BAB I P E N D A H U L U A N. Sesuai dengan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

dokumen-dokumen yang mirip
Kemandirian sebagai tujuan Bimbingan dan Konseling Kompetensi peserta didik yang harus dikembangkan melalui pelayanan bimbingan dan konseling adalah k

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 41 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 911 TAHUN 2011 TENTANG

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kebutuhan yang sangat penting bagi manusia.

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR GAMBAR DAN TABEL... vii LANDASAN TEORITIS TENTANG PERANAN GURU BK

BAB I PENDAHULUAN. maupun informal. Keberhasilan pendidikan akan terjadi bila ada interaksi antara

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya mampu menciptakan individu yang berkualitas dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

V1. SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. juga komputer yang kini sudah mencapai generasi ke-lima (Ivan, 2003).

I. PENDAHULUAN. bukan hanya dari potensi akademik melainkan juga dari segi karakter

BAB I PENDAHULUAN. profesionalitas dan sistem manajemen tenaga kependidikan serta pengembangan

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi. manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dilakukan berdasarkan rancangan yang terencana dan terarah

BAB I PENDAHULUAN. Lokasi SMKN Wonorejo di lingkungan pesantren yang merupakan. lembaga sekolah kejuruan yang bernuansa pesantren, siswa SMKN Wonorejo

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

INSTRUMEN PENILAIAN KINERJA GURU BK/KONSELOR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting sebagai kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. persoalan-persoalan tersebut di atas,melalui pembaharuan dalam sistim pendidikan

BAB VI PENUTUP. pelajaran di SMPN 1 Sumberrejo sudah berjalan cukup baik meskipun

KONSEP DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING. By: Asroful Kadafi

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan kata lain SMK dapat menghasilkan lulusan yang siap kerja.

PENGEMBANGAN PROFESIONALISME

Kemandirian sebagai Tujuan Layanan Bimbingan dan Konseling Kompetensi SISWA yang dikembangkan melalui layanan bimbingan dan konseling adalah kompetens

BAB I PENDAHULUAN. Bimbingan dan konseling merupakan bagian penting dalam pelaksanaan

MENJADI KONSELOR PROFESIONAL : SUATU PENGHARAPAN Oleh : Eva Imania Eliasa, M.Pd

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini dunia kian maju, kemajuan ini didukung perubahan dari

PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN GURU BK MELALUI PENILAIAN KINERJA DAN PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN. Siti Fitriana

TANTANGAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MENINGKATKAN MUTU

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting sebagai sarana yang tepat untuk

PERTEMUAN 13 PENYELENGGARAAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING PADA JALUR PENDIDIKAN

I. PENDAHULUAN. sendiri yaitu mempunyai potensi yang luar biasa. Pendidikan yang baik akan

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2008 TENTANG STANDAR KUALIFIKASI AKADEMIK DAN KOMPETENSI KONSELOR

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Permendiknas No. 16 Tahun 2007, guru harus memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi

BAB I PENDAHULUAN. masa depan. Hal tersebut diamanatkan dalam Pasal 27 Peraturan Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mengarahkan perkembangan manusia menuju kearah yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan belajar mengajar merupakan fungsi pokok dan usaha yang paling

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

No pembelajaran; (iii) peningkatan manajemen Guru, pendidikan keguruan, dan reformasi Lembaga Pendidikan Tenaga Keguruan (LPTK); (iv) peningka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan sumber daya manusia (human resources development) untuk

I. PENDAHULUAN. Konsepsi manusia seutuhnya merupakan konsepsi ideal kemanusiaan yang terletak pada

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan eksistensi guru itu sendiri. meningkatkan pendidikan nasional ternyata masih banyak yang harus di

BAB I PENDAHULUAN 1 P P L U N Y

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5).

ARAH PENGEMBANGAN MATERI KURIKULUM : Program Pendidikan Sarjana (S-1) BK Program Pendidikan Profesi Konselor (PPK)

I. PENDAHULUAN. kehidupan lainnya seperti keluarga, sosial kemasyarakatan, pemerintahan,

PENYUSUNAN PENYUSUN KTSP

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Undang- Undang Sisdiknas No. 2 Tahun 2003 pasal 1 disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian peranan menurut Soejono Soekanto (2002;234) adalah sebagai berikut:

ISIAN PENILAIAN KINERJA GURU (PKG) BP/BK TAHUN 2014 (Diisi Oleh Kepala Sekolah)

KINERJA KONSELOR SEKOLAH DALAM PENYUSUNAN PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING PADA KONSELOR SEKOLAH SE- KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TAHUN AKADEMIK 2012/2013

Sigit Sanyata

Rulof Melmambessy Sekolah Menengah Atas Negeri 5 Ambon

Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) muatan KTSP. Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 (delapan) muatan KTSP.

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Mulyasa (2006:3) perwujudan masyarakat yang berkualitas

: Evaluasi Diri untuk Rencana Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (diisi oleh Guru BK/Konselor) Alamat: Kecamatan: Kabupaten/Kota:

BAB II GAMBARAN UMUM SMP NEGERI 1 CIKANDE

PENGERTIAN KTSP DAN PENGEMBANGAN SILABUS DALAM KTSP. Oleh Dr. Jumadi

BAB I PENDAHULUAN. berlakunya kurikulum 1975 yang menyatakan bawa bimbingan dan penyuluhan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemajuan kehidupan masyarakat dalam suatu negara sangat dipengaruhi

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) komponen muatan KTSP.

I. PENDAHULUAN. Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal, yang masih

A. ANALISIS SITUASI 1. Kondisi Fisik Sekolah No. Nama Ruang Jumlah

BAB I PENDAHULUAN. belajar mengenali kemampuan diri dan lingkungan.

PENYUSUNAN KTSP. Sosialisasi KTSP 1

BAB I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor penentu kemajuan suatu negara.

Posisi Bimbingan dan Konseling dalam Kerangka Ilmu Pendidikan. Siti Fatimah, S.Psi., M.Pd

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDABULUAN. Pembangunan pendidikan nasional Indonesia mendapat pencerahan di

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan dan tanggung jawab yang diemban seorang guru bimbingan dan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

Universitas Pendidikan Indonesia Fakultas Ilmu Pendidikan Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan. Copyright by Asep Herry Hernawan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

PEDOMAN BIMBINGAN DAN KONSELING MAHASISWA

KONTEKS TUGAS DAN EKSPEKTASI KINERJA KONSELOR

KTSP DAN IMPLEMENTASINYA

1. PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan penting dalam pembentukan generasi muda penerus bangsa yang

PROFESIONALITAS GURU BIMBINGAN DAN KONSELING OLEH: DRA. WIRDA HANIM M.PSI

BAB I PENDAHULUAN. mengusahakan tercapainya pendidikan nasional. Sistem Pendidikan Nasional

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR.. TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi kedepan adalah globalisasi dengan dominasi teknologi dan informasi

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

diidentikkan dengan pendidikan formal. Pendidikan formal diupayakan untuk

(Invited Speaker dalam Seminar Nasional di Universitas Bengkulu, 29 Nopember 2009)

Upaya Guru Bimbingan Dan Konseling Mempersiapkan Peserta Didik Dalam Memilih Sekolah Lanjutan Di Smp Negeri Kota Padang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan telah memberikan kontribusi yang besar dalam membangun

BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Praktik Pengalaman Lapangan Bimbingan dan Konseling

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diri sendiri dan realita atau kenyataan dari diri sendiri. pengajaran yang menarik dan interaktif, disiplin, jujur dan konsisten.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

REVITALISASI BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MENCAPAI TUJUAN UTUH PENDIDIKAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. baik lingkungan fisik maupun metafisik. Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003

PROSEDUR DAN MEKANISME SERTIFIKASI GURU

Transkripsi:

BAB I P E N D A H U L U A N 1.1. Latar Belakang Masalah Sesuai dengan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menggariskan Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengembalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendukung utama bagi tercapainya sasaran pembangunan manusia Indonesia yang bermutu adalah pendidikan yang bermutu. Pendidikan yang bermutu dalam penyelenggaraannya tidak cukup hanya dilakukan melalui transpormasi ilmu pengetahuan, teknologi, tetapi harus didukung oleh peningkatan profesionalisasi dan sistem manajemen tenaga kependidikan serta pengembangan kemampuan peserta didik untuk menolong diri sendiri dalam memilih dan mengambil keputusan demi tercapai cita citanya. Demikian juga pada Undang-undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Bab III penegasan prinsip profesionalitas. Jelas kita dituntut memilih profesional di bidangnya masing masing. Sesuai perkembangan sosial, ekonomi, pengetahuan dan teknologi yang terjadi saat ini sangat berpengaruh kepada

2 tuntutan akan pengelolaan sekolah. Oleh sebab itu sekolah harus dikelola oleh Sumber Daya Manusia yang mempunyai kinerja profesional. Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi yang didalamnya memuat struktur kurikulum, telah mempertajam perlunya disusun dan dilaksanakannya program pengembangan diri yang bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan minat setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan pengembangan diri difasilitasi dan atau dibimbing oleh konselor, guru, atau tenaga pendidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan pengembangan diri dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling yang berkenaan dengan masalah diri pribadi, kehidupan sosial, belajar, dan pengembangan karir peserta didik. Bimbingan dan konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik baik secara perorangan maupun kelompok, agar mandiri dan berkembang secara optimal, dalam bimbingan pribadi, sosial, belajar dan karir, melalui berbagai jenis pelayanan dan kegiatan pendukung berdasarkan norma-norma yang berlaku. Pelayanan konseling merupakan upaya proaktif dan sistemik dalam memfasilitasi individu mencapai perkembangan yang optimal, pengembangan perilaku efektif, pengembangan lingkungan perkembangan, dan peningkatan keberfungsian individu dalam lingkungannya. Semua perilaku tersebut merupanan proses perkembangan yakni proses interaksi antara individu dengan lingkungan.

3 Pengampu bimbingan dan konseling adalah guru bimbingan dan konseling atau konselor yang merupakan salah satu kualifikasi pendidik. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 tahun 2006 dirumuskan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang harus dicapai peserta didik melalui proses pembelajaran bidang studi, maka kompetensi peserta didik yang harus dikembangkan melalui pelayanan bimbingan dan konseling adalah kompetensi kemandirian untuk mewujudkan diri (self actualization) dan pengembangan kapasitasnya (capacity development) yang dapat mendukung pencapaian kompetensi lulusan. Sebaliknya, kesuksesan peserta didik dalam mencapai SKL akan secara signifikan menunjang terwujudnya pengembangan kemandirian. Agar pelaksanaan amanah dari pemerintah pusat melalui Badan Nasional Standar Pendidikan (BSNP) berupa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, sudah selayaknya kita mendapatkan, memahami yang akhirnya melaksanakan dengan lancar, optimal dan hasilnya maksimal. Khusus pada struktur kurikulum baik jenjang pendidikan dasar dan menengah terdapat komponen Pengembangan Diri sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional 23 tahun 2006 dan juga ditegaskan oleh BNSP, konselor maupun guru Bimbingan dan Konseling (BK) punya peran yang tidak boleh dianggap ringan. Karena kegiatan pengembangan diri berkaitan dengan potensi potensi secara psikologis. Di lapangan ternyata guru BK memang belum merasa ringan, dikarenakan permasalahan bimbingan dan konseling itu sendiri memang tidak sedikit.

4 Pelaksanaan bimbingan dan konseling yang dilakukan oleh guru BK sampai saat ini belum optimal, belum dapat kepercayaan ataupun belum diakui oleh selain guru BK. Dianggap tidak jelas, walaupun sudah ada Bimbingan dan Konseling Pola Tujuh Belas (17), bahkan disempurnakan lagi menjadi Pola 17 Plus. Hal ini terbukti guru BK masih diberi tugas selain tugas pokok dan fungsi (tupoksi) dari bimbingan dan konseling. Ada yang mengajar mata pelajaran, petugas usaha kesehatan sekolah (UKS), perpustakaan, bendahara dan lain sebagainya. Memang karena juga personil yang mau kerja, baik, ikhlas, menerima, jujur, sabar dan budi luhur. Namun aneh lagi posisi guru bimbingan dan konseling diisi oleh non profesi akademis guru BK. Sebagai contoh: mantan kepala sekolah non akademis, personal yang sudah sibuk (wakil, kepala sekolah), sisa-sisa guru mata pelajaran yang lebih distatuskan sebagai petugas BK Guru BK sendiri bingung, apa lagi guru mata pelajaran, termasuk kepala sekolah dan stafnya, bahkan dinas pendidikan kabupaten juga tidak semua nyambung. Hal ini menurut hasil observasi, wawancara dengan rekan-rekan pada kegiatankegiatan bimbingan dan konseling melalui Musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling (MGBK), studi banding dan kunjungan-kunjungan ke sekolah lain. Sehingga para siswapun belum bisa menikmati dari pelayanan konseling yang diberikan oleh guru bimbingan dan konseling di sekolah masing-masing. Sebagai gambaran, berikut penulis sajikan tabel data guru bimbingan dan konseling yang menyusun program dan melaksanakan program kegiatan bimbingan dan konseling yang dihimpun oleh orgnisasi profesi Musyawarah

5 Guru Bimbingan dan Konseling (MGBK) SMP/MTs Kabupaten Lampung Selatan tahun 2008, sebagai berikut: Tabel 1.1 Data Guru BK yang Membuat Program dan Melaksanakan Pelayanan Konseling NO MEMBUAT PROGRAM PELAYANAN KONSELING MELAKSANAKAN PELAYANAN KONSELING JUMLAH GURU % BK PREDIKAT 1 Ya Ya 7 14 B a i k 2 Tidak Ya 11 22 Kurang baik 3 Ya Tidak 19 38 Tidak baik 4 Tidak Tidak 13 26 Sangat tidak baik * JUMLAH = 50 100 - Sumber : MGBK SMP/MTs Lampung Selatan (2008) Dari data di atas menunjukkan pelaksanaan pelayanan konseling belum sesuai dengan tugas pokok guru untuk menyusun program pelaksanaan, melaksanakan program, mengevaluasi program pelaksanaan, analisis hasil evaluasi program dan tindak lanjut pelaksanaan. Selanjutnya tahun pelajaran 2009/2010, penulis mengumpulkan data menggunakan angket pelayanan konseling melalui kegiatan format klasikal untuk guru bimbingan dan konseling untuk mengetahui tingkat kebutuhan perangkat konseling klasikal. Hasil rekapitulasi analisis awal kebutuhan dari populasi guru bimbingan dan konseling SMP dan MTs se Lampung Selatan dengan

6 menggunakan sampel guru BK yang aktif di kegiatan Musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling (MGBK) sejumlah 42 responden orang guru BK adalah sebagai berikut: 35 responden perlu atau membutuhkan, 5 responden tidak atau belum mengerti karena guru baru dan mutasi darri guru mata pelajaran dan 2 responden tidak menjawab pada pertanyaan akan kebutuhan perangkat pelayanan konseling format kegiatan klasikal. Untuk lebih jelas analisa kebutuhan akan perangkat pelayanan konseling klasikal oleh sampel guru bimbingan dan konseling yang aktif di MGBK SMP/MTs Lampung Selatan, membutuhkan perangkat pelayanan konseling format kegiatan klasikal sebesar delapan puluh tiga koma tiga puluh tiga persen. Tabel 1.2 Data Analisis Kebutuhan Perangkat BK NO KEBUTUHAN TERHADAP PERANGKAT BK KLASIKAL JUMLAH GURU PROSENTASI 1 Membutuhkan 35 83,33 % 2 Tidak membutuhkan 5 11,91 % 3 Absen / Tidak menjawab 2 4,76 % * JUMLAH 42 100 % Berarti guru BK membutuhkan perangkat pelayanan konseling format klasikal. Sehingga diharapkan perengkat tersebut dapat membantu dalam pelaksanaan pelayanan konseling klasikal. Namun sampai saat ini belum ada khususnya di kabupaten Lampung Selatan dan pada umumnya di Provinsi Lampung.

7 1.2. Idendifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis uraikan di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut : 1. Guru BK masih banyak yang belum membuat program maupun perangkat dan kesulitan melaksanakan pelayanan bimbingan dan konseling sesuai kebutuhan. 2. Guru BK membutuhkan perangkat pelayanan konseling format kegiatan klasikal. 3. Guru BK belum memiliki kesempatan jadwal waktu dan materi yang teratur untuk pelayanan konseling klasikal. 4. Belum ada perangkat pelayanan konseling format kegiatan klasikal agar guru bimbingan dan konseling dapat melaksanakan layanan melalui klasikal. 5. Belum diketahui tingkat kesetujuan penggunaan perangkat pelayanan konseling format kegiatan klasikal oleh guru bimbingan dan konseling. 6. Masih ada kegiatan bimbingan dan konseling keluar dari fungsinya. 7. Bimbingan dan konseling belum mendapat kepercayaan sepenuhnya. 8. Belum diketahui tingkat kemudahan bagi guru BK dalam menggunakan perangkat pelayanan konseling format kegiatan klasikal. 1.3. Batasan Masalah Agar dalam penelitian ini fokus dan tidak menyimpang dari pokok permasalahan yang ada, maka dipandang perlu untuk membatasi masalah yang diteliti maupun

8 yang akan dikembangkan. Pembatasan permasalahan yang akan diteliti dan dikembangkan tersebut adalah: 1. Belum ada perangkat pelayanan konseling format kegiatan klasikal agar guru BK dapat melaksanakan layanan melalui klasikal. 2. Belum diketahui tingkat kesetujuan dan kemudahan oleh guru BK dalam penggunaan perangkat pelayanan konseling format kegiatan klasikal. 1.4. Rumusan Masalah Berdasarkan dari identifikasi masalah dan batasan masalah yang telah penulis kemukanan di atas, maka masalah dalam penelitian dan pengembangan ini dapat penulis rumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana mengembangkan perangkat pelayanan konseling format kegiatan klasikal sesuai kebutuhan guru BK agar dapat melaksanakan layanan melalui klasikal? 2. Bagaimana tingkat kesetujuan dan kemudahan oleh guru BK dalam penggunaan perangkat pelayanan konseling format kegiatan klasikal. 1.5. Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini yaitu : 1. Mengembangkan perangkat pelayanan konseling format kegiatan klasikal yang baik dan layak sesuai kebutuhan guru bimbingan dan konseling agar dapat melaksanakan layanan melalui klasikal.

9 2. Mengetahui tingkat kestujuan kemudahan bagi guru BK dalam menggunakan perangkat pelayanan konseling format klasikal. 1.6. Manfaat Penelitian Berikut penulis harapkan akan kegunaan penelitian ini dalam arti merupakan manfaat yang dapat dipetik dari pemecahan masalah yang didapat dari hasil penelitian, yaitu : 1. Manfaat teoritis Secara teoritis penelitian ini bermanfaat untuk mencapai kawasan teknologi pendidikan yaitu desain dan pengembangan. 2. Manfaat praktis Secara praktis penelitian ini bermanfaat - Untuk guru bimbingan dan konseling, agar terpenuhi kebutuhan akan perangkat pelayanan konseling berupa format kegiatan klasikal - Untuk bahan rujukan kepada kepala sekolah agar guru bimbingan dan konseling dapat melaksanakan layanan bimbingan dan konseling sesuau tugas pokok dan fungsinya. - Agar peserta didik dapat menikmati dari kegiatan bimbingan dan konseling format kegiatan klasikal. - Untuk menambah kelengkapan administrasi pendidikan di bidang pelayanan konseling.