1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Angka Kematian Bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate merupakan indikator yang lazim digunakan untuk menentukan derajat kesehatan masyarakat, baik pada tatanan propinsi maupun di tatanan nasional. AKB merujuk pada jumlah bayi yang meninggal pada fase antara kelahiran hingga bayi belum mencapai umur 1 tahun per 1.000 kelahiran hidup. Menurut WHO, 45 % dari kematian anak di bawah usia 5 tahun berlangsung selama periode neonatal. Kelahiran prematur, komplikasi terkait intrapartum ( lahir asfiksia atau kurangnya pernapasan saat lahir ) dan infeksi yang merupakan penyebab kematian paling banyak pada neonatal. 1,2,4 Menurut data Laporan Pencapaian Target MDG s, di Indonesia Angka Kematian Bayi (AKB) sudah mengalami penurunan dari acuan pada tahun 1991 yaitu 68 per 1.000 kelahiran hidup dan pada tahun 2012 menjadi 32 per 1.000 kelahiran hidup. Sedangkan target MDG s 2015 adalah menurunkan Angka Kematian Bayi menjadi 23 per 1.000 kelahiran hidup. Di Indonesia kematian neonatal mempunyai kontribusi besar terhadap AKB. 3 Secara global diketahui bahwa penyebab utama kematian neonatal adalah prematuritas, infeksi berat, termasuk sepsis/pneumonia, tetanus, diare dan asfiksia. Sebagian besar kematian neonatal terjadi pada minggu pertama pasca lahir, terutama pada hari pertama kehidupan. 4. Dari seluruh kematian bayi, sebanyak 47% meninggal pada masa neonatal ( usia di bawah 1 bulan), setiap 5 menit terdapat
2 1 neonatal yang meninggal dan penyebab kematian neonatal di Indonesia adalah BBLR sebanyak 29%, Asfiksia Neonatorum sebanyak 27%, trauma lahir, tetanus neonatorum, infeksi lain dan kelainan kongenital. 5 Asfiksia neonatorum merupakan suatu keadaan pada bayi baru lahir yang mengalami gagal bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir, sehingga bayi tidak dapat memasukkan oksigen dan tidak dapat memasukkan zat asam arang dari tubuhnya. 6,7 Asfiksia berarti hipoksia yang progresif, penimbunan CO2 dan asidosis. Bila proses ini berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak atau kematian. Asfiksia juga dapat mempengaruhi fungsi organ vital lainnya. Faktor yang menyebabkan asfiksia neonatorum antara lain faktor keadaan ibu, faktor keadaan bayi, faktor plasenta dan faktor persalinan. Faktor keadaan ibu meliputi hipertensi pada kehamilan (preeklampsia dan eklampsia), perdarahan antepartum (plasenta previa, solusio plasenta), anemia dan Kekurangan Energi Kronis (KEK), infeksi berat, dan kehamilan postdate. Faktor keadaan bayi meliputi prematuritas,bblr, kelainan kongenital, ketuban bercampur mekonium. Faktor plasenta meliputi lilitan tali pusat, tali pusat pendek, simpul tali pusat, prolapsus tali pusat. Faktor neonatus meliputi depresi pernafasan karena obat-obat anestesi atau analgetika yang diberikan pada ibu, dan trauma persalinan,misalnya perdarahan intrakranial. Faktor persalinan meliputi partus lama atau macet, persalinan dengan penyulit (letak sungsang, kembar, distosia bahu, vakum ekstraksi, forsep), dan ketuban pecah dini. 8
3 Sebagai salah satu faktor risiko terjadinya asfiksia pada bayi baru lahir, anemia pada ibu hamil dapat membawa akibat negatif berupa gangguan dan hambatan pada pertumbuhan, baik sel tubuh maupun sel otak dan kekurangan hemoglobin dalam darah mengakibatkan kurangnya oksigen yang dibawa atau ditransfer ke sel tubuh maupun ke otak. Pada ibu hamil yang mengalami anemia dapat mengakibatkan efek buruk pada ibu itu sendiri dan bayi yang dilahirkannya. Komplikasi yang dapat terjadi pada neonatus akibat anemia pada kehamilan yaitu premature, apgar scor rendah dan gawat janin. 7 Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan oleh Herianto, dkk. Bahwa berdasarkan faktor ibu diketahui bahwa hanya umur ibu, paritas dan anemia yang berhubungan secara bermakna dengan kejadian asfiksia neonatorum pada bayi baru lahir. 9 Menurut Kemenkes RI 41, 8 % ibu hamil di seluruh dunia mengalami anemia. Anemia pada ibu hamil dapat memengaruhui pertumbuhan dan perkembangan janin/bayi pada saat kehamilan maupun pada saat lahir. 10 Anemia dalam kehamilan merupakan masih menjadi salah satu masalah besar di beberapa negara, khususnya di negara- negara berkembang, termasuk Indonesia. 46 Salah satu indikator yang digunakan untuk menentukan anemia adalah kadar hemoglobin dalam darah. Kemampuan oksigen untuk beredar keseluruh tubuh dipengaruhi oleh kadar hemoglobin dalam darah, semakin tinggi kadar Hemoglobin maka angka kejadian asfiksia neonatorum semakin ringan. 11 Hemoglobin adalah molekul di dalam Eritrosit (sel darah merah) yang bertugas untuk mengangkut oksigen ke otak. Apabila terjadi gangguan pengakutan oksigen dari ibu ke janin, maka akan mengakibatkan Asfiksia
4 Neonatorum yang dapat menyebabkan kematian. Menurut WHO anemia diklasifikasikan menjadi anemia ringan (Hb 9 gr/dl -10 gr/dl), anemia sedang (Hb 7 gr/dl -8 gr/dl) dan anemia berat (Hb < 7 gr/dl). 12 Berdasarkan Profil Kesehatan D.I. Yogyakarta tahun 2014, Angka Kematian Bayi di DIY menduduki peringkat lima besar terbaik secara nasional bersama dengan Kalimantan Timur, DKI Jakarta, Riau dan Sulawesi Selatan. Data tersebut didapatkan dari hasil SDKI tahun 2015. Meskipun begitu, DIY belum mampu memenuhi target MDG s karena AKB tahun 2012 masih berada di angka 25 per 1.000 kelahiran hidup. 13 Sedangkan prevalensi anemia pada ibu hamil menunjukkan bahwa Kabupaten Sleman dan Gunung Kidul dibawah 15%, Kabupaten Bantul dan Kota Yogyakarta 15-38% sedangkan di Kabupaten Kulon Progo lebih dari 49%. Studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 13 Agustus 2016 di RSUD Wates Kulon Progo diperoleh data bahwa selama periode Januari- Desember 2015 jumlah bayi baru lahir yang mengalami asfiksia kurang lebih sebanyak 456 bayi dengan nilai APGAR <7. Hal tersebut menunjukkan bahwa masalah asfisia masih menjadi suatu permasalahan kesehatan pada bayi baru lahir yang memerlukan pertimbangan dan strategi yang cermat untuk mengatasinya terutama di wilayah RSUD Wates Kulon Progo. Sedangkan jumlah ibu hamil dengan anemia kurang lebih sebanyak 226 pada periode Januari Desember 2015. Pengetahuan tentang penyebab kematian neonatal seperti gangguan pernapasan/asfiksia, prematuritas, infeksi, dan hipotermi, prematuritas serta
5 berat badan lahir rendah sangatlah penting untuk merancang program intervensi yang tepat dalam upaya menurunkan kematian neonatal. 3 Berdasarkan data kasus di atas, penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul Hubungan Anemia Ibu Hamil dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum di RSUD Wates Kabupaten Kulon Progo. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti ingin mengetahui Adakah Hubungan antara Derajat Anemia Ibu Hamil dengan Kejadian Asfiksia pada Bayi Baru Lahir di RSUD Wates Kabupaten Kulon Progo?. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan derajat anemia dengan kejadian asfiksia pada bayi baru lahir di RSUD Wates Kabupaten Kulon Progo 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui angka kejadian asfiksia dan angka kejadian anemia di RSUD Wates Kabupaten Kulon Progo tahun 2014-2015 b. Untuk mengetahui jumlah kejadian asfiksia neonatorum dari ibu hamil yang anemia di RSUD Wates Kulon Progo tahun 2014 2015 c. Untuk mengetahui hubungan dan besar risiko kejadian anemia ibu hamil dengan asfiksia neonatorum. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis
6 Sebagai bahan masukan dan referensi dalam proses belajar mengajar terhadap mata ajaran yang berhubungan dengan anemia dalam kehamilan dan asfiksia pada bayi baru lahir. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Bidan Memberikan informasi kepada bidan tentang hubungan anemia ibu hamil pada kehamilan aterm dengan kejadian asfiksia pada bayi baru lahir sihingga dapat memberikan upaya preventif asfiksia neonatorum secara maksimal melalui promosi kesehatan seperti konseling dan penyuluhan tentang pengaruh anemia pada masa kehamilan. b. Bagi Institusi Kesehatan Sebagai bahan masukan bagi dinkes, rumah sakit, puskesmas, dan unit pelayanan kesehatan swasta dalam penyusunan promosi kesehatan dan upaya preventif bagi masyarakat khususnya pada kasus asfiksia neonatorum dan anemia dalam kehamilan. E. Keaslian Penelitian Penelitian tentang Hubungan Anemia dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum belum pernah dilakukan di RSUD Wates Kulon Progo. Namun, terdapat beberapa penelitian yang berhubungan dengan asfiksia neonatorum. 1. Rofi atun dan Sulastri (2010) dengan judul Hubungan Kadar Hemoglobin Ibu Hamil dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Penelitian tersebut dilakukan pada tahun 2010. Penelitian tersebut merupakan penelitian deskriptif korelatif dengan metode
7 pengumpulan data retrospektif. Pada penelitian tersebut mengklasifikasikan kadar hemoglobin kedalam dua kategori yaitu Hb Normal ( > 11 mg/dl) dan Anemia (Hb < 11 mg/dl). Perbedaan pada penelitian tersebut terletak pada klasifikasi anemia dan lokasi dan waktu pengambilan sampel. 2. Nurchotimah (2008) dengan judul Hubungan Anemia pada Ibu Hamil yang Menjalani Persalinan Spontan dengan Angka Kejadian Asfiksia Neonatorum di RSUD Sragen tahun 2006-2007. Perbedaan pada penelitian tersebut terletak pada klasifikasi anemia dan lokasi dan waktu pengambilan sampel. 3. Gilang dkk. (2011) dengan judul Faktor faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum (Studi di RSUD Tugurejo Semarang). Jenis penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional dengan menggunakan data rekam medis pasien asfiksia neonatorum dengan persalinan letak sungsang dan penyulit kehamilan persalinan lainnya dari 1 Januari 2009-31 Desember 2010 di RSUD Tugurejo Semarang. Hasil dari penelitian tersebut adalah bawa faktor-faktor seperti faktor ibu, faktor bayi dan faktor persalinan merupakan faktor yang menyebabkan terjadinya asfiksia neonatorum. Perbedaan pada penelitian tersebut adalah terdapat pada variabel, lokasi dan metode penelitian. 4. Herianto dkk. Dengan judul Faktor Faktor yang Memengaruhi Terjadinya Asphyxia Neonatorum Di Rumah Sakit Umum ST Elisabeth Medan tahun 2007-2012. Jenis penelitian ini bersifat observasional analitik dengan desain kasus kontrol. Penelitian ini dilakukan sejak bulan Februari 2012 Juni
8 2013. Hasil penelitian tersebut setelah dilakukan uji multivariat didapat 3 variabel faktor penentu yang merupakan model akhir dan secara statistik mempunyai pengaruh yang sangat dominan dengan kejadian asphyxia neonatorum di RSU St Elisabeth Medan yaitu variabel umur dengan Adjusted Odds Ratio (adjusted OR)sebesar 2,52, paritas dengan Adjusted OR sebesar 3,51 dan berat bayi lahir dengan Adjusted OR sebesar 3,51. Perbedaan pada penelitian tersebut adalah terdapat pada variabel, lokasi dan waktu pengambilan sampel. 5. Santi Wanti dengan judul Hubungan anemia pada Ibu Hamil dengan Asfiksia Neonatorum di RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto. Jenis penelitian ini adalah analitik korelasional dengan pendekatan retrospektif. Pengumpulan menggunakan data primer dan data sekunder. Pada penelitian tersebut mengklasifikasikan kadar hemoglobin kedalam dua kategori yaitu Hb Normal ( > 11 mg/dl) dan Anemia (Hb < 11 mg/dl). Perbedaan pada penelitian tersebut terletak pada klasifikasi anemia dan lokasi pengambilan sampel. 6. Purwadhani Sophia N.H. dengan judul Hubungan Anemia Gravidarum pada Kehamilan Aterm dengan Asfiksia Neonatorum di RSU Dr. Moewardi Surakarta. Jenis penelitian yang digunakan adalah cross sectional analytic. Penelitian tersebut mengambil data tahun 2009. Perbedaan pada penelitian tersebut adalah pada metode penelitian, lokasi penelitian, waktu penelitian dan klasifikasi anemia yang diteliti.