada reti berdasarkan ukuran serta bahan yang digunakan dalam pembuatan reti, (2) analisis etnografi digunakan untuk mengetahui sistem penguburan dan makna tradisi megalitik reti bagi masyarakat pendukungnya. Berdasarkan teori dan analisis tersebut akan diperoleh temuan penelitian berupa tipe reti, sistem penguburan pada reti, dan makna reti bagi masyarakat Kampung Kawangu. Berdasarkan temuan penelitian diharapkan dapat membantu memberikan rekomendasi berupa saran terkait reti yang terdapat di Kampung Kawangu, Pandawai, Sumba Timur.