BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. No Peresepan Resep % Tidak Sesuai 4,68 % - 4,68 / 100 X 100% = 4,68 %

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret 2012 di Apotek RSU

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

DAFTAR ISI PENGESAHAN SKRIPSI iii PERNYATAAN...v DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii INTISARI...

BAB 1 PENDAHULUAN. setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

Sri Hariati Dongge,S.Farm,Apt,MPH Dinas Kesehatan Kab. Konawe Sulawesi Tenggara

BAB I PENDAHULUAN. dan tempat pelayanan kesehatan (DepKes RI, 2002). paling tepat dan murah (Triyanto & Sanusi, 2003).

2014, No d. bahwa usulan tarif layanan Badan Layanan Umum Rumah Sakit Bhayangkara Kediri pada Kepolisian Negara Republik Indonesia, telah dibaha

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. juga mengakui hak asasi warga atas kesehatan. Perwujudan komitmen tentang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

menangani pasien rawat inap melakukan kunjungan dan pemeriksaan (visite)

ANALISIS PENULISAN RESEP OBAT DI LUAR FORMULARIUM NASIONAL PADA PESERTA BPJS NON PBI DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA TK III BENGKULU TAHUN 2015

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

2 c. bahwa Menteri Kesehatan melalui Surat Nomor: KU/MENKES/326/VII/2013 tanggal 9 Juli 2013, telah menyampaikan usulan tarif layanan Badan Layanan Um

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Salinan Resep (2/3/2014)

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi dewasa ini, sebagian besar perusahaan-perusahaan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan tugasnya pada pedoman organisasi rumah sakit umum menjelaskan

2014, No Umum Rumah Sakit Kusta Dr. Sitanala Tangerang pada Kementerian Kesehatan; d. bahwa usulan tarif layanan Badan Layanan Umum Rumah Sakit

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan dan pengobatan penyakit (Depkes RI, 2009). yang tidak rasional bisa disebabkan beberapa kriteria sebagai berikut :

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. persaingan antar rumah sakit baik lokal, nasional, maupun regional. kebutuhan, tuntutan dan kepuasan pelanggan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah rumah sakit. Persaingan yang ada membuat rumah sakit harus

BAB I PENDAHULUAN. bidang jasa kesehatan dimana Rumah Sakit selalu dituntut untuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau. Pengelolaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyerahkan obat kepada pasien (Syamsuni, 2006). Resep yang lengkap memuat hal-hal sebagai berikut :

SOP. KOTA dr. Lolita Riamawati NIP

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat. Semua usaha yang dilakukan dalam upaya kesehatan tentunya akan

BUPATI BARITO UTARAA PERATURAN BUPATI BARITO UTARA NOMOR 22 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Gambaran mengenai industri farmasi selama bertahun-tahun, perusahaan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 c. bahwa Menteri Kesehatan melalui Surat Nomor: KU/Menkes/326/VII/2013 tanggal 9 Juli 2013, telah menyampaikan usulan tarif layanan Badan Layanan Um

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 11: PERBEKALAN FARMASI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. asuransi sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan

BAB 1 : PENDAHULUAN. berfungsi menyelenggarakan pengobatan dan pemulihan, peningkatan, serta pemeliharaan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan baik untuk menghilangkan gejala/symptom dari suatu penyakit,

Ernawaty dan Tim AKK FKM UA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Data hasil wawancara mengenai perencanaan obat di Instalasi Farmasi RSUD Pohuwato HASIL WAWANCARA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LAMPIRAN. 1. Hasil wawancara dengan pihak RSUD untuk pengumpulan data Narasumber : Dr. Herlina Jabatan : Dokter Umum. No Pertanyaan Jawaban

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENERAPAN PELAYANAN FARMASI SATU PINTU DI RUMAH SAKIT

STUDI SISTEM PELAYANAN PENGOBATAN PT. ASKES (PERSERO) CABANG DENPASAR BERDASARKAN ATURAN PERUNDANGAN ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu sarana kesehatan yang melaksanakan

NOMOR 14 TAHUN 1993 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Peran utama pemerintah terhadap rakyat adalah memberikan. pelayanan dalam rangka memenuhi kebutuhan yang diinginkan oleh

SURVEI KESALAHAN DALAM PENULISAN RESEP DAN ALUR PELAYANANNYA DI 4 APOTEK KECAMATAN GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh kesehatan dan dalam Pasal 28 H Ayat (3) Undang-Undang Dasar

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN

BAB 1 PENDAHULUAN. membawa perubahan hampir diseluruh bidang kehidupan manusia. Terutama di

KUESIONER PENELITIAN PERANAN ATRIBUT PRODUK TERHADAP KEPUTUSAN MENJADI PELANGGAN PADA PT. ASKES (PERSERO) KANTOR REGIONAL V JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1992 pasal 3 ayat 2, dan pasal 4 ayat 1 dan 2 tentang Program

BAB I PENDAHULUAN. Upaya kesehatan merupakan kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan

KEBIJAKAN PEMESANAN OBAT, PENCATATAN OBAT

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28/PMK.05/2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. jasa pada umumnya mempunyai tujuan utama, utamanya mendapatkan. Untuk mencapai tujuan tersebut manajemen harus dapat memanfaatkan

I. PENDAHULUAN. yang setiap saat dapat dialami oleh setiap manusia, sehingga mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. bermutu serta pemerataan pelayanan kesehatan yang mencakup tenaga, sarana dan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan merupakan suatu indikator yang menggambarkan tingkat

- 1 - PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN DAERAH KABUPATEN BERAU

BAB 1 : PENDAHULUAN. mekanisme asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PROSEDUR DAN TATA LAKSANA PELAYANAN KESEHATAN BAGI PESERTA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1993 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. efisiensi biaya obat pasien JKN rawat jalan RS Swasta

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/068/I/2010 TENTANG

*FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI

2 Umum Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar pada Kementerian Kesehatan; d. bahwa usulan tarif layanan Badan Layanan Umum Rumah Sak

2016, No layanan Badan Layanan Umum Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat III Tulungagung pada Kepolisian Negara Republik Indonesia; d. bahwa usulan t

LAPORAN AKHIR Survey Indeks Kepuasan Masyarakat sesuai Kepmenpan Nomor 25/M.PAN/2/2004 RSUD Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan 2016

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Daenaa Kecamatan Limboto Barat

BAB I PENDAHULUAN. yang semula hanya berfokus kepada pengelolaan obat (drug oriented)

Pengalaman dan Tantangan dalam Manajemen Obat di RSUDZA dalam Era JKN dr. Fachrul Jamal, SpAn.KIC

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Rumah sakit

I. PENDAHULUAN. kegiatan di bidang kesehatan. Sesuai dengan Pasal 4 Undang-Undang Nomor 23. yang sama dalam memperoleh derajat kesehatan yang optimal.

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang kesehatan sebenarnya telah dirintis sejak lama. Hal ini dapat dilihat

BAB I PENDAHULUAN. tingkat kesehatan yang memadai di kalangan masyarakat. Kesehatan harus

BAB I PENDAHULUAN. tanpa adanya perusahaan sebagai lapangan pekerjaan. Dengan demikian maka

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG

Transkripsi:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 Hasil Penelitian No Peresepan Resep % Tidak Sesuai 4,68 % - 4,68 / 100 X 100% = 4,68 % Sesuai 95,32 % - 95,32 / 100 X 100% = 95,32 % Jumlah Resep 4,68+95,32 = 100 % 100 % Tabel 2 : Hasil persentase peresepan pasien peserta Jamsostek di Apotek Motilango Kota Gorontalo bulan Mei sampai Juli 2012 Dari hasil persentase diatas dapat diketahui bahwa ketidaksesuaian peresepan pasien peserta Jamsostek dengan DOSJ sebesar 4,68 % dan peresepan pasien peserta jamsostek yang sesuai DOSJ adalah sebesar sebesar 95,32 % (Lampiran 10). 1.2 Pembahasan Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2012 di Apotek Motilango Kota Gorontalo. Apotek Motilango merupakan Apotek swasta yang melayani resep untuk pasien umum maupun beberapa jenis resep asuransi kesehatan, salah satunya adalah Jamsostek. Seperti yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya bahwa yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah peresepan untuk pasien peserta jamsostek. Peresepan yang dimaksud adalah kesesuaian jenis dan jumlah obat yang diresepkan untuk pasien peserta Jamsostek dengan Daftar Obat Standar Jamsotek

(DOSJ) PT. Jamsostek (Persero) Edisi X Tahun 2008. Ada dua macam jenis gambaran peresepan yang dianalisis dalam penelitian ini yaitu peresepan yang sesuai DSOJ dan peresepan yang tidak sesuai DSOJ. Untuk menganalisis resepresep tersebut digunakan parameter berupa pedoman penulisan resep untuk peserta Jamsostek yaitu Daftar Obat Standar Jamsostek Edisi X Tahun 2008. Setelah melakukan penelitian dan pengambilan data, maka diperoleh hasil analisis peresepan pasien peserta Jamsostek pada bulan Mei sampai dengan Juni 2012 di Apotek Motilango Kota Gorontalo. Jumlah total resep pasien peserta Jamsostek selama bulan Mei sampai dengan bulan Juni 2012 yang ditebus di Apotek Motilango adalah 1.047 resep, dimana 998 resep di antaranya sesuai dengan DOSJ dan 49 resep lainnya tidak sesuai DOSJ. Data ketidaksesuaian peresepan dengan DOSJ pasien peserta Jamsostek di Apotek Motilango Kota Gorontalo bulan Mei sampai dengan Juni 2012 (lampiran 5) memperlihatkan bahwa jumlah resep yang tidak sesuai DOSJ adalah sebanyak 49 resep yang terdiri dari 25 jenis dan perbekalan farmasi lainnya. Jumlah ratarata peresepan obat yang diresepkan untuk pasien Jamsostek adalah 2 resep per hari, sedangkan rata-rata biaya per lembar resep jika tidak dilakukan subtitusi atau penggantian item obat yang tercantum dalam resep adalah Rp. 2.353.790. Jadi, dapat dihitung bahwa jumlah total biaya yang ditanggung pasien per hari adalah Rp 48.036 (Lampiran 8). Data peresepan yang sesuai DOSJ pasien peserta Jamsostek di Apotek Motilango Kota Gorontalo bulan Mei sampai Juli 2012 (lampiran 6) memperlihatkan jumlah resep yang sesuai DOSJ adalah sebanyak 998 resep yang

mencantumkan 115 jenis dan perbekalan farmasi lainnya yang tidak sesuai DOSJ. Jumlah rata-rata peresepan obat yang diresepkan untuk pasien Jamsostek adalah 34 resep obat per hari (Lampiran 7). Sesuai perjanjian PT. Jamsostek dengan Apotek Motilango Pasien peserta jamsostek dalam menebus obat di Apotek Motilango, mempunyai keterbatasan tersendiri, keterbatasan yang dimaksud adalah setiap peserta jamsostek dalam menebus obat di hari atau tanggal yang sama, jika obat tersebut obat minum maka batas pengambilan obat selama 3 hari dan apabila obat tersebut obat infus maka dalam hari atau tanggal yang sama batas pengambilan 3 botol infus. Pentingnya kesehatan sebagai syarat menuju kesejahteraan hidup, sehingga seorang pasien peserta Asuransi Kesehatan, paling tidak telah terhindar dari beban terbesar dalam hidup yaitu sakit. Adanya Daftar Obat Standar Jamsostek adalah sebagai wujud integritas PT. Jamsostek persero yang tujuan utamanya untuk melindungi para pesertanya dari pemberian obat-obat yang seharusnya dikonsumsi. DOSJ juga digunakan sebagai alat untuk mengendalikan biaya, karena jika tidak ada DOSJ maka semua dokter dapat menuliskan dan menentukan obat dengan bebas tanpa ada alat kendali. Hal ini akan menyebabkan munculnya beban biaya sendiri pasien karena peresepan dokter yang memberikan obat yang tidak sesuai atau di luar DOSJ. Penelitian menunjukan bahwa masih ada peresepan yang tidak sesuai untuk pasien peserta Jamsostek. Hal ini dapat dilihat dari data retro resep pasien

peserta Jamsostek bulan Mei sampai Juni 2012 yaitu 4,68 % peresepan (49 resep) mencantumkan resep yang tidak sesuai DOSJ dan yang mencantumkan resep yang sesuai DOSJ yaitu 95,32 % (998 resep). Keputusan penulisan resep merupakan keputusan kognitif yang dipengaruhi oleh banyak faktor. Dalam penulisan resep untuk pasien peserta Jamsostek ada permasalahan yang sering dijumpai. Dari data hasil penelitian yang didapatkan dapat ditelaah alasan sehingga menimbulkan permasalahan mengenai penulisan resep untuk pasien peserta Jamsostek yaitu : 1. Ketidaksesuaian penulisan resep Ketidaksesuaian penulisan resep Pasien peserta Jamsostek dengan DOSJ. Yang dimaksud dengan ketidaksesuaian peresepan adalah obat yang diresepkan merupakan obat generik atau generik bermerek yang masuk dalam DOSJ namun dokter menuliskan obat dengan merek lain yang tidak tercantum dalam DOSJ, padahal zat aktif yang dikandungnya sama. Salah satu contoh yang ada pada lampiran 4 yaitu Tranec Inj dimana zat aktif yang terkandung adalah Asam Traneksama 500 mg, jadi dapat dikatakan bahwa Tranec dan Asam Traneksamat adalah sama, hanya saja membedakan disini adalah Tranec adalah obat yang tidak sesuai DOSJ sedangkan Asam Traneksamat sesuai DOSJ. Jika dilihat dari biayanya yang dikeluarkan untuk 1 Ampul Tranec Rp.11.700 sedangkan untuk memperoleh Asam Traneksamat inj pasien Jamsostek tidak perlu mengeluarkan biaya. Disini peran apotek sebagai pemberi pelayanan obat menyesuaikan sesuai nama obat yang tercantum dalam DOSJ. Apotek Motilango Kota Gorontalo telah menerapkan

kebijakan penggantian (untuk obat yang sejenis) atau subtitusi (untuk obat yang sama) obat yang diresepkan dokter dengan yang terdaftar dalam DOSJ. Namun masih ada kendala yang dihadapi yaitu ada sebagian dokter yang tidak mau dilakukan penggantian obat meskipun zat aktifnya sama atau setara. Di satu sisi apotek memang memiliki wewenang untuk penggantian obat, namun keputusannya tetap ada pada dokter sebagai pembuat keputusan dalam penulisan resep. Sebagai upaya agar peresepan dokter sesuai DOSJ maka perlu pemberian informasi yang intensif tentang jenis obat yang ada dalam DOSJ kepada dokter. Pemberian informasi mengenai hak pasien untuk menerima obat dan meminta dokter untuk menuliskan resep sesuai DOSJ juga sangat penting dilakukan untuk mengurangi persentase ketidaksesuaian resep pasien dengan DOSJ. 2. Penulisan resep sesuai DOSJ Dari data yang diperoleh seperti pada lampiran 5, dapat dilihat jumlah resep keseluruhan selama bulan Mei sanpai Juni 2012 adalah 998 resep yang mencantumkan 115 obat. Apotek Motilngo menerima resep pasien peserta jamsostek 43 lembar resep perhari seperti yang pada lampiran 7. Resep yang harus dilayani di Apotek Motilango bukan hanya resep pasien jamsostek tetapi Apotek Motilango juga melayani resep umum, Askes, Jamkesda, Inhealth dan resep dokter keluarga. Karena banyaknya resep yang harus dilayani di Apotek Motilango, sehingga bisa terjadi kekosongan obat. Dengan kekosongan obat tersebut pihak Apotek melakukan rujukan ke Apotek Kimia Farm. karena Apotek Kimia Farm juga melayani pasien peserta Jamsostek.

Apotek Motilango melakukan rujukan resep peserta Jamsostek ke Apotek lain yang menerima Asuransi Jamsostek, agar supaya dari pihak peserta Jamsostek tidak mengalami kekecewaan dan meresa tidak dilayani. 3. Kekosongan obat di Apotek Kekosongan obat di apotek merupakan masalah yang kerap kali dijumpai. Kekosongan obat dapat dikarenakan perencanaan yang kurang akurat, masalah dengan pabrik yang memproduksi obat. Jika terjadi kekosongan obat di Apotek, maka pasien akan diberikan copy resep (apograf), sehingga pasien akan menebus resep di apotek lain selayaknya pasien umum. Untuk itu di sinilah PT. Jamsostek (Persero) harus terus berperan aktif untuk menanggulangi permasalahan ini. Masing-masing permasalahan ada treatment tersendiri untuk mengatasinya. Misalnya untuk obat kosong biasanya perusahaan akan menegur langsung pabrik obat, menuntut kesepakatan awal pada Perjanjian Kerja Sama (PKS). Bahkan jika ada yang tidak sesuai secara terus menerus bisa tidak akan dipakai lagi. Hal serupa juga dilakukan untuk pihak distributor dan apotek. Dari data yang didapatkan dapat dihitung jumlah resep pasien peserta jamsotek selama bulan Mei sampai Juni 2012 mencapai 1.047 resep, dari jumlah resep tersebut 49 resep yang tidak sesuai DOSJ dan dengan jumlah resep tersebut pasien dapat mengeluarkan biaya Rp. 48.036 per hari. Jika ada keseimbangan antara keputusan penulisan resep obat oleh dokter dengan ditunjang oleh kelengkapan item-item obat dalam Daftar Obat Standar Jamsostek, tentu saja akan sangat membantu pasien khususnya pasien peserta Jamsostek dimana biaya obat

tersebut dapat digunakan untuk menunjang kesehatan pasien selama masa perawatan.