BAB IV KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH. tenggara dari pusat pemerintahan kabupaten. Kecamatan Berbah berjarak 22 km

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. KEADAAN UMUM DAN KONDISI WILAYAH. Kecamatan Leuwiliang memiliki empat unit usaha pengolahan limbah

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. dari luas Provinsi Jawa Barat dan terletak di antara Bujur Timur

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. Kecamatan Bantul berada di Ibukota Kabupaten Bantul. Kecamatan Bantul

BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 16. Tabel 4. Luas Wilayah Desa Sedari Menurut Penggunaannya Tahun 2009

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang. Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa

V. GAMBARAN UMUM POTENSI WILAYAH

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. Kondisi Kebun Buah Mangunan. 1. Letak, Luas dan Batas Wilayah Kebun Buah Mangunan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada zaman pemerintahan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada BT dan

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DESA KALIURANG. memiliki luas lahan pertanian sebesar 3.958,10 hektar dan luas lahan non

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan :

BAB II DESA PULOSARI. Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

III. KEADAAN UMUM LOKASI

BAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Adapun pengertian dari FAO (1976) yang dikutip oleh Sitorus (1998)

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kecamatan Pugung memiliki luas wilayah ,56 Ha yang terdiri dari

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah mempunyai dasar pertimbangan yang kuat untuk memberikan

KARAKTERISTIK WILAYAH. A. Kondisi Geofisik. aksesibilitas baik, mudah dijangkau dan terhubung dengan daerah-daerah lain

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN SUBYEK PENELITIAN

Gambar 3 Peta lokasi penelitian terhadap Sub-DAS Cisangkuy

V. GAMBARAN UMUM. administratif terletak di Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur.

I. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor

KARAKTERISTIK WILAYAH. A. Kecamatan Kretek

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN, KARAKTERISTIK USAHA BUDIDAYA LEBAH MADU, DAN KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL

BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN

Batas-batas Desa Pasir Jambu adalah sebagai berikut:

BAB V GAMBARAN UMUM 5.1. Kondisi Wilayah

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian Kabupaten Lampung Selatan

Gambar 9. Peta Batas Administrasi

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah. Kecamatan Kersana mempunyai 13

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Selatan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung merupakan salah satu propinsi yang terdapat di Pulau

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian. Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan,

V. GAMBARAN UMUM. Cisaat berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 4.

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya yang sangat penting untuk kehidupan

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Lokasi Geografis

BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG. melakukan berbagai bidang termasuk bidang sosial.

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB III GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN. A. Kelurahan Proyonanggan Utara Batang

V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis dan Fisiografis. perbukitan karst berarti bentuk wilayahnya perbukitan dan batuannya karst.

I. PENDAHULUAN. Potensi sumber daya alam yang dimiliki setiap wilayah berbeda-beda, tiap daerah mempunyai

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian. Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas

TASIKMALAYA 14 DESEMBER 2015

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. kabupaten yang salah satu dari 14 Desa Kelurahan pada awalnya merupakan

P R O F I L DESA DANUREJO

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Luas dan Batas Wilayah. dari kantor Kabupaten Wonogiri sekitar 30 km.

V. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Kondisi umum Desa Kalisari meliputi kondisi fisik daerah dan kondisi

KONDISI GEOGRAFIS. Luas Wilayah (Ha)

IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah BT dan LS, dan memiliki areal daratan seluas

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pringsewu dengan ibukota Pringsewu terletak 37 kilometer sebelah

BAB IV PROFIL DESA BANJARWARU

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. terkecil lingkup Balai Besar TNBBS berbatasan dengan:

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27" Lintang Selatan dan 110º12'34" - 110º31'08" Bujur Timur. Di

Transkripsi:

BAB IV KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kecamatan Conggeang 4.1.1 Letak geografis dan administrasi pemerintahan Secara geografis, Kecamatan Conggeang terletak di sebelah utara Kabupaten Sumedang. Kecamatan Conggeang memiliki luas wilayah 10.531 ha yang terdiri dari wilayah darat dan persawahan. Secara administrasi pemerintahan, Kecamatan Conggeang terbagi menjadi 12 desa atau kelurahan yaitu Desa Babakan Asem, Cacaban, Cibeureuyeuh, Cibubuan, Cipamekar, Conggeang Kulon, Conggeang Wetan, Jambu, Karanglayung, Narimbang, Padaasih, dan Desa Ungkal. Adapun batas-batas administratif Kecamatan Conggeang, yaitu: sebelah Utara dibatasi oleh Kecamatan Ujung Jaya, Kecamatan Cikedung Kabupaten Indramayu; sebelah Barat dibatasi oleh Kecamatan Buah Dua; sebelah Selatan dibatasi oleh Kecamatan Paseh, Kecamatan Cimalaka dan sebelah Timur dibatasi oleh Kecamatan Tomo. Jarak ibu kota kecamatan dengan ibu kota kabupaten adalah 30 km (Kabupaten Sumedang 2009). Peta lokasi penelitian di Kecamatan Conggeang disajikan pada Lampiran 2. 4.1.2 Fisiologi, topografi, iklim dan tanah Topografi Kecamatan Conggeang berupa areal yang datar, bergelombang sampai berbukit/bergunung dengan ketinggian daerah sekitar 280-500 mdpl dan kemiringan lahan berkisar antara 8-15%. Kedalaman efektif lahan mencapai > 90 cm dengan tekstur tanah sedang dan tingkat kepekaan terhadap erosi termasuk agak peka. Rata-rata curah hujan mencapai 3.092 mm/tahun dan rata-rata hari hujan mencapai 114 hari hujan (HH). Tipe iklim termasuk B-1 dengan bulan basah sebanyak 7 (tujuh) bulan dan bulan kering selama 5 (lima) bulan. Suhu ratarata di Kecamatan Conggeang berkisar antara 23 27 C (Kabupaten Sumedang 2009). Jenis tanah di Kecamatan Conggeang menurut Sistem Dudal/Soepraptohardjo (1951-1961) dan Modifikasi Sistem D/S (1978) termasuk ke dalam jenis latosol (BPS Kabupaten Sumedang 2009).

17 4.1.3 Penggunaan lahan di Kecamatan Conggeang Luas Kecamatan Conggeang mencapai 10.531 ha. Selain untuk pemukiman dan perumahan penduduk lahan desa, sebagian besar digunakan untuk budidaya pertanian. Bidang pertanian yang dikembangkan meliputi pertanian lahan kering, pertanian lahan basah, perkebunan, hutan negara dan hutan rakyat. Pertanian lahan kering yang dimaksud adalah sistem budidaya pertanian dengan cara perladangan atau hanya bergantung pada air hujan dan irigasi setengah teknis, sedangkan pertanian lahan basah berupa sistem pertanian dengan memanfaatkan irigasi atau sering disebut persawahan. Pertanian lahan kering merupakan jenis penggunaan lahan yang paling luas yaitu mencapai 441 ha, sedangkan hutan rakyat yang dibangun mencapai 854 ha dengan berbagai jenis tanaman kayu. Potensi kayu rakyat yang paling dominan dikembangkan adalah jenis jati (Tectona grandis), albizia atau sengon (Paraserianthes falcataria), mahoni (Swietenia sp.), suren (Toona sureni), tisuk (Hibiscus macrophyllus), lamtoro (Leucaena leucocephala) dan lain sebagainya. Penggunaan lain yang meliputi perkantoran, sekolah, rekreasi dan olah raga, pemakaman umum, akses jalan, tempat ibadah dan lainnya. Data tentang potensi kayu rakyat di Kecamatan Conggeang disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Potensi tegakan kayu rakyat di Kecamatan Conggeang No Desa Luas Jumlah % Komposisi Tegakan (ha) Jati Mahoni Tisuk Suren Sengon (pohon) 1 Conggeang Kulon 30 12.000 78 12 0 0 10 2 Conggeang Wetan 25 10.000 64 20 0 0 16 3 Cipamekar 25 10.000 62 20 0 0 18 4 Cibeureuyeuh 2 800 28 64 0 0 8 5 Jambu 102 40.800 52 38 0 0 10 6 Babakan Asem 150 60.000 48 25 1 1 25 7 Padaasih 80 32.000 18 38 0 0 44 8 Ungkal 142 45.200 24 34 5 12 25 9 Karanglayung 60 24.000 26 28 5 15 26 10 Cacaban 42 16.800 27 30 1 14 28 11 Narimbang 80 32.000 25 31 2 14 28 12 Cibubuan 145 58.000 25 28 3 14 30 Jumlah 854 341.000 40 31 1 6 22 Sumber : UPTD Pengelolaan Kehutanan & Perkebunan Wil. Conggeang 2008

18 4.1.4 Kondisi sosial ekonomi Jumlah penduduk di Kecamatan Conggeang mencapai 31.175 jiwa yang terdiri dari 12.884 kepala keluarga (KK) dengan jumlah penduduk 15.377 orang laki-laki dan penduduk perempuan mencapai 15.798 (Kecamatan Conggeang 2010). Data tentang jumlah penduduk disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Jumlah penduduk Kecamatan Conggeang berdasarkan jenis kelamin No Desa / Luas Jumlah Penduduk Jumlah Kelurahan (km 2 ) Laki-laki Perempuan Jumlah KK 1 Conggeang Kulon 668 1.602 1.785 3.387 1.474 2 Conggeang Wetan 291 1.052 1.080 2.132 811 3 Cipamekar 461 1.882 1.804 3.686 1.443 4 Cibeureuyeuh 218 619 627 1.246 569 5 Jambu 204 1.224 1.160 2.384 871 6 Babakan Asem 1.611 1.452 1.581 3.033 1.413 7 Padaasih 1.678 2.045 2.118 4.163 1.720 8 Ungkal 550 323 320 643 310 9 Karanglayung 1.724 1.578 1.619 3.197 1.332 10 Cacaban 234 889 921 1.810 749 11 Narimbang 516 1.573 1.653 3.226 1.287 12 Cibubuan 2.353 1.138 1.130 2.268 905 Jumlah 10.508 15.377 15.798 31.175 12.884 Sumber : Kecamatan Conggeang 2010 Penduduk Kecamatan Conggeang dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sebagian besar mengandalkan pendapatan dari sektor pertanian. Mata pencaharian penduduk yang paling dominan adalah buruh tani dan petani. Profesi buruh tani mencapai 2.854 orang sedangkan yang berprofesi sebagai petani adalah 8.540 orang. Buruh tani tersebut berperan sebagai penggarap bagi para pemilik lahan dengan sistem bagi hasil pada saat panen. Komoditas pertanian yang diusahakan antara lain jagung, padi, buah-buahan, dan sebagainya yang dikombinasikan dengan beberapa tanaman kayu. Mata pencaharian lain yang digeluti oleh penduduk adalah karyawan swasta, wiraswasta, pedagang, PNS, TNI & POLRI.

19 4.2 Desa Babakan Asem 4.2.1 Letak dan batas Desa Babakan Asem Secara geografis, Desa Babakan Asem terletak di Kecamatan Conggeang, sebelah utara Kabupaten Sumedang. Desa Babakan Asem memiliki luas wilayah 484,963 ha yang terdiri dari wilayah pemukiman, persawahan, perkebunan, kuburan, perkantoran dan sarana umum lainnya. Adapun batas-batas administratif Desa Babakan Asem, yaitu: sebelah Utara dibatasi oleh Desa Ungkal; sebelah Barat dibatasi oleh Desa Padaasih dan Desa Cacaban; sebelah Selatan dibatasi oleh Desa Bugel, Kecamatan Tomo; dan sebelah Timur dibatasi oleh Desa Cipelang, Kecamatan Ujungjaya. Jarak desa dengan ibu kota kecamatan adalah 9 km; jarak dengan ibu kota kabupaten 27 km; dan jarak dengan ibu kota propinsi 72 km (Desa Babakan Asem 2008). 4.2.2 Topografi, geologi, iklim dan tanah Topografi di Desa Babakan Asem berupa areal yang datar dan daerah yang didominasi oleh area perbukitan. Kedalaman efektif lahan mencapai > 90 cm dengan tekstur tanah lempungan dan tingkat kepekaan terhadap erosi termasuk ringan. Curah hujan rata-rata mencapai 2.707 mm/tahun. Tipe iklim termasuk B-2 dengan bulan basah sebanyak 6 (enam) bulan dan bulan kering selama 6 (enam) bulan. Suhu rata-rata berkisar antara 22 23 C. Jenis tanah di Desa Babakan Asem termasuk dalam jenis latosol (Desa Babakan Asem 2008). 4.2.3 Tata guna lahan di Desa Babakan Asem Luas Desa Babakan Asem adalah 484,963 ha, selain untuk pemukiman dan perumahan penduduk lahan desa sebagian besar digunakan untuk budidaya pertanian. Bidang pertanian yang dikembangkan meliputi pertanian lahan kering, pertanian lahan basah, perkebunan, hutan negara dan hutan rakyat. (Desa Babakan Asem 2008). 4.2.4 Kondisi sosial ekonomi Jumlah penduduk di Desa Babakan Asem mencapai 2.703 jiwa yang terdiri dari jumlah penduduk laki-laki mencapai 1.278 jiwa dan penduduk

20 perempuan mencapai 1.425 jiwa. Sedangkan jumlah kepala keluarga yang ada di Desa Babakan Asem mencapai 1.137 KK dengan kepadatan penduduk sekitar 0,0006 orang per m 2. Penduduk di Desa Babakan Asem mayoritas beragama Islam (2.964 orang). Penduduk Desa Babakan Asem dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sebagian besar mengandalkan dari sektor pertanian. Mata pencaharian penduduk yang paling dominan adalah buruh tani dan petani. Profesi buruh tani mencapai 213 orang sedangkan yang berprofesi sebagai petani adalah 1.869 orang. Mata pencaharian lain yang digeluti adalah Pegawai Negeri Sipil (32 orang), Pengrajin industri rumah tangga (4 orang), dan karyawan swasta (39 orang). Sebagian besar masyarakat Desa Babakan Asem merupakan tamatan SD, SMP dan SMA. Beberapa orang merupakan lulusan dari Perguruan Tinggi. Tingkat keluarga pra sejahtera Desa Babakan asem termasuk tinggi dengan jumlah 240 keluarga. Hal tersebut dapat dilihat dari tingkat pendapatan per kapitanya. Pendapatan per kapita Desa Babakan Asem mencapai Rp. 500.000/orang di sektor pertanian, pada sektor Perkebunan mencapai Rp. 0/orang, pada sektor peternakan mencapai Rp. 500.000/orang. Sehingga rata-rata pendapatan per kapita masyarakat Desa Babakan Asem mencapai Rp. 450.000/orang (Desa Babakan Asem 2008) 4.3 Desa Conggeang Kulon 4.3.1 Letak dan batas Desa Conggeang Kulon Secara geografis, Desa Conggeang Kulon terletak di Kecamatan Conggeang, sebelah Utara Kabupaten Sumedang. Desa Conggeang Kulon memiliki luas wilayah 384,873 ha yang terdiri dari wilayah pemukiman, persawahan, perkebunan, kuburan, perkantoran dan sarana umum lainnya. Adapun batas-batas administratif Desa Conggeang Kulon, yaitu: sebelah Utara dibatasi oleh Desa Karanglayung; sebelah Barat dibatasi oleh Desa Sekarwangi, Kecamatan Buahdua; sebelah Selatan dibatasi oleh Desa Narimbang; dan sebelah Timur dibatasi oleh Desa Conggeang Wetan. Jarak desa dengan ibu kota kecamatan adalah 0,2 km; jarak dengan ibu kota kabupaten 21 km; dan jarak dengan ibu kota propinsi 66 km (Desa Conggeang Kulon 2008).

21 4.3.2 Topografi, geologi, iklim dan tanah Topografi di Desa Conggeang Kulon berupa areal yang datar dan dataran tinggi. Kedalaman efektif lahan mencapai > 90 cm dengan tekstur tanah lempungan dan tingkat kepekaan terhadap erosi termasuk ringan. Curah hujan rata-rata mencapai 3.139,5 mm/tahun. Tipe iklim termasuk B-2 dengan bulan basah sebanyak 6 (enam) bulan dan bulan kering selama 6 (enam) bulan. Suhu rata-rata berkisar antara 22 23 C. Jenis tanah di Desa Conggeang Kulon termasuk dalam jenis regosol (Desa Conggeang Kulon 2008). 4.3.3 Tata guna lahan di Desa Conggeang Kulon Luas Desa Conggeang Kulon adalah 384,873 ha, selain untuk pemukiman dan perumahan penduduk lahan desa sebagian besar digunakan untuk budidaya pertanian. Bidang pertanian yang dikembangkan meliputi pertanian lahan kering, pertanian lahan basah, perkebunan, hutan negara dan hutan rakyat. (Desa Conggeang Kulon 2008). 4.3.4 Kondisi sosial ekonomi Jumlah penduduk Desa Conggeang Kulon mencapai 2.964 jiwa yang terdiri dari jumlah penduduk laki-laki mencapai 1.395 jiwa dan penduduk perempuan mencapai 1.569 jiwa. Sedangkan jumlah kepala keluarga yang ada di Desa Conggeang Kulon mencapai 1.047 KK dengan kepadatan penduduk sekitar 0,0008 orang per m 2. Penduduk di Desa Conngeang Kulon mayoritas beragama Islam (2.964 orang) (Desa Conggeang Kulon 2008). Penduduk Desa Conggeang Kulon dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sebagian besar mengandalkan dari sektor pertanian. Mata pencaharian penduduk yang paling dominan adalah sebagai buruh tani dan sebagai petani. Profesi buruh tani mencapai 561 orang sedangkan yang berprofesi sebagai petani adalah 300 orang. Mata pencaharian lain yang digeluti adalah Pegawai Negeri Sipil (52 orang), Pengrajin industri rumah tangga (6 orang), pedagang (25 orang), peternak (42 orang), TNI/POLRI (7 orang), dan karyawan swasta (220 orang). Masyarakat Desa Conggeang Kulon didominasi oleh lulusan SD, SMP dan SMA. Penduduk

22 Desa Conggeang Kulon yang merupakan lulusan Perguruan Tinggi sangat sedikit ditemukan. 4.4 Desa Karanglayung 4.4.1 Letak dan batas Desa Karanglayung Secara geografis, Desa Karanglayung terletak di Kecamatan Conggeang, sebelah Utara Kabupaten Sumedang. Desa Karanglayung memiliki luas wilayah 1.724,45 ha yang terdiri dari wilayah pemukiman, persawahan, perkebunan, kuburan, perkantoran dan sarana umum lainnya. Adapun batas-batas administratif Desa Karanglayung, yaitu: sebelah Utara dibatasi oleh Desa Cibuluh, Kecamatan Ujungjaya; sebelah Barat dibatasi oleh Desa Cibubuan; sebelah Selatan dibatasi oleh Desa Conggeang Kulon; dan sebelah Timur dibatasi oleh Desa Ungkal. Jarak desa dengan ibu kota kecamatan adalah 2,5 km; jarak dengan ibu kota kabupaten 25 km; dan jarak dengan ibu kota propinsi 70 km (Desa Karanglayung 2009). 4.4.2 Topografi, geologi, iklim dan tanah Topografi di Desa Karanglayung berupa areal yang datar, dataran rendah, sebagian besar berbukit-bukit, sebagian dataran tinggi, terdapat kawasan rawa dan kawasan aliran sungai. Kedalaman efektif lahan mencapai > 90 cm dengan tekstur tanah lempungan dan tingkat kepekaan terhadap erosi termasuk ringan sampai erosi tinggat berat. Curah hujan rata-rata mencapai 3.125,5 mm/tahun. Tipe iklim termasuk B-1 dengan bulan basah sebanyak 10 (sepuluh) bulan dan bulan kering selama 2 (dua) bulan. Suhu rata-rata berkisar antara 27 C dengan kelembapan 27 %. Jenis tanah di Desa Karanglayung termasuk dalam jenis grumosol (Desa Karanglayung 2008). 4.4.3 Tata guna lahan di Desa Karanglayung Luas Desa Karanglayung adalah 1.724,45 ha, selain untuk pemukiman dan perumahan penduduk lahan desa sebagian besar digunakan untuk budidaya pertanian. Sebagian besar lahan dipakai sebagai daerah pesawahan dengan luas 700 ha. Bidang pertanian yang dikembangkan meliputi pertanian lahan kering,

23 pertanian lahan basah, perkebunan, hutan negara dan hutan rakyat. (Desa Karanglayung 2009). 4.4.4 Kondisi sosial ekonomi Jumlah penduduk di Desa Karanglayung mencapai 3.131 jiwa yang terdiri dari jumlah penduduk laki-laki mencapai 1.546 jiwa dan penduduk perempuan mencapai 1.585 jiwa. Sedangkan jumlah kepala keluarga yang ada di Desa Karanglayung mencapai 1.069 KK dengan kepadatan penduduk sekitar 0,0002 orang per m 2. Penduduk di Desa Karanglayung mayoritas beragama Islam (3.131 orang). Penduduk Desa Karanglayung dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sebagian besar mengandalkan dari sektor pertanian. Mata pencaharian penduduk yang paling dominan adalah sebagai buruh tani dan sebagai petani. Profesi buruh tani mencapai 521 orang sedangkan yang berprofesi sebagai petani adalah 1.021 orang. Mata pencaharian lain yang digeluti adalah Pegawai Negeri Sipil (29 orang), Pengrajin industri rumah tangga (13 orang), pedagang (8 orang), peternak (26 orang), TNI/POLRI (8 orang), dan pensiunan (17 orang). Tingkat pendidikan di Desa Karanglayung termasuk tinggi. Meskipun sebagian besar masyarakat Desa Karanglayung hanya tamatan SD, SMP dan SMA, namun banyak juga yang merupakan lulusan Perguruan Tinggi. Pendapatan per kapita Desa Karanglayung mencapai Rp. 1.200.000/orang di sektor pertanian, pada sektor perkebunan mencapai Rp. 660.000/orang, pada sektor peternakan mencapai Rp. 220.000/orang, pada sektor perikanan mencapai Rp. 500.000/orang, pada sektor kerajinan mencapai Rp. 400.000/orang, pada sektor kehutanan mencapai Rp. 400.000/orang, pada sektor industri mencapai Rp. 530.000/orang, dan pada sektor jasa perdagangan mencapai Rp. 600.000/orang. Sehingga rata-rata pendapatan perkapita masyarakat Desa Karanglayung mencapai Rp. 600.000/orang (Desa Karanglayung 2009) 4.5 Perkembangan Hutan Rakyat di Kabupaten Sumedang Pembangunan hutan rakyat di Kabupaten Sumedang sudah berlangsung cukup lama, bahkan bisa dikatakan merupakan warisan budaya dari nenek

24 moyang yang telah berkembang puluhan tahun yang lalu. Jenis kayu rakyat yang dikembangkan oleh masyarakat di Kabupaten Sumedang antara lain ; jati, mahoni, suren, manglid, pinus, sengon, meces/kayu afrika, kihiang, tisuk dan jenis kayu rimba lainnya. Sebagian masyarakat mengelola hutan rakyat dengan menerapkan sistem agroforestri atau kebun campuran. Berdasarkan catatan BPS Kabupaten Sumedang selama 4 tahun terakhir, kayu mahoni dan jati masih merupakan jenis kayu yang dominan dikembangkan dan dihasilkan oleh masyarakat. Jenis ini selain dikenal memiliki kualitas kayu yang baik juga memiliki tingkat harga yang tinggi. Kecamatan Conggeang mampu memproduksi 1.246 batang kayu jati dengan volume kayu 377,08 m 3 dan 807 batang dengan volume kayu 1.168,82 m 3 untuk produksi kayu mahoni. Perkembangan pembangunan hutan rakyat di Kabupaten Sumedang saat ini dipengaruhi oleh maraknya permintaan kayu baik untuk kebutuhan lokal maupun permintaan dari luar Kabupaten Sumedang. Permintaan kayu rakyat dari Cirebon, Jepara, dan Surabaya saat ini cukup tinggi terutama untuk jenis kayu jati dan mahoni. Berdasarkan hasil survey di lapangan diperoleh informasi bahwa hasil penjualan kayu rakyat secara ekonomi cukup menjanjikan terutama untuk jenis kayu mahoni dimana saat ini banyak dicari oleh para tengkulak atau para pedagang pengumpul. Jenis kayu ini cukup banyak diminati karena nilai jual yang cukup tinggi serta daur yang relatif sedang dalam artian bukan kayu daur cepat seperti halnya kayu sengon namun juga tidak terlalu lama sebagaimana kayu jati. Dengan umur tebang sekitar 10 15 tahun kayu mahoni rata-rata memiliki diameter 25-30 cm atau memiliki volume 0,3 0,4 m 3. Harga di pasaran (tingkat pedagang) rata-rata saat ini untuk ukuran diameter tersebut sekitar Rp. 500.000/m 3 (Romansah 2007). Kayu jati hasil produksi hutan rakyat dijual sampai ke kota Jepara dan Cirebon, selain dijual pula pada pasar lokal di sentra meubel Kecamatan Paseh. Namun, daur tanaman yang cukup lama menjadi salah satu faktor terhambatnya suplai bahan baku sehingga saat ini yang masih tersedia umumnya adalah tanaman jati dengan usia yang relatif masih muda. Adanya prospek pasar yang cukup baik merupakan peluang usaha yang cukup menguntungkan bagi para petani. Akan tetapi, kondisi nyata di tingkat petani saat ini menunjukkan bahwa tingginya

25 permintaan kayu rakyat tersebut belum diimbangi dengan peningkatan teknologi budidaya yang cenderung masih sangat sederhana. Pengelolaan hutan rakyat di Kabupaten Sumedang masih menerapkan pola-pola warisan yang kurang intensif. Kegiatan pemeliharaan tanaman jarang sekali dilakukan termasuk kegiatan pemupukan. Mereka umumnya menganggap bahwa tanaman kayu tersebut sebagai tabungan atau dalam istilah setempat dikenal dengan istilah teundeun poho yang sewaktu-waktu dapat digunakan.