BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas Nomor 2 Tahun Dalam Undang-Undang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. membutuhkan rangsangan dari lingkungannya. Masa dimana anak mulai

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU

I. PENDAHULUAN. yang mereka lahirkan. Dalam kelompok ini, arus kehidupan di kemudikan oleh

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan dapat melahirkan sumber daya manusia yang berkualitas yaitu yang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manusia (SDM) yang berkualitas yang mana menjadi subjek pencipta,

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peran penting bagi manusia. Menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 Bab 2 Pasal

BAB I PENDAHULUAN. Undang No.20 tahun 2003). Pendidikan memegang peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika. Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 pasal 3 berfungsi untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring perkembangan masyarakat Indonesia di era globalisasi ini,

Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika

BAB I PENDAHULUAN. secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

BAB I PENDAHULUAN. BAB II pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

faktor eksternal. Berjalannya suatu pendidikan harus didukung oleh unsur-unsur pendidikan itu sendiri. Unsur-unsur pendidikan tersebut adalah siswa,

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat pesat. Pengalaman-pengalaman yang didapat anak pada masa ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai Negara yang berkembang dengan jumlah penduduk besar, wilayah

BAB I PENDAHULUAN. di masa depan, karena dengan pendidikan manusia dididik, dibina dan dikembangkan

BAB V PENUTUP. teoritis dengan hasil penelitian di lapangan dan juga mengacu pada rumusan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. keluarga maupun masyarakat dalam suatu bangsa. Pendidikan bisa. dikatakan gagal dan menuai kecaman jika manusia - manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual. tertuang dalam sistem pendidikan yang dirumuskan dalam dasar-dasar

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran di sekolah dasar era globalisasi. menjadi agen pembaharuan. Pembelajaran di Sekolah Dasar diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah pondasi bagi majunya suatu negara. Bahkan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah adalah lembaga formal tempat dimana seorang siswa menimba ilmu dalam

2016 ANALISIS POLA MORAL SISWA SD,SMP,SMA,D AN UNIVERSITAS MENGENAI ISU SAINS GUNUNG MELETUS D ENGAN TES D ILEMA MORAL

I. PENDAHULUAN. Hal ini sesuai dengan UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan suatu negara, pendidikan memiliki peran strategis dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia. Menurut Djamarah (2000: 22) Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB VI PENUTUP. Optimalisasi Pendidikan Holistik di Sekolah Dasar untuk Mencapai

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses belajar agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. Sesederhana apapun peradaban suatu masyarakat, di dalamnya terjadi atau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang diperkirakan akan semakin kompleks. 1

I. PENDAHULUAN. yang mana didalamnya terdapat pembelajaran tentang tingkah laku, norma

BAB I PENDAHULUAN. berkarakter. Hal ini sejalan dengan Undang-undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha untuk merubah suatu bangsa ke arah yang lebih

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan serta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengertian pendidikan menurut Undang-undang Sistem Pendidikan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. serta bertanggung jawab. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

INOVASI PENDIDIKAN Bunga Rampai Kajian Pendidikan Karakter, Literasi, dan Kompetensi Pendidik dalam Menghadapi Abad 21

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. ini melalui Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), yaitu pendidikan yang ditujukan

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. dikarenakan melalui sektor pendidikan dapat dibentuk manusia yang

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA SISWA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa dan diperlukan guna meningkatkan mutu bangsa secara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional pada Undang- Undang RI No. 20 tahun 2003, Triana, 2015:

(PTK Pada Siswa Kelas VIII B SMP Muhammadiyah 10 Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk bagian dari Sumber Daya Manusia (SDM) yang sangat diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kemajuan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam dunia pendidikan khususnya, pelajaran akuntansi sangat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kepribadiannya berlandaskan dengan nilai-nilai baik di dalam masyarakat maupun

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian prasyarat Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Kewarganegaraan ROSY HANDAYANI A.

Sesuai dengan tujuan pendidikan yang berbunyi :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pertumbuhan budi pekerti tiap-tiap manusia. Orang tua dapat menanamkan benih

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 yang menyatakan bahwa : Proses pembelajaran pada umumnya memiliki komponen-komponen

BAB I PENDAHULUAN. dimiliki agar dapat hidup bermasyarakat dan memaknai hidupnya dengan nilai-nilai pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dari seberapa maju pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik. Oleh Karena itu, pendidikan secara terus-menerus. dipandang sebagai kebutuhan yang mendesak.

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas menentukan masa depan bangsa. Sekolah. sekolah itu sendiri sesuai dengan kerangka pendidikan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. tetap diatasi supaya tidak tertinggal oleh negara-negara lain. pemerintah telah merancang Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang di perlukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beralihnya masyarakat kita dari masyarakat yang masih sederhana

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sosial budaya dimana dia hidup.

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari kehidupan suatu bangsa. Pendidikan menjadi sarana dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 3 Undang-undang RI nomor 20 tahun 2003 (Burhanuddin, 2007: 82), mengungkapkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai posisi yang sangat penting dalam rangka

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam konteks kenegaraan, penyelenggaraan pendidikan diatur dalam Undang-Undang Sisdiknas Nomor 2 Tahun 2004. Dalam Undang-Undang tersebut, pendidikan diartikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif menggambarkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Sementara itu, dalam pasal 28 Undang-Undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 disebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, dan bertawa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dari deskripsi tentang fungsi dan tujuan pendidikan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa dalam pendidikan terdapat proses transformasi pengetahuan dan transformasi nilai. Transformasi pengetahuan akan menghasilkan peserta didik yang cerdas secara intelektual, sedangkan transformasi nilai menghasilkan peserta didik yang berkarakter. 1

Perilaku merusak diri, seperti keterlibatan menggunakan narkoba, ketergantungan pada narkoba, minuman keras, judi dan tauran adalah salah satu indikator lain kegagalan pembentukan karakter. Pembentukan karakter harus dilakukan sejak dini terutama pada anak usia dini. Karakter adalah perilaku kebaikan dengan pemahaman yang baik dan dapat diterapkan dalam bertindak dan bertanggung jawab akan apa yang dilakukan dan keputusan yang telah diperbuat baik dalam berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, lingkungan, sesama manusia dan kepada dirinya sendiri. Adapun karakter yang penting ditanamkan pada anak yaitu karakter kemandirian. Kemandirian merupakan kemampuan yang harus dimiliki anak untuk dapat berdiri sendiri di atas kakinya dalam arti menggunakan kemampuannya sendiri dalam melakukan aktivitas-aktivitas anak. Karakter mandiri merupakan kemampuan hidup yang utama dan salah satu kebutuhan manusia di awal usianya. Menurut Wiyani (2012) kemandirian pada anak usia dini ditandai dengan beberapa aspek yaitu: a) memiliki kepercayaan kepada diri sendiri. Anak yang memiliki kepercayaan diri sendiri memiliki keberanian untuk melakukan sesuatu dalam menentukan pilihan sesuai dengan kehendak sendiri dan bertanggung jawab terhadap konsekuensinya, contoh: anak berani mengerjakan tugas sekolah sendiri dan tidak menangis apabila salah, b) mampu dan berani menentukan pilihan sendiri, anak yang mandiri memiliki kemampuan dan keberanian dalam menentukan pilihannya sendiri. Contohnya seperti memilih makanan yang akan dimakan, memilih baju yang akan dipakai, dan dapat memilih mainan yang akan 2

digunakan untuk bermain, serta dapat memilih sandal untuk kaki kiri dan kanan, c) kreatif dan inovatif. Anak melakukan sesuatu atas kehendak sendiri tanpa disuruh oleh orang lain dan suka mencoba hal-hal yang baru, d) bertanggung jawab, anak yang mandiri akan bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya apapun yang terjadi. Contohnya tidak menangis pada saat salah mengambil mainan, lalu dengan senang hati menggantinya dengan permainan lainnya, e) mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya, anak yang mandiri akan cepat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Contohnya anak akan tetap belajar apabila tidak ditemani orangtuanya lagi, dan f) tidak bergantung pada orang lain, anak yang memiliki karakter mandiri selalu ingin mencoba sendiri dalam melakukan segala sesuatu dan dia akan tahu kapan waktunya meminta bantuan orang lain. Contohnya untuk mengambil mainan yang jauh dari jangkauannya dia baru meminta bantuan. Saat ini banyak anak yang kemandiriannya tidak mengikuti tingkat kedewasaan usianya. Anak yang tidak dilatih mandiri sejak usia dini akan menjadi individu yang tergantung pada orang lain sampai remaja bahkan dewasa nanti. Bila kemampuan-kemapuan yang seharusnya sudah dikuasai oleh anak di usia tertentu dan anak belum melakukannya dapat dikatakan anak yang manja dan tidak mandiri. Di lembaga PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) tempat saya akan melakukan penelitian terlihat ada anak yang mandiri dan ada anak yang masih belum mandiri. Ketidakmandirian anak ditandai dengan ketidakmampuan anak dalam melakukan hal-hal, seperti anak tidak percaya diri dan berani (harus ditemani pada saat ke kamar mandi untuk mandi, buang air kecil/besar), anak belum mampu menentukan pilihannya sendiri (belum mampu menentukan 3

makanan yang akan dimakan, memilih baju yang akan dipakai, belum dapat memilih alat permainan yang akan digunakan, serta dapat memilih mana sandal untuk kaki kanan dan sandal untuk kaki kiri), kreatif dan inovatif (tidak mau mencoba hal-hal yang baru seperti membantu orangtua merapikan tempat tidur dan menyiram bunga), belum bertanggung jawab dalm menerima konsekuensi (masih menangis ketika salah mengambil alat mainan dan tidak mau menggantinya kembali), belum mampu menyesuaikan dengan lingkungannya (belum mau ditinggal saat belajar di sekolah dan selalu ditemani pada saat belajar disekolah), dan masih bergantung pada orang lain (masih selalu meminta bantuan untuk mengambil mainan dan minta diambilkan makan serta minum). Tingkat kemandirian antara anak yang satu dengan anak yang lain memiliki perbedaan. Adapun yang menjadi faktor yang mempengaruhi tingkat kemandirian anak, yaitu kondisi fisiologis yang terlihat dari kesehatan jasmani dan keadaan tubuh, kondisi psikologis yang terlihat dari kecerdasan berpikir pada anak, lingkungan dimana bertitik pada keluarga, rasa cinta dan kasih sayang orangtua kepada anaknya, pola asuh orangtua dalam keluarga terlihat dari interaksi yang dibangun di dalam keluarga antara orangtua dengan anaknya, dan faktor pengalaman dalam kehidupan yang meliputi pengalaman di lingkungan sekolah dan masyarakat. Penelitian ini berfokus pada pola asuh orangtua sebagai faktor yang sangat mempengaruhi kemandirian anak. Pola asuh adalah cara atau teknik yang digunakan orangtua dalam mengasuh, merawat dan memberi pengajaran di dalam keluarga. Bagaimana orangtua seperti ayah dan ibu mendidik anak dan 4

berkomunikasi dalam menjalin hubungan sehari-hari kepada anaknya akan menggambarkan pola pengasuhan yang diterapkan di dalam keluarganya dan setiap pola pengasuhan yang diterapkan pada anak akan memberikan dampaknya masing-masing terhadap pembentukan kemandirian anak. Dalam pengasuhan orangtua memiliki banyak pilihan pola asuh yang dapat diterapkan orangtua yang mana setiap pola asuh memberikan dampak yang berbeda-beda pada kemandirian anak. Ubaedy (2007:46) menyatakan ada tiga pola asuh yang dapat diterapkan orangtua yaitu a) pola asuh otoriter, yaitu pola asuh ini orang tua berusaha membentuk anak, mengontrol segala aktivitas anak dan memberi standar perilaku yang baku. Pada pola asuh ini orangtua lebih bersikap protektif yang sulit memberikan kepercayaan apada anak yang tidak memberikan kesempatan pada anak dan tingkat kepercayaan pada anak sangat kurang sehingga pada kemandirian anak kurang tepat, b) pola asuh demokratis yaitu, memberikan arahan yang kuat pada seluruh aktivitas anak, namun tetap memberikan wilayah yang bebas ditentukan atas diskusi orangtua dengan anak. Pola asuh ini lebih banyak memberikan kesempatan dan kepercayaan kepada anak dengan tetap memperhatikan kontrol pada anak sehingga kemandirian anak lebih baik dibandingkan dengan pola asuh yang lain, dan c) pola asuh permisif yaitu, dominan pada anak, orangtua cenderung mencari aman, menghindari hal-hal yang sulit serta menerima atau mengikuti apa kemauan si anak secara utuh. Pada pola asuh ini anak terlihat manja dengan memiliki sikap ingin selalu dilayani oleh orangtuanya sehingga akan membuat anak tidak mandiri. 5

Melihat besarnya peranan pola asuh orangtua mempengaruhi kemandirian anak, maka penelitian ini akan melihat bagaimana perbedaan kemandirian anak dilihat dari pola pengasuhan yang diterapkan orangtua di dalam keluarga. Dari uraian di atas tiga pola asuh yang dapat mempengaruhi kemandirian anak yang mendasari penulis untuk melakukan penelitian dengan judul : Perbedaan Kemandirian Anak Usia 5-6 Tahun Ditinjau Dari Pola Asuh Orangtua di Lembaga PAUD Kecematan Kualuh Hulu Kabupaten Labuhan Batu Utara. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas maka identifikasi masalah pada penelitian ini adalah: Apakah kondisi fisiologis dapat mempengaruhi karakter kemandirian anak? Apakah kondisi psikologis dapat mempengaruhi karakter kemandirian anak? Apakah pola pengasuhan yang diterapkan orangtua di dalam keluarga dapat mempengaruhi perbedaan karakter kemandirian anak? Apakah lingkungan keluarga dapat mempengaruhi karakter kemandirian anak? Apakah rasa cinta dan kasih sayang orangtua kepada anak dapat mempengaruhi karakter kemandirian anak? Apakah pengalaman hidup anak dapat mempengaruhi karakter kemandirian anak? 1.3 Batasan Masalah Adapun masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini dibatasi pada pola asuh orang tua yang diterapkan terhadap karakter kemandirian anak usia 5-6 tahun di lembaga PAUD Kecematan Kualuh Hulu Kabupaten Labuhan Batu Utara. 6

1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, yang menjadi rumusan masalah pada penelitian ini, yaitu Apakah Ada Perbedaan Karakter Kemandirian Anak di Tinjau Dari Pola Asuh Orangtua Pada Lembaga PAUD di Kecamatan Kualuh Hulu Kabupaten Labuhan Batu Utara? 1.5 Tujuan Penelitian Bertitik tolak dari perumusan masalah yang telah dikemukakan maka tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk melihat Bagaimana Perbedaan Karakter Kemandirian Anak Ditinjau Dari Pola Asuh Orangtua Pada Lembaga PAUD di Kecamatan Kualuh Hulu Kabupaten Labuhan Batu Utara 1.6 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara teoritis maupun secara praktis 1. Secara Teoritis : Sebagai pengembangan kasanah Ilmu Pendidikan di Indonesia khususnya Program Studi Anak Usia Dini yang berkaitan karakter kemandirian anak usia 5-6 tahun. 2. Secara Praktis : a. Bagi orang tua Sebagai bahan informasi bagi para orangtua dalam mengetahui tingkat kemandirian anak mereka, sehingga dapat diambil langkah-langkah untuk meningkatkan kemandirian anak. 7

b. Bagi peneliti Sebagai bahan masukan bagi peneliti dan sumber referensi dalam melakukan penelitian dibidang yang sama. 8