EVALUASI KECEPATAN TRANSAKSI DI GERBANG TOL PASTEUR BANDUNG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya menurut jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Jalan tol adalah jalan umum yang kepada pemakainya dikenakan kewajiban

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya, penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:

Kata kunci : gerbang tol, antrian, tingkat pelayanan

EFEKTIVITAS GARDU TOL OTOMATIS (GTO) BUAH BATU DITINJAU DARI KECEPATAN TRANSAKSI RATA-RATA

PENGARUH PENERAPAN SISTEM PENGUMPUL TOL ELEKTRONIK TERHADAP PELAYANAN GERBANG TOL

ANALISIS PANJANG ANTRIAN YANG TERJADI PADA PINTU KELUAR GERBANG TOL PASTEUR ABSTRAK

EVALUASI KINERJA DAN PERLAYANAN PADA GERBANG TOL SERANG TIMUR

KINERJA PELAYANAN GERBANG TOL TANJUNG MORAWA ABSTRAK

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

ANALISIS KAPASITAS GERBANG TOL KARAWANG BARAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. di sisi jalan. hal ini seringkali mengakibatkan terjadinya penumpukan kendaraan


BAB 1 PENDAHULUAN. simpang merupakan faktor penting dalam menentukan penanganan yang paling tepat

Perbandingan Panjang Antrian Dan Waktu Pelayanan Pada Sistem Pengumpulan Tol Konvensional Terhadap Sistem Pengumpulan Tol Elektronik

Proses Kerja Automatic Lane Barrier (ALB) Di PT. Jasa Marga (PERSERO) Tbk.

BAB 1 PENDAHULUAN. pertumbuhan yang sangat pesat di berbagai sektor khususnya dari sektor

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Simpang jalan merupakan tempat terjadinya konflik lalu lintas. Kinerja dari suatu

BAB III METODE PENELITIAN. Inti dari metodologi penelitian adalah menguraikan cara penelitian ini

III. METODE PENELITIAN. mengemukakan secara teknis tentang metoda-metoda yang digunakan dalam

ANALISIS OPERASIONAL WAKTU SINYAL LAMPU LALULINTAS PADA TEMPAT PENYEBERANGAN PEJALAN KAKI DI RUAS JALAN PAHLAWAN KOTA MADIUN

RENCANA JALAN TOL TENGAH DI JL. AHMAD YANI SURABAYA BUKAN MERUPAKAN SOLUSI UNTUK PENGURANGAN KEMACETAN LALU-LINTAS

III. METODOLOGI PENELITIAN. Tahap-tahap dalam melakukan sebuah penelitian yang hasil akhirnya berupa

Estimasi Jumlah Gardu Keluar Tol Pasteur yang Optimal Menggunakan Model Antrean Tingkat Aspirasi *

KONSTRIBUSI MOBILITAS SISWA SMAN FAVORIT TERHADAP KINERJA RUAS JALAN DI KOTA BANDUNG

EVALUASI PEMENUHAN INDIKATOR STANDAR PELAYANAN MINIMAL JALAN TOL DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan tranportasi darat saat ini khususnya di jalan raya, dirasakan

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN. oleh meningkatnya taraf kehidupan ekonomi juga pergerakan dari suatu tempat. ketempat lain dengan berbagai macam aktifitas.

ANALISIS KEMACETAN LALU LINTAS DI JALAN ARTERI DAN KOLEKTOR DI KECAMATAN DEPOK DAN KECAMATAN NGAGLIK KABUPATEN SLEMAN

EVALUASI DAN UPAYA PENINGKATAN KINERJA BUNDARAN KALIBANTENG PASCA TERBANGUNNYA FLYOVER

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

EVALUASI KINERJA GERBANG TOL STUDI KASUS DI GARDU TOL JAKARTA UTARA

PENINGKATAN BIAYA PERJALANAN MELALUI JALAN TOL CIPULARANG AKIBAT KERUSAKAN JEMBATAN CISOMANG

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesatnya pembangunan yang berwawasan nasional maka prasarana

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

STUDI ANALISIS KONTRIBUSI KEGIATAN DI KOMPLEKS TERPADU UKRIDA-PENABUR TERHADAP KAPASITAS RUAS JALAN TANJUNG DUREN RAYA DAN JALAN LETJEN S.

BAB III METODOLOGI. Survey antrian pada pintu gerbang tol ini dimaksudkan untuk mengetahui

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

EVALUASI PEMENUHAN INDIKATOR STANDAR PELAYANAN MINIMAL JALAN TOL DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Umum. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, saat ini sedang mengalami

EFEKTIVITAS JALUR SEPEDA MOTOR PADA JALAN PERKOTAAN MENGGUNAKAN MODEL SIMULASI-MIKRO

EVALUASI KINERJA GERBANG TOL ( STUDI KASUS GERBANG TOL KARANG TENGAH JALAN TOL JAKARTA TANGERANG ) TESIS

PERENCANAAN ULANG KEBUTUHAN GARDU TOL PADA GERBANG TOL CIKANDE

BAB I PENDAHULUAN. interaksi yang baik dan ideal antara komponen komponen transportasi

BAB III METODE EVALUASI. Metode evaluasi adalah tahapan-tahapan yang penjabarannya secara rinci

operasi simpang yang umum diterapkan adalah dengan menggunakan sinyal lalu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

STUDI TUNDAAN PADA PUTARAN DI DEPAN GERBANG TOL CILEUNYI

BAB III METODOLOGI. Mulai. Persiapan. Pengurusan perijinan dan surat menyurat. Survei Pendahuluan. Identifikasi masalah.

D4 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

Kajian Kapasitas Jalan dan Derajat Kejenuhan Lalu-Lintas di Jalan Ahmad Yani Surabaya

EFEKTIVITAS PARKIR SEPEDA MOTOR UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA ABSTRAK

STUDI MODEL HUBUNGAN VOLUME KECEPATAN KEPADATAN PADA JALAN PERKOTAAN TIPE 2 LAJUR DAN 4 LAJUR TAK TERBAGI (2UD DAN 4UD)

III. METODOLOGI PENELITIAN. memperoleh kesimpulan yang ingin dicapai dalam penelitian. Metodologi yang

Evaluasi Kondisi dan Pemanfaatan Trotoar Pada Jalan Ir. H. Juanda-Bandung

BAB III METODE STUDI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TUGAS AKHIR ANALISIS ANTRIAN PINTU GERBANG TOL SERANG TIMUR - BANTEN

EVALUASI KINERJA JALAN SEBAGAI PARAMETER KEMACETAN SIMPANG EMPAT PINGIT YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan pemilikkan kendaraan, perluasan kota serta peningkatan aktivitas

EVALUASI KINERJA PINTU TOL PASIR KOJA BANDUNG

Jurnal Spektran Vol.4, No.1, Januari 2016

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Mulai. Lokasi Penelitian. Pengumpulan Data

TESIS ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PEMBANGUNAN JALAN TOL BENOA-BANDARA-NUSA DUA A.A. ASTRI DEWI

DAFTAR ISI. LEMBAR PERNYATAAN... i. ABSTRACT... iii. KATA PENGANTAR... iv. DAFTAR ISI... viii. DAFTAR TABEL... xii. DAFTAR GAMBAR...

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENYAJIAN DATA

BAB 1 PENDAHULUAN. Kemacetan ini tidak hanya terjadi di jalan-jalan protokol saja, akan tetapi juga

BAB I PENDAHULUAN. penarik (attractive) dan kawasan bangkitan (generation) yang meningkatkan tuntutan lalu lintas (

Analisa Kapasitas Pada Ruas Jalan Jenderal Sudirman di Kota Martapura Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. kesimpulannya. Penelitian ini dilakukan pada PT. Jasa Marga (Persero) Tbk.

ANALISIS KEBUTUHAN LAHAN PARKIR PADA KANTOR BADAN PERTANAHAN NASIONAL KOTA BALIKPAPAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

STUDI KINERJA RUAS DAN PERSIMPANGAN DI KAWASAN LAPANGAN KAREBOSI PADA JLN. JEND. SUDIRMAN DI KOTA MAKASSAR

JURNAL TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. mengumpulkan literature baik berupa buku buku transportasi, artikel, jurnal

BAB I PENDAHULUAN. maka pemerintah harus menyediakan sarana dan prasarana kota untuk menunjang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mulai PENGUMPULAN DATA

BAB I PENDAHULUAN. Jalan merupakan prasarana transportasi yang sangat penting untuk

Analisis Kinerja Ruas Jalan HOS Cokroaminoto Akibat Perkembangan Lalu Lintas di Yogyakarta

KOORDINASI SIMPANG BERSINYAL PADA SIMPANG KENTUNGAN-SIMPANG MONJALI YOGYAKARTA

STUDI ANTRIAN DI PINTU MASUK GERBANG TOL PASTEUR. Deasi Harnesi NRP : Pembimbing : V. Hartanto, Ir., M.Sc

ANALISIS PENGARUH VOLUME DAN KECEPATAN KENDARAAN TERHADAP TINGKAT KEBISINGAN PADA JALAN DR. DJUNJUNAN DI KOTA BANDUNG

III. METODOLOGI PENELITIAN

IV. DATA PENELITIAN. Beberapa data primer yang diperoleh melalui survei langsung di lapangan meliputi kondisi

ANALISA DAMPAK HAMBATAN SAMPING DAN U-TURN TERHADAP KECEPATAN KENDARAAN (STUDI KASUS DEPAN PASAR FLAMBOYAN JALAN GAJAH MADA KOTA PONTIANAK)

BAB I PENDAHULUAN. Bintaro Utama 3 Jalan Bintaro Utama 3A Jalan Pondok Betung Raya Jalan Wr

BAB V ANALISA HASIL. Pada penelitian tugas akhir ini, untuk mengetahui kondisi dan karakteristik

ANALISIS WAKTU TEMPUH PERJALANAN KENDARAAN RINGAN KOTA SAMARINDA ( Studi Kasus JL. S. Parman- Ahmad Yani I- Ahmad Yani II- DI. Panjaitan- PM.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ARTIKEL. Oleh : Nurul Fajrin, Kismartini, Aloysius Rengga

EFEKTIVITAS PERPARKIRAN DI GEDUNG LOGIN MEGASTORE JL ABC BANDUNG ABSTRAK

Transkripsi:

EVALUASI KECEPATAN TRANSAKSI DI GERBANG TOL PASTEUR BANDUNG Lisa Ramayanti Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Katolik Parahyangan Jl. Ciumbuleuit 94 Bandung, Indonesia, 40141 Telp. (022)2033691 Fax: (022)2033692 lisaramayanti@ymail.com Wimpy Santosa Guru Besar Teknik Transportasi Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Katolik Parahyangan Jl. Ciumbuleuit 94 Bandung, Indonesia, 40141 Telp. (022)2033691 Fax: (022)2033692 wimpy.santosa@yahoo.com Abstract Bandung, the capital of the West Java Province, is one of the big cities in Indonesia. To meet high demands for movement, the Purbaleunyi toll road was built in this area. One of the toll gates in this toll road is Pasteur toll gate, which functions as the main entrance for the city of Bandung. Very often traffic congestion or long queue occurs in this toll gate, particularly during peak hours. This study aims to evaluate the toll road service performance, specifically the transaction speed at the entrance and exit gates located in the Pasteur toll gate. According to the Toll Road Minimum Service Standard, the time of transaction at the entrance gates should be no more than 7 seconds per vehicle and at the exit gates it should not exceed 11 seconds per vehicle. This study found that at the entrance gate, only 92.93% and 90.78% of transactions meet the Toll Road Minimum Service Standard for peak hours and normal hours, respectively. Meanwhile, at the exit gate, only 81.93% and 71.49% of transactions during peak hours and normal hours, respectively, meet the Toll Road Minimum Service Standard. Keywords: toll gate, transaction speed, toll roads minimum service standard PENDAHULUAN Transportasi sangat penting peranannya bagi suatu daerah, baik itu daerah perdesaan atau daerah perkotaan. Hal tersebut disebabkan karena transportasi menyediakan akses bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan barang dan jasa sehari-hari serta meningkatkan kehidupan sosial ekonomi. Jalan merupakan prasarana transportasi yang berperan penting dalam mendukung pembangunan. Salah satu jenis jalan adalah jalan tol, yaitu jalan umum yang merupakan bagian sistem jaringan jalan dan sebagai jalan nasional yang penggunanya diwajibkan membayar tol (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, 2005). Penggunaan jalan tol diharapkan menjadi salah satu cara agar transportasi menjadi efektif dan efisien. Bandung yang saat ini menyandang predikat ibukota propinsi Jawa Barat merupakan salah satu kota besar yang ada di Indonesia. Jumlah penduduk kota Bandung terus meningkat dan menyebabkan perkembangan kota Bandung akan terus terjadi sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk tersebut. Untuk memenuhi kebutuhan lalulintas yang tinggi, dibangun jalan tol Purbaleunyi, yang merupakan gabungan dua ruas jalan tol, yaitu ruas jalan tol Cipularang (Cikampek-Purwakarta-Padalarang) dan ruas jalan tol Jurnal Transportasi Vol. 9 No. 2 Desember 2009: 107-116 107

Padaleunyi (Padalarang-Cileunyi). Agar pelayanan dalam kota Bandung terpenuhi, pada jalan tol Purbaleunyi dibangun beberapa gerbang tol dengan sistem tertutup. Volume lalulintas harian rata-rata pada jalan tol Purbaleunyi terus meningkat, dan telah mencapai 148.930 kendaraan/hari pada tahun 2008 (PT Jasa Marga, 2009). Hal tersebut tentu saja berpengaruh pada kepadatan lalulintas di gerbang tol Pasteur, sehingga sering terjadi kemacetan atau antrian yang cukup panjang, terutama pada jam sibuk. Kemacetan atau antrian ini tentu saja merugikan pengguna dan pengelola jalan tol. Dalam rangka mengevaluasi kinerja pelayanan jalan tol, pada studi ini dikaji kecepatan transaksi pada gardu masuk dan gardu keluar di gerbang tol Pasteur, Bandung. Dari pengamatan dapat dievaluasi apakah kecepatan transaksi di gerbang tol Pasteur tersebut telah memenuhi salah satu kriteria Standar Pelayanan Minimal Jalan Tol (SPMJT), khususnya yang berkaitan dengan pelayanan aksesibilitas. Indikator yang digunakan untuk evaluasi ini adalah kecepatan transaksi rata-rata pada setiap gardu tol. Tujuan penelitian ini adalah menentukan kecepatan transaksi yang terjadi pada gardu masuk, yang merupakan gardu transaksi otomatis, dan pada gardu keluar. Selanjutnya dievaluasi apakah kecepatan transaksi rata-rata di gardu masuk dan di gardu keluar telah sesuai dengan kriteria pelayanan aksesibilitas pada SPMJT. Kecepatan transaksi yang diamati adalah kecepatan transaksi yang terjadi pada jam sibuk dan jam tidak sibuk serta menentukan penyebab apabila kecepatan transaksi rata-rata tidak memenuhi SPM jalan tol. Kecepatan transaksi diperoleh dari survei langsung di gerbang tol Pasteur. Survei ini dilakukan oleh beberapa surveyor, yang jumlahnya sama dengan jumlah gardu yang beroperasi. Tinjauan Pustaka Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 15 tahun 2005, jalan tol adalah jalan umum yang merupakan bagian sistem jaringan jalan dan sebagai jalan nasional yang penggunanya diwajibkan membayar tol. Sedangkan tol adalah sejumlah uang tertentu yang dibayarkan untuk pengguna jalan tol. Terdapat tiga pihak yang berkepentingan dalam pembangunan, pengoperasian, dan pengembangan jalan tol. Ketiga pihak tersebut adalah pengusaha atau investor, pengguna, pemerintah yang bertindak sebagai regulator yang membawa kepentingan masyarakat umum serta untuk tujuan pengembangan wilayah. Penyelenggaraan jalan tol dimaksudkan untuk mewujudkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya serta keseimbangan dalam pengembangan wilayah dengan memperhatikan keadilan, yang dapat dicapai dengan membina jaringan jalan yang dananya berasal dari pengguna jalan. Tujuan penyelenggaraan jalan tol adalah meningkatkan efisiensi pelayanan jasa distribusi untuk menunjang peningkatan pertumbuhan ekonomi, terutama di wilayah yang sudah tinggi tingkat perkembangannya. Agar kendaraan yang menggunakan jalan tol dapat bergerak dengan lancar tanpa hambatan maka jalan tol harus didukung oleh prasarana lainnya, salah satunya adalah gerbang tol. 108 Jurnal Transportasi Vol. 9 No. 2 Desember 2009: 107-116

Kecepatan transaksi yang tidak memenuhi syarat akan menghambat pergerakan kendaraan di jalan tol, sehingga hal ini dapat menurunkan tingkat pelayanan jalan tol secara keseluruhan. Standar Pelayanan Minimal Jalan Tol (SPMJT) adalah ukuran yang harus dicapai dalam pelaksanaan penyelenggaraan jalan tol. SPMJT ini wajib dipenuhi oleh Badan Usaha Jalan Tol dan dimaksudkan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat sebagai pengguna jalan tol. Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 392/PRT/M/2005 tentang SPMJT, terdapat enam substansi pelayanan yang ditinjau, yaitu kondisi jalan tol, kecepatan tempuh rata-rata, aksesibilitas, mobilitas, keselamatan, serta unit pertolongan/penyelamatan dan bantuan pelayanan. Kecepatan transaksi merupakan bagian dari substansi pelayanan aksesibilitas. Kecepatan transaksi pada pintu/gardu masuk tol untuk sistem tertutup adalah waktu yang diperlukan ketika pelanggan mulai menjulurkan tangan untuk menerima tiket tol hingga tangan petugas kembali ditarik dari saat memberikan tiket. Sedangkan kecepatan transaksi pada pintu/gardu keluar atau pada pintu/gardu masuk sistem terbuka didefinisikan sebagai waktu yang diperlukan ketika pelanggan mulai menjulurkan tangan untuk melakukan transaksi atau pembayaran tiket tol hingga tangan petugas tol menarik kembali tangannya untuk mengembalikan pembayaran atau tanda pembayaran ke tangan pelanggan. Berdasarkan SPMJT, kecepatan transaksi rata-rata untuk gerbang tol sistem terbuka tidak boleh lebih dari 8 detik/kendaraan. Untuk gerbang tol sistem tertutup, kecepatan transaksi rata-rata pada gardu masuk tidak boleh lebih dari 7 detik/kendaraan dan pada gardu keluar tidak boleh lebih dari 11 detik/kendaraan. DATA DAN ANALISIS Studi ini menggunakan data sekunder dan data primer. Data sekunder diperoleh dari PT Jasa Marga, sedangkan data primer diperoleh dari pengamatan langsung di gerbang tol Pasteur. Survei untuk mendapatkan data primer dilakukan pada hari Rabu tanggal 25 Maret 2009 hingga hari Selasa tanggal 31 Maret 2009, pada jam sibuk dan jam tidak sibuk. Pengamatan dilakukan pada gardu masuk dan gardu keluar. Jumlah surveyor didasarkan pada jumlah gardu yang dioperasikan. Di gerbang tol Pasteur ini terdapat 8 gardu masuk dan 5 gardu tanpa orang (GTO), sehingga minimal dibutuhkan 13 surveyor untuk survei ini. Kecepatan transaksi yang diperoleh dari survei selanjutnya digunakan untuk mengevaluasi salah satu kinerja pelayanan aksesibilitas pada SPMJT. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa kecepatan transaksi rata-rata di gardu masuk pada jam sibuk telah memenuhi SPMJT. Kecepatan transaksi rata-rata yang dihitung dari seluruh data pada jam sibuk adalah 2,35 detik/kendaraan, dengan interval keyakinan 95% (95% Confidence Interval) antara 2,33 detik/kendaraan hingga 2,37 detik/kendaraan. Kecepatan transaksi rata-rata pada jam tidak sibuk juga telah memenuhi SPMJT. Kecepatan transaksi rata-rata Evaluasi kecepatan transaksi di gerbang tol pasteur Bandung (Lisa Ramayanti dan Wimpy Santosa) 109

pada jam tidak sibuk adalah 2,54 detik/kendaraan dengan interval keyakinan 95% antara 2,51 detik/kendaraan hingga 2,58 detik/kendaraan. Selain itu evaluasi kecepatan transaksi juga dilakukan pada setiap kendaraan. Dari evaluasi ini diketahui bahwa tidak seluruh kecepatan transaksi pada gardu masuk telah memenuhi SPMJT. Rangkuman data proporsi kecepatan transaksi yang memenuhi SPMJT pada jam sibuk dapat dilihat pada Tabel 1. Proporsi terkecil yang memenuhi SPMJT adalah 92,93%, atau terdapat hanya 20 transaksi dari 283 transaksi yang tidak memenuhi SPMJT. Sedangkan rangkuman data proporsi kecepatan transaksi yang memenuhi SPMJT pada jam tidak sibuk disajikan pada Tabel 2. Proporsi terkecil yang memenuhi SPMJT adalah 90,78%, atau hanya terdapat 19 transaksi dari 206 transaksi yang tidak memenuhi SPMJT. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa kecepatan transaksi rata-rata di gardu keluar pada jam sibuk telah memenuhi SPMJT. Kecepatan transaksi rata-rata yang dihitung dari seluruh data pada jam sibuk adalah 5,56 detik/kendaraan dengan interval keyakinan 95% antara 5,52 detik/kendaraan hingga 5,61 detik/kendaraan. Kecepatan transaksi rata-rata pada jam tidak sibuk juga telah memenuhi SPMJT, dengan nilai rata-rata sebesar 6,02 detik/kendaraan dan dengan interval keyakinan 95% sebesar 5,95 detik/kendaraan hingga 6,10 detik/kendaraan. Tabel 1 Proporsi Kecepatan Transaksi Sesuai SPMJT pada Jam Sibuk di Gardu Masuk Hari Rabu Jam Proporsi Kecepatan Transaksi per Gardu (%) 13 15 17 19 21 08.00-09.00 96,5 96,9 99,63 100 98,31 17.00-18.00 99,7 99,39 99,66 99,45 100 Kamis 11.00-12.00 100 99,28 100 100 100 16.00-17.00 95,74 97,69 99,69 100 99,76 Jumat 08.00-09.00 99,67 99,66 100 99,73 100 17.00-18.00 98,72 97,28 99,73 99,33 100 Sabtu 10.00-11.00 100 92,93 97,55 99,73 99,73 15.00-16.00 100 99,36 98,94 100 100 Minggu 11.00-12.00 100 100 99,67 100 100 16.00-17.00 100 99,74 100 100 100 Senin 08.00-09.00 100 98,25 100 100 100 16.00-17.00 98,84 99,15 99,38 100 100 Selasa 08.00-09.00 99,01 99,67 99,61 100 100 17.00-18.00 100 100 100 100 100 110 Jurnal Transportasi Vol. 9 No. 2 Desember 2009: 107-116

Seperti yang dilakukan pada gardu masuk, evaluasi kecepatan transaksi pada setiap kendaraan juga dilakukan pada gardu keluar. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa tidak seluruh kecepatan transaksi pada gardu kelur memenuhi SPMJT. Selanjutnya dihitung proporsi kecepatan transaksi yang memenuhi SPMJT, seperti yang dapat dilihat pada Tabel 4.7, untuk jam sibuk, dan Tabel 4.8, untuk jam tidak sibuk. Proporsi kecepatan transaksi pada jam sibuk yang memenuhi SPMJT adalah 81,39%, atau terdapat 51 transaksi dari 274 transaksi yang tidak memenuhi SPMJT. Untuk jam tidak sibuk, proporsi kecepatan transaksi terendah yang memenuhi SPMJT adalah 71,49%, atau 65 transaksi dari 228 transaksi yang diamati tidak memenuhi SPMJT. Tabel 2 Hari Proporsi Kecepatan Transaksi Sesuai SPMJT pada Jam Tidak Sibuk di Gardu Masuk Jam Proporsi Kecepatan Transaksi per Gardu (%) 13 15 17 19 21 Rabu 13.00-14.00 98,52 99,28 99,59 100 100 Kamis 08.00-09.00 95,05 97,5 100 100 100 Jumat 13.00-14.00 97,93 98,7 100 100 100 Sabtu 08.00-09.00 100 100 100 99,68 100 Minggu 08.00-09.00 100 90,78 97,42 100 100 Senin 13.00-14.00 98,91 98,92 98,53 100 99,35 Selasa 13.00-14.00 98,12 100 100 98,38 100 Tabel 3 Proporsi Kecepatan Transaksi Sesuai SPMJT pada Jam Sibuk di Gerbang Keluar Hari Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu Senin Jam Proporsi Kecepatan Transaksi per Gardu (%) 2 4 6 7 8 10 12 14 08.00-09.00 99,72 100 87,97 86,23 99,71-93,97-17.00-18.00 92,67 98,67 95,88-95,02 93,36 98,33 93,96 11.00-12.00 86,38 97,64 84,82 99,03 96,45 93,59 98,9 97,85 16.00-17.00 95,93 97,28 99,37-98,52 95,53 94,15-08.00-09.00-93,57 94,67-96,07 98,71 97,53-17.00-18.00 81,39 98,72 96,06-99,02 91,23 96,82 92,83 10.00-11.00 96,99 91,3 97,35 93,53 98,3 98,56 99,62 92,31 15.00-16.00 99,23 94,7 90,83-97,35 89,55 90,73 95,32 11.00-12.00 96,2 90,69 97,91-88,67 95,22 96,77 98,5 16.00-17.00 97,29 100 99,04-94,22 89,67 97,75-08.00-09.00 100-96,85-100 95,27 97,31-16.00-17.00 98,34 100 99,04-96 89,67 97,75-08.00-09.00-83,79 100-94,94 97,62 100 87,83 Selasa 17.00-18.00 100 100 96,01-95,13-90,77 99,57 Catatan: Terjadi pertukaran petugas pengumpul tol pada hari Sabtu pada jam 10.00 wib - 11.00 wib di gardu 4; Selasa pada jam 08.00 wib - 09.00 wib di gardu 12 Evaluasi kecepatan transaksi di gerbang tol pasteur Bandung (Lisa Ramayanti dan Wimpy Santosa) 111

Tabel 4 Proporsi Kecepatan Transaksi Sesuai SPMJT pada Jam Tidak Sibuk di Gerbang Keluar Hari Jam Proporsi Kecepatan Transaksi per Gardu (%) 2 4 6 7 8 10 12 14 Rabu 13.00-14.00 91,73 98,46 98,15-91,4 93,9 92,23 95,71 Kamis 08.00-09.00 99,6 98,16-97,08 97,7 93,81 75,4 Jumat 13.00-14.00 - - 99,84-95,93 99,18 97,27 96,67 Sabtu 08.00-09.00 98,13 99,62 94,76-96,24-98,92 94,02 100 96,55 Minggu 08.00-09.00 97,82 88 88,97-95,71-96,37 91,84 Senin 13.00-14.00 81,42 71,49 99,18-97,93 94,51 100 - Selasa 13.00-14.00 100 93,62 95,73-92 97,16 96,43-100,00 98,73 Terdapat dua faktor yang menyebabkan kecepatan transaksi pada gardu masuk tidak memenuhi SPMJT. Faktor-faktor tersebut adalah masih ada pengguna jalan tol yang belum terbiasa mengambil Kartu Tanda Masuk Elektronik (KTME) dari GTO. Karena GTO ini baru digunakan di jalan tol Purbaleunyi dan kadang-kadang terjadi kerusakan, yang biasanya disebabkan oleh letak KTME yang miring, hal ini dapat mengganggu proses pengambilan KTME. Kerusakan seperti ini biasanya tidak berlangsung lama, karena selalu ada teknisi GTO yang mengawasi. Tiga faktor diduga sebagai penyebab kecepatan transaksi melebihi 11 detik/kendaraan. Faktor-faktor tersebut adalah Pengguna jalan tol tidak membayar dengan uang pas atau pecahan uang yang digunakan untuk membayar berselisih jauh dengan tarif tol yang harus dibayar. Transaksi yang terlalu lama juga dapat disebabkan karena sebagian pengumpul tol tidak menggunakan program komputer yang tersedia untuk menghitung pengembalian atau komputer yang ada di gardu mengalami kerusakan atau error. Perbandingan Kecepatan Transaksi pada Jam Sibuk dan pada Jam Tidak Sibuk Data yang didapat dari hasil survei telah dikelompokan menjadi kecepatan transaksi pada jam sibuk dan pada jam tidak sibuk. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kecepatan transaksi pada jam sibuk dan pada jam tidak sibuk, dilakukan uji hipotesis. Hipotesis yang dilakukan adalah sebagai berikut: H ο : Kecepatan transaksi pada jam sibuk sama dengan kecepatan transaksi pada jam tidak sibuk. H α : Kecepatan transaksi pada jam sibuk lebih cepat daripada kecepatan transaksi pada jam tidak sibuk. 112 Jurnal Transportasi Vol. 9 No. 2 Desember 2009: 107-116

Dari Tabel 5 diperoleh bahwa untuk semua pengujian hipotesis didapat p-value lebih kecil daripada α yang digunakan, yaitu sebesar 0,05. Dengan demikian H o ditolak, yang berarti bahwa kecepatan transaksi di gardu keluar pada jam sibuk pagi dan jam sibuk sore lebih cepat dibandingkan dengan kecepatan transaksi pada jam tidak sibuk. Hal yang sama juga terjadi pada gardu masuk. Kecepatan transaksi di gardu masuk pada jam sibuk pagi dan pada jam sibuk sore lebih cepat dibandingkan dengan kecepatan transaksi pada jam tidak sibuk. Tabel 5 Uji-t Untuk Perbandingan Kecepatan Transaksi Jam Sibuk dan Jam Tidak Sibuk Gardu Masuk N Mean α p-value H 0 Kecepatan transaksi jam sibuk pagi 11460 5,67 Kecepatan transaksi jam tidak sibuk 8794 6,02 Kecepatan transaksi jam sibuk sore 11899 5,47 Kecepatan transaksi jam tidak sibuk 8794 6,02 0,05 0,000 Ditolak 0,05 0,000 Ditolak Gardu Keluar N Mean α p-value H 0 Kecepatan transaksi jam sibuk pagi 11012 2,32 Kecepatan transaksi jam tidak sibuk 8601 2,54 Kecepatan transaksi jam sibuk sore 12804 2,37 Kecepatan transaksi jam tidak sibuk 8601 2,54 0,05 0,000 Ditolak 0,05 0,000 Ditolak Efektivitas Penggunaan Gardu Tanpa Orang Sebelum menggunakan GTO, waktu yang dibutuhkan untuk bertransaksi pada saat gardu masuk gerbang tol Pasteur adalah 3 detik/kendaraan. Untuk mengetahui apakah kecepatan transaksi pada GTO (dengan menggunakan tombol atau dengan menggunakan sensor) lebih cepat dibandingkan kecepatan transaksi yang dibutuhkan oleh jasa pengumpul tol, dilakukan uji hipotesis sebagai berikut: H ο : Kecepatan transaksi yang diperlukan pengumpul tol sama dengan kecepatan transaksi pada GTO. H α : Kecepatan transaksi yang diperlukan pengumpul tol lebih lama daripada kecepatan transaksi pada GTO. Tabel 6 Uji-t Untuk Perbandingan Kecepatan Transaksi Pengumpul Tol dan GTO Jenis GTO N Mean α p-value H 0 Menggunakan tombol 15189 2,7694 0,05 0,000 Ditolak Menggunakan sensor 12308 1,9839 0,05 0,000 Ditolak Evaluasi kecepatan transaksi di gerbang tol pasteur Bandung (Lisa Ramayanti dan Wimpy Santosa) 113

Hasil analisis pada Tabel 6 menunjukkan bahwa p-value lebih kecil daripada α. Dengan demikian H ο ditolak, yang berarti kecepatan transaksi yang diperlukan oleh pengumpul tol pada gardu masuk lebih lama dibandingkan dengan kecepatan transaksi pada GTO dengan menggunakan tombol dan GTO dengan menggunakan sensor. Dengan cara yang sama juga dilakukan perbandingan antara kecepatan transaksi pada GTO dengan menggunakan tombol dan GTO dengan menggunakan sensor. Uji hipotesis yang dilakukan adalah: H ο : Kecepatan Transaksi pada GTO dengan menggunakan tombol sama dengan kecepatan transaksi pada GTO dengan menggunakan sensor. H α : Kecepatan transaksi pada GTO dengan menggunakan tombol lebih lama dengan kecepatan transaksi pada GTO dengan menggunakan sensor. Tabel 7 Uji-t Untuk Perbandingan Kecepatan Transaksi GTO Tombol dan GTO Sensor Jenis GTO N Mean α p-value H 0 Menggunakan tombol 15189 2,7694 0,05 0,000 Ditolak Menggunakan sensor 12308 1,9839 Pada Tabel 7 ditunjukkan bahwa p-value lebih kecil daripada α, sehingga H ο ditolak, yang berarti kecepatan transaksi pada GTO yang menggunakan tombol lebih lama dibandingkan dengan kecepatan transaksi pada GTO yang menggunakan sensor. Hasil ini menunjukkan bahwa jenis GTO yang paling efektif untuk menggantikan jasa pengumpul tol adalah GTO yang menggunakan sensor. Pada saat kendaraan berhenti di gardu masuk, pengguna jalan tol tidak perlu menekan tombol terlebih dahulu untuk mengeluarkan KTME. Hanya saja untuk GTO seperti ini diperlukan adanya lilitan kabel yang ditanam di lajur jalan, yang berfungsi sebagai detektor yang mendeteksi adanya kendaraan yang melintas, sehingga KTME keluar secara otomatis. KESIMPULAN DAN SARAN Kecepatan transaksi yang ditinjau per kendaraan belum seluruhnya memenuhi SPMJT. Untuk gerbang masuk, proporsi kecepatan transaksi terkecil yang memenuhi SPMJT adalah 92,32% pada jam sibuk dan 90,78% pada jam tidak sibuk. Untuk gerbang keluar, proporsi kecepatan transaksi terkecil yang memenuhi SPMJT adalah 81,39% pada jam sibuk dan 71,49% pada jam tidak sibuk. Kecepatan transaksi pada gardu masuk yang tidak memenuhi SPMJT disebabkan oleh masih ada pengguna jalan tol yang belum terbiasa mengambil KTME dari GTO. Selain itu, kadang-kadang terjadi kerusakan yang biasanya disebabkan oleh letak KTME yang miring, sehingga mengganggu proses pengambilan KTME. 114 Jurnal Transportasi Vol. 9 No. 2 Desember 2009: 107-116

Kecepatan transaksi pada gardu keluar yang tidak memenuhi SPMJT dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut meliputi pengguna jalan tol yang tidak membayar dengan uang pas, pengumpul tol tidak menggunakan program komputer yang berfungsi memberi kemudahan kepada pengumpul tol dalam menentukan besar uang kembalian, atau komputer yang terdapat di setiap gardu mengalami kerusakan. Kecepatan transaksi di gardu masuk pada jam sibuk pagi dan jam sibuk siang lebih cepat dibandingkan dengan kecepatan transaksi pada jam tidak sibuk, sedangkan kecepatan transaksi di gardu keluar pada jam sibuk pagi dan jam sibuk siang juga lebih cepat dibandingkan dengan kecepatan transaksi pada jam tidak sibuk. Selain itu, kecepatan transaksi pada GTO yang menggunakan sensor lebih cepat dibandingkan dengan kecepatan transaksi pada GTO yang menggunakan tombol. Hasil ini menunjukkan bahwa pada gardu masuk, GTO tanpa tombol lebih efektif untuk menggantikan jasa petugas tol yang memberikan kartu masuk jalan tol. Saran yang dapat diberikan dari studi ini mencakup perlunya dilakukan survei berkala terkait kecepatan transaksi di gerbang tol, sebagai bentuk pengawasan rutin. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan pelayanan maksimal kepada pengguna jalan tol. Selain itu, pengelompokan data pada gardu keluar disarankan tidak hanya berdasarkan pada jam sibuk dan jam tidak sibuk, melainkan juga berdasarkan jenis-jenis pembayaran, yang meliputi pembayaran menggunakan uang pas, pembayaran dengan kembalian, atau pembayaran menggunakan kartu dinas. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada petugas PT Jasa Marga serta kepada Bapak Jonggi Panangian dan Bapak Yanto Mangiri, dari Direktorat Jalan Bebas Hambatan dan Jalan Kota, Direktorat Jenderal Bina Marga, yang telah membantu penulis dalam menyediakan data sekunder yang diperlukan bagi studi ini. DAFTAR PUSTAKA Direktorat Jalan Bebas Hambatan dan Jalan Kota. 2008. Monitoring dan Evaluasi Kinerja Jalan Tol. Direktorat Jenderal Bina Marga, Departemen Pekerjaan Umum. Jakarta. Jasa Marga, PT. 2009. Laporan Bulanan PT Jasa Marga Cabang Purbaleunyi. Bandung. Jasa Marga, PT. 2009. Laporan Tahunan PT Jasa Marga Cabang Purbaleunyi. Bandung. Pemerintah Republik Indonesia. 2005. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor15 Tahun 2005 Tentang Jalan Tol, Jakarta. Evaluasi kecepatan transaksi di gerbang tol pasteur Bandung (Lisa Ramayanti dan Wimpy Santosa) 115

Pemerintah Republik Indonesia. 2005. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia No. 392/PRT/M/2005 Tentang Standar Pelayanan Minimal Jalan Tol, Jakarta. Sugiyono. 2007. Statistika untuk Penelitian. Penerbit CV. Alfabeta, Bandung. 116 Jurnal Transportasi Vol. 9 No. 2 Desember 2009: 107-116