BAB I PENDAHULUAN. Tindak pidana korupsi yang diikuti dengan Tindak pidana pencucian uang

dokumen-dokumen yang mirip
DAFTAR PUSTAKA. Amrullah, M. Arief, 2004, TIndak Pidana Pencucian Uang Money Laundering, Malang, Bayumedia Publishing

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

RANCANGAN PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB IV PENUTUP. Centre (INTRAC) memiliki kewenangan dalam membangun rezim pencucian

TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DAN PEMBUKTIAN TERBALIK Disusun Oleh Riono Budisantoso (PPATK) dan Yunus Husein (Mantan Ka PPATK)

Pemberantasan Korupsi : Antara Asset Recovery dan Kurungan Bd Badan. Adnan Topan Husodo Wakil Koordinator ICW Hotel Santika, 30 November 2010

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan di bidang komunikasi dan informasi dalan era globalisasi ini telah

I. UMUM. Perubahan dalam Undang-Undang ini antara lain meliputi:

BAB I PENDAHULUAN. sebagai extraordinary crime atau kejahatan luar biasa. penerapannya dilakukan secara kumulatif.

TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENANGANAN KEJAHATAN ALIRAN DANA PERBANKAN, KORUPSI DAN PENCUCIAN UANG. Oleh : Yenti Garnasih

BAB I PENDAHULUAN. perorangan saja, akan tetapi juga bisa terdapat pada instansi-instansi swasta dan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

Mutual Legal Assistance. Trisno Raharjo

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang, yang kemudian

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

Modul E-Learning 1. Modul bagian pertama yaitu Pengenalan Pencucian Uang bertujuan untuk menjelaskan:

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Ilmu pengetahuan dan teknologi memegang peranan penting dalam

No pelanggaran berat terhadap hak asasi manusia, terutama hak untuk hidup. Rangkaian tindak pidana terorisme yang terjadi di wilayah Negara Ke

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

BAB I PENDAHULUAN. uang. Begitu eratnya kaitan antara praktik pencucian uang dengan hasil hasil kejahatan

BAB I PENDAHULUAN. adalah keseluruhan kumpulan peraturan-peraturan atau kaidah-kaidah dalam suatu

I. PENDAHULUAN. kemajuan dalam kehidupan masyarakat, selain itu dapat mengakibatkan perubahan kondisi sosial

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Korupsi merupakan tindakan yang dapat menimbulkan kerugian bagi keuangan

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. juga sudah diakui pula sebagai masalah internasional. Tindak pidana korupsi telah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat luas pada umumnya. Oleh karena itu, bank sangat berkepentingan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. Manusia disebut sebagai makhluk ekonomi, yaitu makhluk yang selalu

UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2003

Perpustakaan LAFAI

BAB I PENDAHULUAN. kasus korupai yang terungkap dan yang masuk di KPK (Komisi. korupsi telah merebak ke segala lapisan masyarakat tanpa pandang bulu,

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari seiring dengan perkembangan

Oleh : Putu Kartika Sastra Gde Made Swardhana Ida Bagus Surya Darmajaya. Bagian Pidana Fakultas Hukum Universitas Udayana

TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DAN PEMBUKTIAN TERBALIK

BAB I PENDAHULUAN. istilah pencucian uang. Sutan Remi Sjahdeini menggaris bawahi, dewasa ini

1.4. Modul Mengenai Pengaturan Pemberantasan Pencucian Uang Di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keuangan negara sebagai bagian terpenting dalam pelaksanaan

PENEGAKAN HUKUM. Bagian Kedelapan, Permintaan Keterangan Kepada PPATK (Berdasarkan Informasi PPATK


PPK UU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

2013, No.50 2 Mengingat c. bahwa Indonesia yang telah meratifikasi International Convention for the Suppression of the Financing of Terrorism, 1999 (K

PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN DALAM MENCEGAH DAN MEMBERANTAS TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG SULAIMAN BAKRI / D ABSTRAK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGAMPUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MAKALAH PERANAN DAN FUNGSI PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN (PPATK) DALAM SISTEM PERADILAN PIDANA. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. korupsi telah membuat noda hitam di lembaran sejarah bangsa kita. Bagaimana

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI [LN 1999/140, TLN 3874]

UNDANG-UNDANG NOMOR 08 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG [LN 2010/122, TLN 5164]

JURNAL OPINIO JURIS Vol. 13 Mei Agustus 2013

PENEGAKAN HUKUM. Bagian Kesepuluh, Penelusuran Aset Penelusuran Aset. Modul E-Learning 3

NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Tataletak Edi Nasution

P P A T K AMLNEWS. Clipping Service. Anti Money Laundering 10 Oktober Indeks

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO. 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI BAB I

2 lembaga keuangan mikro, dan lembaga pembiayaan ekspor sebagai Pihak Pelapor; dan 2. menyatakan advokat, notaris, pejabat pembuat akta tanah, akuntan

Peranan Pusat Pelaporan dan Analis Transaksi Keuangan (PPATK) Dalam Pemberantasan Money Laundry. Amir Ilyas

INDEKS PERSEPSI KORUPSI INDONESIA 2017Survei Di Antara Pelaku Usaha. Survei di antara Pelaku Usaha 12 Kota di Indonesia

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Pusat Pelaporan Dan Analisis Transaksi Keuangan. Pertukaran. Informasi.

BAB I PENDAHULUAN. adalah karena aktor-aktor utama pelaku korupsi tersebut kebanyakan aparat

2013, No.50 2 Mengingat c. bahwa Indonesia yang telah meratifikasi International Convention for the Suppression of the Financing of Terrorism, 1999 (K

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan negara Indonesia yang ditegaskan dalam Undang-Undang Dasar

NOMOR : M.HH-11.HM th.2011 NOMOR : PER-045/A/JA/12/2011 NOMOR : 1 Tahun 2011 NOMOR : KEPB-02/01-55/12/2011 NOMOR : 4 Tahun 2011 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENDANAAN TERORISME

BAB I PENDAHULUAN. merasuk ke semua sektor di berbagai tingkatan pusat dan daerah, di semua

GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENDANAAN TERORISME

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

Muhammad Nur Jamaluddin (MNJ) Jawablah pertanyaan dibawah ini!

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

S I L A B I A. IDENTITAS MATA KULIAH NAMA MATA KULIAH : HUKUM PIDANA KHUSUS STATUS MATA KULIAH : LOKAL WAJIB KODE MATA KULIAH : JUMLAH SKS : 2

BAB I PENDAHULUAN. warga negaranya atau orang yang berada dalam wilayahnya. Pelanggaran atas

BAB 1 PENDAHULUAN. kejahatan dirasa sudah menjadi aktivitas yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan

PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG - UNDANG TENTANG PERAMPASAN ASET * Oleh : Dr. Ramelan, SH.MH

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

KEPALA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

I. PENDAHULUAN. perhatian dunia sejak perang dunia kedua berakhir. Di Indonesia sendiri fenomena

I. PENDAHULUAN. Pelaku tindak pidana pada umumnya berusaha menyembunyikan atau

I. PENDAHULUAN. nyata. Seiring dengan itu pula bentuk-bentuk kejahatan juga senantiasa mengikuti perkembangan

Matriks Perbandingan KUHAP-RUU KUHAP-UU TPK-UU KPK

BAB I PENDAHULUAN. informasi dan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi.

Siaran Pers DPR LUMPUHKAN KPK

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB VII PENUTUP A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. selanjutnya disebut UUD 1945 secara tegas menyatakan bahwa. berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar

PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. meningkatkan risiko karena dengan semakin beragamnya instrumen/produk keuangan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tindak pidana korupsi yang diikuti dengan Tindak pidana pencucian uang yang terjadi dewasa ini telah terjadi secara meluas di segala segi kehidupan birokrasi negara ini. Dengan melakukan korupsi seseorang tidak saja merugikan keuangan negara semata akan tetapi juga melanggar hak-hak sosial dan ekonomi masyarakat luas. Sehingga sangat wajar menempatkan tindak pidana korupsi dan tindak pidana pencucian uang sebagai suatu kejahatan luar biasa (extraordinary crime) dan penanggulanggan tindak pidana tersebut tentu saja harus dilakukan secara luar biasa. Selain itu, kedua tindak pidana tersebut tergolong merupakan kejahatan kerah putih dimana yang mengambil peran utama (pelaku) adalah mereka yang berasal dari golongan menengah ke atas, baik strata sosial, ekonomi maupun jabatan dalam birokrasi. Tindak pidana pencucian uang dan tindak pidana korupsi telah mengalami perkembangan pesat. Kedua tindak pidana tersebut telah berkembang menjadi suatu kejahatan transnational yang melampaui batas-batas teritorial negara. Pada umumnya para pelaku tindak pidana korupsi akan berupaya untuk menyelamatkan hasil dari apa yang dikorupsikan. Uang hasil korupsi tersebut tidak langsung digunakan oleh para pelaku tindak pidana korupsi, apabila uang hasil dari tindak pidana korupsi tersebut langsung digunakan akan mudah untuk dilacak oleh

2 aparat penegak hukum sumber dari uang tersebut. Pelaku tindak pidana korupsi lebih khawatir jika harta yang dimilikinya yang notabene merupakan hasil dari tindak pidana korupsi dirampas oleh negara daripada harus meringkuk dalam penjara. Salah satu upaya yang dilakukan pelaku tindak pidana korupsi adalah dengan mencuci uang (money laundering) hasil kejahatan tersebut. Pada umumnya, berbagai pendapat yang berkembang mengemukan bahwa money laundering adalah suatu cara atau proses untuk mengubah uang yang berasal dari sumber illegal (haram) sehingga menjadi uang yang seolah-olah halal 1. Dengan pencucian uang, pelaku tindak pidana korupsi menyembunyikan sumber uang hasil korupsi tersebut dan menikmati hasil korupsi tersebut seolah-olah sebagai hasil suatu kegiatan yang sah dan legal. Dengan cara tersebut sumber dari uang hasil korupsi akan sulit untuk dilacak oleh aparat penegak hukum. Berdasarkan riset yang dilakukan oleh Transparency International Indonesia yang di release pada bulan Desember 2012 bahwa Indonesia menempati posisi 118 dengan score 32 (0 dipersepsikan sangat korup, 100 sangat bersih) dari 176 negara yang diukur. Sedangkan di Asia Tenggara Indonesia menempati posisi ke-3 negara terkorup dari 8 Negara yang diukur 2. Indeks ini hanya mengukur tingkat persepsi korupsi sektor publik, yaitu korupsi yang dilakukan oleh pejabat negara dan politisi (tidak termasuk korupsi disektor swasta). 1 Juni Sjafrien Jahja,, 2012, Melawan Money Laundering! Mengenal, Mencegah, & Memberantas Tindak Pidana Pencucian Uang, Jakarta, Visimedia, hlm. 4 2 http://www.ti.or.id/index.php/publication/2012/12/12/corruption perception index 2012#sdfootnote1sym, Coruption Perception Index 2012 diakses pada hari Minggu tanggal 17 November 2013.

3 Indonesia sebagai negara hukum telah melakukan upaya untuk menanggulangi terjadinya tindak pidana pencucian uang. Secara formal upaya penanggulangan Tindak Pidana Pencucian Uang di Indonesia telah dimulai sejak tanggal 17 April 2002 dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang. Namun seiring berjalannya waktu pada tahun 2003 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 diamandemen dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2003. Untuk memperkuat landasan hukum yang menjamin kepastian hukum, efektivitas penegakan hukum, penelusuran dan pengembalian Harta Kekayaan hasil tindak pidana, serta menyesuaikan dengan perkembangan kebutuhan penegakan hukum, praktek, dan standar internasional merupakan alasan utama diundangkannya Undang- Undang nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang yang mencabut Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang dan Undang-Undang 25 Tahun 2003 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang. Meskipun tindak pidana pencucian uang telah dikriminalisasi sejak tahun 2002, kenyataannya kasus tindak pidana pencucian uang kerap terjadi dan dalam beberapa tindak pidana pencucian uang yang terjadi menempatkan pejabat publik sebagai pelaku. Sebagai contoh : Kasus Bahasyim Assifie 3, pejabat Direktorat Jenderal Pajak yang menjadi terpidana kasus korupsi dan pencucian uang, Kurun 2004-2010, 3 http://news.detik.com/read/2012/07/02/204309/1956092/10/terpidana korupsi dan pencucianuang bahasyim assifie ajukan pk, Terpidana Korupsi dan Pencucian Uang Bahasyim Assifie Ajukan PK, diakses pada hari Senin, 18 November 2013.

4 jaksa mensinyalir lalu lintas uang di rekening Bahasyim tidak wajar, yakni mencapai Rp 932 miliar. Itu belum termasuk rumah di Menteng senilai Rp 8,5 miliar. Bahasyim terbukti bersalah melakukan pencucian uang dengan modus memindahkan harta Rp932 miliar ke dalam rekening anak dan istrinya. Uang tersebut diduga berasal dari tindak pidana korupsi. Kasus Wa Ode Nurhayati 4, Anggota DPR RI dari Fraksi Partai Amanat Nasional yang menjadi terpidana kasus korupsi dan pencucian uang, Wa Ode Nurhayati divonis Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Jakarta dengan hukuman pidana enam tahun penjara karena dinilai terbukti melakukan dua perbuatan tindak pidana, yakni menerima suap terkait pengalokasian Dana Penyesuaian Infrastruktur Daerah (DPID) dan melakukan tindak pidana pencucian uang atas kepemilikan uang sebesar Rp50,5 miliar dalam rekeningnya. Kasus Irjen (Pol) Djoko Susilo 5, Kepala Korps Lalu Lintas Mabes POLRI. Djoko Susilo divonis dengan hukuman pidana 10 tahun penjara. Irjen (Pol) Djoko Susiolo dinyatakan terbukti bersalah lantaran korupsi pada proyek pengadaan simulator uji kemudi roda dua dan roda empat tahun anggaran 2011 serta melakukan tindak pidana pencucian uang. Permasalahan yang terjadi dalam banyak kasus tindak pidana pencucian uang merupakan permasalahan yang perlu mendapatkan perhatian serius dan harus diakui bahwa tindak pidana pencucian uang merupakan salah satu tindak pidana yang sulit 4 http://nasional.inilah.com/read/detail/2003647/mahkamah agung tolak kasasi wa odenurhayati#.uoo1qtlibjc, Mahkamah Agung tolak Kasasi Waode Nurhayati, di akses pada hari Senin, 18 November 2013. 5 http://www.tempo.co/read/news/2013/09/03/063510030/divonis Ringan Irjen Djoko Susilo Terimakasih, Divonis Ringan, Irjen Djoko Susilo : Terima Kasih, di akses pada hari Senin, 18 November 2013.

5 untuk ditanggulangi, hal ini terjadi dikarenakan proses pembuktian yang rumit jika dibandingkan dengan tindak pidana lainnya. Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan sebagai Financial Intelligence Unit memiliki tugas utama untuk menelusuri hasil kejahatan dengan pendekatan follow the money. Suatu financial intelligence unit melakukan beberapa tugas dan wewenang, yaitu tugas pengaturan sebagai regulator, melakukan kerjasama dalam rangka penegakan hukum, bekerjasama dengan sektor keuangan, menganalisis laporan transaksi keuangan mencurigakan, melakukan pengamanan terhadap seluruh data dan asset yang ada, melakukan kerja sama internasional dan fungsi administrasi umum. Sebagai financial intelligence unit di Indonesia PPATK memilik tugas dan wewenang tersebut diatas dan setiap penulusuran hasil kejahatan oleh PPATK akan menginformasikan keberadaan, jumlah, identitas pemilik dan orang-orang yang turut menikmati hasil dari kejahatan tersebut. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : Implementasi Prinsip Mengikuti Aliran Dana (Follow The Money) dalam Penanganan Tindak Pidana Pencucian Uang Oleh Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan. B. Rumusan Masalah Perumusan masalah yang akan diteliti oleh penulis adalah :

6 1. Bagaimana implementasi prinsip mengikuti aliran dana (follow the money) dalam penanganan tindak pidana pencucian uang oleh Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK)? 2. Kendala-kendala apa yang timbul dari implementasi prinsip mengikuti aliran dana (follow the money) dalam penanganan tindak pidana pencucian uang yang dihadapi oleh Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan agar dapat memberikan manfaat sesuai dengan apa yang diharapkan penulis. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Tujuan Objektif a. Untuk mengetahui Implementasi dari Prinsip Follow The Money dalam penanganan tindak pidana pencucian uang oleh Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK); b. Untuk mengetahui kendala yang dialami oleh Pusat Pelaporan dan Analisis dalam impelementasi prinsip follow the money dalam penanganan tindak pidana pencucian uang. 2. Tujuan Subjektif a. Untuk melatih diri secara langsung dalam proses pembentukan sikap dan pola pikir sesuai dengan kaidah-kaidah akademik, dan secara khusus mendalami permasalahan dalam hal bidang hukum pidana.

7 b. Untuk memperoleh data akurat tentang objek yang diteliti sebagai bahan dasar yang dijadikan dalam penyusunan penulisan hukum sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana hukum D. Kegunaan Penelitian Kegunaan dalam Ilmu Pengetahuan Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk pengembangan ilmu hukum umumnya dan hukum pidana khususnya, terutama tentang maraknya tindak pencucian uang dalam banyak kasus korupsi yang terjadi. Kegunaan dalam Praktik Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna : 1. Sebagai sumbangan pemikiran bagi pemerintah terkait hal penanggulangan tindak pidana pencucian uang. Sehingga maraknya kasus tindak pidana pencucian uang yang berjalan beriringan dengan tindak pidana korupsi dapat ditanggulangi; 2. Sebagai masukan bagi masyarakat agar dapat memahami faktor penyebab, modus operandi, serta dampak yang timbul dari tindak pidana pencucian uang; 3. Sebagai referensi bagi penelitian berikutnya yang terkait juga dengan Tindak Pidana Pencucian Uang.

8 E. Keaslian Penelitian Penelitian ini bukan merupakan penelitian pertama mengenai penanggulangan tindak pidana pencucian uang, akan tetapi masalah yang diangkat dan objek penelitian sepanjang pengetahuan peneliti belum pernah dilakukan sebelumnya. Berdasarkan penelusuran kepustakaan yang dilakukan terdapat beberapa judul mengenai penanggulangan tindak pidana pencucian uang diantaranya sebagai berikut 1. Peranan Pusat Pelaporan dan Analisis Transakasi Keuangan dalam Penanggulangan Tindak Pidana Pencucian Uang, oleh Arief Raidi Ihsas, Universitas Gadjah Mada pada tahun 2009. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian tersebut yaitu : a. bagaimana upaya Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan dalam penanggulangan tindak pidana pencucian uang? b. kendala-kendala yang dihadapi oleh Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan dalam menanggulangi tindak pidana pencucian uang? Berdasarkan uraian rumusan masalah diatas disimpulkan oleh peneliti bahwa dalam rangka penanggulangan tindak pidana pencucian uang, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan dibentuk sebagai titik focus utama (focal point) dalam penanggulangan tindak pidana pencucian uang. PPATK berperan dalam proses pembuktian di peradilan. PPATK berperan melakukan pengawasan terhadap penyedia jasa keuangan.

9 2. Mekanisme Bantuan Timbal Balik di Bidang Hukum dalam Penanggulangan Tindak Pidana Pencucian Uang, oleh Agus Priyono, Universitas Gadjah Mada pada tahun 2010. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian tersebut yaitu : a. Bagaimana mekanisme bantuan timbal balik hukum terhadap negaranegara yang belum memiliki perjanjian dengan Indonesia dalam penanggulangan tindak pidana pencucian uang? b. Apa saja hambatan yang muncul terkait pelaksanaan bantuan timbal balik hukum dengan negara lain dalam penanggulangan tindak pidana pencucian uang? Berdasarkan uraian rumusan masalah diatas disimpulkan oleh peneliti, bahwa kerja sama bantuan timbal balik hukum dalam penanggulangan tindak pidana pencucian uang dilaksanakan atas dasar suatu perjanjian, jika belum ada ada perjanjian maka dapat dilakukan berdasarkan hubungan baik kedua negara dengan berlandaskan prinsip resiprositas. Hambatan-hambatan yang dihadapi adalah hambatan internal yaitu : wewenang Central Authority yang diberikan kepada Menteri Hukum dan HAM dinilai kurang tepat karena Menteri Hukum dan HAM tidak memiliki kompetensi dalam melakukan kajian hukum, permasalahan birokrasi yang berbelit-belit dan tidak efisien dalam pengajuan permohonan permintaan bantuan, ketidakcakapan aparat penegak hukum dalam pemahaman kasus secara komperehensif serta dalam hal penguasaan Bahasa asing. Hambatan eksternal yaitu kepentingan nasional dan itikad baik suatu negara dalam menanggulangi suatu kejahatan internasional, perbedaan

10 sistem hukum antara satu dengan negara yang lain, perbedaan pemahaman asas double criminality antara satu dengan negara lainnya. Berdasarkan uraian tersebut diatas, terdapat perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian implementasi prinsip follow the money yang dilakukan oleh penulis. Dalam penelitian ini difokuskan kepada implementasi prinsip follow the money, dan ditinjau menurut Undang-Undang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang yaitu Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang. Dengan demikan belum ada penelitian terkait dengan IMPLEMENTASI PRINSIP MENGIKUTI ALIRAN DANA (FOLLOW THE MONEY) DALAM PENANGANAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG OLEH PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN, sehingga peneliti menjamin keaslian dari penelitian ini dan dapat dipertanggungjawabkan. F. Sistematika Penulisan Penulisan laporan penelitian ini akan disusun dalam 5 (lima) Bab, yaitu Bab I, Bab II, Bab III, Bab IV, dan Bab V. Dari Bab-bab tersebut, kemudian akan diurai lagi menjadi subbab-subbab yang diperlukan. Selengkapnya dapat diuraikan sebagai berikut: BAB 1: Pendahuluan Pada bab ini berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, keaslian penelitian, sistematika penulisan.

11 BAB 2: Tinjauan Pustaka Pada bab ini terdiri dari 3 (tiga) sub bab yaitu tinjauan umum mengenai hukum pidana, tinjauan umum mengenai tindak pidana pencucian uang, tinjauan umum mengenai Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan. BAB 3: Cara Penelitian Pada bab ini terdiri dari 6 (enam sub bab) yaitu sifat penelitian, jenis penelitian, alat dan cara penelitian, analisis data, jalannya penelitian, kendala penelitian BAB 4 : Hasil Penelitian dan Pembahasan Pada bab ini terdiri dari 2 (dua) sub bab yaitu Implementasi Prinsip Mengikuti Aliran Dana (Follow The Money) dalam Penanganan Tindak Pidana Pencucian Uang Oleh Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan dan Kendala-Kendala yang Dialami Oleh Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan Dalam Implementasi Prinsip Mengikuti Aliran Dan (Follow The Money) Dalam Penanganan Tindak Pidana Pencucian Uang. BAB 5 : Kesimpulan dan Saran Pada bab ini terdiri dari 2 (dua) sub bab yaitu kesimpulan dan saran