BAB I PENDAHULUAN. syariah yang kegiatan utamanya menghimpun dana dan menyalurkannya. Lembaga ini biasa di sebut dengan Koperasi Syariah.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana. tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya (Kasmir,

BAB I PENDAHULUAN. Islam di Tanah Air sebenarnya sudah dimulai secara formal dan informal jauh

BAB I PENDAHULUAN. (Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008). Ditinjau dari segi imbalan atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi di Indonesia umumnya

BAB I PENDAHULUAN. Makhalul Ilmi, Teori dan Praktek Lembaga Mikro Keuangan Syariah, UII Press, Yogyakarta, 2002, hlm.91. 2

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara dengan jumlah penduduk muslim

BAB 1 PENDAHULUAN. Bank pada hakikatnya merupakan lembaga perantara (intermediary) yaitu. menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. intermediasi yang menghubungkan antara pihak-pihak yang kelebihan (surplus) dana

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan bank dan lembaga keuangan syariah. Dimana perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan kelembagaan perbankan syariah di Indonesia mengalami

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. konsumtif sehingga pertumbuhan ekonomi dapat terwujud.

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di Indonesia. Terbukti dengan bermunculannya bank umum syariah lainnya

BAB I PENDAHULUAN. dengan prinsip wadiah maupun prinsip mudharabah atau di sebut juga dengan. prinsip bagi hasil, prinsip ujroh, dan akad pelengkap.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. lembaga keuangan syariah baik lembaga perbankan syariah, maupun lembaga

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran Bank Muammalat Indonesia (BMI) pada tahun 1992, telah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi Islam saat ini cukup pesat, ditandai dengan berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN. berkembang secara signifikan pada akhir-akhir ini, baik itu lembaga keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Bank syariah merupakan organisasi profit oriented business yang tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. prinsip bagi hasil dan risiko (profit and loss sharing). Sebagai bagian dari sistem

BAB I PENDAHULUAN. hal Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung: Pustaka Setia, 2013,

BAB I PENDAHULUAN. 1 Ismail, Perbankan Syariah, Prenadamedia Group, Jakarta, 2011, hlm 29-30

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat khususnya bagi umat islam. Rasa terpercaya, amanah dan aman serta

BAB I PENDAHULUAN. pemilik dana. Perbankan di Indonesia mempunyai dua sistem antara lain sistem

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini merupakan hasil pengembangan dari peneliti-peneliti terdahulu

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan adalah mekanisme pembagian keuntungannya. Pada bank syariah,

I. PENDAHULUAN. Kebijakan perbankan di Indonesia sejak tahun 1992 berdasarkan ketentuan

BAB I PENDAHULUAN. Syariah (KSPPS), koperasi tersebut kegiatan usahanya bergerak di bidang

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan atau biasa disebut financial intermediary. Sebagai lembaga keuangan,

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain, pembiayaan adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. perantara jasa keuangan (financial intermediary), memiliki tugas pokok yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Financing to

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Syari ah atau Bank Islam yang secara umum pengertian Bank Islam

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan, bank

BAB II Landasan Teori

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan penting dalam perekonomian. Keberadaan perbankan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perbankan di Indonesia semakin diramaikan dengan berdirinya bank-bank

BAB I PENDAHULUAN. tabungan dan pembiayaan, Bank Syariah, Baitul Mal wat Tamwil (BMT),

Manusia selalu dihadapkan pada masalah ekonomi seperti kesenjangan. ekonomi, kemiskinan, dan masalah-masalah lainnya. Namun banyak masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat serta memberikan jasa-jasa bank lainnya. Sedangkan pengertian

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana, sedangkan bank

BAB I PENDAHULUAN. syariah di Indonesia. Masyarakat mulai mengenal dengan apa yang disebut

I. PENDAHULUAN. pendapat dikalangan Islam sendiri mengenai apakah bunga yang dipungut oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. hlm.15. Press, 2008,hlm. 61

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan kualitas perekonomian masyarakat, dana

BAB I PENDAHULUAN. Di samping itu, bank juga dikenal sebagai tempat untuk menukarkan uang,

BAB I BAB V PENUTUP PENDAHULUAN. Bab ini merupakan bab penutup yang berisi. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 Undang-Undang nomor 21 Tahun 2008 tentang perbankan menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. bidang keuangan, salah satunya adalah bank. Dalam al-qur an, istilah

BAB 1 PENDAHULUAN. meminjam uang bagi masyarakat yang membutuhkan, disamping itu juga. menerima segala macam bentuk pembayaran dan setoran.

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut dikarenakan dari hasil penyaluran pembiayaan bank dapat

Pengaruh Dana Pihak Ektiga terhadap Pembiayaan Bagi Hasil dan Dampaknya terhadap Profitabilitas

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dari waktu ke waktu. Diawali dengan berdirinya bank syariah di

BAB IV METODE PERHITUNGAN BAGI HASIL PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BSM CABANG PEKALONGAN DITINJAU DARI FATWA DSN-MUI NO.

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan pihak yang memiliki kekurangan dana. Dimana kegiatan. kepada masyarakat dalam bentuk pemberian kredit.

BAB I PENDAHULUAN. dengan metode pendekatan syariah Islam yang dapat menjadi alternatif bagi masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. 2015, h Gita Danupranata, Buku Ajar Manajemen Perbankan Syariah, Jakarta: Salemba. Empat, 2013, h. 103.

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini kehidupan perekonomian di dunia tidak dapat dipisahkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. beroperasi sesuai dengan nilai-nilai dan Prinsip Ekonomi Islam (Islamic

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang menjalankan kegiatan perekonomian. Salah satu faktor penting

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Lely 2008:309)

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhinya, baik kebutuhan primer, sekunder maupun tersier. Ada kalanya

BAB I PENDAHULUAN. perantara jasa keuangan (financial intermediary), memiliki tugas pokok yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Pada awal periode 1980-an, diskusi mengenai bank syari ah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dapat mengetahui produk apa yang akan mereka butuhkan.

BAB I PENDAHULUAN. Subagyo, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, Yogyakarta, 2002, hlm. 127.

BAB I PENDAHULUAN. pinjaman pada dunia perbankan dan inilah yang terjadi pada perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. perbankan nasional. Bank Islam telah berkembang pesat pada dekade terakhir

BAB I PENDAHULUAN. oleh bank dalam bentuk kredit ataupun dalam bentuk lainnya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Bank syariah secara umum bertujuan untuk mendorong dan

BAB I PENDAHULUAN. telah menjadikan manusia dengan berbagai naluri, di antaranya naluri hidup

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk tabungan, giro dan deposito berjangka (Oktriani, 2011).

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian analisis berganda (OLS) mengenai pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bank Islam merupakan suatu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan

BAB 1 PENDAHULUAN. Abdul Ghafur Anshori, Perbankan Syariah di Indonesia, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2009), hlm. 31.

BAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan yang cukup pesat dan memberikan pengaruh yang cukup

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Artinya: Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. (QS. Al- Baqarah : 275).

BAB I PENDAHULUAN. pihak lain untuk pembiayaan dengan prinsip bagi hasil (mudharabah),

BAB I PENDAHULUAN. yang dahulu. Namun prinsip-prinsip pertukaran barang dan pinjam-meminjam

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan permasalahan dan kehidupan dunia yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi merupakan perencanaan jangka panjang yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh dana yang optimal dengan cost of money yang wajar.

BAB I PENDAHULUAN. Tatanan serta operasionalisasi ekonomi yang berprinsip syariah di

BAB I PENDAHULUAN. negara adalah sektor perbankan. Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. 2004, h Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Yogyakarta: Ekonosia, 2003, h 96.

BAB I PENDAHULUAN. tersebut diatur dengan rinci landasan hukum serta jenis jenis usaha yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. pentingnya akuntansi dalam pengelolaan keuangan usaha. Mereka hanya

BAB I PENDAHULUAN. periode 5 tahun terakhir ini telah muncul bank-bank yang menjalankan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. manufaktur dan jasa. Sedangkan sektor moneter ditumpukan pada sektor

ANALISIS KINERJA KEUANGAN BANK SYARIAH. (Studi Kasus PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk)

BAB I PENDAHULUAN. Islam tapi bahkan juga di negara-negara barat. Hal ini terbukti. Inggris (Ismal, 2012). Menurut Antonio (2001), bank syariah muncul

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga perantara keuangan antara masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk meminjam uang atau kredit bagi masyarakat yang membutuhkannya.

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Baitul Maal wat Tamwil (BMT) merupakan suatu lembaga keuangan syariah yang kegiatan utamanya menghimpun dana dan menyalurkannya kembali dana tersebut kepada anggota yang biasanya berorientasi skala kecil. Lembaga ini biasa di sebut dengan Koperasi Syariah. 1 Kegiatan pokok BMT adalah menghimpun dana dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kembali kepada anggota dalam bentuk pembiayaan dengan berlandaskan pada prinsip syariah. Tujuan didirikannya BMT adalah meningkatkan kualitas usaha ekonomi demi kesejahteraan anggotanya. 2 Salah satu lembaga keuangan yang berbadan hukum koperasi dan yang melayani nasabah dalam bentuk simpanan atau tabungan, pembiayaan dan baitul maal guna meningkatkan kesejahteraan anggota dan masyarakat adalah BMT Arafah Cabang Lendah Kulon Progo. Sebagai lembaga keuangan syariah, BMT ini berbadan hokum koperasi 23/BH/KDK-12-4/1999 pada tanggal tanggal 25 Januari 1999. BMT Arafah Cabang Lendah Kulon Progo memiliki visi terwujudnya lembaga ekonomi syariah kepercayaan umat, sedangkan misinya adalah mengembangkan dan memasyarakatkan sistem ekonomi syariah, memajukan prinsip bagi hasil yang saling meguntungkan, 1 Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil (BMT), (Yogyakarta: UII Press, 2004) 2 Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil (BMT).,131

2 amar ma ruf nahi munkar dan memberikan kesejahteraan bagi anggota. 3 Dan dari sekian banyak BMT di Kulon Progo, BMT ini merupakan satu dari tujuh BMT di Kulon Progo yang sudah terdaftar pada Pusat Koperasi Syariah (PUSKOPSYAH). 4 BMT Arafah Cabang Lendah Kulon Progo sebagai lembaga perantara, menghimpun dana dari masyarakat melalui simpanan yang terdiri dari simpanan umum, simpanan qurban, simpanan pendidikan, simpanan amanah, dan simpanan hari raya idul fitri, sedangkan dana yang telah dihimpun tersebut kemudian disalurkan pada sektor-sektor produktif melalui produk pembiayaan. Pembiayaan yang ada di BMT meliputi, pembiayaan bai u bitsaman ajil, pembiayaan baisalam, pembiayaan ijarah, pembiayaan murabahah, pembiayaan mudharabah, pembiayaan musyarakah, pembiayaan qordhul hasan dan pembiayaan wakalah. 5 Pembiayaan merupakan kegiatan utama dalam BMT dalam menyalurkan dananya dengan harapan mendapatkan keuntungan. Menurut Adiwarman Karim, pembiayaan dibagi menjadi empat prinsip, yaitu, prinsip bagi hasil, prinsip jual beli, prinsip ujroh dan akad pelengkap. 6 Salah satu produk pembiayaan yang disalurkan oleh BMT Arafah Cabang Lendah Kulon Progo adalah pembiayaan dengan prinsip bagi hasil atau lost and profit sharing (PLS), yaitu pembiayaan musyarakah. Pembiayaan 3 http://www.bmtarafah.com/p/sejarah-bmt-arafah.html diakses pada 14 Maret 2017 4 http://www.solopos.com/2017/03/09/usaha-kecil-jadi-pasar-potensial-untuk-koperasi-syariah- 799983 diakses pada 14 maret 2017 5 Neraca laporan keuangan BMT Arafah Cabang Lendah 6 Adiwarman Karim, Bank Islam: Analisis Fiqh dan Keuangan (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), 23

3 musyarakah merupakan suatu akad perjanjian pembiayaan atau kontribusi dana dari beberapa pihak untuk menjalankan suatu usaha dengan pembagian hasil usaha sesuai kesepakatan dan menanggung kerugian berdasarkan porsi modal masing-masing dan sesuai dengan syariah. 7 Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil merupakan salah satu ciri pokok yang membedakan antara lembaga keuangan syariah dengan konvensional. 8 Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil ini adalah pembiayaan dengan akad mudharabah dan musyarakah. Modal dalam pembiayaan musyarakah ini berasal dari pihak-pihak yang bersangkutan dalam usaha, sehingga keuntungan dari hasil usaha dibagi sesuai dengan kesepakatan dan rugi ditanggung bersama berdasarkan dengan proporsi modalnya. Sejauh ini, penyaluran dana untuk pembiayaan pada BMT Arafah Cabang Lendah Kulon Progo didominasi oleh akad musyarakah dibandingkan dengan akad lainnya. Hal ini sesuai dengan laporan neraca keuangan BMT. 9 Berikut data proporsi penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan oleh BMT Arafah Cabang Lendah Kulon Progo. 7 www.ojk.go.id 8 Maryanah, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan Bagi Hasil di Bank Syariah Mandiri, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam (EKSiS), Vol 4:1 (Januari-Maret, 2008), hal 5. 9 Laporan neraca keuangan BMT Arafah Cabang Lendah

4 Gambar 1.1 Proporsi Pembiayaan Wakalah 2% Proporsi Pembiayaan Qordhul Hasan 1% Bai Bitsaman Ajil 12% Baisalam 1% Murabahah 0% Ijarah 2% Mudharabah 0% Musyarakah 82% Sumber: Laporan neraca keuangan BMT Arafah Cabang Lendah (data diolah). Dari data yang tersaji pada gambar 1.1 di atas menunjukkan bahwa banyaknya dana yang disalurkan kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan musyarakah yaitu sebesar 82%, ini menunjukkan bahwa masih kurangnya minat masyarakat untuk menggunakan akad pembiayaan yang lain. Terkait dengan pembiayaan, kemampuan BMT dalam menyalurkan pembiayaan sangat dipengaruhi oleh kemampuan BMT tersebut dalam menghimpun dana. Sebagai lembaga keuangan syariah, dana merupakan hal yang paling utama. Tanpa adanya dana yang cukup, suatu lembaga keuangan tidak dapat berjalan dengan baik sebagaimana mestinya. Dana adalah sejumlah uang yang dimiliki oleh lembaga keuangan dan dikuasai oleh lembaga keuangan tersebut untuk kegiatan operasionalnya. Dana yang dimiliki oleh lembaga keuangan berasal dari tiga sumber, yaitu dana yang

5 bersumber dari lembaga keuangan itu sendiri (dana pihak pertama), dana yang bersumber dari pihak lain (dana pihak kedua) dan yang bersumber dari anggota (dana pihak ketiga). 10 Dana pihak ketiga (DPK) sebagai sumber utama dalam penyaluran pembiayaan kepada anggotanya. Semakin banyak dana pihak ketiga yang tersedia, maka BMT akan lebih benyak menawarkan pembiayaan kepada anggota. 11 Dana pihak ketiga merupakan suatu alat untuk memperlancar kegiatan BMT, apabila dana yang dihimpun dari anggota terus bertambah tetapi tidak disalurkan kembali kepada anggota akan mengakibatkan permasalahan bagi BMT karena banyak dana yang mengendap. Hal tersebut merupakan salah satu alasan terkonsentrasinya lembaga keuangan syariah dalam penyaluran pembiayaan, karena dana dari anggota sehingga disalurkan kembali kepada anggota. Tabel 1.1 Perkembangan Dana Pihak Ketiga (DPK) Tahun Dana Pihak Ketiga (DPK) 2012 8.849.290.983 2013 11.189.814.308 2014 14.746.593.936 2015 21.956.361.594 2016 29.308.787.299 Sumber: Laporan Keuangan BMT Arafah Cabang Lendah Dari tabel diatas, dana pihak ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun terus mengalami peningkatan selama lima tahun terakhir. Dimana pada tahun 2012 10 Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), hal: 46 11 Jamilah, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan Mudharabah pada Bank Umum Syariah di Indonesia, Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi: Vol 5, Nomor 4, April 2016, hlm 6

6 BMT dapat penghimpun DPK sekitar 8,8 Miliar, hingga tahun 2016 dana tersebut mencapai sekitar 29,3 Miliar. Tingkat pertumbuhan dana pihak ketiga yang signifikan ini menjunjukkan bahwa kepercayaan masyarakat terhadap BMT semakin membaik. Selain dana pihak ketiga (DPK), yang dapat mempengaruhi pembiayaan adalah risiko kredit atau risiko pembiayaan bermasalah. Menurunnya tingkat kesehatan dan kehati-hatian suatu lembaga keuangan syariah antara lain diakibatkan oleh proporsi pembiayaan bermasalah yang besar. Non performing financing (NPF) merupakan suatu kegagalan nasabah dalam pengembalian pembiayaan. Pembiayaan yang telah disalurkan oleh lembaga keuangan syariah melalui prinsip bagi hasil kepada masyarakat akan berpotensi timbulnya kredit atau pembiayaan bermasalah. 12 Jika dana yang disalurkan kepada masyarakat terlalu banyak, maka mengakibatkan pembiayaan bermasalah. Faktor yang mempengaruhi pembiayaan bermasalah ini adalah ketidakpastian kondisi pasar, adanya kemungkinan perbedaan nilai jual agunan, masalah kredibilitas, masalah granularity akibat banyaknya debitur yang dibiayai tetapi nilainya kecil-kecil, masalah ketidakmampuan lembaga dalam membedakan sebab terjadinya gagal bayar. 13 Pembiayaan bermasalah menggambarkan suatu situasi dimana persetujuan pengembalian pembiayaan dari pihak peminjam mengalami risiko kegagalan. 12 Jamilah, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan Mudharabah pada Bank Umum Syariah di Indonesia, Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi: Vol 5, Nomor 4, April 2016, hlm 5. 13 Imam Wahyudi (et.al), Manajemen Risiko Bank Islam, (Jakarta: Salemba Empat, 2013), hal: 91

7 Setiap pembiayaan selalu memiliki risiko. Pembiayaan musyarakah merupakan pembiayaan yang risikonya lebih rendah dibandingkan dengan pembiayaan mudharabah, karena proporsi modal yang dikeluarkan BMT tidak 100%. Gambar 1.2 Perkembangan Rasio NPF NPF % 25.00% 20.00% 17.10% 20.78% 20.86% 19.17% 15.00% 13.68% 10.00% NPF % 5.00% 0.00% 2012 2013 2014 2015 2016 Sumber: Laporan Keuangan BMT Arafah Cabang Lendah (data diolah) Dari data pada gambar 1.2 diatas menunjukkan bahwa NPF yang terjadi pada BMT mengalami kenaikan dan penurunan pada 5 tahun terakhir ini. Kenaikan NPF terjadi pada tahun 2012 hingga tahun 2015, sedangkan mengalami penurunan pada tahun 2016. Hal ini terjadi karena banyaknya pembiayaan musyarakah yang tidak tertagih yang diakibatkan oleh petani gagal panen. Tingkat non performing financing (NPF) yang tinggi pada suatu lembaga keuangan syariah menunjukkan kualitas suatu lembaga yang tidak sehat.

8 Tingginya NPF menunjukkan situasi dimana terdapat kegagalan pembayaran atas pembiayaan oleh nasabah yang tinggi yang dihadapi BMT tersebut dan mengakibatkan penurunan dalam penyaluran dana kepada masyarakat. Apabila terjadi situasi seperti ini, BMT sebaiknya lebih memperketat sistem manajenem risikonya, seperti memperketat prosedur pengajuan pembiayaan, memberikan pengawasan, dan pembinaan terhadap nasabah yang bermasalah. Melihat fenomena bahwa banyaknya penyaluran dana dengan akad pembiayaan musyarakah, maka perlu mengkaji apa saja faktor yang mempengaruhi tingginya pembiayaan musyarakah. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Martini (2010) menyimpulkan bahwa dana pihak ketiga (DPK) adalah salah satu faktor yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap pembiayaan musyarakah pada BMT Haniva Wonokromo Bantul. Sementara itu, Andraeny (2011) juga menyimpulkan faktor yang berpengaruh positif signifikan terhadap volume penyaluran pembiayaan berbasis bagi hasil pada perbankan syariah di Indonesia adalah dana pihak ketiga (DPK). Palupi (2015) menemukan adanya pengaruh yang signifikan antara dana pihak ketiga (DPK) terhadap pembiayaan bagi hasil pada Bank Muamalat Indonesia. Penelitian lebih lanjut dilakukan oleh Destiana (2016) menyimpulkan adanya pengaruh positif terhadap pembiayaan musyarakah pada bank syariah di Indonesia adalah dana pihak ketiga (DPK). Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa adanya faktor lain yang juga mempengaruhi penyaluran dana lembaga keuangan syariah adalah non performing financing (NPF). Penelitian Martini (2010) membuktikan bahwa

9 NPF yang diteliti memiliki pengaruh yang signifikan dan arahnya positif terhadap pembiayaan musyarakah pada BMT Haniva Wonokromo Bantul. Sementara itu, Zen (2012) menemukan bahwa adanya pengaruh yang signifikan terhadap pembiayaan musyarakah pada BMT Al Falah Kab. Cirebon. Destiana (2016) juga membuktikan bahwa NPF berpengaruh positif terhadap pembiayaan musyarakah pada bank syariah di Indonesia. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka adanya penelitian untuk menguji hal-hal yang mempengaruhi tingginya pembiayaan musyarakah di BMT. Sehingga dalam penelitian ini mengambil judul PENGARUH DANA PIHAK KETIGA (DPK) DAN NON PERFORMING FINANCING (NPF) TERHADAP PEMBIAYAAN MUSYARAKAH DI BMT ARAFAH CABANG LENDAH KULON PROGO. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang dapat diambil sebagai dasar dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah dana pihak ketiga (DPK) berpengaruh terhadap pembiayaan musyarakah di BMT Arafah Cabang Lendah Kulon Progo? 2. Apakah non performing financing (NPF) berpengaruh terhadap pembiayaan musyarakah di BMT Arafah Cabang Lendah Kulon Progo? 3. Apakah dana pihak ketiga (DPK) dan non performing financing (NPF) berpengaruh secara simultan terhadap pembiayaan musyarakah di BMT Arafah Cabang Lendah Kulon Progo?

10 C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini dari rumusan masalah diatas adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui pengaruh dana pihak ketiga (DPK) terhadap pembiayaan musyarakah di BMT Arafah Cabang Lendah Kulon Progo. 2. Mengetahui pengaruh non performing financing (NPF) terhadap pembiayaan musyarakah di BMT Arafah Cabang Lendah Kulon Progo. 3. Mengetahui pengaruh dana pihak ketiga (DPK) dan non performing financing (NPF) secara simultan terhadap pembiayaan musyarakah di BMT Arafah Cabang Lendah Kulon Progo. D. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat teoritik Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi akademisi sebagai informasi tambahan atau bahan rujukan studi empiris penelitian dengan topik yang sama. 2. Manfaat praktis a. Bagi lembaga keuangan syariah (BMT Arafah Cabang Lendah Kulon Progo) dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam langkah-langkah mengambil keputusan untuk mempertahankan tingkat likuiditasnya. b. Bagi masyarakat atau nasabah agar dapat dijadikan ukuran dalam menilai kinerja lembaga dalam mengelola dananya.