BAB I PENDAHULUAN. menurunkan defisit transaksi berjalan ke tingkat yang sustainable. Dari sisi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pinjaman pada dunia perbankan dan inilah yang terjadi pada perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Syari ah atau Bank Islam yang secara umum pengertian Bank Islam

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bunga baik tabungan, deposito, pinjaman, dll.

BAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan yang cukup pesat dan memberikan pengaruh yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. tentang perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dari waktu ke waktu. Diawali dengan berdirinya bank syariah di

BAB I PENDAHULUAN. ditengah kondisi perekonomian yang masih dalam tahap pemulihan, membuktikan

BAB I PENDAHULUAN. bentuk simpanan giro, tabungan, dan deposito. Biasanya sambil diberikan balas

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena bank syariah merupakan salah satu fenomena yang tetap hangat

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan prinsip Islam, yaitu aturan perjanjian (akad) antara bank dengan

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Pertumbuhan Pembiayaan Bank Syariah dan Kredit Bank Konvensional

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat. Di Indonesia sendiri perbankan syariah menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. keberlanjutan entitas bisnis dan untuk mengukur kemampuan bersaing dalam

BAB I PENDAHULUAN. bidang perbankan merupakan salah satu bidang yang mendapat perhatian

BAB I PENDAHULUAN. tersebut diatur dengan rinci landasan hukum serta jenis jenis usaha yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. dengan negara Indonesia ini. Sistem keuangan negara Indonesia sendiri terdiri

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhinya, baik kebutuhan primer, sekunder maupun tersier. Ada kalanya

BAB I PENDAHULUAN. untuk meminjam uang atau kredit bagi masyarakat yang membutuhkannya.

BAB I PENDAHULUAN. perbankan nasional. Bank Islam telah berkembang pesat pada dekade terakhir

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan

BAB I PENDAHULUAN. pada kegiatan ekonomi baik di negara maju maupun negara berkembang. Negara

BAB 1 PENDAHULUAN. hidupnya. Untuk melakukan kegiatan bisnis tersebut para pelaku usaha

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang melanda Indonesia pada pertengahan tahun 1997 yang lalu tersebut

BAB I PENDAHULUAN. mendalam. Bank syariah yang berfungsi sebagai lembaga intermediasi keuangan, hasil, prinsip ujoh dan akad pelengkap (Karim 2004).

BAB I PENDAHULUAN. suatu badan usaha atau institusi yang kekayaannya terutama dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga keuangan yang sangat penting dalam menjalankan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perbankan syariah merupakan alternatif lembaga keuangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi di Indonesia umumnya

BAB 1 PENDAHULUAN. proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. prinsip bagi hasil dan risiko (profit and loss sharing). Sebagai bagian dari sistem

BAB I PENDAHULUAN. didirikan pada tahun 1963 di Mesir, dengan namamitghamr Bank. Lembaga

BAB I PENDAHULUAN. konsumtif sehingga pertumbuhan ekonomi dapat terwujud.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dimaksud dalam undang-undang nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan

BAB I PENDAHULUAN. 7 tahun 1992 tentang Perbankan, yang secara eksplisit menetapkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. konvensional yang tumbuh berkisar 8%. (Otoritas Jasa Keuangan, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perekonomian pasti ada hubungannya dengan dunia keuangan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut McKinsey (2013), perekonomian Indonesia sangat menjanjikan. Saat

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan suatu sisi kehidupan yang tidak terpisahkan

1. PENDAHULUAN. dimana kegiatan utamanya adalah menerima simpanan giro, tabungan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan suatu lembaga atau badan usaha yang saat ini mulai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan sektor perbankan telah tumbuh dengan pesat dan

BAB 1 PENDAHULUAN. popular bukan hanya di negara-negara Islam tapi bahkan juga di negara-negara

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembiayaan murabahan..., Claudia, FH UI, 2010.

GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. sektor perbankan. Berdasarkan sistem operasionalnya, perbankan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga keuangan perbankan mempunyai peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga yang memiliki peranan penting dalam. perekonomian suatu negara baik sebagai sumber permodalan maupun sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbankan syariah pada dasamya merupakan suatu industri keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan

BAB I PENDAHULUAN. internasional maupun nasional tidak bisa dibendung lagi. Di Indonesia, hal

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis perbankan di Indonesia era tahun 60-an dan 70-an merupakan bisnis

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. Ekonomi syariah dalam beberapa tahun belakangan ini mengalami. perkembangan yang signifikan terutama di bidang perbankan.

BAB I PENDAHULUAN. mana didasarkan pada Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 sebagai landasan

BAB I PENDAHULUAN. (Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008). Ditinjau dari segi imbalan atau

I PENDAHULUAN. Bank syariah atau Bank Islam, merupakan salah satu bentuk dari. perbankan nasional yang mendasarkan operasionalnya pada syariah (hukum)

BAB I PENDAHULUAN. aset keuangan (financial asset) atau tagihan-tagihan (claim) misalnya: saham,

BAB I PENDAHULUAN. luas yang dikenal dengan istilah perbankan adalah kegiatan funding. Pengertian

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini kehidupan perekonomian di dunia tidak dapat dipisahkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sistem keuangan dunia. perkembangan perekonomian dunia

BAB I PENDAHULUAN. ditawarkan, khususnya dalam pembiayaan, senantiasa menggunakan underlying

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan atau biasa disebut financial intermediary. Sebagai lembaga keuangan,

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan kelembagaan perbankan syariah di Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. membuka islamic division di bank tersebut. Perbankan syariah pertama kali muncul di Mesir tanpa

BAB I PENDAHULUAN. Bank syariah merupakan organisasi profit oriented business yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. dengan prinsip wadiah maupun prinsip mudharabah atau di sebut juga dengan. prinsip bagi hasil, prinsip ujroh, dan akad pelengkap.

BAB I PENDAHULUAN. penentuan return yang akan diperoleh para depositornya. Bank syariah tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. kembali dana tersebut kepada masyarakat dalam bentuk kredit.

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Al-Qur an dan As-Sunnah, termasuk dari segi ekonominya. Upaya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Muamalat pada tahun Setelah terbukti mampu bertahan pada masa krisis

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-undang nomor 10 tahun 1998 pengertian bank umum

BAB I PENDAHULUAN. ketika Bank Muamalat pertama kali berdiri dan beroperasi tahun Lalu. banking system, yakni sistem konvensional dan syariah.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan penting. Menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998

I. PENDAHULUAN. pendapat dikalangan Islam sendiri mengenai apakah bunga yang dipungut oleh

BAB I PENDAHULUAN. diantara prinsip-prinsip tersebut yang paling utama adalah tidak

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting didunia

BAB I PENDAHULUAN. Tak kurang Lembaga Dana Moneter Internasional (International Money

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan pemberi layanan perbankan bagi masyarakat. Bank merupakan suatu lembaga keuangan yang ada di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Bank dalam menjalankan usahanya menghimpun dana dari masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. dari pendirian lembaga keuangan berlandaskan etika ini adalah tiada lain sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU No.10 tahun 1998 dikatakan bahwa bank adalah badan usaha. yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghimpun maupun menyalurkan dana, hal ini terjadi karena adanya

BAB I PENDAHULUAN. Serikat kemudian merambat ke negara-negara lainnya termasuk Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bank memiliki peran sebagai lembaga perantara antara unit-unit yang memiliki

I. PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga keuangan terpenting dan sangat. bank bagi perkembangan dunia usaha juga dinilai cukup signifikan, dimana bank

BAB I PENDAHULUAN. kontroversi praktik bunga bank yang dilakukan pada bank bank konvensional

BAB I PENDAHULUAN. pinggiran, atau biasa dikenal dengan rural banking. Di Indonesia, rural banking

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memperlancar jalannya pembangunan suatu bangsa. Indonesia, yang

BAB I BAB V PENUTUP PENDAHULUAN. Bab ini merupakan bab penutup yang berisi. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. paling penting, badan usaha diusahakan terus menerus memperoleh keuntungan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pinjaman kepada orang-orang yang membutuhkan dana. Bank

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dari sisi domestik, pertumbuhan ekonomi diperkirakan memasuki fase konsolidasi sehubungan dengan belum rampungnya langkah-langkah untuk menurunkan defisit transaksi berjalan ke tingkat yang sustainable. Dari sisi eksternal, konstalasi global akan ditandai dengan terus bergesernya landscape pertumbuhan, dimana ekonomi negara-negara maju semakin baik, sedangkan ekonomi negara berkembang melambat. Kondisi tersebut dapat meningkatkan potensi resiko kredit dan resiko likuiditas di perbankan. Perekonomian Indonesia mengalami masa resesi. Sebagai dampak dari resesi dunia saat memasuki dekade 1980-an Produk Domestik Bruto (PDB) turun drastis menjadi hanya 2,2% sementara neraca pembayaran terus memburuk dan bahkan terjadi defisit sebesar USD 1,930 juta pada tahun 1982. Untuk mengatasi kondisi perekonomian yang semakin memburuk, pemerintah melakukan kebijakankebijakan perekonomian termasuk moneter dan deregulasi pada industri perbankan (Siamat 2005: 98). Pertumbuhan perbankan syariah telah menunjukkan laporan yang luar biasa. Menurut Ahmad (2000) ada lebih dari 176 bank Islam dan lembaga keuangan lainnya dengan deposito melebihi $ 112.500.000.000 dan beroperasi di 40 negara termasuk Indonesia. Bandingkan dengan hanya satu bank syariah pada tahun 1992, saat ini, ada 3 bank syariah, 26 bank membuka unit perbankan syariah mereka, dan hampir 115 BPR syariah telah beroperasi di Indonesia (Bank Sentral 1

2 Indonesia, Juni 2008). Aset bank Islam juga tumbuh secara signifikan dari 1,790 milyar pada tahun 2000 menjadi 36.537 milyar rupiah pada tahun 2007. Tren yang tajam ini namun tidak diikuti oleh pangsa pasar yang tinggi. Al-Qur an sebagai sumber hukum dalam agama Islam cukup banyak menyinggung hal yang berkaitan dengan keuangan. Akan tetapi, Alquran tidak secara spesifik berbicara tentang bentuk lembaga keuangan. Pada tahun 1963, di desa Mit Ghamr, salah satu daerah di wilayah Mesir, dibentuk sebuah lembaga keuangan pedesaan yang bernama Mit Ghamr Savings Bank atau biasa disebut Mit Ghamr Bank yang dipelopori oleh seorang ekonom bernama Dr. Ahmad El Najjar. Lembaga keuangan tersebut ternyata sangat sukses, baik dalam penghimpunan modal dari masyarakat berupa tabungan, uang titipan, dan zakat, sadaqah, dan infak, maupun dalam memberikan modal kepada masyarakat yang berpenghasilan rendah, terutama dibidang perdagangan dan industri. Kemudian pada tahun 1967 pengoperasian Mith Ghamr diambil alih oleh National Bank of Egypt dan Bank Sentral Mesir disebabkan adanya kekacauan politik. Walaupun Mith Ghamr sudah berhenti beroperasi sebelum mencapai kematangan dan menyentuh semua profesi bisnis, keberadaannya telah memberikan tanda positif bagi masyarakat muslim pada umumnya, dengan diperkenalkannya prinsip - prinsip Islam yang sangat Applicable dalam dunia bisnis Modern. Perbankan Syariah merupakan lembaga keuangan Syariah, yang berkembang secara perlahan, namun kemudian mulai menunjukkan perkembangan yang semakin cepat mencapai prestasi pertumbuhan jauh di atas perkembangan

3 perbankan konvensional. Di Indonesia perbankan Syariah muncul sejak dikeluarkannya Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, yang secara implisit telah membuka peluang kegiatan usaha perbankan yang memiliki dasar operasional bagi hasil. Pada UU No.7/1992 pasal 6 huruf m menyebutkan bahwa bank umum dapat melakukan usaha pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi hasil sesuai dengan ketentuan yang berlaku yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah. Perbankan Syariah di Indonesia, pertama kali beroperasi pada 1 Mei 1992, ditandai dengan berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI). Pada dasarnya pilihan nasabah untuk menempatkan dananya di bank biasanya dilandasi oleh lima hal penting, di mana kelima hal tersebut hampir dimiliki oleh beberapa bank yang bersaing ketat. Posisi BMI sebagai bank syariah semakin pasti setelah Undang- Undang No 7 Tahun 1992 tentang perbankan disahkan. Dalam Undang-Undang tersebut bank diberikan kebebasan untuk menentukan jenis imbalan dari para nasabah, baik bunga ataupun keuntungan bagi hasil. Dengan perkembangan yang sangat pesat pemerintah merevisi sehingga menjadi UU No 10 Tahun 1998 yang lebih memperjelas landasan hukum dan jenis-jenis usaha yang dapat dioperasikan dan diimplementasikan oleh bank syariah. Undang-Undang tersebut juga memberikan arahan bagi bank-bank konvensional untuk membuka cabang-cabang syariah atau bahkan mengonversi diri secara total menjadi bank syariah. PT BMI merupakan bank syariah pertama di Indonesia dan telah beroperasi sebelum dan sesudah kebijakan perbankan 1998. Dengan demikian, dapat dibandingkan dan dianalisis antara kinerja pengimpunan

4 dan penyaluran dana masyarakat pada bank syariah tersebut sebelum dan sesudah kebijakan perbankan 1998. Secara historis, perusahaan telah terlibat dalam menggunakan pinjaman bank sebagai sumber dana. Menurut Luengnaruemitchai dan Ong (2005), pinjaman bank yang digunakan oleh perusahaan karena hubungan perusahaan dengan bank. Hal ini juga menunjukkan bahwa insentif yang perusahaan dapatkan dari mendapatkan pinjaman bank sebagai sumber pendanaan. Jika perusahaan yang bergantung pada pinjaman bank untuk pendanaan jangka panjang, itu membuat ekonomi lebih rentan. Hal ini menunjukkan bahwa ada penelitian masa lalu yang mempromosikan bahwa jika menggunakan pembiayaan utang, penerbitan obligasi akan optimal untuk pendanaan jangka panjang dan pinjaman bank untuk pendanaan jangka pendek. Ini berarti bahwa secara umum, perusahaan cenderung untuk menerbitkan obligasi jika mereka ingin memperoleh aset tetap sedangkan pinjaman bank kemungkinan akan digunakan untuk membiayai persediaan dan aktiva lancar. Pada saat ini perkembangan perbankan syariah belum menyentuh pada sektor riil, namun perkembangan penyaluran pembiayaan khususnya sistem bagi hasil (mudharabah atau musyarakah) yang disalurkan Bank Umum Syariah mengalami peningkatan yang cukup baik. Pelunasan pembiayaan murabahah banyak menemui kendala. Salah satunya adalah pelunasan pembiayaan yang macet. Mengatasi hal tersebut, perusahaan pembiayaan syariah menggunakan jasa debt financing dalam penagihan utangnya. Pembiayaan yang dilakukan oleh perbankan syariah dimana aktivitas yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah serta komposisi modal dan pinjaman

5 bank. Pembiayaan dalam bank syariah dapat dibedakan menjadi 2 yaitu debt financing dan equity financing dimana debt financing merupakan pembiayaan dengan prinsip jual beli dan prinsip sewa menyewa. Sedangkan equity financing merupakan prinsip bagi hasil yang diterapkan dalam syariah. Seiring dengan pesatnya perkembangan jumlah bank syariah dan jumlah aset dari bank syariah tersebut. Yaitu pembiayaan mayoritas disalurkan pada debt financing yaitu sebesar 70,93% dengan komposisi murabahah 66.42%, lainnya 4,51%, sedangkan pembiayaan bagi hasil (equity financing) hanya sebesar 29,07% dengan komposisi mudharabah 18,05%, musyarakah 11,02%. Hal ini dimaklumi bahwa debt financing mendominasi dunia perbankan syariah di awal awal perkembangannya sebagian masih memandangnya wajar, karena berbagai kendala yang dihadapi dalam pembiayaan bagi hasil (equity financing). Kendala itu dapat bersifat internal maupun eksternal. Menurut Ascarya (peneliti senior Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan Bank Indonesia). Berdasarkan Outlook Perbankan Syariah Tahun 2013 yang dikeluarkan Bank Indonesia, aset perbankan syariah (Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah) posisi Oktober 2012 sebesar Rp.179,04 triliun atau meningkat sebesar 37% dari posisi yang sama tahun 2011. Di samping meningkatnya return, pertumbuhan pembiayaan perbankan syariah yang cepat selama ini berpotensi meningkatkan risiko industri perbankan syariah, karena jaringan layanan yang semakin luas dan jenis produk yang semakin kompleks. Pertumbuhan yang tinggi membutuhkan upaya monitoring, evaluasi, dan supervisi yang tinggi, karena terdapat beberapa masalah yang berpotensi meningkatkan risiko, antara lain

6 pembiayaan perbankan syariah terkonsentrasi pada debitur inti dan sektor ekonomi tertentu, masih tergantung pada sumber dana mahal, berorientasi pada pembiayaan jangka pendek. Profit Expense Ratio menilai efisiensi biaya dimana menilai kemampuan bank menghasilkan profit tinggi dengan beban yang harus di tanggung. Mengingat pentingnya pembiayaan dalam bank syariah sebagai salah satu faktor penetapan dalam penghitungan maka peneliti ingin mengkaji lagi hasil penelitian sebelumnya mengenai penggunaan penghitungan pembiayaan dalam bank syariah, sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: PENGARUH TINGKAT DEBT FINANCING DAN EQUITY FINANCING TERHADAP PROFIT EXPENSE RATIO PADA BANK SYARIAH DI INDONESIA. (Studi Kasus Pada PT Bank Muamalat Indonesia dan PT Bank Syariah Mandiri Periode 2010-2013). B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dilakukan perumusan masalah sebagai berikut : 1. Apakah Debt Financing dan Equity Financing berpengaruh secara bersama-sama terhadap Profit Expense Ratio pada Bank Syariah di Indonesia studi kasus PT Bank Muamalat Indonesia dan PT Bank Syariah Mandiri periode 2010-2013?

7 2. Apakah Debt Financing berpengaruh signifikan terhadap Profit Expense Ratio pada Bank Syariah di Indonesia studi kasus PT Bank Muamalat Indonesia dan PT Bank Syariah Mandiri periode 2010-2013? 3. Apakah Equity Financing berpengaruh signifikan terhadap Profit Expense Ratio pada Bank Syariah di Indonesia studi kasus PT Bank Muamalat Indonesia dan PT Bank Syariah Mandiri periode 2010-2013? C. Tujuan penelitian Tujuan penelitian ini merupakan hasil yang ingin dicapai dalam melakukan penelitian serta memiliki tujuan terhadap permasalahan atau pertanyaan pada penelitian. Dari rumusan masalah tersebut, memperoleh bukti empiris mengenai : 1. Pengaruh tingkat Debt Financing dan Equity Financing terhadap Profit Expense Ratio pada Bank Syariah di Indonesia studi kasus PT Bank Muamalat Indonesia dan PT Bank Syariah Mandiri periode 2010-2013. 2. Pengaruh tingkat Debt Financing terhadap Profit Expense Ratio pada Bank Syariah di Indonesia studi kasus PT Bank Muamalat Indonesia dan PT Bank Syariah Mandiri periode 2010-2013. 3. Pengaruh tingkat Equity Financing terhadap Profit Expense Ratio pada Bank Syariah di Indonesia studi kasus PT Bank Muamalat Indonesia dan PT Bank Syariah Mandiri periode 2010-2013.

8 D. Manfaat penelitian Adapun kegunaan dari penelitian ini antara lain: 1. Bagi Penyusun Penelitian ini Diharapkan dapat menjawab atas permasalahan yang terdapat dalam pembiayaan di perbankan syariah, yang sampai pada saat ini pembiayaan yang dilakukan oleh bank syariah dan lembaga keuangan syariah lainnya lebih mengutamakan pada akad jual beli. Padahal yang menjadi karakteristik dan pembeda antara bank syariah dengan bank konvensional adalah sistem bagi hasilnya. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk menambah pengetahuan dan sebagai bacaan yang bermanfaat khususnya dalam bidang perbankan Syariah. 2. Bagi Akademisi Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu ekonomi syariah agar lebih memahami syariah di Indonesia. 3. Bagi Praktisi Penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran dan masukan yang berguna bagi pihak manajemen perbankan syariah terhadap kebijakan-kebijakan yang akan diambil terutama prioritas jenis produk pembiayaan yang dipilihnya.