Laboratorium Kesehatan Masyarakat dengan Kajian Green Building di Universitas Mulawarman Samarinda

dokumen-dokumen yang mirip
Science&Learning&Center!di!Universitas!Mulawarman!! dengan!konsep!green&building!

Penilaian Kriteria Green Building Pada Jurusan Teknik Sipil ITS?

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pemikiran yang melandasi perancangan dari proyek Mixed-use Building

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Gedung Asrama Kampus II Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang Berkonsep Hemat Energi

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB III TINJAUAN TEMA ARSITEKTUR HIJAU

ABSTRAK. apartemen, Sea Sentosa

PENGUKURAN KESESUAIAN KRITERIA GREEN BUILDING PADA GEDUNG MAGISTER MANAJEMEN TEKNOLOGI ITS FRISKARINDI NOOR WAKHIDAH

BAB I PENDAHULUAN. Konsep hijau (green) mengacu kepada prinsip keberlanjutan (sustainability)

BAB V KONSEP. V.1.1. Tata Ruang Luar dan Zoning Bangunan

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY

BAB III METODE PERANCANGAN. pengumpulan data, analisis, dan proses sintesis atau konsep perancangan.

HOTEL RESORT DI DAGO GIRI, BANDUNG

PENYUSUNAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA (SKKNI) AHLI PENILAI BANGUNAN HIJAU

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN. proses merancang, disertai dengan teori-teori dan data-data yang terkait dengan

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN. dalam mengembangkan ide sebuah rancangan. Langkah-langkah ini meliputi

GEDUNG KULIAH FAKULTAS TEKNIK KAMPUS II UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG BERKONSEP HEMAT ENERGI

Aplikasi Green Building pada Kantor AMG Tower Surabaya

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. yang mampu mengakomodasi kebutuhan dari penghuninya secara baik.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB VII PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GEDUNG KULIAH SISTEM KOMPUTER UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB I PENDAHULUAN. baik itu dari sisi produksi maupun sisi konsumsi, yang berbanding terbalik dengan

BAB IV : KONSEP. 4.1 Konsep Dasar. Permasalahan & Kebutuhan. Laporan Perancangan Arsitektur Akhir

PENINGKATAN NILAI BANGUNAN HIJAU PADA BANGUNAN TERBANGUN Studi Kasus: Gedung Kampus X

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin

BAB 3 METODA PERANCANGAN. Lingkup metoda penyusunan rencana Pembangunan Pusat Sains dan Teknologi di

BAB V KONSEP PERENCANAAN

BAB III. Metode Perancangan. Perancangan sentra industri batu marmer di Kabupaten Tulungagung

BAB V KONSEP. Gambar 5.1 gambar konsep bentuk bangunan (Sumber : analisis 2013)

BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PROYEK

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

DAFTAR ISI. Halaman Judul Halaman Pengesahan Kata Pengantar Halaman Persembahan Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Bagan Daftar Tabel Abstraksi

BAB III METODE PERANCANGAN. Metode tersebut berisi tentang penjelasan atas fenomena-fenomena yang terjadi dan

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya

BAB V. Konsep. bangunan. memaksimalkan potensi angin yang dapat mengembangkan energi

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan sesama mahasiswa. tinggal sementara yang aman dan nyaman. keberlanjutan sumber daya alam.

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. PT. BMW Indonesia ini adalah adanya kebutuhan perusahaan untuk memenuhi

ABSTRACT

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 5 HASIL PERANCANGAN

Green Building Concepts

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Sentra Agrobisnis tersebut. Bangunan yang tercipta dari prinsip-prinsip Working

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV: KONSEP Konsep Dasar WARNA HEALING ENVIRONMENT. lingkungan yang. mampu menyembuhkan. Gambar 4. 1 Konsep Dasar

BAB V KONSEP PERANCANGAN

Tabel 5.1. Kapasitas Kelompok Kegiatan Utama. Standar Sumber Luas Total Perpustakaan m 2 /org, DA dan AS 50 m 2

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

KATA PENGANTAR. Surakarta, Desember Penulis

Minggu 5 ANALISA TAPAK CAKUPAN ISI

Sumber Produksi Tenaga Listrik PLN

BAB IV: KONSEP PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Perancangan Fasilitas Pendukung Kawasan Kampung Inggris Pare

SMK PERTANIAN DI TAWANGMANGU DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR EKOLOGIS

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB IV ANALISA TAPAK

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI. maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN. kemudian memunculkan ide dasar dalam perancangan sekolah alam Junrejo batu, lebih ide dasar konse dari perancangan akan

Pengembangan RS Harum

BAB III DATA DAN ANALISA

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BANGUNAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BANGUNAN

Kata kunci (keywords): arsitektur tropis, apartemen sewa

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN. Dalam kajian perancangan ini berisi tentang penjelasan dari proses atau

BAB III METODE PERANCANGAN. daksa yang dapat menerima segala umur dan kelas sosial, memudahkan

APARTEMEN HEMAT ENERGI DAN MENCIPTAKAN INTERAKSI SOSIAL DI YOGYAKARTA DAFTAR ISI.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. menghasilkan keuntungan bagi pemiliknya. aktivitas sehari-hari. mengurangi kerusakan lingkungan.

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi

BAB III TINJAUAN TEORI SUSTAINABLE ARCHITECTURE

BAB V KONSEP PERANCANGAN. tema perancangan dan karakteristik tapak, serta tidak lepas dari nilai-nilai

Sistem Ventilasi Alami sebagai Dasar Perancangan JFC Center di Kabupaten Jember

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. daya secara efisien selama proses pembuatannya hingga pembongkarannya.

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN CATATAN DOSEN PEMBIMBING HALAMAN PENGANTAR PERNYATAAN ABSTRAK DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL

BAB 3 METODE PERANCANGAN. tempat atau fasilitas yang memadai. Banyaknya masyarakat Kota Pasuruan yang

BAB III METODE PERANCANGAN. dengan objek perancangan. Kerangka rancangan yang digunakan dalam proses

BAB III METODE PERANCANGAN

Jenis dan besaran ruang dalam bangunan ini sebagai berikut :

BAB III METODE PERANCANGAN. teori-teori dan data-data yang di dapat dari studi literatur maupun studi lapangan, sehingga dari

GREENSHIP HOMES Version 1.0


BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN

BAB V KONSEP. mengasah keterampilan yaitu mengambil dari prinsip-prinsip Eko Arsitektur,

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

Re - DesainTerminal Pelabuhan Penyebrangan Padangbai, Kab. Karangasem

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN. 4.1 Analisis Obyek Rancangan Terhadap Kondisi Eksisting

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep dasar perancangan yang digunakan adalah sustainable

aktivitas manusia. 4 Karbon dioksida dari pembakaran bahan bakar fosil dan penggundulan lahan yang menjadi penyebab utama Bumi menjadi hangat, baik pa

Transkripsi:

Laboratorium Kesehatan Masyarakat dengan Kajian Green Building di Universitas Mulawarman Samarinda Rahmat Khoirul Huda 1, Agung Murti Nugroho 2, Bambang Yatnawijaya 2 1 Mahasiswa Jurusan Arsitektur/Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya 1 Dosen Jurusan Arsitektur/Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya Alamat Email penulis: rahmathuda04@gmail.com ABSTRAK Laboratorium Kesehatan Masyarakat di Universitas Mulawarman Samarinda merupakan sebuah tempat yang digunakan sebagai fasilitas penunjang dalam praktikum materi kuliah mahasiswa. Jenis-jenis Laboratorium yang diwadahi di dalam pembangunan Laboratorium Kesehatan Masyarkat terdiri dari Laboratorium Epidemiologi, Laboratorium Gizi Kesehatan Masyarakat, Laboratorium Kesehatan Lingkungan, Laboratorium Promosi Kesehatan, dan Laboratorium K3. Pembangunan Laboratorium ini perlu memperhatikan kondisi lingkungan sehingga dampak dari hasil pembangunan dan aktivitas di dalam Laboratorium tidak merusak lingkungan sekitar pembangunan. Laboratorium Kesehatan ini menggunakan konsep Green Building yang dapat membantu mengurangi dampak bangunan terhadap lingkungan. Konsep Green Building memiliki 6 kriteria penilaian yang masing-masing memiliki kekhususan terhadap kebutuhan bangunan yaitu: Appropriate Site Development, Energy Efficiency and Conservation, Water Conservation, Material Resources and Cycle, Indoor Health and Comfort, dan Building Environment Management. Perancangan Laboratorium Kesehatan dengan menggunakan konsep Green Building ini menjadi salah satu alternative dalam menjaga lingkungan dan sebagai salah satu cara penghematan penggunaan energi bangunan yang berlebih. Kata kunci: Green Building, Laboratorium ABSTRACT The Public Health Laboratory at Mulawarman University of Samarinda is a place used as a support facility in student lab course material. The types of laboratories covered in the development of the Public Health Laboratory consist of the Epidemiology Laboratory, the Public Health Nutrition Laboratory, the Environmental Health Laboratory, the Health Promotion Laboratory, and the Occupational Safety and Health Laboratory. Construction of this Laboratory needs to consider the environmental conditions so that the impact of development and results of activities in the laboratory does not damage the environment around the building. This Health Laboratory uses the concept of Green Building that can help reduce the impact of buildings on the environment. The concept of Green Building has 6 assessment criteria that each have specificity to the building needs are: Appropriate Site Development, Energy Efficiency and Conservation, Water Conservation, Material Resources and Cycle, Indoor Health and Comfort, and Building Environment Management. Health Laboratory Design using the concept of Green Building has become one of the alternatives in maintaining the environment and as one way to save excessive building energy usage. Keywords: Green Building, Laboratory 1. Pendahuluan Kebutuhan terhadap fasilitas penunjang di dunia pendidikan adalah hal yang penting. Fasilitas penunjang bertujuan untuk memberikan kelengkapan dan kenyamanan

dalam aktivitas belajar dan mengajar. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Mulawarman yang berada di Kota Samarinda, saat ini merencanakan pembangunan fasilitas penunjang berupa Gedung Laboratorium Kesehatan Masyarakat. Bangunan laboratorium menjadi sebuah kebutuhan yang sangat penting sebagai fasilitas penunjang karena untuk mendukung kegiatan praktikum dan penelitian mahasiswa. Gambar 1. Peta Kota Samarinda (Sumber: diolah dari RDTR Samarinda, 2015) Indonesia termasuk negara yang terletak di wilayah beriklim tropis lembab. Ciri umum iklim tropis lembab adalah suhu udara relatif cukup tinggi dengan intensitas radiasi matahari dan kelembaban udara yang tinggi (Soegijanto, 1999; Satwiko, 2004). Konsep Green building dengan bentuk dan orientasi bangunan menggunakan passive design dengan penyesuaian terhadap lingkungan akan mengurangi dampak yang ditimbulkan di lingkungan sekitar bangunan, sehingga konsep green building ini menjadi sebuah solusi dalam pembangunan di daerah-daerah Indonesia. Gambar 2. Peta Lokasi Tapak di Lingkungan Universitas Mulawarman Samarinda (Sumber: diolah dari GoogleEarth, 2015) Lokasi tapak berada di dalam wilayah Universitas Mulawarman Kota Samarinda. Kota Samarinda ini memiliki beberapa pusat fasilitas kesehatan yang cukup lengkap. Salah satunya adalah Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Wahab Sjahranie yang berafiliasi dengan Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman. Fasilitas kesehatan lain yang dimiliki Kota Samarinda adalah berdirinya Fakultas Kesehatan Masyarakat di Universitas Mulawarman. Oleh karena itu perlu adanya perancangan tentang penerapan konsep Green Building dalam pembangunan Laboratorium Kesehatan Masyarakat. Perancangan

ini juga dapat dijadikan sebagai acuan dalam langkah program Eco-Campus yang ingin digalakkan oleh pihak Universitas Mulawarman. Hal ini sebagai bagian dari upaya untuk penyesuaian kriteria Green Building. 2. Metode Pendekatan penelitian ini menggunakan dua metode perancangan, yaitu metode programatik dan metode diagramatik. Terbagi dalam dua langkah, yaitu penelitian dan perancangan. Metode penelitian digunakan dalam mengevaluasi kondisi eksisting tapak untuk menemukan permasalahan saat bangunan baru sudah terbangun. Evaluasi yang dilakukan yaitu meliputi kondisi iklim, topografi tapak, kondisi sekitar bangunan dan aktivitasnya, dengan menggunakan alat anemometer dan thermometer dalam pengukuran kondisi suhu dan kecepatan angin, serta meteran untuk mengukur luasan tapak, kamera dan alat tulis untuk pencatatan dan dokumentasi hasil penelitian. Selanjutnya tahap identifikasi permasalahan yang terdapat di tapak, kemudian melakukan pengumpulan data baik data primer yang berasal dari hasil survey dan wawancara di lapangan. Data sekunder yang berupa kajian pustaka yang berkaitan dengan Laboratorium Kesehatan dan Green Building diperoleh dari jurnal-jurnal dan buku terkait. Hasilnya dapat memberikan rekomendasi pada tahap selanjutnya. Kemudian tahap selanjutnya adalah tahap analisis data. Analisis ini dilakukan untuk menentukan pilihan dalam pencarian solusi serta konsep desain terhadap permasalahan yang ada. Tahap awal perancangan adalah membuat konsep desain dengan menentukan program ruang, strategi perancangan, tata masa, dan orientasi bangunan berdasarkan kondisi tapak. Kemudian menerapkan konsep Green Building pada perancangan bangunan Laboratorium sehingga dapat memberikan perubahan masa dan bentuk bangunan yang sesua dengan konsep Green Building. Tahap akhirnya yaitu evaluasi hasil desain dengan melihat kesesuaian terhadap konsep kriteria penilaian Green Building dari Lembaga GBCI (Green Building Council Indonesia). 3. Hasil dan Pembahasan Eksisting tapak berupa lahan kosong yang berada di dalam kawasan Fakultas Kesehatan Masyarakat dengan luas lahan keseluruan 52,332.49 m 2, sedangkan luas tapak yang digunakan untuk pembangunan Laboratorium Kesehatan Masyarakat adalah 1000 m 2, dengan ketentuan koefisien lantai bangunan sebesar 3600 m 2. FAKULTAS FARMASI FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS TEKNIK Gambar 3. Eksisting Tapak (Sumber: Foto Drone Universitas Mulawarman, 2015) Lokasi eksisting tapak berada dekat dengan Fakultas Farmasi di bagian utara, di bagian timur merupakan lahan kosong yang merupakan bekas tanah rawa, bagian selatan adalah anak sungai dari sungai besar Mahakam dan anak sungai ini menjadi aliran air

irigasi yang mengairi sawah yang dulu pernah ada di sekitar lokasi tapak, sedangkan bagian barat merupakan area yang sudah terbangun yaitu area Fakultas Teknik dan Fakultas Hukum. Fasilitas Laboratorium yang masuk ke dalam bangunan Laboratorium Kesehatan Masyarakat yaitu: 1. Laboratorium Epidemiologi: Laboratorium yang meneliti mengenai jenis penyakit yang ada di tubuh manusia. 2. Laboratorium Kesehatan Lingkungan: Laboratorium yang digunakan untuk kegiatan penelitian mikrobiologi di lingkungan. 3. Laboratorium Gizi Kesehatan Masyarakat: Laboratorium yang digunakan untuk kegiatan penelitian kandungan gizi suatu makanan dan inovasi olahan makanan yang bergizi. 4. Laboratorium Promosi Kesehatan: Laboratorium yang berupa ruang multimedia untuk kegiatan take video promosi, proses editing, dan presentasi sosialisasi kesehatan. 5. Laboratorium Keselamatan dan Kesehatan Kerja: Laboratorium yang digunakan untuk pelatihan dalam keselamatan bekerja dan pelatihan sosialasi K3 di dalam proyek-proyek pembangunan dan lain sebagainya. Dalam pembangunan Laboratorium Kesehatan Masyarakat dengan konsep green building perlu adanya keselarasan dengan kondisi lingkungan dan bertujuan untuk meningkatkan mutu kualitas lingkungan sekitarnya. Sehingga bisa menyelesaikan persoalan yang berkelanjutan. Maka perlu melakukan analisis lingkungan sekitar tapak untuk memperoleh suatu solusi dalam menyelaraskan dengan konsep green building yang meliputi analisis orientasi bangunan, analisis ruang terbuka hijau, analisis sirkulasi dan aksesibilitas, dan analisis vegetasi tapak. Gambar 4. a. Analisis Sirkulasi, b. Analisis Zoning pada Tapak (Sumber: Hasil Analisis, 2016) Pemilihan lokasi tapak pembangunan berada di sisi paling selatan dikarenakan perlu menyediakan tempat untuk pengembangan bangunan di area Fakultas Kesehatan Masyarakat. Sedangkan pemilihan lahan parkir ditujukan untuk memudahkan akses kendaraan menuju tapak, dengan memilih pada alternatif 2 yang secara langsung kendaran masuk ke dalam area parkir.

Memberikan aksesibilitas yang nyaman untuk pengguna pedestrian Kemudahan akses kendaran bermotor menuju bangunan Laboratorium Kesehatan Masyarakat. Gambar 5. Konsep Sirkulasi Menuju Tapak (Sumber: Hasil Analisa, 2016) Perancangan dan penataan lansekap perlu memperhatikan pola sirkulasi dan letak bukaan yang ada di bangunan Laboratorium Kesehatan Masyarakat. Fungsi vegetasi di dalam kriteria penilaian Green Building adalah sebagai bentuk upaya untuk turut menjaga kelestarian lingkungan dengan memberikan ruang terbuka hijau sebesar 20% dari luas total bangunan. Penataan ini ditujukan pula untuk penataan lansekap dalam memudahkan pengguna akses sirkulasi menuju tapak. Adapun analisis arah datangnya angin yang sehingga menjadi alasan bentuk dan orientasi bangunan memanjang dari timur ke barat dengan menghadap ke arah utara guna memanfaatkan penghawaan alami dan mengurangi radiasi matahari yang masuk ke dalam bangunan. Gambar 6. a. Analisis Peletakan Vegetasi Tapak, b. Analisis Arah Datangnya Angin (Sumber: Hasil Analisis, 2016) Adapun program ruang bangunan dengan melihat kualitatif kebutuhan ruang terutama di dalam masing-masing fasilitas laboratorium. Kualitatif ruang ini berupa memperhatikan kualitas penghawaan, pencahayaan, dan view di dalam dan di luar ruangan, dll. Berikut hasil analisis kualitatif kebutuhan ruang Laboratorium Kesehatan Masyarakat. Jenis Laboratorium Laboratorium Epidemiologi Tabel 1. Persyaratan Kualitatif Laboratorium Persyaratan Penghawaan Pencahayaan View Alami Buatan Alami Buatan Keluar Kedalam Kebisingan Keamanan Percobaan - - Sterilisasi - Incinerator - - -

Sterilisasi alat Penyimpanan - - R. Kelas Pengelola Percobaan - - Sterilisasi - Incinerator - - - Sterilisasi alat Penyimpanan - - R. Kelas Pengelola Pengujian Dapur Sterilisasi - Penyimpanan - - R. Kelas Pengelola Praktik Penyimpanan - - Keselamatan - - R. Kelas Pengelola (Sumber: Hasil Analisis, 2016) Laboratorium Kesehatan Lingkungan Laboratorium Gizi Kesehatan Masyarkat Laboratorium Kesehatan dan Keselamatan Kerja Hasil analasis ini kemudian ditransformasikan ke dalam bentuk peletakan bukaan dan peletakan ruang sesuai dengan kebutuhan. Berikut proses terbentuk massa bangunan Laboratorium Kesehatan Masyarakat. Tabel 2. Proses Terbentuknya Bangunan Proses Terbentuknya Bangunan Awalnya merupakan lahan kosong dan diberikan lahan lantai dasar dan area parkir Proses Terbentuknya Bangunan Kemudian meletakkan ruang lab. epidemiologi dan lab. kesehatan lingkungan Di lantai dua meletakkan lab. promosi kesehatan dan lab. gizi kesehatan Di lantai 3 meletakkan lab. K3 dan ruang pertemuan, dan meletakkan area service warna kuning bertujuan menyatukan saluran pembuangan Bangunan di lantai satu ditopang dengan beton dengan menggunakan struktur rigid frame dengan modil 5x5 di bagian lobby (Sumber: Hasil Analisis, 2016) Kebutuhan ruang yang terbuka di bagian lobby sehingga menggunakan bentang lebar Pada lantai 3 diberikan roof garden bertujuan untuk memberikan tambahan area hijau yang ada di bangunan dan sebagai ruang penempatan panel surya yang memberikan alternatif sumber energi bangunan Penutup bangunan menggunakan tipe pelana dengan tujuan untuk menyesuaikan dengan bentuk atap yang ada disekitar tapak berada.

Pelaku aktivitas di dalam bangunan dibagi ke dalam 3 jenis pelaku dengan klasifikasi mahasiswa, dosen, dan pengelola bangunan. Penempatan fungsi dibedakan dalam bentuk ruangan yang ada pada bangunan Laboratorium Kesehatan Masyarakat. Hasil desain yang diterapkan pada Laboratorium Kesehatan Masyarakat yaitu berupa letak, luas, dan desain bangunan secara menyeluruh yang disesuaikan dengan penilaian kriteria Green Building yang menerapkan 6 poin kriteria yaitu: (1) Appropriate Site Development, (2) Energy Efficiency and Conservation, (3) Water Conservation, (4) Material Resources and Cycle, (5) Indoor Health and Comfort, dan (6) Building Environment Management. Kemudian hasil penerapannya sebagai berikut. Tabel 3. Penerapan Konsep Green Building pada Bangunan Laboratorium Kesehatan Masyarakat No Poin Kriteria Gambar Keterangan 1 Appropriate Site Development Site Selection Community Accessibility, Public Transportation, Bicycle Site Landscaping, Micro Climate Area Parkir 70% lebih besar dari KLB dalam pemilihan tapak tidak membuka lahan baru dan merupakan tanah revitalisasi dari bekas bangunan sebelumnya. Namun di lapangan, tapak yang disediakan merupakan lahan milik Universitas Mulawarman yang diperuntukkan dalam pembangunan Laboratorium Kesehatan Masyarakat mengharuskan sebuah bangunan untuk memberikan akses jalan yang mudah bagi kendaraan bermotor sampai kepada pejalan kaki. Adapun anjuran bagi pengguna untuk menggunakan sepeda sebagai sarana transportasi yang ramah lingkungan. Sehingga pada perancangan bangunan harus menyediakan area parkir untuk sepeda. Memberikan area vegetasi (hardscape) sebesar 40% pada bangunan, yaitu dengan contoh membuat area roof garden, wall garden, dan taman di dalam gedung. Storm Water Management Memberikan drainase pada lingkungan tapak dan terdapat sistem pengelolaan yang dapat menggunakan air limpasan hujan untuk lansekap pada tapak. Lubang Biopori

2 Energy Efficiency and Consevation Natural Lighting -ruang yang dapat diaplikasikan pencahayaan alami yaitu pada ruang lobby, koridor, kantin, perpustakaan, toilet/km, mushola, pantry, dll. Ventilation Penghawaan alami dapat diaplikasikan pada beberapa ruangan yang tidak membutuhkan pengondisian khusus seperti laboratorium yang berhubungan dengan bahan kimia dan mikrobiologi. Untuk pengaplikasiannya pada ruang lobby, study hall, On Site Renewable Energy koridor, dll. Menerapan energi terbarukan juga memanfaatkan sampah organik sebagai bahan bakar biogas yang dikonversi mejadi energi alternatif energi listrik. 3 Water Conservation Water Recycling Dengan melalui berbagai system filterisasi air menghasilkan angka 30% air bersih yang dapat digunakan kembali sedangkan sisanya dapat dimanfaatkan untuk penyiraman tanaman. Rainwater Harvesting Air hujan ini dapat digunakan untuk wudhu, air toilet, dan kebutuhan air bersih lainnya dengan melalui sistem filterisasi terlebih dahulu. Material Resource and Cycle Certified Wood Tolak ukur pada kriteria ini adalah menggunakan kayu yang tersertifikasi legal sesuai dengan peraturan pemerintah dan dari pihak Lembaga Ekolabel Indonesia (LEI) atau FSC Certified. Indoor Health and Comfort Outside View Tujuan pada kriteria ini adalah mengurangi Peletakan kelelahan mata bagi Bukaan pengguna dengan memberikan bukaan untuk pemandangan jarak jauh luar bangunan. Oleh karena itu peletakan bukaan disesuaikan dengan letak pemandangan yang memungkinkan di luar bangunan.

Visual Comfort Untuk memberikan kenyamanan visual di dalam bangunan, kriteria ini mengutamakan dalam penggunaan lampu dengan hemat energi dan tingkat pencahayaannya sesuai dengan SNI 03-6197-2000 di dalam ruang-ruang tertentu Building Environmental Management Advance Waste Management (Sumber: Hasil Analisis, 2016) Adapun juga dengan memanfaatkan sampah organik seperti sisa makanan, daun kering, dan sebagainya menjadi biogas yang dikonversikan ke dalam bentuk energi listrik maupun keperluan memasak di dalam laboratorium. Berikut merupakan hasil desain keseluruhan bangunan. Perspektif Lobby dan eksterior bangunan, serta utilitas bangunan dari penggunaan sistem panen hujan dan sistem air daur ulang serta pemanfaatan sampah sebagai energi alternatif bangunan. Gambar 7. a. Perspektif Lobby, b. Perspektif Entrance Bangunan Laboraotrium (Sumber: Hasil Perancangan, 2015) Gambar 8. Perspektif Eksterior Bangunan Laboratorium Kesehatan Masyarakat (Sumber: Hasil Perancangan, 2015)

4. Kesimpulan Berdasarkan dari hasil perancangan Gedung Laboratorium Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Mulawarman Samarinda dengan menggunakan kajian Green Building, dapat disimpulkan bahwa dalam merancang suatu bangunan dimanapun lokasi tapaknya berada harus menyesuaikan pada kondisi iklim untuk memperoleh penghawaan dan pencahayaan secara alami. Perlu diperhatikan pula orientasi bangunan yang akan mempengaruhi bentuk masa bangunan, sehingga akan memberikan bentukan yang unik dengan menyesuaikan arah matahari dan arah mata angin. Melihat kondisi iklim di Kota Samarinda yang tropis lembab dengan temperatur udara luar dapat mencapai 31 o C pada siang hari, maka perlu ada penanganan dalam mengatasi suhu yang panas di dalam bangunan dengan menggunakan sistem cross ventilasi (ventilasi silang) yang dapat membantu mendinginkan udara tanpa menggunakan penghawaan artifisial. Adapun ruang-ruang laboratorium yang tidak dapat menggunakan penghawaan secara alami, karena adanya bahan-bahan penelitian yang kondisi suhunya harus terjaga stabil, sehingga perlu penambahan penghawaan secara artifisial yang ditempatkan. Dengan menggunakan pedekatan green building dari hasil perancangan menghasilkan bangunan yang hemat energi. Hasil penilaian kesesuaian dengan kriteria Green Building secara keseluruhan memperoleh nilai 62 poin dengan total prosentase 73%. Hasil penilaian ini di dalam kriteria Green Building mendapatkan peringkat Platinum di tahap Design Recognition. Namun masih perlu ada pengembangan untuk aplikasi teknologi yang dapat menghemat energi di dalam bangunan. Daftar Pustaka Ariestadi, Dian, Alfianto, Imam, & Sulton, Muhammad. 2014. Kriteria Kinerja Energi untuk Kenyamanan Termal pada Bangunan Fasilitas Pendidikan Tinggi di Indonesia Analisis dengan Metode Important Performance Analysis. Malang : Jurnal Ruas. Greenship, 2012. GREENSHIP untuk Gedung Baru Versi 1.1, perangkat penilaian greenship greenship rating tools. Green Building Council Indonesia. Kementrian Kesehatan RI. 2010. Standar Laboratorium Analis Kesehatan Pendidikan Tenaga Kesehatan. Jakarta : Badan PPSDM Kesehatan TSI Incorporated. 2014. Laboratory Design Handbook. United State. Occupational Safety and Health Administration. (2011). Laboratory Safety Guidance. U.S. Department of Labor. ISO 15189:2012. Medical laboratories - Requirements for quality and competence. ISO [internet] (https://www.iso.org/standard/56115.html) (diakses 22 Oktober 2016)