BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis faktor..., Agus Imam Rifusua, FE UI, 2010.

BAB III. DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN Kondisi Provinsi DKI Jakarta Kondisi Geografis Jakarta Kondisi Demografis

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

LAMPIRAN Kajian Kebijakan Standar Pelayanan Angkutan Umum di Indonesia (Menurut SK. Dirjen 687/2002)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUASAN PENGGUNA BUSWAY Pite Deanda NRP :

FOKE-NARA ADJI-RIZA JOKOWI-AHOK HIDAYAT-DIDIK FAISAL-BIEM ALEX-NONO

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian khususnya perkotaan. Hal tersebut dikarenakan transportasi

BAB I PENDAHULUAN. Depok, Tangerang dan Bekasi (Bodetabek) yang semakin berkembang.

Pandangan Responden Terhadap Proyek Monorel (MRT) di Jakarta Riset dilakukan pada: November 2013 Berdasarkan panelis dari Nusaresearch

Ketika MRT Urai Kemacetan Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI. transportasi untuk kebutuhan produksi, distribusi dan konsumsi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat cepat dari masyarakat baik yang tinggal di desa maupun di kota membutuhkan

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN SISTEM BUS RAPID TRANSIT

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan kehidupan manusia di seluruh dunia tidak terlepas dari yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS TINGKAT PELAYANAN DAN TINGKAT KEPUASAN 8 KORIDOR TRANSJAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

TERMINAL TOPIK KHUSUS TRANSPORTASI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan ( trip) antara asal ( origin) dan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. prasarana yang dimiliki kota tersebut. Jayadinata (1992:84) menyatakan, kota

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 40 Tahun 2016 Seri E Nomor 29 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 40 TAHUN 2016 TENTANG

L E B A K B U L U S BAB 1 PENDAHULUAN

STUDI OPERASI WAKTU TEMPUH DAN LOAD FACTOR PADA TIAP HALTE BUSWAY TRANSJAKARTA TRAYEK KOTA BLOK M

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Angkutan umum sebagai salah satu moda transportasi untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta merupakan ibu kota Republik Indonesia, dikenal juga sebagai kota

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Jasa transportasi merupakan salah satu dari kebutuhan manusia. Untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi merupakan salah satu elemen yang sangat penting bagi kebutuhan manusia

BAB I PENDAHULUAN. yaitu angkutan/kendaraan pribadi dan angkutan umum atau publik.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut kamus besar bahasa Indonesia edisi (2005) Evaluasi adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota sebagai perwujudan aktivitas manusia senantiasa mengalami perkembangan dari waktu ke waktu.

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB 1 PENDAHULUAN. diiringi dengan peningkatan mobilitas manusia dan kegiatan yang dilakukan. Jakarta

I. PENDAHULUAN. Permasalahan di sektor transportasi merupakan permasalahan yang banyak terjadi

MATRIKS PENJABARAN PENCAPAIAN KINERJA PROGRAM MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Munawar, A. (2004), angkutan dapat didefinisikan sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. sesuatu yang merupakan penunjang terselenggaranya suatu proses (usaha,

Alternatif Pemecahan Masalah Transportasi Perkotaan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan. penumpang, bus kecil, bus sedang,dan bus besar.

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan masyarakat akan pelayanan transportasi saat ini semakin

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

STASIUN KERETA BAWAH TANAH ISTORA DI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. tarik tersendiri bagi penduduk untuk melakukan migrasi ke daerah tertentu. Migrasi

BAB I PENDAHULUAN. interaksi yang baik dan ideal antara komponen komponen transportasi

BAB. 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB V. SIMPULAN dan SARAN. Berdasarkan hasil yang telah diperoleh, maka terdapat beberapa simpulan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk sosial diketahui tidak dapat hidup sendiri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota Semarang merupakan ibu kota propinsi Jawa Tengah. Kota

BAB I PENDAHULAN 1.1 Tinjauan Umum 1.2 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sumber kebutuhan manusia tidak berada di sembarang tempat, sehingga terjadi. 1. manusia yang membutuhkan perangkutan,

Terminal Antarmoda Monorel Busway di Jakarta

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Tingginya populasi masyarakat Indonesia berimbas pada tingkat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. transportasi makro perlu dipecahkan menjadi sistem transportasi yang lebih kecil

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS

MODEL PEMILIHAN MODA ANTARA LIGHT RAIL TRANSIT (LRT) DENGAN SEPEDA MOTOR DI JAKARTA

PERSEPSI PENUMPANG TERHADAP PENGOPERASIAN DAN PENGEMBANGAN SISTEM ANGKUTAN UMUM DI KOTA MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tahun jumlah penduduk Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Berdasarkan, Juknis LLAJ, Fungsi Terminal Angkutan Jalan dapat ditinjau dari 3 unsur:

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 103 TAHUN 2007 TENTANG POLA TRANSPORTASI MAKRO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I TINJAUAN PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN I - 1 BAB I PENDAHULUAN TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Peranan tersebut menjadikan angkutan umum perkotaan sebagai aspek

I. PENDAHULUAN. Transportasi merupakan faktor pendukung pertumbuhan perekonomian di sebuah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. pemindahan orang dan atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan

DUKUH ATAS COMMUTER CENTER 2019

PELUANG INVESTASI PEMBANGUNAN LRT DAN BRT

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan masyarakat kota Padang dalam menjalankan aktifitas sehari-hari sangat tinggi.

KONSOLIDASI TRANSPORTASI PERKOTAAN

BAB 1 PENDAHULUAN. keberlangsungan hidup manusia. Transportasi digunakan untuk memudahkan manusia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

disatukan dalam urutan tahapan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

perbaikan hidup berkeadilan sosial.

Merumuskan pola penggunaan/pemilihan moda penduduk Jakarta. Merumuskan peluang perpindahan penggunaan moda dari kendaraan pribadi ke BRT di Jakarta.

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

PENGANTAR TEKNIK TRANSPORTASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERENCANAAN TRAYEK KERETA API DALAM KOTA JURUSAN STASIUN WONOKROMO STASIUN SURABAYA PASAR TURI TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. kepadatan tersebut diimbangi dengan tingginya penggunaan kendaraan bermotor yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Angkutan Umum Masal Perkotaan. Jabodetabek. Jaringan. Rencana Umum.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa dan negara. Hal ini tercermin semakin meningkatnya kebutuhan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Urbanisasi merupakan fenomena yang dialami oleh kota-kota besar di Indonesia. Urbanisasi terjadi karena belum meratanya pertumbuhan wilayah antara daerah pedalaman dengan daerah perkotaan. Besarnya perbedaan antar tingkat pertumbuhan wilayah menyebabkan semakin tingginya tingkat urbanisasi. Ekspektasi atas tingkat pendapatan yang lebih besar masih sangat menjanjikan bagi pelaku urbanisasi walaupun pada gilirannya urbanisasi tersebut akan meningkatkan jumlah penduduk kota tujuan. Peningkatan jumlah penduduk ini selanjutnya akan menimbulkan beberapa permasalahan bagi kota tujuan (Sadyohutomo, 2009). Penduduk DKI Jakarta sudah mencapai lebih dari 9 juta jiwa dengan luas wilayah 662,33 km 2 yang berarti mempunyai kepadatan penduduk mencapai 15. 082,85 ribu/km 2 dan menjadikan provinsi ini sebagai wilayah yang terpadat penduduknya (Badan Pusat Statistik, 2013). Dengan semakin meningkatnya penduduk kota menyebabkan semakin tingginya aktivitas dan jumlah perjalanan baik orang maupun barang. Keterbatasan lahan dan tingginya harga tanah di DKI Jakarta mendorong sejumlah warga Jakarta yang sudah menetap dan bekerja di sana serta warga pendatang yang baru bekerja di Jakarta, memilih tempat tinggal di wilayah pinggiran. Sementara di sisi lain, perkantoran dan pusat bisnis masih terpusat di kawasan DKI Jakarta. Para pekerja dari sekitar Jakarta ini kemudian menjadi komuter. Setiap hari ada 1,4 juta komuter menuju Jakarta dari berbagai wilayah sekitar (Sutiyoso, 2007). Pergerakan para komuter setiap harinya dalam melakukan kegiatan membuat mobilitas perkotaan yang tinggi pada waktu tertentu. Tingginya mobilitas penduduk suatu perkotaan tidak lepas dari peran transportasi kota. Namun, kenyataannya pengembangan sistem transportasi yang tidak dilaksanakan secepat meningkatnya kebutuhan akan tuntutan fasilitas transportasi. Akibatnya adalah meningkatnya derajat kemacetan di berbagai tempat di bagian dalam 1

Jakarta. Meningkatnya derajat kemacetan lalu lintas ini telah mengakibatkan melambatnya mobilitas kendaraan yang berujung pada lambatnya kegiatan (Darmaningtyas, 2010). Masalah transportasi yang terjadi di Jakarta menjadi hal yang sangat lumrah, terutama kemacetan lalu lintas yang sudah menjadi trademark ibu kota. Bahkan menurut hasil survei tim dari nusaresearch, lebih dari 90% responden (yang tinggal di Jakarta) memilih kemacetan lalulintas sebagai permasalahan utama yang paling merisaukan (Nusaresearch, 2013). Kerugian yang diderita akibat dari masalah kemacetan ini jika dikuantifikasikan dalam satuan moneter sangatlah besar, yaitu kerugian karena waktu perjalanan menjadi lebih panjang dan makin lama, biaya operasi kendaraan menjadi lebih besar dan polusi kendaraan yang dihasilkan makin bertambah. Pada kondisi macet, kendaraan merangkak dengan kecepatan yang sangat rendah, pemakaian bahan bakar minyak (BBM) menjadi sangat boros, mesin kendaraan menjadi lebih cepat aus dan buangan yang dihasilkan kendaraan lebih tinggi kandungan konsentrasinya. Pada kondisi macet pengendara menjadi cenderung tidak sabar, yang menjurus ke tindakan tidak disiplin yang pada akhirnya memperburuk kondisi kemacetan lebih lanjut lagi (Adisasmita, 2011). Dampak dari masalah transportasi yang tidak terselesaikan tersebut tentunya menurunkan kualitas daya dukung Jakarta sebagai Ibu kota NKRI. Hal ini jelas mengganggu berjalannya sistem pemerintahan Indonesia. Kebijakan pemerintah yang ada pun sering kali tidak memberikan solusi yang signifikan. Terkadang malah menjadi pemicu terjadinya masalah baru, seperti pembangunan ekonomi dengan mendirikan pusat kegiatan ekonomi di tengah kota. Hal tersebut menyebabkan naiknya mobilitas yang berakhir pada kemacetan lalu lintas. Penyebab tidak berhasilnya suatu kebijakan terkadang berasal dari pihak pengambil keputusan yang kurang tepat, tidak sesuainya pelaksanaan di lapangan atau perilaku masyarakat yang tidak mendukung (Adisasmita, 2009). Salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah daerah DKI Jakarta untuk mengatasi semakin tingginya tingkat kemacetan dan semakin buruknya kondisi alat transportasi publik yang beroperasi di DKI Jakarta maka Pemerintah 2

provinsi DKI Jakarta menggagas untuk membuat sarana transportasi makro bagi penduduk Jakarta guna mengurangi kemacetan yang ada. Busway atau Trans Jakarta dengan dikeluarkannya SK GUB DKI No. 110 Tahun 2003 tentang Pembentukan, Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengelola Transjakarta-Busway. Transjakarta atau umum disebut Busway ini merupakan sebuah sistem transportasi bus cepat di DKI Jakarta, Indonesia yang sistem ini dimodelkan berdasarkan sistem Transmilenio yang sukses di Bogota, Kolombia (Chairunnisa, 2008). Busway memiliki beberapa kelebihan, antara lain: waktu pembangunan sarana-prasarana lebih cepat, biaya lebih murah sehingga mampu didanai sendiri oleh APBD, infrastruktur jalan untuk pilot project telah tersedia dan memadai, rute koridor fleksibel untuk menjangkau berbagai wilayah kota, sangat efisien dalam penggunaan ruang jalan dan sarana yang tepat untuk transisi culture engineering (budaya tertib dan antri) sebelum tersedia LRT atau MRT (Imam R, 2010). Permintaan penambahan trayek busway ke daerah sekitar Jakarta (Bodetabek) semakin meningkat oleh para komuter yang setiap harinya. Hal ini dapat dilihat dari tingginya pergerakan masyarakat di Jabodetabek pada tabel 1. Tabel 1. Pergerakan Masyarakat di Jabodetabek Pergerakan Volume (orang/hari) Jakarta- Tangerang 1,158,486 Jakarta- Bekasi 1,330,544 Jakarta- Bogor/Depok 1,185,403 Sumber: JAPTRAPIS, 2012 Pergerakan masyarakat terbesar ada pada Jakarta Bekasi dengan jumlah pergerakan 1,330,544 orang/hari. Besarnya pergerakan tersebut mendorong pemerintah antar daerah untuk melakukan kerjasama peningkatan angkutan umum masal yang dapat terintegrasi menghubungkan kedua wilayah tersebut, yaitu dengan menghubungkan koridor busway sampai ke wilayah Bekasi. Pemerintah daerah Jabodetabekjur bersama dengan Badan Kerjasama Pembangunan (BKSP) Jabodetabekjur telah membuat keputusan bersama untuk menghubungkan koridor busway sampai ke wilayah Bekasi. Pada tanggal 23 3

Oktober 2012, perjanjian kerjasama no. 04. 1/PKS/M/2012, PM. 30 Tahun 2013, 57/BKSP/X/2012, 59 Tahun 2012, 1905. A Tahun 2012 antara Mentri Pekerjaan Umum, Mentri Perhubungan, Gurbernur Jawa Barat, Gurbernur Provinsi DKI Jakarta dan WaliKota Bekasi telah menghasilkan pembangunan jalur busway koridor utama regional Jakarta - Kota Bekasi. Pembangunan yang diprediksi akan selesai dalam kurun waktu 5 tahun hingga saat ini masih terlihat lamban. Melihat masalah di atas, perlu dilakaukan studi karena busway merupakan sebuah produk yang diciptakan oleh pemerintah DKI Jakarta dalam memecahkan persoalan kemacetan. Melalui studi ini, dapat dilihat bagaimana pembangunan jalur busway melalui persepsi pengguna, apakah pembangunan tersebut menjadi solusi dalam mengatasi kemacetan. Artikel ini akan fokus pada persepsi pengguna terhadap pembangunan jalur busway koridor utama regional Jakarta - Kota Bekasi. Dengan adanya studi ini dapat dilihat bagaimana pembangunan tersebut dari persepsi para pengguna. 1.2 Perumusan Masalah Angkutan umum perkotaan menjadi suatu kebutuhan dasar bagi masyarakat untuk melakukan aktifitas kehidupan sehari-hari. Banyaknya tuntutan dan permintaan atas pembangunan jalur busway sampai ke wilayah Kota Bekasi oleh pemerintah daerah telah disikapi melalui Program pembangunan jalur busway koridor utama regional Jakarta - Kota Bekasi. Pelaksanaan program ini pada dasarnya menempatkan masyarakat sebagai penentu atas keberhasilan program ini. Pemerintah daerah berharap program tersebut dapat efektif mengurangi masalah kemacetan yang ada. Proses pembangunan yang belum terlihat menimbulkan keresahan dan pertanyaan pada masyarakat. Apabila dilihat dari kajian geografi untuk menjelaskan persepsi dengan menggunakan salah satu pendekatan geografi, menurut Valentine (2012), persepsi lebih dekat dan memiliki hubungan dekat dengan kajian sistem ekologi. Analisis geografi dengan pendekatan ekologi menekankan pada interaksi dan interdependensi antar manusia, serta manusia dengan lingkungannya. Interaksi dan interdependensi adalah fungsi-fungsi dalam sistem, yang sering kali disebut 4

sebagai eko-geografi. Pendekatan tersebut memiliki keterkaitan erat dengan proses terbentuknya persepsi, terutama dalam hal pandangan dari hasil penginderaan manusia sebagai bentuk interaksi dan interdependensi terhadap lingkungan di sekitarnya. Perumusan masalah merupakan kesimpulan dari masalah yang akan diteliti sebagai sebuah hasil abstraksi dari proses identifikasi masalah. Dari gambaran tersebut maka diharapkan beberapa pertanyaan yang perlu mendapat perhatian untuk diadakan penelitian, yaitu: 1. Bagaimana persepsi pengguna terhadap pembangunan jalur busway koridor utama regional Jakarta - Kota Bekasi? meliputi: a. Persepsi pengguna terhadap rencana kegiatan pembangunan jalur busway? b. Persepsi pengguna terhadap manfaat keberadaan jalur busway? c. Persepsi pengguna terhadap dampak/pengaruh pembagunan jalur busway? d. Persepsi pengguna terhadap tingkat pelayanan Transjakarta? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini antara lain: 1. Mengidentifikasi persepsi pengguna terhadap pembangunan jalur busway koridor utama regional Jakarta - Kota Bekasi, di antaranya: a. Persepsi pengguna terhadap rencana kegiatan pembangunan jalur busway b. Persepsi pengguna terhadap manfaat keberadaan jalur busway c. Persepsi pengguna terhadap dampak/pengaruh pembagunan jalur busway d. Persepsi pengguna terhadap tingkat pelayanan Transjakarta 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut: 1. Sebagai salah satu prasyarat untuk menempuh ujian akhir tingkat Sarjana di Fakultas Geografi UGM. 2. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah dalam mengevaluasi pembangunan jalur transportasi publik antar daerah 3. Sebagai referensi bagi penelitian serupa berikutmya. 5

1.5 Keaslian Penelitian Penelitian-penelitian terdahulu telah banyak mengenai jalur busway atau transjakarta itu sendiri. Seperti yang telah dilakukan oleh Yanuar Hotmatua S. Pada tahun 2012, dengan mengambil judul Evaluasi Potensi Penumpang Busway Berdasarkan Karakteristik Penumpang dan Karakteristik Wilayah. Metode yang digunakan hampir sama yaitu dengan kuesioner dengan menggunakan analisis tabulasi silang antara karakteristik penumpang dan wilayah. Penelitian tersebut menghasilkan peta karakteristik penumpang tiap koridor. Berbeda lagi dengan jurnal tulisan Novian Herbowo (2012) dengan judul Studi Persepsi Pengguna Transjakarta Pada Koridor II (Pulogadung-Harmoni). Penelitian ini tergolong kuantitatif dengan teknik analisis deskriptif. Hasil yang dapat disimpulkan bahwa pengoprasian Transjakarta pada koridor tersebut cukup optimal. Hanya saja belum mencukupi dai segi kuantitas armada, sehingga kurang optimal kinerjanya. Moda ini kemungkinan besar akan semakin diminati yang ditunjukan oleh persepsi pengguna terhadap meningkatnya jumlah penumpang di masa depan. Penyusunan penelitian ini menggunakan sumber data dan informasi dari berbagai skripsi, tesis, buku referensi, jurnal dan karya ilmiah lain baik yang dipublikasikan dalam skala nasional maupun internasional. Penelitian ini secara umum mengambil tema evaluasi pembangunan sistem transportasi. Ada pun hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang juga mengangkat tema yang sama. Penelitian ini lebih menitikberatkan pada pendiskripsian persepsi pengguna terhadap pembangunan jalur busway koridor utama Jakarta Kota Bekasi. Koridor tersebut merupakan terobosan pertama dalam membuka konektifitas jalur busway antara Jakarta dan daerah sekitarnya. Penelitian dengan judul ini baru pertama kali dilakukan sepanjang pengamatan penulis terhadap penelitian serupa. Hal tersebut dapat dilihat pada matrik perbandingan penelitian di bawah. 6

Tabel 2 Keaslian Penelitian Nama No. Peneliti 1 Yanuar Hotmatua S. (2012) 2 Novian Herbowo (2012) Judul Penelitian Evaluasi Potensi Penumpang Busway Berdasarkan Karakteristik Penumpang dan Karakteristik Wilayah Studi Persepsi Pengguna Transjakarta Pada Koridor II (Pulogadung- Harmoni) Jenis Penelitian Skripsi Jurnal Tujuan Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian 1. Mengetahui potensi penumpang Busway berdasarkan karakteristik penumpang 2. Mengetahui potensi penumpang Busway berdasarkan karakteristik wilayah ditinjau dari jumlah fasilitas umum 1. Melihat apakah pengoperasian Transjakarta sesuai dengan harapan masyarakat, dan sejauh mana peran Transjakarta dalam memfasilitasi masyarakat DKI Jakarta di bidang transportasi menjawab permasalahan kemacetan di DKI Jakarta. Analisis data sekunder dengan teknik tabulasi, skoring, penskalaan dan klasifikasi Analisis deskriptif, kuantitatif 1. Parameter karakteristik penumpang yang berpengaruh terhadap potensi penumpang adalah tingkat usia dan tingkat pendidikan. Koridor yang memiliki potensi tinggi berdasarkan karakteristik penumpang adalah koridor 1. Koridor yang memiliki kemampuan sedang, yaitu koridor III, sedangkan koridor yang memiliki potensi penumpang rendah adalah koridor II, IV, V, VI dan VII 2. Koridor yang memiliki potensi penumpang tinggi berdasarkan karakteristik wilayah adalah koridor I dan IV. Koridor yang memiliki potensi sedang, yaitu koridor II, III dan V. Sementara itu, koridor yang memiliki potensi penumpang rendah adalah koridor VI dan VII. Potensi penumpang berdasarkan karakteristik wilayah secara keseluruhan dipengaruhi oleh jumlah tempat kerja dan sarana pendidikan. Pengoperasian Transjakarta dilihat dari pelayanan cukup optimal menurut pengguna. Dari segi kuantitas, keinginan pengguna untuk ditingkatkannya jumlah armada Transjakarta sangat tinggi, hal ini menunjukan masih belum optimalnya kinerja pengoperasian Transjakarta menurut pengguna dari segi jumlah armada. Moda Transjakarta merupakan moda yang kemungkinan besar akan semakin diminati yang ditunjukan oleh persepsi pengguna terhadap meningkatnya jumlah penumpang di masa depan. 8

1.6 Tinjauan Pustaka 1.6.1 Persepsi Persepsi adalah proses ketika seseorang memperoleh informasi dari lingkungan sekitar. Persepsi merupakan suatu hal yang aktif. Persepsi memerlukan pertemuan nyata dengan suatu benda dan juga membutuhkan proses. kognisi serta afeksi. Persepsi membantu individu untuk menggambarkan dan menjelaskan apa yang dilakukan oleh individu (Nurvia, 2007). Persepsi sendiri merupakan proses internal yang memungkinkan kita memilih, mengorganisasikan, dan menafsirkan rangsangan dari lingkungan kita, dan proses tersebut mempengaruhi perilaku kita. Persepsi disebut sebagai inti komunikasi, karena jika persepsi kita tidak akurat, tidak mungkin kita berkomunikasi dengan efektif. Persepsilah yang menentukan kita memilih suatu pesan dan mengabaikan pesan yang lain. Semakin tinggi derajat kesamaan persepsi antar individu, semakin mudah dan semakin sering mereka berkomunikasi, dan sebagai konsekuensinya semakin cenderung membentuk kelompok budaya atau kelompok identitas (Oktora, 2011). Pengertian persepsi berasal dari Bahasa Inggris perception yang artinya: persepsi, penglihatan, tanggapan; yaitu proses seseorang menjadi sadar akan segala sesuatu dalam lingkungannya melalui indera-indera yang dimilikinya atau pengetahuan lingkungan yang diperoleh melalui interpretasi data indera (Kartono & Gulo, 1987). Persepsi merupakan suatu proses yang diawali oleh penginderaan. Penginderaan merupakan suatu proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat penerima yaitu alat indera. Pada umumnya stimulus tersebut diteruskan syaraf ke otak sebagai pusat susunan syaraf, dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi. Stimulus diterima oleh alat indera, kemudian melalui proses persepsi sesuatu yang diindera tersebut menjadi sesuatu yang berarti setelah diorganisasikan dan diinterpretasikan (Davidoff dalam Herbowo, 2012). Persepsi ada hubungannya antara lingkungan dan manusia yang menimbulkan pandangan dari hasil inderanya. Apabila dilihat dari kajian geografi untuk menjelaskan persepsi dengan menggunakan salah satu pendekatan geografi, menurut Valentine (2012), persepsi lebih dekat dan memiliki hubungan dekat 10

dengan kajian sistem ekologi. Analisis geografi dengan pendekatan ekologi menekankan pada interaksi dan interdependensi antar manusia, serta manusia dengan lingkungannya. Interaksi dan interdependensi adalah fungsi-fungsi dalam sistem, yang sering kali disebut sebagai eko-geografi. Pendekatan tersebut memiliki keterkaitan erat dengan proses terbentuknya persepsi, terutama dalam hal pandangan dari hasil penginderaan manusia sebagai bentuk interaksi dan interdependensi terhadap lingkungan di sekitarnya. Persepsi dihasilkan dari para penggunas termasuk staf dan masyarakat umum. Persepsi berbeda-beda mulai dari identifikasi isu kritis dalam taman dan tempat rekreasi sampai kepada sebuah visi dari sistem yang ideal dari taman, ruang publik kota, tempat rekreasi dan jalan kecil yang diinginkan untuk masyarakat. Informasi ini kemudian dapat dipertimbangkan dan dihadapkan pada realitas yang dapat diukur yakni informasi yang nyata (Herbowo, 2012). Dapat dikemukakan bahwa persepsi itu merupakan proses pengorganisasian, penginterpretasikan terhadap stimulus yang diterima oleh organisme atau individu sehingga merupakan sesuatu yang berarti, dan merupakan aktivitas yang integrated dalam diri individu. 1.6.2 Pembangunan Pembangunan pada dasarnya adalah suatu usaha untuk memperbaiki pada kondisi yang lebih baik bagi suatu masyarakat untuk menuju ke arah kemajuan. Maju mundurnya suatu masyarakat dapat dilihat dari hasil-hasil pembangunan yang telah dilaksanakan oleh masyarakat tersebut. Pembangunan fisik belum dapat dijadikan sebagai suatu jaminan bahwa masyarakatnya sudah maju, demikian pula sebaliknya kemajuan suatu masyarakat tidak hanya dapat dilihat dari perilaku masyarakatnya. Pembangunan yang terpadu dari berbagai bidang akan lebih menguntungkan dibandingkan pembangunan yang dilaksanakan secara sektoral. Menurut Tarigan (2006), pembangunan adalah upaya suatu masyarakat bangsa yang merupakan suatu perubahan sosial yang besar dalam berbagai bidang kehidupan ke arah masyarakat yang lebih maju dan baik, sesuai dengan 11

pandangan masyarakat bangsa itu. Pembangunan adalah suatu orientasi dan kegiatan usaha yang tanpa akhir. Proses pembangunan sebenarnya adalah merupakan suatu perubahan sosial budaya. Pembangunan supaya menjadi suatu proses yang dapat bergerak maju atas kekuatan sendiri (self sustaining proces) tergantung kepada manusia dan strukutr sosialnya. Jadi bukan hanya yang dikonsepsikan sebagai usaha pemerintah belaka. Pembangunan tergantung dari suatu innerwill, proses emansipasi diri. Dan suatu partisipasi kreatif dalam proses pembangunan hanya menjadi mungkin karena proses pendewasaan (Daldjoeni, 1997). Dari pendapat-pendapat tersebut dapat dinyatakan bahwa pembangunan dilaksanakan dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat sehingga nampak peranan manusia dalam pembangunan baik sebagai sebagai subyek maupun sebagai obyek pembangunan. Secara ringkas pembangunan dapat diartikan sebagai proses rekayasa untuk meningkatkan kualiatas hidup dengan memanfaatkan berbagai sumber daya pendukungnya melalui perubahan tatanan lingkungan hidup serta kehidupan secara keseluruhan. Untuk mecapai tujuantujuan yang dicanangkan pembangunan tersebut maka dilaksanakan berbagai program yang terdiri dari berbagai jenis kegiatan pembangunan. Pembangunan memerlukan perencanaan karena kebutuhan pembangunan lebih besar daripada sumber daya yang tersedia. Melalui perencanaan ingin dirumuskan kegiatan pembangunan yang secara efisien dan efektif dapat memberi hasil yang optimal dalam memanfaatkan sumber daya yang tersedia dan mengembangkan potensi yang ada. 1.6.3 Transportasi Perkotaan Pada daerah perkotaan, arus transportasi sangat dipengaruhi oleh pemanfaatan ruang yang sesuai dengan perkembangan kota, karena sebagian besar lalu lintas bergerak di pusat kota. Sistem transportasi di kota terdiri atas sistem angkutan penumpang dan barang. Menurut Vuchic (Darmaningtyas, 2010), pengelompokan sistem angkutan penumpang menurut penggunaan dan cara pengoperasiannya adalah: 12

1. Angkutan pribadi, yaitu angkutan yang dimiliki dan dioperasikan oleh dan keperluan pribadi pemilik 2. Angkutan umum, yaitu angkutan yang dimiliki oleh individu maupun instansi tertentu yang bisa digunakan untuk umum dengan persyaratan tertentu. Angkutan umum merupakan sarana transportasi yang penting dalam mendukung kegiatan dan mobilitas angkutan perkotaan. Dalam Undang-undang No. 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas Angkutan dan Angkutan Jalan Raya dinyatakan bahwa kendaraan umum adalah setiap kendaraan bermotor yang disediakan untuk digunakan oleh umum dengan dipungut biaya. Meskipun berada dalam krisis ekonomi yang berkepanjangan, angkutan harus tetap dipertahankan fungsinya untuk melayani masyarakat. Banyak pergerakan di daerah perkotaan, khususnya dari rumah ke tempat kerja, yang bergantung pada angkutan umum. Hal ini disebabkan karena sebagian besar masyarakat memerlukan angkutan umum untuk memenuhi kebutuhan mobilitasnya. Menurut Nasution (1996), pembangunan dan peningkatan kualitas jalan dapat menimbulkan fasilitas-fasilitas baru seperti pabrik, toko, kantor, pasar dann pusat-pusati kegiatan sosial. Pelayanan angkutan umum merupakan salah satu faktor penting dalam menunjang kegiatan berbagai fasilitas di atas. Beberapa peran pelayanan angkutan umum, di antaranya: 1. Sebagai sarana utama pendistribusian barang, jasa dan manusia dari satu tempat ke tempat lain. 2. Sebagai sistem pelayanan yang fleksibel dalam lalu lintas sosial dan ekonomi. Pada negara yang sedang berkembang seperti Indonesia, karena jumlah pengguna transportasi umum semakin meningkat, kebijakan pemerintah lebih berorientasi pada penambahan jumlah angkutan umum untuk memenuhi semua kebutuhan masyarakat. Secara fisik, kondisi angkutan umum di Indonesia (Setyawan, 2012) adalah: 1. Tingkat pelayanan rendah dan kurang manusiawi 2. Pola dan sistem manajemen pengelolaan lemah 13

3. Kapasitas terbatas 4. Tingkat kecelakaan relatif tinggi 5. Keseimbangan antara persediaan (supply) dan permintaan (demand) yang masih kurang Sistem angkutan umum yang digunakan ada dua jenis, yaitu sewa dan penggunaan bersamaan. Pada sistem sewa ketika semakin banyak permintaan maka harga sewa akan semakin tinggi (demand responsive system), kendaraan dioperasikan baik oleh operator maupun penyewa. Dalam hal ini tidak ada rute dan jadwal tertentu yang harus diikuti oleh pemakai dan penggunaannya tergantung pada permintaan. Sebaliknya, pada sistem penggunaan bersama ketika terdapat tempat-tempat tertentu untuk menaikkan dan menurunkan penumpang (transit system/interchange station), kendaraan dioperasikann oleh operator dengan rute dan jadwal yang biasanya tetap. Sistem transit itu dibagi dua, yaitu paratransit yang dioperasikan tanpa jadwal yang pasti dan dapat berhenti rutenya serta mass transit yang jadwal pemberhentiannya pasti, seperti busway Sistem transportasi perkotaan dapat diartikan sebagai suatu kesatuan menyeluruh yang terdiri dari komponen-komponen yang saling mendukung dan bekerja sama dalam pengadaan transportasi pada wilayah perkotaan. Sistem transportasi secara menyeluruh (makro) dapat dipecahkan menjadi beberapa sistem yang lebih kecil (mikro) yang saling terkait dan saling mempengaruhi. Sistem transportasi mikro terdiri dari sistem kegiatan, sistem jaringan prasarana transportasi, sistem pergerakan lalu lintas dan sistem kelembagaan. Sistem kelembagaan di Indonesia yang berkaitan dengan masalah transportasi perkotaan adalah sebagai berikut (Susantono, 2009): 1. Sistem kegiatan oleh Bappenas, Bappeda, Bangda, dan Pemda. 2. Sistem jaringan ditangani oleh Departemen Perhubungan dan Bina Marga. 3. Sistem pergerakan ditangani oleh DLLAJ, Organda, Polantas, dan masyarakat. 14

1.6.4 Pengertian Umum Busway Sistem Bus Rapid Transit (BRT) adalah angkutan massal yang berbasis pada jalan ketika memanfaatkan jalur - jalur khusus dan ekslusif, sedangkan Bus Rapid Transit berbasis busway adalah sarana angkutan umum massal dengan moda bus ketika kendaraan akan berjalan pada lintasan khusus berada di sisi jalur cepat. Selain itu sistem yang dipergunakan adalah sistem tertutup ketika penumpang dapat naik dan turun hanya pada halte - halte dan tentunya harus dilengkapi dengan sistem tiket baik berupa tiket untuk sekali jalan ataupun berlangganan dengan mekanisme prabayar. Dari karakteristik Bus Rapid Transit (BRT) dapat dilihat spesifikasi pelayanan yang diberikan sangat berbeda dengan sistem angkutan umum massal lainnya yang sekarang sudah ada. Berikut adalah karakteristik Bus Rapid Transit (BRT) dan karakteristik pelayanan bagi penumpangnya. 1. Jalur khusus bus 2. Naik dan turun penumpang yang cepat pada tempat tertentu yang telah ditentukan 3. Sistem penarikan ongkos sebelum berangkat yang efektif dan efisien 4. Halte yang nyaman 5. Bus yang nyaman 6. Adanya integritas dengan moda transportasi lainnya Karakteristik pelayanan bagi penumpang busway : 1. Kemudahan akses untuk angkutan umum 2. Keamanan 3. Ruang tunggu yang nyaman bagi penumpang dan terlindungi dari cuaca 4. Waktu tunggu yang relatif singkat 5. Kualitas pelayanan yang cukup tinggi selama perjalanan 6. Stasiun atau halte pemberhentian dan pemberangkatan yang aman 7. Ketersediaan informasi Agar para penumpang nyaman pada saat menuju dan meninggalkan halte maka disediakan fasilitas penyeberangan orang yang landai, petugas keamanan pada setiap halte, jadwal waktu perjalanan dan juga tidak adanya pedagang kaki 15

lima baik di halte maupun jembatan penyebarangan kecuali pada tempat tampat yang telah ditentukan. Selain itu agar mudah menuju dan meninggalkan lajur busway maka dari lokasi - lokasi tertentu akan disediakan trayek angkutan umum. Busway (jalur bus) merupakan jalur khusus untuk lintasan bus dengan maksud untuk meningkatkan efisiensi sistem transportasi umum, yaitu mempersingkat waktu perjalanan dan biaya transportasi (Dinas Perhubungan DKI Jakarta, 2007). Busway atau lajur bus khusus adalah lajur bus yang disediakan pada jalurjalur khusus yang merupakan jalur utama dan padat lalu lintas (Chairunnisa, 2008). Kelemahan dari adanya Busway adalah berkurangnya lajur-lajur kendaraan non-bus sehingga dapat mengakibatkan kepadatan (bahkan kemacetan) lalu lintas pada lajur diluar lajur Busway. Busway memerlukan biaya investasi dan pengoperasian yang sangat besar (Chairunnisa, 2008) Proyek Busway merupakan salah satu pilar kebijakan makro dari angkutan umum massal; selain monorel (LRT), subway (MRT), dan waterways; yang dirancang oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta (SK Gurbernur No. 84, 2004) Sarana dan prasarana pelayanan busway bagi penumpang pada dasarnya diperuntukkan agar fungsi dan mekanisme pergerakan busway secara efektif, efisien, aman, dan nyaman. Berikut adalah beberapa istilah dan pengertian sarana dan prasarananya (Badan Litbang Dephub, 2004): 1. Lajur khusus: terletak di sisi jalur cepat dan dipisahkan oleh garis untuk tanda pembuka jalan yang berwarna berbeda darijalur lalu lintas lainnya dan disertai dengan tulisan jalur bus dengan lambang lambang sebagai pelengkap antara lain: a. Paku jalan b. Kerucut lalu lintas Kerucut lalu lintas digunakan untuk memisahkan arus lalu lintas busway dari lalu lintas lainnya, agar masyarakat mematuhi disiplin penggunaan jalur busway. 16

c. Pulau- pulau lalu lintas lintas Bila jalur busway digunakan sepanjang hari, agar tidak menggunakan akses ke bangunan lain, maka dapat dibangun pulau-pulau lalu lintas dengan interval tertentu. d. Pemisahan Fisik Bila jalur busway digunakan sepanjang hari dan akses ke bangunan dan akses ke luar jalur busway dilarang, maka digunakan pemisah lajur berupa beton pemisah atau menggunakan ambang pengaman (guard rail). e. Rambu i. Rambu yang digunakan untuk jalur busway adalah: ii. Rambu berakhirnya jalur busway iii. Rambu arah yang dituju lajur busway iv. Rambu petunjuk awal berlakunya jalur busway v. Rambu petunjuk jenis kendaraan yang dapat menggunakan jalur busway. vi. Papan tambahan batas waktu penggunaan lajur. 2. Halte: berada dipemisah jalur cepat berfungsi untuk pemberhentian dan pemberangkatan (menaikan dan menurunkan) penumpang, serta digunakan untuk penumpang antri membeli karcis dan menunggu kedatangan busway secara tertib, aman, dan nyaman. Didalamnya terdapat beberapa fasilitas yaitu loket penjualan karcis, lampu penerangan dan pendingin ruangan, pintu keluar masuk, ruang tunggu dan petugas tiket dan keamanan. 3. Fasilitas penyeberangan orang: dibangun sedemikian rupa dengan kelandaian yang nyaman dilengkapi dengan fasilitas untuk pengontrolan karcis/tiket, lampu penerangan, jadwal dan rute perjalanan, telepon umum, serta fasilitas pengaduan. 4. Armada: berupa bus berukuran besar dengan kapasita 30 orang penumpang duduk dan 55 orang penumpang berdiri (dengan alat pegang ayun), dilengkapi dengan fasilitas pendingin, fasilitas komunikasi pada ruang kemudi yang dihubungkan dengan pusat kontrol berguna untuk komunikasi 17

pengemudi dan operator serta memberikan informasi kepada penumpang, dan pintu otomatis keluar masuk dari sisi kanan dan kiri 5. Pusat kendali: berfungsi umtuk memonitor posisi bus dan kondisi dari setiap halte yang ada 6. Kebersihan: pada setiap elemen prasarana busway antara lain jembatan penyeberangan, halte bus, dan juga bus itu sendiri. 7. Pengoperasian busway : berikut adalah mekanisme penumpang dalam menggunakan busway : a. Para penumpang harus menggunakan fasilitas penyeberangan jalan untuk menuju/ meninggalkan halte. b. Membeli tiket pada tempat yang telah disediakan. c. Masukkan karcis didekat gerbang masuk pada alat kontrol karcis, jika karcis masih berlaku maka alat putar pada pintu masuk akan terbuka. d. Selanjutnya memasuki ruang tunggu busway yang aman dan nyaman ketika kebersihannya senantiasa terjaga. e. Antri pada tempat yang disediakan sambil menunggu kedatangan bus. f. Bus akan berhenti pada halte yang disediakan dan secara otomatis pintu bus dan halte terbuka. g. Waktu menaikkan penumpang memadai sehingga tidak perlu berebut. h. Didalam bus udara bersih dan segar diharapkan partisipasinya untuk menjaga kebersihan bus tersebut. i. Bus akan berhenti pada halte yang disediakan dan secara otomatis pintu bus dan halte terbuka. j. Penumpang dapat meninggalkan bus melewati fasilitas penyeberangan dan trotoar yang ada. 18

1.7 Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran studi dimaksudkan untuk menjelaskan sistematika alur pemikiran penulis terkait topik yang diambil dalam studi, yaitu studi persepsi pengguna terhadap pembangunan jalur busway koridor utama regional Jakarta Kota Bekasi. Sebagai sebuah sistematika berpikir, terdapat beberapa hal penting menyangkut studi yang tersurat pada bagian kerangka pikir, yaitu latar belakang studi, pertanyaan studi yang akan dijawab, kebutuhan data, analisis data, dan kesimpulan studi. Studi ini dilatarbelakangi adanya pergerakan komuter dari daerah sekitar Jakarta setiap harinya yang semakin bertambah. Hal tersebut menimbulkan kemacetan lalulintas yang amat parah setiap harinya pada jam sibuk. Kemacetan laluintas tentunya menghambat kinerja Jakarta sebagai Ibu Kota NKRI. Dalam hal ini, pembangunan jalur busway koridor utama regional Jakarta Kota Bekasi, secara keruangan tentu dimaksudkan setidaknya untuk mencapai 2 hal, yaitu mengatasi kemacetan arus lalu lintas di Jakarta dan merangsang pertumbuhan wilayah di sekitarnya. Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka pertanyaan studi yang ingin dijawab adalah bagaimana persepsi pengguna terhadap pembangunan jalur busway koridor utama regional Jakarta Kota Bekasi. Persepsi terhadap pembangunan jalur busway tersebut, diuraikan menjadi 4 (empat) kelompok yang ingin dikaji, yaitu: 1. Rencana kegiatan pembangunan jalur busway 2. Manfaat dari pembangunan jalur busway 3. Dampak/Pengaruh pembangunan jalur busway 4. Tingkat Pelayanan Transjakarta Untuk menjawab pertanyaan studi tersebut di atas, diperlukan data persepsi dari pengguna, yang disusun dalam format kuesioner. Setelah kuesioner dikumpulkan dari responden, selanjutnya akan ditampilkan dalam format data mentah. Pengolahan data mentah selanjutnya menggunakan alat bantu analisis, yaitu analisis tabulasi silang (crosstabs). Penggunaan alat bantu crosstabs dalam studi ini tidak dimaksudkan untuk mencari berapa tingkat hubungan antara dua variabel yang di-crosstabs-kan melainkan untuk membantu menampilkan 19

informasi dari data mentah untuk ditindaklanjuti dalam proses analisis studi selanjutnya yaitu analisis deskriptif kualitatif (pemaknaan), ketika proses pemaknaan itu dipandu oleh dasar teori. Akhir dari analisis akan ditarik kesimpulan dan saran yang dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk mengevaluasi pembangunan. Lebih jelasnya dapat dilihat di gambar 1. Pendekatan Permasalahan Perumusan Masalah dan Tujuan Penelitian Landasan Teori dan Tinjauan Pustaka Studi Pendahuluan dan Orientasi Lapangan Identifikasi Variabel Penelitian terhadap Persepsi pengguna Teknik Pengumpulan Data Data Primer: 1. Observasi 2. Quesioner Data Sekunder: 1. Kliping internet 2. Data BPS Metode Pengolahan Data Analisis dan Interpretasi Kesimpulan dan Saran Gambar 1 Kerangka Pemikiran 20

1.8 Pertanyaan Penelitian Pertanyaan penelitian merupakan rumusan teknis dari usaha untuk menjawab masalah yang telah ditetapkan dalam rumusan masalah. Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka pertanyaan penelitian adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana persepsi pengguna terhadap rencana kegiatan pembangunan jalur busway koridor utama regional Jakarta - Kota Bekasi? a. Apakah sosialisasi pembangunan diterima pengguna? b. Apakah busway dibutuhkan oleh masyarakat setempat? c. Apakah perlu adanya perpanjangan jalur? d. Apakah busway optimal tanpa adanya jaur khusus? 2. Apakah pembangunan jalur busway koridor utama regional Jakarta - Kota Bekasi bermanfaat menurut para penggunanya? a. Apakah busway menjadi solusi masalah lalulintas? b. Apakah yang membuat masyarakat memilih moda busway? 3. Bagaimana dampak/pengaruh pembangunan jalur busway koridor utama regional Jakarta - Kota Bekasi? a. Apakah dampak/pengaruh terhadap lingkungan dari pembangunan jalur busway? b. Apakah dampak/pengaruh terhadap ekonomi dari pembangunan jalur busway? c. Apakah dampak/pengaruh terhadap sosial dari pembangunan jalur busway? 4. Bagaimana pelayanan di jalur busway koridor utama regional Jakarta - Kota Bekasi? a. Bagaimana pelayanan petugas Transjakarta? b. Bagaimana kondisi fasilitas pendukung (halte,jembatan,dll)? c. Bagaimana kinerja oprasional Transjakarta dalam melayani pengguna? 21