PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUANTAN SINGINGI, Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 2 ayat (6) Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 tentang Kelurahan, maka Peraturan Daerah Kabupaten Kuantan Singingi Nomor 04 Tahun 2002 tentang pembentukan, penghapusan dan penggabungan kelurahan perlu disesuaikan. b. bahwa berdasarkan pertimbangan huruf a di atas dibentuk Peraturan Daerah Kabupaten Kuantan Singingi tentang pembentukan, penghapusan dan penggabungan Kelurahan. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 53 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Pelalawan, Kabupaten Rokan Hulu, Kabupaten Rokan Hilir, Kabupaten Siak, Kabupaten Karimun, Kabupaten Natuna, Kabupaten Kuantan Singingi dan Kota Batam (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 181, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3902); 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4389) ; 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437) sebagaimana telah dilakukan beberapa kali perubahan, terakhir dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang perubahan ke dua atas Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah(Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4844); 1
4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4438); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 tentang Kelurahan (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 159, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4588); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 79 tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggraaan Pemerintahan Daerah ( Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara 4503); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4737); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2008 tentang Kecamatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 40, Tambahan Lembaran Negara Nomor4825). Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI dan BUPATI KUANTAN SINGINGI MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN KELURAHAN. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Kuantan Singingi. 2. Otonomi Daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban Daerah Otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundangundangan. 2
3. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 4. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintah Daerah. 5. Bupati adalah Bupati Kuantan Singingi. 6. Camat adalah pemimpin dan koordinator penyelenggaraan Pemerintah di wilayah kerja kecamatan yang dalam peleksanaan tugasnya memperoleh pelimpahan kewenangan pemerintahan dari Bupati untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah, penyelenggaraan tugas umum pemerintahan. 7. Kelurahan adalah wilayah kerja lurah sebagai perangkat daerah Kabupaten dalam wilayah kerja Kecamatan. 8. Lurah adalah Kepala Kelurahan. 9. Pemerintah Kelurahan adalah Lurah beserta Perangkat Kelurahan. 10. Pemerintahan Kelurahan adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kelurahan dan Lembaga Kemasyarakatan. 11. Lembaga Kemasyarakatan adalah lembaga yang dibentuk oleh masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan merupakan mitra Lurah dalam memberdayakan masyarakat. 12. Pembentukan kelurahan adalah pemekaran dari satu kelurahan menjadi dua kelurahan atau lebih atau gabungan bagian kelurahan yang bersandingan atau perubahan status desa menjadi kelurahan. 13. Penghapusan kelurahan adalah tindakan meniadakan Kelurahan yang ada. 14. Penggabungan kelurahan adalah penyatuan dua Kelurahan atau lebih menjadi satu Kelurahan baru. 15. Lingkungan adalah bagian dari wilayah di kelurahan yang merupakan lingkungan kerja pelaksanaan pemerintah kelurahan. 16. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah selanjutnya disingkat APBD adalah rencana keuangan tahunan Pemerintah Daerah yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten Kuantan Singingi. 3
BAB II PEMBENTUKAN KELURAHAN Bagian Pertama Tujuan Pasal 2 Pembentukan Kelurahan bertujuan untuk melaksanakan fungsi pemerintahan, meningkatkan pelayanan dan pemberdayaan masyarakat dalam rangka mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat. Bagian Kedua Syarat-syarat Pembentukan Pasal 3 (1) Pembentukan Kelurahan sekurang-kurangnya memenuhi syarat : a. penduduk sekurang-kurangnya 2000 jiwa atau 400 KK; b. luas wilayah paling sedikit 5 Km 2 ; c. bagian wilayah kerja yaitu wilayah yang dapat dijangkau dalam rangka meningkatkan pelayanan dan pembinaan masyarakat secara berdaya guna dan berhasil guna; d. sarana dan prasarana pemerintahan yaitu memiliki kantor pemerintahan, memiliki jaringan perhubungan yang lancar, memiliki sarana komunikasi dan fasilitas umum yang memadai. (2) Syarat-syarat dan tata cara pembentukan Kelurahan yang berasal dari perubahan status desa menjadi kelurahan berpedoman pada Peraturan Daerah yang mengatur tentang Pembentukan, Penghapusan, Penggabungan Desa dan Perubahan Status Desa Menjadi Kelurahan. Pasal 4 Penggabungan beberapa kelurahan atau bagian kelurahan yang bersandingan atau pemekaran dari satu Kelurahan menjadi dua Kelurahan atau lebih atau perubahan status desa menjadi kelurahan dapat dilakukan setelah mencapai paling sedikit 5 (lima) Tahun penyelenggaraan pemerintahan di Kelurahan atau di desa. Pasal 5 (1) Dalam pembentukan kelurahan harus disebut nama, luas wilayah dan batas kelurahan. (2) Untuk memperlancar jalannya pemerintah kelurahan dibentuk minimal 2 (dua) lingkungan. (3) Jumlah lingkungan dalam suatu kelurahan disesuaikan dengan jumlah penduduk atau kondisi wilayah dan jangkauan pelaksanaan pemerintahan. 4
(4) Pembentukan lingkungan berdasarkan hasil musyawarah pemerintah kelurahan dan lembaga kemasyarakatan dengan mempertimbangkan ketentuan pada ayat (3). (5) Hasil musyawarah sebagaimana dimaksud pada ayat (4) disampaikan kepada Bupati melalui Camat. (6) Camat memberikan rekomendasi atas rencana pembentukan lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (4). (7) Pembentukan lingkungan dalam wilayah Kelurahan ditetapkan dengan Keputusan Lurah setelah mendapatkan persetujuan Bupati. Bagian Ketiga Tata Cara Pembentukan Pasal 6 (1) Kelurahan dibentuk di kawasan perkotaan atau di wilayah ibu kota kabupaten dan kecamatan atau di wilayah tertentu. (2) Wilayah tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan sesuai dengan program perencanaan pemerintah daerah. (3) Pembentukan kelurahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa penggabungan beberapa kelurahan atau bagian kelurahan yang bersandingan atau pemekaran dari 1 (satu) Kelurahan menjadi 2 (dua) Kelurahan atau lebih atau perubahan status desa menjadi Kelurahan. (4) Kelurahan dibentuk atas prakarsa Pemerintah Daerah dan/atau masyarakat dengan memperhatikan syarat-syarat pembentukan Kelurahan sesuai kondisi geografis, demografis, potensi ekonomi, kondisi sosial budaya, sarana prasarana dan karakteristik masyarakat setempat. (5) Pembentukan Kelurahan atas prakarsa masyarakat, didasari atas musyawarah unsur masyarakat dengan unsur perangkat kelurahan atau unsur pemerintahan desa yang difasilitasi oleh pemerintah Kecamatan. (6) Hasil musyawarah sebagaimana dimaksud pada ayat (5) selanjutnya disampaikan kepada Bupati melalui Camat untuk dilakukan pengkajian. Pasal 7 (1) Rencana pembentukan kelurahan atas prakarsa pemerintah daerah dan/atau masyarakat terlebih dahulu dilakukan pengkajian oleh tim. (2) Tim pengkajian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Bupati yang terdiri dari unsur perangkat daerah terkait dan unsur Badan Pertanahan Nasional. Pasal 8 Hasil pengkajian dari Tim terhadap rencana pembentukan kelurahan dituangkan dalam bentuk rekomendasi yang selanjutnya disampaikan lepada Bupati sebagai dasar pertimbangan dibentuknya kelurahan 5
Pasal 9 Bupati menyampaikan rancangan peraturan daerah tentang pembentukan kelurahan kepada DPRD. BAB III PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN KELURAHAN Pasal 10 (1) Kelurahan yang kondisi masyarakat dan wilayahnya tidak lagi memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dapat dihapus atau digabung. (2) Penghapusan dan Penggabungan Kelurahan dilakukan berdasarkan hasil pengkajian oleh tim yang ditetapkan oleh Bupati. (3) Pengkajian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mengacu kepada tidak terpenuhinya lagi ketentuan pasal 3 sampai dengan pasal 5. BAB IV PENETAPAN Pasal 11 (1) Pembentukan, penghapusan dan penggabungan kelurahan ditetapkan dengan Peraturan Daerah. (2) Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurangkurangnya memuat: nama, luas wilayah, batas wilayah administrasi pemerintahan, jumlah penduduk dan peta wilayah. BAB V PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 12 (1) Pemerintah daerah berkewajiban melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap Pembentukan, Penghapusan dan Penggabungan Kelurahan. (2) Pembinaan teknis operasional dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah yang membidangi Pemerintahan kelurahan dan pejabat fungsional lainnya yang meliputi: penetapan, pedoman teknis, peningkatan sumber daya manusia, kelembagaan dan peranserta masyarakat,, pengawasan dan evaluasi. ((3) Pembinaan teknis operasional dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yang dilaksanakan oleh Camat meliputi: memfasilitasi musyawarah ditingkat Kelurahan, penyiapan data, kelengkapan administrasi tata pemerintahan, pemberdayaan masyarakat, pendayagunaan aset daerah di kelurahan, penetapan batas wilayah administrasi pemerintahan, memberikan bimbingan, supervisi dan konsultasi. 6
BAB VI KETENTUAN PERALIHAN Pasal 13 Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini atau yang berkenaan dengan teknis pelaksanaannya akan diatur atau ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Bupati atau Keputusan Bupati BAB VII KETENTUAN PENUTUP Pasal 14 Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan Daerah Kabupaten Kuantan Singingi Nomor 04 Tahun 2002 tentang Pembentukan, Penghapusan dan Penggabungan Kelurahan dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi. Pasal 15 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Kuantan Singingi. Disahkan di Teluk Kuantan pada tanggal 19 Juli 2010 BUPATI KUANTAN SINGINGI, H. SUKARMIS Diundangkan di Teluk Kuantan pada tanggal 19 Juli 2010 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI, Drs.H. ZULKIFLI, M. Si LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI TAHUN 2010 NOMOR. 7
PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR 2010 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN KELURAHAN I. PENJELASAN UMUM Untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat, Pemerintah Daerah mengupayakan peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat, sebagai amanat, kepada daerah dikawasan perkotaan dan/ atau di wilayah kabupaten dan kecamatan, dapat dibentuk kelurahan sebagai salah satu perangkat daerah kabupaten yang melaksanakan fungsi pemerintahan. Undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 tentang Kelurahan mengamanatkan bahwa untuk mencapai tujuan peningkatan pelayanan masyarakat, penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah perlu melakukan pembentukan, penghapusan dan penggabungan kelurahan. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Pasal 3 Pasal 4 Pasal 5 Pasal 6 Ayat (1) Kawasan perkotaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian, dengan susunan fungís kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi. 8
Pasal 7 Pasal 8 Pasal 9 Pasal 10 Pasal 11 Pasal 12 Pasal 13 TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR 9