BAB I PENDAHULUAN. 2010), hlm. 1. Sardiman A. M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), hlm. 20.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karunia Eka Lestari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Oleh karena itu, setiap orang harus berusaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemampuan metakognisi merupakan salah satu Standar Kompetensi

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu pengetahuan mendasar yang dapat

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Pendekatan Brain Based Learning Terhadap Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis

BAB I PENDAHULUAN. mengajar. Karena dengan adanya keaktifan saat proses pembelajaran maka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Enok Ernawati, 2013

PENINGKATAN PARTISIPASI DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN BRAIN BASED LEARNING DI KELAS V SDN 08 ULAK KARANG SELATAN

BAB IV DESKRIPSI DATA, ANALISIS DATA PERSIKLUS DAN ANALISIS DATA AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. siswanya menjadi lebih kritis dan kreatif. Pendidikan merupakan wadah untuk berlatih, berkreasi, mewujudkan cita-cita

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sholihatun Azizah, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam dunia pendidikan. Sebagai bukti adalah pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Belajar telah dijadikan alat hidup dan wajib belajar selama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan manusia

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan dasar untuk belajar

PENINGKATAN MOTIVASI DAN MINAT BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI METODE MONTESSORI DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PERAGA

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas proses pembelajaran, dimana peserta didik kurang mampu

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual,

BAB I PENDAHULUAN. masih rendahnya mutu pendidikan di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Matematika sebagai salah satu bidang ilmu dalam dunia pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dina Herawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN PENDIDIKAN MIPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MATARAM

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan berpikir tingkat tinggi adalah berpikir kritis. Menurut Maulana

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN BRAIN BASED LEARNING DI SDN 20 KURAO PAGANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah pokok yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia adalah masalah yang berhubungan dengan mutu atau

BAB I PENDAHULUAN. diri siswa sudah terdapat motivasi maka proses belajar mengajar di kelas akan. berjalan dengan lancar serta tercapai tujuannya.

BAB 1 PENDAHULUAN. jaman. Oleh karena itu pendidikan sangat cepat perkembanganannya semua ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di

BAB I PENDAHULUAN. usaha itu ternyata belum juga menunjukan peningkatan yang signifikan.

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan tidak terlepas dari tujuan pendidikan yang telah hendak dicapai,

BAB I PENDAHULUAN. pada model pembelajaran yang di lakukan secara masal dan klasikal, dengan

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan berbagai kompetensi tersebut belum tercapai secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN. teknologi memiliki peranan penting dalam memberikan pemahaman mengenai

BAB I PENDAHULUAN. sendiri maupun orang lain. Pendidikan sebagai gejala yang universal

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan untuk berargumentasi atau mengemukakan ide-ide.pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dalam masyarakat tentang matematika sebagai pelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Berdasarkan fungsi pendidikan nasional peran guru menjadi kunci

BAB I PENDAHULUAN. bidang kehidupan diantaranya adalah di bidang pendidikan. Pendidikan

I. PENDAHULUAN. Belajar merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari semua kegiatan manusia

BAB I PENDAHULUAN. tercipta sumber daya manusia yang berkualitas. Seperti yang di ungkapkan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan modal yang sangat penting bagi kemajuan dan. kemajuan zaman saat ini. Dengan majunya pendidikkan maka akan bisa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Hasil belajar merupakan bagian akhir dari proses belajar dengan kata lain

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bung Hatta Irmasuryani Abstract

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang masih bersifat teacher-centered karena tidak memerlukan alat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lia Liana Iskandar, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Ketuntasan Prosentase Jumlah Siswa. Tuntas 50% 11 Siswa. Belum Tuntas 50% 11 Siswa

BAB I PENDAHULUAN. belajar diantaranya motivasi belajar dan tingkat kemampuan awal siswa.

BAB I PENDAHULUAN. mutu pendidikan, karena pendidikan merupakan sarana yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia karena melalui pendidikanlah manusia dapat berdaya guna dan. mengembangkan ilmu pengetahuan menjadi teknologi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya merupakan proses untuk membantu manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Administrasi Perkantoran SMK Kristen Salatiga, peneliti berhasil

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia, karena

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran matematika secara tuntas di setiap jenjang pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Lian Yulianti, 2014

I. PENDAHULUAN. dalam mempersiapkan generasi muda, termasuk peserta didik dalam menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia (SDM) kita mempunyai keunggulan dan mampu bersaing di bidang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai upaya telah dilakukan pemerintah antara lain pemberian Biaya. bertahap dan konsisten, dan lain sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pemahaman adalah kemampuan untuk menjelaskan situasi atau tindakan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. (Depdiknas, 2003). Dalam memajukan sains guru di tuntut lebih kretatif. dalam penyelenggaraan pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran bahasa pada hakikatnya adalah belajar berkomunikasi,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. disampaikan melalui ceramah akan sulit diterima oleh siswa dan

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Matematika. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tingkat kemajuan dari suatu bangsa dapat dilihat dari sektor pendidikannya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan diharapkan mampu membentuk individu-individu yang. pendidikan masih rendah terutama pada pendidikan sekolah.

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat dibutuhkan untuk meningkatkan prestasi belajar matematika. Hal ini

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Pembelajaran Langsung

BAB. I PENDAHULUAN. Hilman Latief,2014 PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

(PTK Pada Siswa Kelas VIII B SMP Muhammadiyah 10 Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. IPTEK, dituntut sumber daya manusia yang handal dan mampu bersaing secara

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan Model Pembelajaran Kuis Tebak Kata Pada Mata Pelajaran PKN Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa

BAB I PENDAHULUAN. Tekhnologi sangat besar. Semua dapat dilihat dalam fenomena kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajar siswa dengan berbagai upaya. Salah satu upaya tersebut

BAB I PENDAHULUAN. paradigma yang lama atau cara-cara berpikir tradisional. Dalam dunia pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku siswa. Perubahan tingkah laku siswa pada saat proses

BAB I PENDAHULUAN. bimbingan, pengajaran dan latihan bagi perannya dimasa mendatang. Pendidikan di Indonesia diselenggarakan guna memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Matematika sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah dinilai berperan penting

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu dari sekian banyak mata pelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahkluk belajar (learning human). Sejak lahir manusia. mengenal lingkungannya, memahami dirinya sendiri, dan

BAB I PENDAHULUAN. mengharuskan mampu melahirkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang

I. PENDAHULUAN. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar adalah suatu proses kompleks yang terjadi pada diri setiap orang dan berlangsung sepanjang hidupnya. Proses belajar dapat terjadi kapan saja dan di mana saja terlepas ada yang mengajar atau tidak. 1 Belajar akan lebih baik jika subjek belajar itu ikut berperan aktif atau terlibat langsung, jadi tidak bersifat verbalisme. 2 Peserta didik ikut terlibat aktif, maka akan terjadi hubungan timbal balik yang berdampak pada suasana belajar yang kondusif, sehingga berorientasi pada kebutuhan dan kemampuan peserta didik. Pembelajaran matematika merupakan salah satu pelajaran yang menduduki peran penting dalam pendidikan karena dilihat dari waktu yang digunakan dalam pelajaran matematika di sekolah, lebih banyak dibandingkan dengan pelajaran lainnya. Serta pelaksanaan pendidikan diberikan pada semua jenjang pendidikan yang dimulai dari SD sampai SMA. Karena hal tersebut maka pelajaran matematika harus disuguhkan menarik dan menyenangkan. Dalam praktek pembelajarannya, matematika 2010), hlm. 1. 1 Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta : Rajawali Pers, 2 Sardiman A. M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), hlm. 20. 1

dianggap sesuatu yang abstrak, menakutkan dan tidak mempunyai daya tarik di mata peserta didik. Sehingga hal ini mengakibatkan rendahnya output peserta didik dalam pembelajaran matematika. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, pendidikan diharapkan mampu membentuk individu-individu yang berkompetensi di bidangnya. Sejalan dengan perkembangan masyarakat, pendidikan banyak menghadapi berbagai tantangan dan hambatan. Salah satu hambatannya adalah rendahnya mutu pendidikan di negara ini, sehingga dengan adanya hambatan tersebut akan menjadi sebuah tantangan bagi pengelola pendidikan untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Tantangan yang ada merupakan suatu alat yang dapat memunculkan suatu pemikiran, inovasi baru dalam metode pembelajaran. Guru dituntut untuk memiliki strategi pembelajaran efektif. Yaitu pembelajaran yang bukan hanya sekedar penyampaian ilmu pengetahuan melainkan mengandung makna yang lebih luas dan kompleks yaitu terjadinya komunikasi dan interaksi antara siswa dan guru ataupun siswa yang satu dengan siswa lainnya. Di konteks pengajaran, strategi dimaksudkan sebagai daya upaya guru dalam menciptakan suatu sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses mengajar agar tujuan pembelajaran yang dirumuskan dapat tercapai dan berhasil. strategi bukanlah langkah sembarangan melainkan langkah yang 2

telah dipilih dan dipertimbangkan dampak positif dan negatifnya secara cermat dan matang. 3 Kebanyakan peserta didik tidak menyukai pelajaran matematika. Mereka menganggap bahwa matematika itu sulit. Kesulitan matematika yang dirasakan peserta didik yaitu banyaknya lambang-lambang dan rumus-rumus yang digunakan dalam penyelesaian masalah. Sehingga murid sering merasa kesulitan untuk mengaitkan materi yang dipelajari atau menggunakan rumus yang didapat untuk diaplikasikan dengan berbagai situasi riil, dan juga kesulitan dalam menghubungkan antara pengetahuan matematika yang sudah dimiliki sebelumnya dengan apa yang sedang atau akan dipelajari. Siswa dapat dengan mudah membangun pemahaman apabila dapat mengkomunikasikan gagasannya kepada siswa lain atau guru. Interaksi memungkinkan terjadinya perbaikan terhadap pemahaman siswa melalui diskusi, saling bertanya, dan saling menjelaskan. Ide-ide matematis mestinya tidak diajarkan secara terpisah-pisah, fokus yang kuat harus diberikan pada gabungan antara berbagai ide. Kemungkinan peserta didik untuk lebih mampu mengambil kembali pengetahuan yang dimilikinya dari dalam ingatan dan memahami sifat hierarkis pengetahuan 3 Muhammad Fathurrahman & Sulistyorini, Belajar dan Pembelajaran: Meningkatkan Mutu Pembelajarn Sesuai Standar Nasional, (Yogyakarta: Teras, 2012), hlm. 100. 3

matematika. 4 Penguasaan konsep diperlukan untuk mendukung materi selanjutnya. MTs NU Demak merupakan satu di antara sekolah yang ada di Kabupaten Demak yang menghadapi permasalahan terkait dengan pembelajaran matematika di sekolah, khususnya pada materi luas permukaan kubus dan balok. Dalam pembelajaran matematika selama ini masih bersifat klasikal yaitu dengan menggunakan metode konvensional yang hanya berlangsung satu arah. Peserta didik hanya duduk, mencatat, dan mendengarkan apa yang disampaikan guru dan sedikit peluang bagi peserta didik untuk bertanya sehingga suasana pembelajaran menjadi tidak kondusif dan peserta didik menjadi pasif. Hal ini pula yang menyebabkan mereka bosan mengikuti proses pembelajaran yang diterapkan. Selain itu metode tersebut juga membuat siswa merasa kurang semangat karena tidak dapat menumbuhkan kemampuan kerjasama dan mengembangkan sikap sosial siswa dalam kegiatan belajar mengajar, dimana kemampuan tersebut berdampak pada hasil belajar peserta didik terutama pada materi luas permukaan kubus dan balok. Materi luas permukaan kubus dan balok belum sepenuhnya dimengerti. Hal ini disebabkan peserta didik hanya menghafal rumus dari guru, tanpa berusaha menemukan konsep itu sendiri. Peserta didik cenderung lebih paham jika dijelaskan 4 Daniel Muijis dan David Reynold, Effective Teaching: Teori dan Aplikasi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), hlm. 343. 4

oleh temannnya sendiri. Selain itu, bagaimana menerapkan konsep dalam pemecahan masalah pun banyak yang mengalami kesulitan. Hasil belajar peserta didik belum memenuhi KKM (kriteria ketuntasan minimal) yaitu 75. Rata-rata yang diperoleh peserta didik kelas VIII A hanya 65. Peserta didik cenderung pasif dalam kegiatan belajar mengajar. Peserta didik selalu bergantung pada guru ataupun teman lainnya dalam mengerjakan tugas. Guru mengajar, banyak yang tidak memperhatikan bahkan ada yang tertidur. Terjadi karena pembelajaran hanya terjadi searah. Secara terus menerus gurulah yang memeberikan materi, tanpa ada umpan balik dari peserta didik. Pernyataan tersebut dibutuhkan pembelajaran matematika yang dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan BBL (Brain Based learning) di yakini dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Pendekatan BBL adalah pembelajaran yang diselesaikan dengan cara otak yang didesain secara alamiah untuk belajar. 5 Pendekatan pembelajaran dirancang sedemikian rupa sehingga sesuai dengan kecenderungan struktur dan fungsi optimal dari otak manusia, untuk memastikan efektifitas proses belajar individu. Tidak seperti metode tradisional, pendekatan ini didasarkan pada teori bahwa setiap orang harus belajar selama otak manusia tidak dilarang. Asumsi ini di buat berdasarkan fakta bahwa otak manusia adalah 5 Jensen, E. Brain Based Learning, The New Science of Teaching & Training, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2008), hlm. 12. 5

orang berpotensi sangat tinggi dan bahwa setiap peserta didik dapat belajar secara efektif jika otaknya diberi kesempatan berfungsi secara optimal. Tujuh tahapan dalam pembelajaran pendekatan BBL. Tahap-tahap perencanaan pembelajaran dengan pendekatan BBL yang diungkapkan jensen dalam bukunya yaitu tahap prapemaparan, persiapan, inisiasi dan akuisisi, elaborasi, inkubasi dan memasukkan memori, verifikasi dan pengecekan keyakinan, perayaan dan integrasi. Salah satu titik tekan dari pembelajaran pendekatan BBL adalah pembelajaran yang menyenangkan. Pembelajaran yang menyenangkan dapat dilakukan dengan memasukkan permainan dalam pembelajaran. 6 Penelitian mengenai BBL mendukung jenis pembelajaran yang di dalamnya terdapat permainan, memberi kesempatan kepada otak untuk menciptakan peta perseptual yang lebih kompleks. Jenis pembelajaran ini memiliki kecenderungan yang tinggi dalam melibatkan emosi. Permainan membuat pembelajaran lebih bermakna dan menyenangkan. Permainan yang dapat membuat pembelajaran lebih bermakna dan menyenangkan adalah Sirkuit Matematika. Sirkuit Matematika merupakan media permainan produktif dan menyenangkan. Media permainan ini merupakan hasil pengembangan dari permainan ular tangga. Permainan ini dapat meningkatkan konsentrasi peserta didik sehingga dalam 6 Jensen, E. Brain Based Learning, hlm.453. 6

pembelajaran semakin cepat diserap. Permainan ini seakan-akan tutor sebaya akan terbentuk secara otomatis tanpa dipandu dan diperintah oleh guru. Sementara itu aspek psikomotorik dapat diperlihatkan dari keaktifan peserta didik dalam bertanya, bermain dan berdiskusi. 7 Pemaparan diatas peneliti terdorong untuk melakukan penelitian dengan judul penerapan pendekatan pembelajaran BBL berbantuan permainan Sirkuit Matematika untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas VIII A MTs NU Demak materi luas permukaan kubus dan balok tahun ajaran 2013/2014. B. Rumusan Masalah Apakah dengan pendekatan pembelajaran BBL (Brain Based Learning) berbantuan permainan Sirkuit Matematika dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas VIII A MTs NU Demak materi luas permukaan kubus dan balok tahun pelajaran 2013/2014? C. Tujuan dan Manfaat 1. Tujuan Penelitian Tujuan peneliian ini untuk mengetahui apakah pembelajaran pendekatan BBL berbantuan permainan Sirkuit 7 Yusuf Y dan Umi Auliya, Sirkuit Pintar Melejutkan Kemampuan Matematika & Bahasa Inggris dengan Metode Ular Tangga, Jakarta: Visimedia, 2011), hlm. 134. 7

Matematika dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas VIII A MTs NU DEMAK materi luas permukaan kubus dan balok tahun pelajaran 2013/2014. 2. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini hasilnya nanti akan dapat membantu memberikan sumbangan pemikiran dalam dunia pendidikan. Secara lebih jelas, manfaat dari penelitian ini adalah: a. Manfaat Teoritis 1) Sebagai pijakan untuk mengembangkan penelitianpenelitian yang menggunakan pendekatan BBL. 2) Memberikan gambaran yang jelas pada pendidik tentang pendekatan dalam rangka meningkatkan hasil belajar peserta didik. b. Manfaat Praktis 1) Bagi Peserta Didik Pendekatan pembelajaran pendekatan BBL berbantuan permainan Sirkuit Matematika dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. 2) Bagi Guru a) Sebagai masukan untuk memperbaiki dan meningkatkan kinerja dan profesionalitas sebagai guru. b) Sebagai motivasi untuk meningkatkan ketrampilan dalam memilih strategi, model 8

maupun pendekatan pembelajaran yang sesuai dan bervariasi. 3) Bagi Sekolah Penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan pemikiran yang baik bagi sekolah dalam rangka perbaikan pembelajaran dan meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah, khususnya pada pembelajaran matematika. 9