Kajian Etika dan Estetika dalam Serat Sangu Pati Jilid 2 karya Ki Padma Sujana Oleh: Ana Sulastri Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa anasulastri0411@gmail.com Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan (1) nilai etika Jawa yang terdapatdalam Serat Sangu Pati Jilid 2 Karya Ki Padma Sujana, (2) unsur-unsur estetika yang terdapat dalam Serat Sangu Pati Jilid 2 Karya Ki Padma Sujana.Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data penelitian ini adalah Serat Sangu Pati Jilid 2 Karya Ki Padma Sujana. Data penelitian berupa etika Jawa, yaitu etika keselarasan dan etika kebijaksanaan; dan unsur-unsur estetika dalam Serat Sangu Pati Jilid 2 Karya Ki Padma Sujana. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik pustaka, simak, dan catat. Instrumen penelitian yang dilakukan menggunakan human instrumant (peneliti sendiri), tabel, dan didukung buku-buku yang relevan dengan penelitian. Teknik analisis data yang digunakan adalah content analisis (analisis konten). Teknik keabsahan data menggunakan teknik validitas semantis dan meningkatkan ketekunan. Penyajian hasil analisis menggunakan teknik informal.hasil penelitian Serat Sangu Pati Jilid 2 Karya Ki Padma Sujana banyak memuat nilai etika Jawa. Beberapa nilai etika Jawa diantaranya (a) etika keselarasan sosial meliputi 2 indikator, yaitu tidak memaksakan kehendak dan menghormati sesama manusia. (b) etika kebijaksanaan meliputi 5 indikator, yaitu nasihat, waspada, sikap batin yang tepat, bersyukur, dan tabah. Estetika yang terdapat dalam Serat Sangu Pati Jilid 2 Karya Ki Padma Sujana purwakanthi guru-swara 53 indikator, purwakanthi guru-sastra 391 indikator, purwakanthi lumaksita 4 indikator, yogyaswara 1 indikator, tembung garba 13 indikator, dasanama 14 indikator, plutan 6 indikator, tembung kosok balen 5 indikator. Kata kunci: etika, estetika, Sangu Pati Jilid 2 Pendahuluan Naskah atau manuskrip merupakan warisan budaya yang dapat memberikan informasi untuk mengungkapkan sejarah kebudayaan di masa lampau yang diwujudkan dalam bentuk tulisan kuna atau aksara-aksara kuna.naskah-naskah kunaseperti manuskrip ini merupakan salah satu jenis hasil budaya yang cukup penting keberadaannya.naskah selain dapat dinikmati keindahan atau estetikanya, naskah juga mengandung nilai etika atau moral.etika seseorang dapat dilihat dari etika keselarasan dan etika kebijaksanaan.endraswara (2010: 56-64) menjelaskan, etika keselarasan merupakan cita-cita luhur orang Jawa untuk mencapai harmoni kehidupan lahir batin serta antara personal dan sosila melalui prima facie (harus bersikap baik kepada orang lain, adil, setia, jujur, dan lain sebagainya). Sedangkan etika kebijaksanaan merupakan cara pemikiran yang menguntungkan orang Jawa. Orang yang bijaksana tidak akan Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 61
bertindak di luar etika, melainkan senantiasa penuh pertimbangan dengan pitutur luhur, pesan-pesan ajaran hidup, yang berpedoman pada pergaulan dalam masyarakat. Orang yang bisa membawa diri, menempatkan diri, dan mawas diri akan memberikan hubungan sosial yang semakin mantap. Isi dari naskah atau manuskrip meliputi berbagai bidang antara lain bidang agama, sejarah, adat-istiadat, legenda, piwulangan, pendidikkan, hukum, dan sebagainya. Salah satu naskah yang akan dikaji adalah Serat Sangu Pati Jilid 2 Karya Ki Padma Sujana. Ki Padma Sujana adalah penulis Serat Sangu Pati Jilid 2, dan Ki Padma Sujana adalah orang yang merdeka dan berusaha mempelajari ilmu pengetahuan Jawa di Surakarta.Serat Sangu Pati Jilid 2 Karya Ki Padma Sujana mengungkapkan tentang kehidupan manusia dari mulai dilahirkan untuk mencari sangu pati sampai meninggal dunia. Berbeda dengan Serat Sangu Pati Karya Raden Ngabei Sindu Praja abdi dalem panewu Gedhong Kiwo yang hanya membahas tentang tembang pocung yang menggambarkan siksa api neraka, adanya ilmu tasawuf, para wali, dan suhada. Estetika merupakan keindahan karya sastra Jawa khususnya tembang macapat dibentuk dengan beberapa cara dan didukung oleh persajakkan atau permainan bunyi yang disebut purwakanthi, yaitu purwakanthi guru-swara, purwakanthi guru-sastra, dan purwakanthi basa, selain itu didukung oleh pemilihan kata dan penggunaan kata atau kelompok kata, seperti tembug garba dan penggunaan lelewaning basa atau gaya bahasa. Sastra dapat dikatakan menghibur karena menyajikan keindahan, memberikan makna terhadap kehidupan (kematian, kesengsaraan, maupun kegembiraan), atau mengeluarkan dunia imajinasi seseorang dan menyampaikan imajinasi tersebut dalam sebuah karya sastra.banyak pesan yang dapat disampaikan melalui karya sastra yang bersifat tersirat. Kajian iniberjudul Kajian Etika dan Estetika dalam Serat Sangu Pati Jilid 2 Karya Ki Padma Sujan, karena setelah melalui proses membaca dan menterjemahkan isi naskah dapat diketahui bahwa Serat tersebut berbentuk tembang macapat, menggunakan metrum Dhandhanggula, terdiri dari 34 halaman, yaitu cover, halaman cover, foto dan tanda tangan pengarang, Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 62
pembukaan, dan isi serat. Serat Sangu Pati Jilid 2 Karya Ki Padma Sujana menggunakan aksara Jawa dan masih dapat dibaca.serat ini terdiri diri dari tujuh pupuh.pupuh satu Dhandhanggula 8 pada, pupuh dua Pangkur 12 pada, pupuh tiga Sinom 10 pada, pupuh empat Kinanthi 15 pada, pupuh lima Durma 25 pada, pupuh enam Gambuh 12 pada, pupuh tujuh Dhandhanggula 28 pada. Serat Sangu Pati berisi tentang piwulangan atau ajaran yang diberikan oleh Ki Padma kepada manusia berupa bekal mati menuju di akhirat, sehinggatimbul keinginan untuk turut serta menjaga warisan budaya Jawa yang berupa naskah Jawa yang berisi wejanganwejangan seperti nilai etika. Metode Penelitian Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif.sumber data diperoleh secara tertulis, foto, dan statistik.sumber data berupa naskah Serat Sangu Pati Jilid 2 Karya Ki Padma Sujana.Data yang dianalisis adalah kata-kata yang mengandung nilai-nilai etika dan unsur-usur estetika dalam naskah Serat Sangu Pati Jilid 2 Karya Ki Padma Sujana.Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik pustaka, simak, dan catat.instrumen penelitian yang dilakukan menggunakan human instrumant (peneliti sendiri).teknik analisis data yang digunakan adalah content analisis (analisis konten).teknik keabsahan data menggunakan teknik validitas semantis dan meningkatkan ketekunan.penyajian hasil analisis menggunakan teknik informal. Hasil Penelitian 1. Etika Jawa dalam Serat Sangu Pati Jilid 2 Karya Ki Padma Sujana a. Etika Keselarasan Sosial Kutipan yang menunjukkan etika keselarasan sosial dalam Serat Sangu Pati Jilid 2 terdapat pada tembang gambuh pupuh VI sebagai berikut. samêngko ingsun tutur, marang sakéh anak putu ningsun, bok di aling réh ning tatih nitah jawi, jawané baé tan putus, pêksa mêlik wéking nguwong. Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 63
Sementarajika saya berbicara kepada semua anak cucu saya, maka dibatasi dengan tatanan hidup Jawa. Tatanan hidup Jawa saja tanpa terputus, jadi tidak memaksakan kehendak orang lain. Data di atas menjelaskan bahwa kelak jika berbicara dengan anak cucu diimbangi dengan aturan Jawa agar kejawennya tidak hilang, sehingga tertanam jiwa untuk menghargai dan menghormati diri sendiri dan orang lain. Aturan Jawa akan membimbing anak membuka diri dalam rasa (rasa), sehingga anak dalam situasi apapun dapat menunjukkan rasa hormat dan membawa diri menurut tatakrama. Masyarakat Jawa mengatur interaksi dengan sesama melalui dua prinsip, yaitu prinsip kerukunan dan prinsip hormat. Dari data tersebut dapat dijelaskan bahwa etika keselarasan sosial yang terdapat dalam Serat Sangu Pati Jilid 2 memberikan ajaran bahwa sebagai orang tua yang masih memegang teguh aturan kejawen harus menanamkan aturan-aturan tersebut kepada anak cucu. Hal tersebut dapat menuntun dan mengendalikan anak dalam situasi apapun, sehingga anak dapat membawa diri menurut tatakrama untuk menghormati dan menghargai orang lain. Etika keselarasan sosial akan tercipta jika orang tua memberikan pengertian yang tepat kepada anak cucu. b. Etika Kebijaksanaan Kutipan yang menunjukkan etika kebijaksanaan yang terdapat padatembang dhandhanggula pupuh I Serat Sangu Pati Jilid 2 Karya Ki Padma Sujana sebagai berikut. awit ana SarjaNa mumpuni, sung wasita mring pra-siswa nira, pan mangkéné wawarahé, héh para sutan ingsun, tilingêna ingsun jarwani, jatiné kanyatan, kang wus ingsun dulu, kabéh saisining jagad, bisa dadi sasi bégalani urip, mula dipun prayitna. Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 64
Trjemahan: Semenjak ada guru yang pintar ilmu pengetahuan, memberi nasihat kepada para siswanya. Begini nasihatnya, para muridku sekalian dengarkan penjelasan guru: bahwa kenyataan yang kaliayan lihat,semua isi di dunia ini,bisa menjadi penghalang hidup, oleh sebab itu harus diwaspadai. Dari kutipan di atas dapat dijelaskan bahwa seorang guru yang memberi nasihat kepada para murid agar selalu waspada karena kenyataan yang terlihat semua isi dunia, yaitu dua puluh sifat yang dilambangkan dengan beberapa wujud, yaitu bumi, hawa nafsu, air, api, tanah dan lain-lain yang dapat menjadi godaan hidup manusia selama di dunia. Inti dari penjelasan serat tersebut adalah sebagai manusia hendaknya tidak memikirkan hal-hal yang bersifat duniawi atau memikirkan diri sendiri (egois) karena godaan yang berwujud keduapuluh sifat tersebut dapat menuntun manusia untuk memperoleh bekal menuju akhirat kelak atau menuju kehidupan yang sesungguhnya. Dari data di atas dapat dijelaskan bahwa etika kebijaksanaan yang terdapat dalam kutipan Serat Sangu Pati Jilid 2 mengajarkan kepada manusia supaya bersikap waspada, tidak memikirkan kepentingan duniawi, dan kepentingan pribadi (egois). Kenyataan yang ada di dunia hanya bersifat duniawi atau tidak abadi, jika tidak mawas diri maka isi dunia (harta, tahta, dan wanita) akan menjadi godaan atau penghalang hidup menuju akhirat. 2. Unsur-unsur Estetika dalam Serat Sangu Pati Jilid 2 Karya Ki Padma Sujana 1) Purwakanthi a) Purwakanthi guru-swara Padma mêdhar warana kang wêrit,. Padma menjelaskan penghalang yang gaib, Purwakanthi guru-swara yang terdapat pada SeratSangu Pati Jilid 2 tembang dhandhanggula paragraf satu ditunjukkan pada kata Padma (nama pengarang) yang terletak pada bagian depan dan warana (penghalang atau Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 65
penutup) yang terletak pada bagian tengah, yaitu suara vokal a pada ma dan na. Penyebutan ulang inilah yang disebut dengan purwakanthi guru-swara. b) Purwakanthi guru-sastra Padma mêdhar warana kang wêrit,. Padma membuka penghalang yang gaib, Purwakanthi guru-sastra yang terdapat dalam Serat Sangu Pati Jilid 2 pada tembang dhandhanggula paragraf 1 ditunjukkan pada kata mêdhar(membuka) terletak pada bagian tengah, warana (penghalang) terletak pada bagian tengah, dan wêrit (gaib) terletak pada bagian akhir, yaitu konsonan r. c) Purwakanthi basa utawa lumaksita Kutipan yang menunjukkan purwakanthi lumaksita dalam Serat Sangu Pati Jilid 2 sebagai berikut. urun jaya gonta-gantidan nitis manitis sami, Kutipan di atas yang menunjukkan purwakanthi lumaksita terdapat dalam Serat Sangu Pati Jilid 2 pada tembang sinom pupuh III paragraf tiga baris keempat dan lima sebagai berikut. Marga sipat kalih dasa, rina wêngi nambut kardi, samêndhang wus nora rênggang, urun jaya gonta-ganti, nitis-manitis sami, sa méng titah datan éwuh, marma yén kawruh Buddha, warahé para winasis kathah janma bisa nitis kaping sapta. Karena keduapuluh sifat tersebut, waktu malam bekerja walaupun hasilnya sekecil kulit padi yang suadah tidak renggang. Memberikan kemenangan berganti-ganti, berubah-ubahsama. Semua kehidupan tidak sulit.kasih sayang jika dalam Budha mengajarkan para cendekiawan banyak manusia yang bisa hidup tujuh kali. Dari data di atas kata yang menunjukkan purwakanthi lumaksita adalah kata nitis manitis.kata nitis manitis terletak pada awal baris diulang pada kata berikutnya disebut purwakanthi lumaksita karena dalam satu bait tembang di Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 66
atas terdapat kata-kata yang digunakan lebih dari satu kali sehingga kata tersebut seperti lumaksita atau berjalan. 2) Yogyaswara Mimindha kaki nini, Kutipan di atas yang menunjukkan tembung yogyaswara terdapat dalam Serat Sangu Pati Jilid 2 pada tembang durma pupuh V paragraf tigabelas baris kedua sebagai berikut. Kadadéyan kumayaning ponca driya, mimindha kaki nini, sanak miwah mitra, wreda padéné mudha, tarkadhang rupa naga aji, myang wujuding kang: cahya amoncawarna. Terjadinya seperti lima panca indera, kedua kakek nenek, sanak saudara, orang tua dengan yang muda terkadang berwujud raja ular naga.menuju wujud cahaya warna-warni. 3) Tembung Garba Jajah kwaséng hyang agung, Kutipan di atas yang menunjukkan tembung garbayang terdapat dalam Serat Sangu Pati Jilid 2adalah kata kwaséngberasal dari kata kuwasa+ing, karena kedua kata tersebut saling berkaitan sehingga membentuk satu rangkaian kata, yaitu kwaséng yang artinya kekuasaannya di-.rangkaian kedua kata tersebut disubut tembung garba. 4) Tembung Dasanama ywaku tungkul sira anéng donya, kabéh saisining jagad, ingkang dhingin buwana kang keksi, yékubumi banyu lawan, Kutipan dalam Serat Sangu Pati Jilid 2 Karya Ki Padma Sujana yang menunjukkan tembung dasanama adalah kata donya, jagad, buwana,bumi. Kata-kata tersebut memiliki arti yang sama, yaitu bumi. Pengelompokan kata yang terdapat pada data di atas disebut dengan dasanama. Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 67
5) Tembung Plutan sung wasita mring pra siswanira, pra = pa- + -ra berasal dari kata para Kutipan dalam Serat Sangu Pati Jilid 2 Karya Ki Padma Sujanadi atas yang menunjukkan tembung plutan adalah kata pra.kata pra berasala dari kata para, karena dipluta menjadi pra yang artinya para.pengurangan pada kata para menjadi pra disebut tembung plutan. 6) Tembung Kosok Balen Pangkur (pada 6, gatra 2 )... pakaryannyasiyang pantara ratri,...... Bekerja siang dan malam,... Simpulan Kutipan di atas yang menunjukkan tembung kosok balen adalah kata siyangdan ratri.kata siyang artinya menandakan waktu siang dan kata ratri artinya menandakan waktu malam.perbedaan dua kata tersebut yang disebut dengan tembung kosok balen, karena kata dan maknanya berlawanan. Dari hasil analisis data yang telah dilakukan peneliti, maka dapat disimpulkan bahwa dalam Serat Sangu Pati Jilid 2 Karya Ki Padma Sujana tersebut terdapat nilai etika dan unsur-unsur estetika.etika Jawa yang terdapat dalam Serat Sangu Pati Jilid 2 Karya Ki Padma Sujana terdiri dari 7 tembang.dari keseluruhan terdapat a. etika keselarasan sosial meliputi, tidak memaksakan kehendak (3), dan Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 68
menghormati sesama manusia (1); b. etika kebijaksanaan meliputi, nasihat, waspada, sikap batin yang tepat, bersyukur, dan tabah. Estetika dalam Serat Sangu Pati Jilid 2 Karya Ki Padma Sujana terdiri dari 7 tembang yang meliputi purwakanthi guru-swara (53), purwakanthi guru-sastra (391), purwakanthi lumaksita (4), yogyaswara (1), tembung garba (13), dasanama (14), plutan (3), tembung kosokbalen (5). Daftar Pustaka Baried, Siti Baroroh. 1985. Pengantar Teori Filologi. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Bertens, K. 2007. Etika. Jakarta: Gramedia. Endraswara, Suwardi. 2010. Etika Hidup Orang Jawa. Yogyakarta: Narasi. Magnis-Suseno, Franz. 1984. Etika Jawa. Jakarta: Gramedia. Ratna, Nyoman Kutha. 2011. Estetika Sastra Budaya. Denpasar: Pustaka Belajar. S. Padmosoekotjo. 1958. Ngengrengan Kasusastran Djawa II. Yogyakarta: Hien Hoo Sing.. 1960. Ngengrengan Kasusastran Djawa I. Yogyakarta: Hien Hoo Sing. Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 69