BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aktivitas belajar merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam pembelajaran. Pembelajaran yang menekankan aktivitas belajar akan menjadi lebih bermakna dan membawa siswa pada pengalaman belajar yang mengesankan. Aktivitas belajar dapat merangsang siswa terlibat secara aktif dalam pembelajaran, sehingga dapat merangsang otak siswa untuk berpikir kritis dan memecahkan permasalahan yang mengarah terhadap peningkatan hasil belajar. Aktivitas belajar perlu ditingkatkan dalam pembelajaran, tak terkecuali dalam pembelajaran IPS. Peningkatan aktivitas belajar memberikan manfaat dalam pembelajaran IPS, yaitu pembelajaran IPS menjadi lebih bermakna bagi siswa sehingga pengorganisasian materi/ bahan pelajaran disesuaikan dengan lingkungan, karakteristik dan kebutuhan siswa. Selain itu, pembelajaran IPS yang semula hanya sebatas menghafal akan dapat mencakup pemahaman dalam menerima pembelajaran. Kenyataan di lapangan, sampai saat ini masih tampak kecenderungan kurang memperhatikan aktivitas belajar, dan dapat dikatakan bahwa aktivitas belajar masih rendah. Hal ini terlihat dari pemberitaan yang dimuat di kompas.com pada tanggal 29 April 2014 yang berjudul Membolos, 27 siswa Sleman terjaring razia. Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten 1
2 Sleman, Senin (28/04/2014), melakukan razia siswa di sejumlah lokasi Kabupaten Sleman. Dari hasil razia ditemukan 27 siswa yang membolos sekolah. Mereka sedang berada di warung internet dan sebagian lain sedang nongkrong di luar lingkungan sekolah. Di wilayah Sleman barat, tim mendapati 15 siswa di salah satu warnet dan nongkrong di tempat tertentu. Mereka beralasan mencari data di internet untuk tugas sekolah dan sebagian lain mengaku membolos, karena jam kosong. Berdasarkan berita tersebut dapat dilihat bahwa terdapat beberapa siswa yang membolos dengan alasan yang beragam. Hal tersebut perlu diketahui penyebab mengapa siswa membolos. Beberapa faktor penyebab siswa membolos yaitu karena sering terdapat jam kosong saat pembelajaran berlangsung, siswa tidak senang dengan salah satu mata pelajaran, merasa bosan saat pembelajaran berlangsung, terlambat masuk sekolah, tidak senang dengan guru dan lain sebagainya. Faktor-faktor penyebab tersebut dapat mengarah pada rendahnya aktivitas belajar siswa. Rendahnya aktivitas belajar dapat mempengaruhi pada rendahnya hasil belajar atau prestasi siswa. Dalam RRI.co.id pada 15 Juni 2014 yang berjudul Tingkat Kelulusan Ujian Nasional SMP Capai 99,94 Persen. KBRN, Jakarta: sebanyak 99,94 persen siswa tingkat SMP sederajat dinyatakan lulus Ujian Nasional (UN) tahun pelajaran 2013/2014. Kriteria kelulusan untuk jenjang SMP sederajat ditentukan oleh perolehan nilai akhir (NA) sama dengan 60% nilai ujian nasional (UN) ditambah dengan 40% nilai ujian sekolah (US), dengan rata-
3 rata nilai akhir (NA) paling rendah 5,5 dari nilai tiap mata pelajaran paling rendah 4,0. Sebaran nilai UN tahun ini sangat luas, mulai dari nilai 4,39 ke 8,64 dan untuk ujian sekolah yaitu 6,93 hingga 9,06. Rata-rata nilai un murni tahun ini 6,52 dan us 8,17, sedangkan rata-rata nilai akhir (NA) yaitu sebesar 7,19. Berdasarkan berita tersebut dapat dilihat bahwa nilai terendah UN 4,39 dan nilai terendah US 6,93. Hal ini menunjukkan bahwa masih rendahnya hasil belajar/ prestasi siswa. Faktor yang mempengaruhi hasil belajar rendah dikarenakan dalam proses pembelajaran siswa di tuntut untuk menghafal begitu banyak materi pelajaran. Dalam proses pembelajaran guru sebagai subjek aktif sedangkan siswa sebagai subjek pasif. Pada umumnya proses pembelajaran di kelas lebih menuntut siswa untuk menghafal begitu banyak materi pelajaran. Hal ini akan menyebabkan kebosanan karena kurang adanya aktivitas belajar pada siswa dalam proses pembelajaran. Salah satu komponen yang paling utama dalam proses pembelajaran adalah guru. Agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan mencapai tujuan yang diharapkan, maka diperlukan kreativitas guru dalam mengelola pembelajaran termasuk didalamnya penggunaan metode pembelajaran yang bervariasi dalam kegiatan belajar mengajar. Selain itu, guru juga harus mampu menumbuhkan aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran. Dengan menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi dalam pembelajaran maka suasana pembelajaran dapat berjalan dengan kondusif, menarik, menyenangkan, sehingga siswa tertarik dalam mengikuti proses pembelajaran. Aktivitas belajar dapat merangsang otak
4 siswa untuk berpikir dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi sehingga dapat berpengaruh terhadap hasil belajar. Berdasarkan pengamatan sebelum penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 1 Playen, peneliti menemukan beberapa hal yang sama. Guru belum menggunakan metode yang bervariasi dalam proses pembelajaran. Hal ini terlihat pada saat guru sedang mengajar, guru menggunakan metode ceramah. Guru biasanya menggunakan metode ceramah dengan variasi tanya jawab sebagai metode utama dalam menyampaikan materi pelajaran. Selain itu, guru juga menggunakan metode diskusi. Metode yang digunakan guru tersebut hanya dapat merangsang sebagian kecil siswa untuk aktif di kelas, sehingga proses pembelajaran masih terpusat pada guru. Pembelajaran IPS menggunakan metode ceramah dengan variasi tanya jawab terlihat sebagian besar siswa memperhatikan penjelasan dari guru namun pada kenyataannya siswa belum memahami materi yang dijelaskan oleh guru. Hal ini terlihat saat guru memberikan pertanyaan mengenai materi yang diajarkan hanya ada satu atau dua siswa yang duduk di depan saja yang dapat menjawab pertanyaan dari guru. Sedangkan ketika guru meminta siswa untuk bertanya mengenai materi yang belum jelas, siswa hanya diam. Hal tersebut menunjukan bahwa siswa kurang berani bertanya atau mengemukakan pendapat dan menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. Pelaksanaan pembelajaran IPS dengan menggunaan metode ceramah maupun diskusi di SMP Negeri 1 Playen juga belum terlaksana secara optimal
5 sehingga aktivitas belajar siswa yang terjadi masih rendah. Pada saat pembelajaran IPS menggunakan metode ceramah bervariasi tanya jawab pembelajaran terlihat pasif karena siswa tidak aktif menjawab pertanyaan dari guru dan ketika siswa belum jelas mengenai meteri yang diajarkanpun, siswa juga tidak berani mengajukan pertanyaan kepada guru. Selain itu pada saat pembelajaran IPS menggunakan metode diskusi siswa cenderung mengobrol dan bercanda sehingga diskusi kurang berjalan dengan efektif. Pada saat sesi presentasi hasil diskusi, siswa juga kurang berani bertanya atau memberi masukan kepada kelompok yang sedang presentasi. Hal ini menunjukkan rendahnya aktivitas belajar siswa. Rendahnya aktivitas belajar siswa berpengaruh terhadap hasil belajar siswa yang kurang memuaskan. Hal tersebut terlihat dari rendahnya nilai ratarata hasil UAS mata pelajaran IPS kelas VIII semester 1 tahun ajaran 2013/2014 di SMP Negeri 1 Playen, yaitu dengan nilai 67, sedangkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) di sekolah tersebut adalah 75. Kemudian dari 178 siswa terdapat 117 siswa yang belum tuntas KKM. Berdasarkan permasalahan tersebut maka perlu adanya upaya untuk mengatasinya. Gurulah yang bertugas dalam mengatasi permasalah tersebut. Salah satu upaya mengatasi permasalahan tersebut yaitu dengan menciptakan pembelajaran yang mendorong siswa untuk lebih aktif dan siswa merasa lebih senang dalam pembelajaran dengan begitu aktivitas belajar siswa akan meningkat sehingga dapat berpengaruh terhadap hasil belajar yang memuaskan. Guru dapat
6 menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi agar dalam proses pembelajaran tidak membosankan dan siswa dapat aktif bukan hanya pembelajaran yang terpusat pada guru. Untuk menciptakan pembelajaran yang menarik, guru dapat menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan, salah satunya menggunakan metode pembelajaran kooperatif. Metode pembelajaran kooperatif tipe Deep Dialogue dan Group Investigation merupakan contoh metode pembelajaran kooperatif yang dapat meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar siswa. Berdasarkan uraian tersebut peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul Studi Komparasi antara Metode Deep Dialogue dan Gruop Investigation dalam Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Balajar IPS Siswa SMP Negeri 1 Playen. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan tersebut terdapat masalah-masalah yang berkaitan dengan penelitian ini. Masalah tersebut diidentifikasi sebagai berikut: 1. Guru belum menggunakan metode yang bervariatif dalam pembelajaran IPS. 2. Siswa kurang berani bertanya atau mengemukakan pendapat dan menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. 3. Aktivitas belajar siswa yang terjadi dalam pembelajaran IPS masih rendah. 4. Rendahnya nilai rata-rata hasil UAS mata pelajaran IPS.
7 C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, maka penelitian ini dibatasi pada beberapa masalah sebagai berikut: 1. Aktivitas belajar siswa yang terjadi dalam pembelajaran IPS masih rendah. 2. Rendahnya nilai rata-rata hasil UAS mata pelajaran IPS. D. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah tersebut, penelitian ini akan dilakukan di SMP Negeri 1 Playen. Maka untuk mengatasi masalah tersebut akan digunakan metode Deep Dialogue dan Group Investigation kaitannya dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Sehingga rumusan masalah yang akan digunakan adalah sebagai berikut: 1. Adakah perbedaan yang signifikan aktivitas belajar dalam pembelajar IPS menggunakan metode Deep Dialogue dibandingkan menggunakan metode Group Investigation di Kelas VIII SMP Negeri 1 Playen? 2. Adakah perbedaan yang signifikan hasil belajar dalam pembelajaran IPS menggunakan metode Deep Dialogue dibandingkan menggunakan metode Group Investigation di Kelas VIII SMP Negeri 1 Playen? E. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah tersebut, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
8 1. Mengetahui ada tidaknya perbedaan yang signifikan aktivitas belajar IPS siswa menggunakan metode Deep Dialogue dibandingkan menggunakan metode Group Investigation di Kelas VIII SMP Negeri 1 Playen. 2. Mengetahui ada tidaknya perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS siswa menggunakan metode Deep Dialogue dibandingkan menggunakan metode Group Investigation di Kelas VIII SMP Negeri 1 Playen. F. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini diharapkan adalah: 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini dapat memberikan kontribusi bagi ilmu pendidikan, khususnya pendidikan IPS. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi acuan bagi penelitian berikutnya. 2. Manfaat Praktis a. Bagi peneliti Penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengalaman bagi peneliti sebagai calon pendidik dalam menerapkan metode pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. b. Bagi Guru Penelitian ini dapat memberikan wawasan agar mampu memanfaatkan beragam model pembelajaran yang mampu meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswanya.
9 c. Bagi sekolah Penelitian ini dapat memberikan acuan bagi sekolah guna menerapkan metode-metode pembelajaran yang menarik, sehingga siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran, khususnya mata pelajaran IPS. Selain itu, diharapkan siswa dapat terbiasa belajar dengan aktif dan berdiskusi dengan teman satu kelompok atau satu kelas.