BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persalinan adalah rangkaian proses fisiologis yang berakhir dengan pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu. Proses yang fisiologis pada umumnya dimulai dengan adanya kontraksi yang ditandai dengan perubahan progresif pada servik, dan diakhiri dengan kelahiran plasenta (Varney, 2002). Namun demikian menurut Rose (2006), meskipun persalinan merupakan proses yang fisiologis, tetapi masih ada beberapa komplikasi yang terjadi pada proses persalinan seperti persalinan lama, posisi yang sulit, posisi sungsang, kembar, persalinan dengan penyulit, atau penyedotan dengan pompa (Vacum), kondisi-kondisi demikian dapat mengakibatkan persalinan menjadi lama. Nyeri pada persalinan bukan hal yang baru dikenal sekarang tetapi sudah ada sejak zaman dahulu. Ibu yang akan melahirkan sering mengalami nyeri, Nyeri persalinan merupakan suatu proses fisiologis yang luar biasa dan intensitas nyeri yang dirasakan berbeda-beda. Bahkan pada ibu yang samapun derajat nyeri yang dirasakan pada setiap persalinan tidak serupa. Nyeri pada proses persalinan diakibatkan karena peregangan segmen bawah rahim selama kontraksi servik, Farer (2001). Kontraksi pada saat melahirkan akan menimbulkan perasaan nyeri yang timbul akibat kontraksi servik serta dilatasi (pelebaran) mulut rahim dan segmen bawah rahim banyak ditakuti oleh ibu. Menurut Farer (2001), bahwa intensitas nyeri sebanding dengan kekuatan kontraksi dan tekanan yang terjadi, nyeri bertambah ketika mulut rahim dalam keadaan dilatasi penuh akibat tekanan bayi terhadap stuktur panggul diikuti regangan dan perobekan jalan lahir. Lebih dari itu, berbagai hambatan fisik dan psikologis pada ibu saat persalinan akan menambah rasa nyeri yang terjadi. Kondisi nyeri yang hebat pada proses persalinan memungkinkan para ibu cenderung memilih cara yang paling gampang dan cepat untuk menghilangkan rasa nyeri, maka berbagai upaya dilakukan untuk menurunkan 1
2 nyeri pada persalinan, baik secara farmakologi maupun non farmakologi. Pengendalian nyeri dengan farmakologi antara lain dengan pemberian analgetik non opioid, analgetik opiod, Adjuvan / koanalgetik. Sedangkan pengendalian nyeri dengan non farmakologi dilakukan dengan cara stimulasi kutaneus (rangsangan permukaan kulit); akupunktur, dan distraksi yakni dengan cara mengalihkan perhatian melalui kegiatan membaca, mendengarkan radio serta dapat dilakukan dengan teknik relaksasi yang merupakan kombinasi dari distraksi dan terapi kognitif yang terdiri dari relaksasi otot, imajinansi terpimpin dan nafas dalam (Mander, 2003). Metode nonfarmakologi juga dapat meningkatkan kepuasan selama persalinan karena ibu dapat mengontrol perasaannya dan kekuatannya. Relaksasi, teknik pernapasan, pergerakan dan perubahan posisi, massage, hidroterapi, terapi panas/dingin, musik, guided imagery, akupresur, aromaterapi merupakan beberapa teknik nonfarmakologi yang dapat meningkatkan kenyamanan ibu saat bersalin dan mempunyai pengaruh yang efektif terhadap pengalaman persalinan (Handerson & Jones, 2006). Pendapat ini didukung oleh Jordan (2003), yang menyebutkan bahwa metode farmakologi mempunyai pengaruh yang merugikan bagi ibu, janin, ataupun bagi kemajuan persalinan itu sendiri. Metode farmakologi merupakan suatu pendekatan yang digunakan untuk menghilangkan nyeri dengan menggunakan obat-obatan. Obat merupakan bentuk pengendalian nyeri yang paling sering diberikan oleh perawat dengan berkolaborasi dengan dokter. Terdapat tiga kelompok obat nyeri yaitu analgetik nonopioid (obat antiinflamasi non stereoid/ains). Analgetik opioid, antagnis dan Agonis-Antagonis opioid, adjuvani atau koanalgenik. Obat yang sering digunakan adalah jenis analgetik nonopioid yaitu asam mefenamat untuk mengatasi nyeri akut derajat ringan (price & Wilson, 2006). Sementara itu menurut Potter (2005), metode nonfarmakologi dapat dilakukan melalui kegiatan tanpa obat antara lain dengan teknik distraksi, biofeedback, hypnosis-diri dan stimulasi kutaneus
3 (massage, mandi air hangat, kompres panas atau dingin, stimulasi saraf elektrik transkutan) dan relaksasi pernafasan. Penatalaksanaan kebidanan terhadap nyeri persalinan digali dengan menggunakan sampel sebanyak 4171 pasien yang mengalami kelahiran di rumah sakit yang ditolong oleh perawat-bidan pada sembilan rumah sakit di Amerika Serikat tahun 1996. Kira-kira 90% dari wanita yang bersalin yang dipilih menggunakan beberapa tipe penatalaksanaan nyeri untuk persalinan. Banyak memilih melalui susunan metode nonfarmakologis dengan atau tanpa farmakologis. Sesuai harapan, metode nonfarmakologis adalah pilihan yang disukai (Patree & Walsh, 2007). Berdasarkan pendapat Steer dikutip dari Mander, (2003). Relaksasi adalah metode pengendalian nyeri nonfarmakologi yang paling sering digunakan di Inggris. Steer melaporkan bahwa 34 % ibu menggunakan metode relaksasi. Frekuensi ini sedikit ketinggalan dengan penggunaan Etonox (60%), tetapi tidak terlalu jauh berada di belakang metode yang kedua yang paling sering digunakan yaitu petidin (36,9%) (Mander, 2003). Teknik pengendalian nyeri yang termasuk relaksasi mengajarkan ibu untuk meminimalkan aktivitas simpatis dan sistem saraf otonom. Adanya penekanan aktifitas saraf simpatis ibu mampu memecahkan siklus ketegangan (Mander, 2003). Penelitian serupa juga dilakukan oleh Carney yang menunjukkan bahwa 60%-70% klien dengan nyeri kepala yang disertai ketegangan dapat mengurangi aktifitas nyeri kepala sampai 50% dengan melakukan relaksasi (Perry & Potter, 2005). Teknik relaksasi merupakan teknik pereda nyeri yang banyak memberikan masukan terbesar karena teknik relaksasi dalam persalinan dapat mencegah kesalahan yang berlebihan pasca-persalinan. Ada pun relaksasi pernapasan selama proses persalinan dapat mempertahankan komponen sistem saraf simpatis dalam keadaan homeostatis sehingga tidak terjadi peningkatan suplai darah, menguragi kecemasan dan ketakutan agar ibu dapat beradapatasi dengan nyeri selama proses persalinan (Mander, 2003). Relaksasi telah terbukti meningkatkan kemampuan individu untuk menoleransi nyeri.
4 Relaksasi dan pernapasan yang terkontrol dapat meningkatkan kemampuan mereka mengatasi kecemasan dan meningkatkan rasa mampu mengendalikan yang menimbulkan stres dan nyeri (Schott & Priest, 2008). Penlitian lain tentang pengaruh relaksasi pernafasan terhadap rasa nyeri saat proses persalinan dikemukaka oleh Irawati (2003). Dalam penelitian ini diketahui bahwa para bidan melakukan teknik relaksasi pernafasan karena dianggap sebagai tindakan yang tepat untuk meredakan nyeri, dan pada beberapa wanita yang akan melahirkan diketahui bahwa pemberian teknik relaksasi pernafasan mampu memberikan rasa nyaman (Irawati, 2003) Berdasarkan data yang diperoleh dari survey pendahuluan pada tanggal 8 Desember 2010 di Bidan Praktik Swasta (BPS), Ny. Syarifah Sriyasmo Kecamatan Mranggen Demak Menunjukkan bahwa jumlah persalinan normal dalam kurun waktu tiga (3) bulan terakhir, bulan Agustus - Oktober 2010 sebanyak 96 Orang. Survey pendahuluan di ketahui pula bahwa yang dilakukan Rumah bersalin untuk melakukan manajemen nyeri pada proses persalinan kebanyakan dengan cara farmakologi (pemberian obat). Hal ini dilakukan selain untuk menghasilkan efek dengan cepat dirasakan oleh ibu bersalin juga merupakan kebijakan yang diterapkan oleh rumah bersalin atau Bidan Praktik Swasta yang bersangkutan ( Hasil wawancara dengan salah satu bidan di Bidan Praktik Swasta setempat). Padahal penggunaan obat-obatan untuk mengurangi rasa nyeri memungkinkan timbulnya efek samping yang tidak diharapkan. Berdasarkan fenomena tersebut kiranya perlu dilakukan penelitian untuk mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri (manajemen nyeri) dengan cara non-farmakologi, salah satunya adalah dengan cara Teknik Relaksasi Pernafasan pada Persalinan.
5 B. Rumusan Makalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : Apakah ada pengaruh teknik relaksasi pernafasan terhadap tingkat nyeri persalinan kala 1 Fase Aktif sebelum dan setelah di berikan teknik relaksasi pernafasan? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan umum pada penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi perbedaan tingkat nyeri persalinan kala 1 fase aktif sebelum dan setelah di berikan teknik relaksasi pernafasan. 2. Tujuan Khusus Tujuan khusus pada penelitian ini adalah untuk: a. Mengidentifikasi tingkat nyeri sebelum melakukan teknik relaksasi pernafasan. b. Mengidentifikasi tingkat nyeri setelah melakukan teknik relaksasi pernafasan. c. Menganalisis perbedaan teknik relaksasi pernafasan terhadap tingkat nyeri persalinan sebelum dan setelah melakukan teknik relaksasi pernafasan. D. Manfaat Penelitian 1. Memberikan masukan bagi tempat pelayanan (Rumah sakit dan Puskesmas) khusus bagi perawatan dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien tertentu. 2. Dapat dimanfaatkan dalam rangka meningkatkan kualitas asuhan Keperawatan maternitas di Rumah sakit. 3. Memberikan masukan kepada profesi Keperawatan tentang pentinngya Keperawatan maternitas pada pasien inpartu untuk menanggulangi nyeri persalinan.
6 4. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan ilmiah dan informasi bagi penelitian selanjutnya. E. Bidang Ilmu Bidang keilmuan yang terkait dengan penelitian ini adalah ilmu keperawatan maternitas.