BAB II URAIAN TEORITIS. panjang yang digunakan oleh perusahaan, sedangkan struktur keuangan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II URAIAN TEORITIS. Studi empiris yang menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi

BAB II URAIAN TEORITIS. minuman yang tercatat di Bursa Efek Jakarta. Pengambilan sampel dan purposive

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kebijakan struktur modal melibatkan pertimbangan trade-off antara risiko

BAB I PENDAHULUAN. daya yang dimiliki oleh perusahaan. Untuk tetap berjalan dengan baik suatu

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. kebutuhan belanja perusahaan dimana dana yang diperoleh menggunakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terdapat di neraca. Menurut Munawir (2004:32) solvabilitas menunjukkan

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. mengelola dan menjalankan operasional usahanya. Ketika menjalankan

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN HIPOTESIS

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jangka panjang, saham preferen dan modal pemegang saham (Weston dan

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. pembaca dalam memahami maksud dari variabel-variabel yang akan diteliti.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. Menurut Harjito dan Martono (2011:4) menyatakan:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dasar struktur modal berkaitan dengan sumber dana, baik itu sumber internal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Penelitian yang dilakukan oleh Sri Yuliati (2010) tentang Pengujian

mengelola modal sendiri untuk menghasilkan laba. BAB II TINJAUAN PUSTAKA adalah pembiayaan permanen yang terdiri dari hutang jangka panjang, saham

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau keuntungan perusahaan. Profitability menggambarkan kemampuan

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian manajemen keuangan mengalami perubahan sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. peluang yang akan dihadapi oleh Indonesia dengan adanya AFTA. AFTA

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Myes dan Majluf Disebut sebagai pecking order theory karena teori ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan untuk digunakan dalam operasinya. Suatu perusahaan pada umumnya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Gambar 1.1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kreditur, serta pihak manajemen perusahaan itu sendiri. Selain itu pendanaan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dibidang keuangan, serta keseluruhan surat-surat berharga yang beredar. Dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seluruh sumber pendanaan jangka panjang (ekuitas dan utang) yang digunakan

BAB II URAIAN TEORITIS. Octavianus Hendratmo (2004) meneliti dengan judul Analisis Pengaruh

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. Setiap perusahaan dalam menjalankan usahanya pasti membutuhkan dana

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini pada dasarnya mengacu pada penelitian yang dilakukan

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. (yang lebih baik) mengenai prospek perusahaan daripada yang dimiliki investor.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendanaan ini bisa bersumber dari dalam perusahaan (internal financing) maupun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pecking Order Theory menurut Myers (1984), menyatakan bahwa perusahaan

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2. TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Struktur pendanaan merupakan indikasi bagaimana perusahaan membiayai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia bisnis yang sedang memasuki era globalisasi mengakibatkan

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. panjang, saham preferen, dan modal pemegang saham (Sawir, 2009:10).

BAB I PENDAHULUAN. struktur modal perusahaan yang akhirnya akan mempengaruhi suatu kinerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Bambang Riyanto (2008:35) menyatakan bahwa profitabilitas adalah :

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. modal sendiri dalam perusahaan. Keputusan struktur modal berkaitan dengan pemilihan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengaruh struktur aktiva, profitabilitas, ukuran, dan pertumbuhan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dan menjadi pusat perhatian stakeholders. Keputusan finansial

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Profitabilitas (profitability) adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Laporan keuangan adalah media yang dapat dipakai untuk meneliti kondisi kesehatan

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Pengertian Modal dan Strukur Modal

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bagian dari struktur keuangan dimana struktur keuangan mencerminkan kebijakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kebijakan utang menggambarkan keputusan yang diambil oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manajemen perusahaan dalam mendanai aktivanya (Sawir, 2004:2).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TEORI STRUKTUR MODAL. A. Pengertian Modal dan Struktur Modal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Riyanto (2002:209), sumber modal (pendanaan) dapat berasal dari

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. aktiva, baik langsung maupun tidak langsung dengan harapan mendapatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penyertaan kepemilikan perusahaan. Struktur modal yang optimal adalah struktur

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. LANDASAN TEORI. jumlah modal kerja bersih yang layak diterima, serta menjamin tingkat likuiditas

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Unlevered firm Perusahaan yang hanya menggunakan ekuitas. Levered firm Perusahaan yang menggunakan bauran ekuitas dan berbagai macam.

daya yang dimiliki perusahaan sehingga perusahaan memilki motivasi untuk sangat penting, karena modal sangat dibutuhkan dalam menjalankan kegiatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Harahap (2003) menganalisis pengaruh struktur modal terhadap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Dalam kenyataannya ada hal-hal yang membuat perusahaan tidak bisa menggunakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Modal (Munawir, 2001) adalah hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan melihat efisiensi dari penggunaan modalnya. Perhitungan profitabilitas

BAB I PENDAHULUAN. bisnis khususnya dalam bidang perekonomian. Tujuan perusahaan yakni mencapai

II. TIN JAUAN PUSTAKA. Laporan keuangan dapat dengan jelas memperlihatkan gambaran kondisi

BAB I PENDAHULUAN. Krisis keuangan global dimulai dengan kasus subprime mortgage dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kelangsungan hidup perusahaan. Keberhasilan suatu perusahaan tidak hanya

I. LANDASAN TEORI. Menurut Munawir ( 2004 : 2 ) pengertian laporan keuangan yaitu hasil dari proses akuntansi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Brigham dan Houston (2001) struktur modal adalah bauran dari hutang,

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berjudul Factors Determining the Capital Structure of Pharmaceutical

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. sehingga pemegang saham memiliki hak klaim atas dividen atau distribusi lain

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam praktiknya laporan keuangan oleh perusahaan dibuat dan disusun sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis dewasa ini cenderung semakin pesat. Tingkat

II. LANDASAN TEORI. laba ditahan (retained earnings) yang ditahan sebagai cadangan bagi perusahaan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. masalah dari mana dana diperoleh dan untuk apa dana tersebut digunakan.

Transkripsi:

BAB II URAIAN TEORITIS A. Struktur Modal 1. Pengertian Struktur Modal Dalam pengertiannya, struktur modal dibedakan atas struktur modal dan struktur finansial/ keuangan. Struktur modal adalah paduan sumber dana jangka panjang yang digunakan oleh perusahaan, sedangkan struktur keuangan merupakan paduan semua pos yang muncul di sisi kanan neraca perusahaan. Menurut Sawir (2005:10), struktur modal adalah pendanaan permanen yang terdiri dari hutang jangka panjang, saham preferen, dan modal pemegang saham. Menurut Warsono (2003:238), tujuan manajemen struktur modal adalah membentuk kombinasi sumber pembelanjaan yang dapat memaksimumkan harga saham. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi keputusan sehubungan dengan struktur modal. Pertama, risiko bisnis perusahaan. Risiko bisnis merupakan tingkat risiko yang terkandung pada aktiva perusahaan apabila tidak menggunakan hutang. Risiko bisnis yang semakin besar menyebabkan rasio hutang yang optimal semakin rendah. Faktor kedua adalah posisi pajak perusahaan. Perusahaan menggunakan hutang dengan alasan karena dalam perhitungan pajak biaya hutang yang sebenarnya dapat menurun. Hal itu disebabkan oleh karena adanya pengurangan biaya bunga hutang perusahaan. Namun, apabila sebagian besar dari pendapatan perusahaan terhindar dari perhitungan pajak karena penyusutan yang dipercepat. 17

Kestabilan operasi perusahaan sangat menentukan bagi keberhasilan jangka panjang. Kemungkinan tersedianya dana di masa mendatang dan konsekuensi akibat kurangnya dana sangat berpengaruh terhadap struktur modal yang ditargetkan. Menurut Astuti (2004:138), struktur modal yang ditargetkan adalah perpaduan antara hutang, saham preferen dan saham biasa yang dikehendaki perusahaan dalam struktur modal, sedangkan struktur modal yang optimal adalah struktur modal yang mengoptimalkan keseimbangan antara risiko dan pengembalian sehingga memaksimumkan harga saham. Sesuai dengan pengertian struktur modal, maka struktur modal dapat dinyatakan dalam dua indikator. Indikator pertama adalah rasio hutang (debt ratio). Sedangkan indikator kedua ialah rasio hutang-ekuitas (debt to equity ratio), yaitu perbandingan antara hutang jangka panjang dengan ekuitas saham biasa (stock equity). Rasio hutang-ekuitas dapat diformulasikan sebagai berikut (Warsono, 2003) : Rasio hutang-ekuitas = Hu tan g Jangka Panjang Ekuitas Saham Biasa Semakin tinggi rasio hutang-ekuitas menunjukkan bahwa dengan struktur modal tersebut, risiko keuangan yang ditanggung oleh pemegang saham juga semakin tinggi. 2. Komponen Struktur Modal Dalam penentuan komposisi struktur modal, untuk itu diuraikan sumbersumber dana sebagai berikut : a. Modal Sendiri (Equity Capital) Dalam menjalankan kegiatan operasionalnya, perusahaan tidak terlepas dari modal sebagai sumber pembelanjaan aktivanya, baik yang berasal dari dalam

maupun dari luar perusahaan itu. Modal yang berasal dari dalam perusahaan merupakan keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan. Modal tersebut disebut sebagai modal sendiri. Modal sendiri adalah modal yang berasal dari perusahaan itu sendiri, berasal dari bagian pengambilan pemilik perusahaan. Sumber modal diklasifikasikan atas dua jenis yaitu modal sendiri dan modal asing Metode pembelanjaan dana yang berasal dari modal sendiri disebut dana pembelanjaan sendiri (equity financing) sedangkan metode pembelanjaan modal asing dalam hal ini hutang disebut sebagai metode debt financing. Modal sendiri adalah modal yang berasal dari pemilik perusahaan dan tertanam untuk jangka waktu yang tidak tertentu lamanya. Oleh karena itu, ditinjau dari segi likuiditasnya merupakan dana jangka panjang yang tidak tertentu lamanya. Modal sendiri yang berasal dari sumber intern ialah dalam bentuk keuntungan yang dihasilkan perusahaan sedangkan modal sendiri yang berasal dari sumber ekstern adalah modal yang berasal dari pemilik perusahaan. Modal sendiri dalam suatu perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT) terdiri dari : 1. Modal Saham Modal saham ialah bukti pengambilan bagian dalam suatu PT. Bagi perusahaan yang bersangkutan, yang diterima dari hasil penjualan sahamnya akan tetap tertanam di dalam perusahaan tersebut selama hidupnya, meskipun bagi pemegang saham sendiri itu bukanlah penanaman yang permanen karena setiap waktu pemegang saham dapat menjual sahamnya.

Adapun jenis-jenis dari saham adalah sebagai berikut : a. Saham biasa, merupakan modal saham yang terikat secara permanen dalam perusahaan selama perusahaan beroperasi tersebut beroperasi. Pemegang saham biasa merupakan pemilik perusahaan yang sebenarnya. Pendapatan yang diterima oleh pemilik saham biasa berasal dari kelebihan laba yang diperoleh setelah dikurangi dengan pembayaran pajak. b. Saham preferen (modal saham istimewa), merupakan modal permanen dalam perusahaan dimana para pemegang saham tersebut diprioritaskan dalam pembagian laba dan pengembalian modal sebab pemegang saham preferen merupakan kreditur yang memberikan pinjaman kepada perusahaan. Pemilik saham preferen memperoleh dividen yang tetap setiap tahun. Jika perusahaan dilikuidasi, maka pemilik saham preferen juga diprioritaskan oleh perusahaan dalam hal pembagian kekayaannya. c. Saham kumulatif preferen, merupakan saham preferen yang memberikan hak kepada pemiliknya untuk mendapat prioritas dalam pembagian dividen yang sifatnya kumulatif dalam persentase atas jumlah tertentu, artinya bahwa kalau ada dividen yang dibayarkan pada tahun tertentu tidak mencukupi atau tidak dibayar sama sekali, maka akan diperhitungkan pada tahun-tahun berikutnya. 2. Cadangan Cadangan dibentuk dari keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan selama beberapa waktu yang lampau dari tahun yang berjalan. Dengan kata lain, cadangan merupakan surplus yang diperoleh dari luar usaha operasional perusahaan. Cadangan yang termasuk dalam modal sendiri adalah :

a. Paid in Surplus, terdiri atas : i. Premium on Stock, adalah cadangan yang diperoleh dari kenaikan harga atas penjualan saham, sehingga di neraca kredit timbul cadangan agio saham. ii. Discount Rate, cadangan yang timbul karena perusahaan melakukan penurunan nilai pada saham yang melebihi saldo rugi. b. Unrealized Appreciation, merupakan cadangan yang timbul karena adanya penilaian kembali atas aktiva perusahaan yang bertujuan untuk mengurangi beban pajak. 3. Laba Ditahan Keuntungan yang diperoleh suatu perusahaan dapat sebagian dibayarkan sebagai dividen dan sebagian ditahan oleh perusahaan. Apabila penahanan keuntungan tersebut sudah dengan tujuan tertentu, maka dibentuklah cadangan sebagaimana diuraikan diatas. Apabila perusahaan belum mempunyai tujuan tertentu tentang penggunaan keuntungan tersebut, maka keuntungan tersebut merupakan keuntungan yang ditahan (retained earning). Adanya keuntungan akan memperbesar retained earning yang berarti akan memperbesar modal sendiri, sebaliknya kerugian yang diderita perusahaan dapat memperkecil retained earning yang berarti memperkecil modal sendiri. b. Modal Pinjaman (Debt Capital) Modal pinjaman adalah modal yang berasal dari luar perusahaan yang untuk sementara ada di dalam perusahaan. Modal pinjaman bersifat hutang dan memiliki waktu yang terbatas, baik jangka panjang maupun jangka pendek. Pada saat jatuh temponya modal pinjaman ini harus dibayarkan kembali.

Bentuk modal pinjaman antara lain : 1. Modal pinjaman jangka pendek, merupakan modal pinjaman yang jangka waktunya paling lama satu tahun. Modal pinjaman ini terdiri atas : i. Kredit Rekening Koran, merupakan kredit yang diberikan oleh perusahaan dengan batas tertentu dimana perusahaan mengambilnya sesuai kebutuhan saja. ii. Kredit dari Penjualan (Trade Credit), yaitu kredit yang berasal dari penjualan secara non-tunai (kredit) iii. Kredit dari Pembeli, adalah kredit yang diberikan oleh perusahaan sebagai pembeli kepada pemasok (supplier) atas bahan mentahnya atau barangbarang lainnya. iv. Kredit dari Wesel, terjadi jika perusahaan mengeluarkan surat perjanjian untuk membayar hutang kepada pihak lain pada waktu tertentu. 2. Modal Pinjaman Jangka Menengah, yaitu : i. Term Loan, yaitu kredit usaha yang berumur lebih dari setahun dan kurang dari 10 tahun. ii. Leasing 3. Modal Pinjaman Jangka Panjang, yaitu modal pinjaman yang memiliki jangka waktu yang cukup panjang, lebih dari satu tahun. Modal ini biasanya digunakan untuk membelanjai perluasan perusahaan (ekspansi) atau memornisasi perusahaan. Modal ini terdiri atas : i. Pinjaman Hipotek, merupakan pinjaman jangka panjang, dimana pemilik modal diberikan hak hipotek atas suatu barang tidak bergerak.

ii. Pinjaman Obligasi, yaitu pinjaman jangka panjang berupa surat pengakuan hutang oleh debitur yang menyatakan bahwa ia bersedia kembali membayar hutangnya pada saat tertentu di masa mendatang. iii. Maturity Longterm Debt, terjadi jika perusahaan membutuhkan pendanaan berupa hutang dalam jangka waktu yang panjang sehingga dibuat dalam beberapa tahap, biasanya dua tahap. Pada umumnya memiliki masa maturity 20 hingga 30 tahun. 3. Faktor-faktor Keputusan Struktur Modal Ada empat faktor yang mempengaruhi struktur modal, yaitu : a. Risiko bisnis merupakan tingkat risiko yang terkandung dalam operasi perusahaan apabila ia tidak menggunakan hutang. Makin besar risiko perusahaan maka makin rendah rasio hutang yang optimal. Dapat juga didefinisikan sebagai ketidakpastian yang melekat pada proyeksi tingkat pengembalian aktiva (ROA) maupun ekuitas (ROE) masa depan, yang merupakan determinan dari struktur modal, sehingga dapat ditelaah untuk memperkirakan risiko bisnis. Faktor yang mempengaruhi risiko bisnis yaitu variabilitas permintaan, variabilitas harga jual, variabilitas harga masukan, kemampuan menyesuaikan harga keluaran terhadap harga masukan, biaya-biaya bersifat tetap (leverage operasi) b. Posisi pajak perusahaan Alasan perusahaan menggunakan pajak adalah karena biaya bunga dapat dikurangkan dalam perhitungan pajak, sehingga menurunkan biaya hutang yang sesungguhnya. Akan tetapi apabila sebagian besar dari pendapatan

perusahaan telah terhindar dari pajak karena perhitungan penyusutan, bunga pada hutang yang beredar saat ini, atau perhitungan pajak yang dikompensasi ke muka, maka tambahan hutang tidak banyak memberi manfaat sebagaimana dirasakan perusahaan dengan tarif pajak efektif lebih tinggi. c. Fleksibilitas keuangan Fleksibilitas keuangan adalah kemampuan perusahaan untuk menambah modal dengan persyaratan yang wajar dalam keadaan memburuk. Para manajer dana perusahaan perlu menyediakan modal untuk operasi yang stabil, yang merupakan faktor keberhasilan jangka panjang. d. Konservatisme atau agresivitas manajemen Sebagian manajer lebih agresif dari yang lain, maka sebagian perusahaan cenderung menggunakan hutang untuk meningkatkan laba. Faktor ini tidak mempengaruhi struktur modal yang optimal, akan tetapi mempengaruhi struktur modal yang ditargetkan oleh manajer. 4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Masalah struktur modal memiliki pengaruh yang sangat penting bagi setiap perusahaan. Baik buruknya struktur modal suatu perusahaan akan memberikan dampak yang langsung terhadap posisi finansial perusahaan. Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal antara lain : a. Profitabilitas Pada umumnya perusahaan yang sangat menguntungkan tidak memerlukan banyak hutang untuk membiayai operasional perusahaan. Tingkat pengembaliannya yang tinggi memungkinkan perusahaan untuk dapat membiayai kebutuhan pendanaan mereka dengan dana yang dihasilkan secara internal.

b. Tingkat bunga Tingkat bunga yang berlaku pada saat itu sangat mempengaruhi keputusan perencanaan pemenuhan kebutuhan modal perusahaan. Pengaruh tingkat bunga antara lain terdapat pada pemilihan jenis modal yang akan ditarik. Dengan penyesuaian terhadap tingkat bunga yang sedang berlaku, maka perusahaan dapat memutuskan apakah perusahaan akan menerbitkan saham atau obligasi. c. Stabilitas dari earning Untuk menarik modal dengan beban tetap atau tidak, maka perusahaan harus memiliki stabililitas earning. Suatu perusahaan yang mempunyai earning yang stabil akan dapat memenuhi kewajiban finansialnya untuk membayar angsuran hutangnya sebagai akibat penggunaan modal asing. Sebaliknya, perusahaan yang memiliki earning yang tidak stabil akan berisiko tidak mampu membayar kewajibannya atas penggunaan hutang dalam operasi perusahaan. d. Stabilitas penjualan Perusahaan dengan tingkat penjualan yang relatif stabil lebih mudah memperoleh pinjaman dengan jumlah yang lebih banyak dan menanggung beban tetap yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki tingkat penjualan yang tidak stabil. Perusahaan umum memiliki tingkat penjualan yang stabil dibandingkan dengan perusahaan industri karena permintaan atas produk dan jasanya relatif stabil. e. Susunan dan Aktiva Kebanyakan modal perusahaan industri tertanam dalam aktiva tetap dan mengutamakan pemenuhan kebutuhan modalnya dari modal yang permanen yang berasal dari modal sendiri, sedangkan modal asing hanya sebagai pelengkap. Hal

ini berhubungan dengan aturan finansial konservatif yang menyatakan bahwa besarnya modal sendiri hendaknya paling sedikit dapat menutup jumlah aktiva tetap plus aktiva lain yang bersifat permanen. f. Kadar Risiko dari Aktiva Kadar risiko dari setiap aktiva dalam perusahaan tidak sama. Risiko suatu aktiva akan semakin besar apabila jangka waktu penggunaan aktiva tersebut semakin panjang. Dengan adanya risiko yang ada pada aktiva tersebut, maka perusahaan harus lebih banyak membelanjai operasi dengan modal sendiri sebab modal sendiri tahan terhadap risiko dan semaksimal mungkin mengurangi pembelanjaan dengan modal asing agar terhindar dari risiko tersebut. g. Besarnya Jumlah Modal Yang Dibutuhkan Jika kebutuhan akan modal berjumlah besar, maka perusahaan perlu mencari lebih dari satu sumber dana, misalnya dengan mengeluarkan dua golongan sekuritas secara bersama-sama yaitu saham preferen dan obligasi. Sebaliknya jika modal yang dibutuhkan oleh perusahaan dapat dipenuhi dari satu sumber saja, perusahaan cukup hanya mengeluarkan satu golongan sekuritas saja. h. Tingkat Pertumbuhan Perusahaan yang sedang berkembang pesat lebih banyak mengandalkan modal eksternal. Namun pada saat yang sama, perusahaan tersebut sering menghadapi ketidakpastian yang lebih besar sehingga perusahaan cenderung mengurangi kebutuhan untuk menggunakan hutang. i. Situasi Pasar Modal Situasi pasar modal sering mengalami perubahan yang disebabkan oleh adanya gelombang konjungtur. Pada umumnya jika gelombang meninggi maka

para investor cenderung lebih tertarik untuk menanamkan modalnya dalam bentuk saham. Untuk itu, dalam mengeluarkan atau menjual sekuritas perusahaan harus menyesuaikan dengan situasi pasar modal. j. Sifat Manajemen Sifat optimis manajer memberikan keberanian lebih besar bagi manajer tersebut dalam menanggung risiko yang lebih besar. Untuk membiayai pertumbuhan penjualan, manajer harus berani memutuskan untuk menggunakan dana yang bersifat hutang (modal asing) walaupun dengan keputusan ini perusahaan akhirnya dikenai beban finansial yang tetap. k. Skala Perusahaan Suatu perusahaan berskala besar yang sahamnya tersebar sangat luas lebih berani dalam memenuhi kebutuhannya untuk membiayai pertumbuhan penjualan dibandingkan dengan perusahaan kecil. Perusahaan besar hanya akan merasakan pengaruh yang kecil terhadap kemungkinan hilangnya kendali dari pihak yang dominan dalam perusahaan tersebut. Namun jika penambahan jumlah saham terjadi pada perusahaan kecil, maka akan berpengaruh besar terhadap kemungkinan hilangnya kendali pihak yang dominan terhadap perusahaan yang bersangkutan. 5. Teori-teori Struktur Modal Teori-teori yang berhubungan dengan struktur modal antara lain teori trade-off, teori keagenan (Agency Theory), Teori Irrelevan, Teori Pecking Order dan teori free cash flow (Keown et all, 2000:556-558).

a. Teori Trade-off (Trade-off Theory) Kebijakan struktur modal melibatkan perimbangan trade-off antara risiko dengan tingkat pengembalian. Teori trade-off menjelaskan bahwa struktur modal yang optimal ditentukan dengan menyeimbangkan keuntungan pajak dengan biaya tekanan finansial (the cost of financial distress) dari penambahan hutang. Dalam teori ini diterangkan bahwa setiap perusahaan harus menetapkan target struktur modalnya, yaitu pada posisi keseimbangan biaya dan keuntungan dari pendanaan dengan hutang, sebab pada posisi tersebut nilai perusahaan menjadi maksimal. Jika jumlah hutang semakin banyak berarti memperbesar risiko yang ditanggung oleh pemegang saham (ekuitas) dan juga memperbesar tingkat pengembalian yang diharapkan. Akibat risiko yang semakin tinggi, harga saham cenderung turun dan tingkat pengembalian yang diharapkan (expected rate of return) semakin besar. Meningkatnya expected rate of return akan menaikkan harga saham tersebut. Oleh sebab itu struktur modal yang optimal harus berada pada keseimbangan antara risiko dengan pengembalian yang dapat memaksimumkan harga saham (Brigham & Houston, 2001:5-6). b. Teori Keagenan (Agency Theory) Dalam perusahaan-perusahaan besar tidak jarang terjadi konflik antara pemegang saham dengan kreditor. Kreditor memiliki hak atas sebagian laba yang diperoleh perusahaan dan sebagian asset perusahaan terutama jika perusahaan bangkrut. Sementara itu, pemegang saham memegang pengendalian perusahaan yang dapat menentukan profitabilitas dan risiko perusahaan. Kendali itu misalnya terdapat dalam ekspansi perusahaan yang menyebabkan risiko perusahaan menjadi lebih besar.

Apabila ekspansi ini berhasil, maka sebagian besar keuntungan akan menjadi hak para pemegang saham. Tetapi jika ekspansi gagal, maka kreditor harus ikut menanggung risiko kerugian tersebut. c. Teori Irrelevan Teori ini dinyatakan oleh Modigliani & Miller (1958) yang selanjutnya disebut dengan teori MM. Berdasarkan pada serangkaian asumsi, MM membuktikan bahwa nilai perusahaan tidak dipengaruhi oleh struktur modalnya dan selama pembayaran bunga dapat dipergunakan untuk mengurangi beban pajak, maka penggunaan hutang akan memberikan manfaat bagi pemilik perusahaan. Dengan kata lain, teori MM menyatakan bahwa struktur modal tidak relevan. Studi Modigliani & Miller didasarkan pada beberapa asumsi, antara lain : a) tidak ada biaya pialang (broker) b) tidak ada pajak c) tidak ada biaya kebangkrutan d) para investor dapat meminjam dengan tingkat suku bunga yang sama dengan perseroan e) semua investor memperoleh informasi yang sama seperti manajemen mengenai peluang investasi perusahaan di masa mendatang f) EBIT tidak dipengaruhi oleh penggunaan hutang Asumsi-asumsi yang digunakan dalam studi MM tidak realistis. Namun meskipun demikian, teori MM juga memberikan petunjuk-petunjuk mengenai apa yang diperlukan bagi struktur modal agar menjadi relevan sehingga akan mempengaruhi nilai suatu perusahaan.

d. Teori Pecking Order Teori ini menyatakan bahwa perusahaan cenderung memilih pendanaan yang berasal dari sumber internal daripada eksternal. Teori ini juga menjelaskan alasan mengapa perusahaan-perusahaan yang profitable umumnya meminjam dalam jumlah sedikit, yaitu bukan karena perusahaan tersebut memiliki target debt ratio yang rendah melainkan karena memerlukan external financing yang sedikit. Perusahaan akan menentukan hierarki dana yang paling disukai. Jika dalam pemenuhan dana perusahaan lebih mengutamakan dari sumber ekstern yang berupa hutang saja, maka ketergantungan pada pihak luar akan semakin besar dan risiko finansialnya ikut menjadi besar. Sebaliknya, jika perusahaan hanya menggunakan saham sebagai sumber modal, maka biaya modal yang timbul akan semakin mahal. Oleh karena itu, harus ada keseimbangan yang optimal antara kedua sumber dana tersebut. 6. Rasio-rasio Struktur Modal Rasio struktur modal mengaitkan komponen struktur modal satu sama lain atau dengan totalnya. Rasio-rasio struktur modal yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : a. Debt to Equity Ratio (DER) Debt to Equity Ratio (DER) merupakan perbandingan antara hutang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan yang menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibannya. Makin tinggi rasio ini, maka risiko yang harus dihadapi perusahaan juga semakin besar. Rumus : DER = Total Liabilities Total Equity Syahyunan, 2004:84

b. Debt to Asset Ratio (DAR) Debt to Asset Ratio (DAR) mengukur kemampuan perusahaan dalam menjamin hutangnya dengan sejumlah aktiva yang dimiliki. Semakin tinggi DAR berarti semakin besar jumlah modal pinjaman (hutang) yang digunakan dalam menghasilkan keuntungan dibanding dengan aktiva yang dimiliki dan risikonya juga akan semakin besar. Dengan kata lain, semakin tinggi DAR, artinya proporsi modal sendiri yang digunakan untuk membiayai aktiva semakin kecil. DAR dihitung dengan rumus : DAR = Total Debt Total Asset. Abdullah, 2005:51 c. Longterm Debt to Equity Ratio (LDER) Longterm Debt to Equity Ratio (LDER) mengukur hubungan antara hutang jangka panjang (biasanya disebut kewajiban tidak lancar) dengan modal ekuitas. Semakin tinggi LDER menunjukkan semakin besar hutang jangka panjang perusahaan dibanding dengan modal sendiri yang dimiliki oleh perusahaan. Adapun rumus untuk menghitung LDER adalah sebagai berikut : LDER = Longterm Debt Total Equity Abdullah, 2005:52 B. Pengukuran Tingkat Rentabilitas 1. Pengertian Rentabilitas Menurut Riyanto (2001:35), rentabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba dalam periode tertentu. Laba yang dimaksud perlu dilihat efisiensinya dengan membandingkan laba tersebut dengan modal yang dipergunakan untuk menghitung rentabilitasnya. Rentabilitas merupakan

hasil akhir bersih dari berbagai kebijakan dan kepentingan manajemen (Sawir, 2005:17). Rentabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam periode tertentu. Ada beberapa pengukuran terhadap rentabilitas perusahaan dimana masing-masing pengukuran dihubungkan dengan volume penjualan, total aktiva, dan modal sendiri. Secara keseluruhan ketiga pengukuran ini akan memungkinkan seorang penganalisis untuk mengevaluasi tingkat earning dalam hubungannya dengan volume penjualan, jumlah aktiva, dan investasi tertentu dari pemilik perusahaan. Rentabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Secara umum rentabilitas diformulasikan sebagai berikut : Keterangan : L X 100% M L = jumlah laba yang diperoleh selama periode tertentu M = modal yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut Pengukuran tingkat rentabilitas perusahaan dalam penelitian ini merujuk pada rentabilitas perusahaan yang menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal sendiri untuk menghasilkan laba atau disebut dengan rentabilitas modal sendiri. Rentabilitas modal sendiri atau disebut juga rentabilitas usaha adalah perbandingan antara jumlah laba yang tersedia bagi pemilik modal sendiri di satu pihak dengan jumlah modal sendiri yang menghasilkan laba tersebut di lain pihak. Dengan kata lain, rentabilitas modal sendiri adalah kemampuan suatu perusahaan dengan modal sendiri yang bekerja di dalamnya untuk menghasilkan keuntungan. Laba untuk menghitung rentabilitas modal

sendiri adalah laba usaha setelah dikurangi dengan bunga modal asing dan pajak perseroan. 2. Rasio rasio Rentabilitas a. Rasio margin laba kotor (Gross Profit Margin Ratio), yang diperoleh dengan membandingkan laba kotor dengan penjualan bersih. Rasio Margin Laba Kotor = Laba kotor Penjualan bersih b. Rasio margin laba bersih (Net Profit Margin Ratio), diperoleh dengan membandingkan laba bersih dengan penjualan bersih. Rasio Margin Laba Bersih = Laba bersih Penjualan bersih c. Rasio pengembalian aktiva (ROA/ Return on Asset), adalah perbandingan antara laba bersih operasi perusahaan dengan total aktiva. Rasio ini menghitung bagaimana perusahaan menggunakan modal perusahaan yang berada di dalam aktiva maupun dalam ekuitas dan pinjaman. ROA = Laba bersih Total aktiva d. Rasio pengembalian atas ekuitas (ROE/ Return on Equity), adalah perbandingan antara laba bersih dan ekuitas. Yang dimaksud dengan ekuitas adalah modal pemegang saham dan laba ditahan. Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan Return on Equity (rasio pengembalian ekuitas) untuk mewakili hubungan rentabilitas dengan rasio Debt to Asset Ratio, Debt to Equity Ratio, dan Longterm Debt to Equity Ratio.

ROE = Net Pr ofit Net Worth e. Earning per share, merupakan rasio yang menggambarkan besarnya pengembalian modal dari setiap satu lembar saham. EPS = Laba bersih Jumlah saham yang beredar f. Basic Earning Power menunjukkan kemampuan perusahaan memperoleh laba diukur dari jumlah laba sebelum dikurangi bunga dan pajak dibandingkan dengan total aktiva. Basic Earning Power = Laba sebelum bunga dan Jumlah aktiva pajak g. Contribution Margin, yaitu menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang akan menutupi biaya-biaya tetap atau biaya operasi lainnya. Rumus : Laba kotor Contribution Margin = Penjualan h. Productivity Ratio, yaitu menggambarkan kemampuan operasional perusahaan dalam menjual dan menggunakan aktiva yang dimiliki. Productivity Ratio = Penjualan bersih Rata rata aktiva 3. Return on Equity (ROE) Rasio rentabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Return on Equity (ROE). ROE mengukur kemampuan dari modal sendiri untuk menghasilkan laba (Purba, 2002:118).

Menurut Agus Sartono (2001:124) : Return on Equity atau Return on Net Worth mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham. Return on Equity (ROE) merupakan salah satu cara untuk menghitung efisiensi perusahaan dengan membandingkan antara laba yang tersedia bagi pemilik modal sendiri dengan jumlah modal sendiri yang menghasilkan laba tersebut. Laba yang diperhitungkan adalash laba usaha setelah dikurangi bunga modal asing dan pajak (earning after tax/ EAT), sedangkan modal yang digunakan dalam perhitungannya adalah modal sendiri (equity) yang digunakan dalam pemenuhan kebutuhan dana perusahaan. Semakin besar rasio ini maka semakin besar pula kemampuan modal sendiri untuk menghasilkan laba bersih bagi para pemilik modal/ pemegang saham..